Anda di halaman 1dari 38

Lambang Kabupaten Semarang berbentuk perisai bersudut lima.

Didalam perisai terlukis bintang persegi lima,


disebelah kanan rangkaian kapas dan sebelah kiri setangkai padi. Lukisan gunung adalah gunung Kendalisodo
dengan warna hijau berarti perkebunan dan warna hitam berarti pabrik.
Sedangkan Lukisan "Rawa Pening" sebagai pembangkit tenaga listrik dan ditengah ada bambu runcing yang
melambangkan perjuangan rakyat Kabupaten semarang dalam mengusir penjajah.
Pada tanggal 14 Desember 1944 merupakan hari bersejarah bagi kota Ambarawa yang dijadikan Hari Infanteri
Nasional. Adapun Lukisan Candi Siwa menggambarkan peninggalan kuno abad VII.
Tanda pengenal Kabupaten Semarang menunjukan bahwa potensi yang terkandung di wilayah Kabupaten
Semarang daerah sumber air, tenaga listrik, obyek wisata dan budaya, pangan, sayur dan buah.
Dibawah bentuk perisai Lambang Daerah di tulis " DHARMOTTAMA SATYA PRAJA " mempunyai arti "
Berbuat yang terbaik untuk kepentingan rakyat " merupakan sesanti guna mewujudkan upaya nyata dari Visi
tersebut diatas.
Sejarah Kab.Semarang
Sejak 4 abad yang lalu dimasa Pajang-Mataram, Kabupaten Semarang telah ada dengan ibukota Semarang.
Pada jaman itu "Gemente" (Kotapraja) belum ada. Ki Pandan Arang II atau dikenal sebagai Raden Kaji
Kasepuhan (1547-1553) merupakan Bupati Semarang yang pertama, dinobatkan tanggal 2 Mei 1547,
berkuasa hingga tahun 1574 dan mendapat pengesahan Sultan Hadiwijaya. Pada masa itu berhasil membuat
bangunan yang dipergunakan sebagai pusat kegiatan pemerintah kabupaten. Pada jaman Pemerintahan
Bupati R.M. Soebiyono, "Gemente (Kotapraja)" Semarang lahir, yaitu tepat tahun 1906.
Berdasarkan Stadblad tahun 1906 S.O 120 dibentuklah pemerintahan kota. Pemerintah Kabupaten Semarang
yang dipimpim oleh seorang Bupati dan Pemerintah Kotapraja untuk wilayah Semarang yang dipimpin oleh
seorang Burgenmester. Dan semenjak itulah terjadi pemisahan antara Kabupaten Semarang dengan Kotapraja
Semarang hingga saat ini.
Berdasarkan UU no 13/1950 tentang Pembentukan Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa
Tengah, Kota Semarang ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Semarang. Namun Kota Semarang adalah
kotamadya yang memiliki pemerintahan sendiri, ditinjau dari segi pemerintahan Kota Semarang sebagai
ibukota Kabupaten sangatlah kurang menguntungkan, maka timbullah gagasan untuk memindahkan ibukota
Kabupaten Semarang ke Kota Ungaran yang pada saat itu masih dalam status kawedanan.
Sementara dilakukan pembenahan, tanggal 30 Juli 1979 oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II Semarang diusulkan
oleh Pemerintah Pusat melalui Gubernur, agar Kota Ungaran secara definitif ditetapkan sebagai ibukota
Pemerintah Kabupaten Dati II Semarang. Dan ditetapkan dengan PP no 29/1983 tentang Penetapan Status
Kota Ungaran sebagai Ibukota Pemerintah Kabupaten Dati II Semarang, yang berlaku peresmiannya tanggal
20 Desember 1983, yang terjadi pada masa pemerintahan Bupati Ir. Soesmono Martosiswojo (1979-1985).
dikutip dari : http://www.semarangkab.go.id
NAMA DAN GAMBAR RUMAH ADAT DI
INDONESIA SERTA PENJELASANNYA
Daftar Rumah Adat Indonesia
 Home
 Menu
o
o


Home » Rumah Adat » Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo
Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo
Penjelasan di bawah ini akan menguraikan secara rinci mengenai rumah adat Jawa Tengah yang terkenal dengan rumah
joglo disertai dengan penjelasan mengenai rumah adat Jawa Tengah lainnya.

Sesuai dengan namanya, Provinsi Jawa Tengah berada di bagian tengah Pulau Jawa dengan Semarang sebagai Ibukotanya.
Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, sedangkan sebelah selatan berbatasan
dengan Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta, lalu disebelah timur berbatasan dengan  Jawa Timur, dan di
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Selain itu Provinsi Jawa Tengah juga mencakup Pulau Nusakambangan di
sebelah selatan dan juga Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.

Mendengar kalimat rumah adat Jawa Tengah, yang terlintas pertama kali pastilah rumah joglo. Hal ini dikarenakan rumah
joglo sudah menjadi identitas ataupun ciri khas dari rumah adat Jawa Tengah bahkan hingga Jawa Timur dan Yogyakarta.
Akan tetapi, selain rumah Joglo terdapat pula rumah adat lainnya yang terdapat di Jawa Tengah yang bentuknya tidak
kalah menarik dan bersejarah. Sejarah jawa menyatakan bahwa rumah adat dari Jawa Tengah diklasifikan menjadi lima
kategori, yaitu Joglo (Tikelan), Tajug (Tarub), Limasan, Kampung dan Panggang Pe. Perbedaan dari kelima rumah adat
ini dapat dilihat pada tabel berikut. 

Kategori
Rumah
Adat
N Jawa Soko
o Tengah Guru Atap Bubungan Bentuk atap tampak samping

Joglo 4
atau belah
1 Tikelan Ada sisi Ada

Tajug 4
atau belah Tidak ada
2 Tarub Ada sisi (meruncing)

4 Ada
Tidak belah
3 Limasan Ada sisi

2
Tidak belah
4 Kampung Ada sisi Ada

1
Panggang Tidak belah
5 Pe Ada sisi Tidak ada
*geser tabel

1. Rumah Joglo
Rumah joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang dibangun berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan
rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG LOro (JUGLO) dan
berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat
suci atau rumah para dewa. 

Tidak hanya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta pun memiliki rumah joglo dengan cirri khas daerahnya masing-
masing. Ciri khas rumah joglo secara umum yaitu memiliki pekarangan yang luas dan lapang tanpa dibatasi oleh sekat,
bangunannya berbentuk persegi panjang, memiliki tiga pintu depan dan terdapat tiang yang disebut Soko Guru atau Saka
Guru. Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama yaitu, Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah Dalem
atau Omah Njero dan bagian tambahan lainnya. Berikut ini skema sederhana rumah Joglo.
1.1 Pendhapa atau Pendopo
Pendhapa atau pendopo merupakan bagian depan rumah yang terbuka, tidak berdinding, berpagar ataupun bersekat dan
tempat tiang Soko Guru berada. Kata dasar Pendhapa yaitu Andhap yang berarti rendah, karena posisinya yang lebih
rendah dari Omah Ndalem. Umumnya ruangan ini dimanfaatkan penghuninya sebagai tempat pertemuan, menerima tamu,
kerabat dan saudara. Kadang kala tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat latihan menari dan kegiatan lainnya.
Ruang depan yang terbuka menggambarkan falsafah penduduk Jawa yang memiliki sifat ramah, terbuka dan
membebaskan siapa saja tamu yang hendak datang. Sebagai pengganti meja dan kursi, lantai teras dilapisi tikar agar
suasana dapat lebih santai dan lebih akrab sehingga tidak terdapat perbedaan status antara penghuni kediaman dan tamu.
Uniknya, walaupun letaknya di bagian depan, jalur utama untuk memasuki rumah bukanlah dari pendopo akan tetapi
melewati pintu samping.

1.2. Pringgitan
Pringgitan merupakan suatu ruangan yang mengkoneksikan pendopo dengan omah njero atau omah dalem. Pringgitan
merupakan sebuah ruangan semi privat yang biasanya digunakan sebagai ruang tamu untuk menerima tamu atau saudara
yang lebih dekat hubungan kekerabatannya. Umumnya antara Pendhapa dengan pringgitan tidak dibatasi oleh sekat
sehingga kita dapat melihat pendhapa secara keseluruhan, namun sekarang ini banyak juga pringgitan yang diberi sekat
atau sketsel dengan pendhapa, sedangkan sekat dengan omah ndalem menggunakan gebyok. Masyarakat Jawa dahulu
biasa menggunakan Pringgitan untuk menghelat pagelaran wayang kulit dan para penonton menyaksikan dari pendhapa.
Oleh karena itu ruangan ini disebut Pringgitan yang memiliki kata dasar Ringgit yang berarti wayang.
Penggunaan Pringgitan sebagai ruang interaksi dan pagelaran seni menggambarkan falsafah orang Jawa sebagai mahluk
social, mahluk budaya dan mahluk Tuhan, karena ruangan ini dahulu juga dimanfaatkan untuk upacara atau ruwetan
kepada para dewa, namun dengan berkembangnya agama islam ruangan ini digunakan sebagai tempat ibadah.

1.3. Omah Ndalem atau Omah Njero


Omah Ndalem atau Omah Njero kadang disebut juga sebagai omah-mburi dan dalem ageng. Ruangan ini adalah bangunan
inti dari rumah joglo dan merupakan ruangan khusus para penghuni rumah untuk bercengkrama dan bersantai antar
sesama keluarga. Omah Ndalem terdiri dari ruang keluarga dan beberapa kamar yang disebut dengan senthong.
Masyarakat dulu hanya membangun senthong sebanyak tiga senthong, yaitu senthong Kiwo, senthong tengah dan
senthong tengen. Namun masyarakat sekarang ini membuat senthong disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.

1.4. Senthong Kiwo


Senthong Kiwo merupakan kamar yang berada di bagian kiri omah ndalem, sesuai dengan namanya “Kiwo” yang berarti
kiri dalam bahasa Jawa. Karena posisinya yang lebih dekat dengan dapur Senthong Kiwo umumnya digunakan untuk
menaruh bahan pokok rumah tangga seperti beras dan bumbu dapur, hasil tani dan lainnya. Selain itu ruangan ini juga
dimanfaatkan juga untuk menyimpan senjata dan perlengkapan pertanian.

1.5. Senthong Tengah


Senthong Tengah merupakan kamar yang berada di bagian tengah, posisinya paling dalam dan merupakan bagian paling
disucikan dan disakralkan oleh pemilik rumah Joglo. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut ruangan ini sesuai
dengan fungsinya, diantaranya krobongan, pasren, pedaringan, sepen dan Sri.

a. Krobongan
Krobongan berarti tempat pembakaran (berasal dari kata “Obong” atau bakar). Istilah tersebut diberikan karena  senthong
tengah biasa digunakan sebagai ruangan untuk membakar kemenyan ketika si pemilik rumah melakukan upacara pitra
yadnya (pemujaan kepada leluhur).

b. Pasren
Pasren/pepasren/sesaji terbentuk dari kata pa-sri-an yang memiliki arti sebagai tempatnya Dewi Sri, yaitu dewi penguasa
tanaman padi. Saat datangnya musim panen, para petani membungkus seuntai padi yang pertama kali dipotong
menggunakan kain batik kemudian diletakkan di senthong tengah sebagai persembahan kepada Dewi Sri. Oleh karena itu
pasren disebut sebagai tempat untuk Dewi Sri.

c. Pedaringan
Pedaringan memiliki arti tempat padi (berasal dari kata “Daring” yang berarti gabah kering). Istilah itu disematkan karena
padi identik dengan Dewi Sri. Istilah berikutnya yaitu

d. Sepen
Sepen atau tempat untuk menyepi, karena ruangan ini sering digunakan oleh penghuninya untuk berdoa, bermeditasi dan
sembahyang.

e. Sri
Istilah yang terakhir yaitu Sri sesuai dengan nama Dewi Sri sebagai tempat Dewi Sri bertandang. Keberadaan Dewi Sri
diwujudkan dengan dibuatnya patung Loro Blonyo sebagai symbol dewi kemakmuran.

Senthong tengah ini sengaja tidak ditiduri atau sengaja dikosongkan oleh sang pemilik rumah. Dahulu isi ruangan dan
kelengkapan prasarana untuk upacara atau ritual di dalam senthong tengah disesuaikan dengan status ekonomi pemiliknya.
Untuk masyarakat dengan status ekonomi rendah seperti petani, senthong tengah hanya diisi dengan sebuah meja sesaji.
Untuk masyarakat keturunan bangsawan dan priyayi, selain meja sesaji, ruangan juga diisi tempat tidur berukuran kecil,
lengkap dengan kasur, bantal, guling, dan sprei. Sedangkan pada bangsawan dengan status sosial yang sangat tinggi, ruang
senthong tengah yang mereka miliki berukuran besar, tempat tidur yang ditaruh mengenakan kelambu, dan diletakkan
sepasang arca pengantin di depan kasurnya.
Salah satu ciri khas senthong tengah adalah kondisi ruangan yang sangat  gelap sekali tanpa ada cahaya yang masuk. Hal
ini terjadi karena posisinya yang berada ditengah dan tidak terdapat jendela. Pemilik rumah berdoa dengan keadaan gelap
gulita dimana kondisi ini disebut pati geni yang berarti tidak melihat cahaya atau berada diruang hampa cahaya.

1.6. Senthong Tengen

Senthong Tengen merupakan kamar yang berada di bagian kanan omah ndalem, sesuai dengan namanya “Tengen” yang
berarti kanan dalam bahasa Jawa. Umumnya kamar ini dimanfaatkan sebagai ruang tidur khusus pemilik rumah sehingga
sifatnya sangat pribadi dan tertutup untuk dimasuki orang luar. Akan tetapi kamar ini lebih multifungsi bila dibandingkan
dengan Senthong Kiwo karena untuk penduduk menengah ke atas pada jaman dahulu, ruangan ini dimanfaatkan sebagai
tempat penyimpanan barang-barang yang digunakan dalam acara resmi (pakaian adat, perhiasan), keperluan upacara
(dupa, kemenyan), dan barang pusaka (keris, tombak) yang tersimpan di dalam lemari. Namun bagi masyarakat menengah
kebawah biasanya senthong tengen hanya digunakan sebagai kamar tidur orang tua.

1.7. Gandhok Kiwo

Gandhok merupakan ruangan yang terletak di bagian kanan dan kiri Pringgitan dan Omah Ndalem, bentuknya
bangunannya memanjang dan posisinya berpisah dari bangunan utama dengan halaman terbuka sebagai pemisah.
Umumnya Gandhok dimanfaatkan sebagai ruang tidur bagi keluarga, saudara dan tempat tamu menginap. Gandhok terdiri
atas dua bagian yaitu Gandhok Kiwo dan Gandhok Tengen. Gandhok Kiwo berada di bagian kiri bangunan Omah Ndalem
dan digunakan sebagai ruang tidur para laki-laki.

1.8. Gandhok Tengen

Gandhok Tengen berada di bagian kanan bangunan Omah Ndalem dan digunakan sebagai ruang tidur para perempuan.
Walaupun umumnya digunakan sebagai ruang tidur, adakalanya Gandhok juga digunakan sebagai tempat menyimpan
bahan makanan.

1.9. Pawon

Pawon atau dapur berada di bagian belakang Omah Ndalem yang dipisahkan dengan halaman terbuka seperti halnya
Gandhok. Posisi dapur dipisahkan dari bangunan inti karena bangunan inti dianggap sangat suci dan sacral sehingga tidak
baik bila berdekatan dengan dapur yang kotor. Dahulu proses memasak masih memakai kayu sebagai sumber bahan bakar
sehingga dapur identik dengan banyaknya abu yang terbentuk dari hasil pembakaran. Oleh karena itu kata pawon berasal
dari kata dasarnya yaitu awu atau abu.
1.10. Pekiwan

Pekiwan dimanfaatkan sebagai kamar mandi dan toilet bagi para penghuni rumah. Di dalam pekiwan ini terdapat sumur
sebagai sumber air yang digunakan untuk mandi, mencuci dan memasak. Uniknya posisinya jauh terpisah dari bangunan
inti yaitu berada di bagian belakang dapur. Seperti halnya dapur, Pekiwan dianggap sebagai tempat yang kotor dan bau
sehingga posisinya tidak boleh berdekatan dengan bangunan inti.
1.11. Seketheng

Seketheng merupakan dinding pembatas yang terbuat dari batu bata dan memiliki dua buah gerbang kecil. Seketheng
digunakan sebagai penghubung halaman luar rumah dengan halaman dalam rumah.

Umumnya rumah Joglo dibangun menggunakan kayu jati berkualitas tinggi sehingga awet tetapi juga mahal. Oleh karena
itu dahulu rumah Joglo hanya mampu dibangun untuk masyarakat kalangan atas. Struktur utama rumah Joglo berupa
struktur Rongrongan yang terbentuk dari beberapa bagian seperti gambar berikut:
Meskipun strukturnya dibangun dari beberapa bagian namun rumah Joglo lebih dikenal dengan tiang soko guru dan
tumpang sarinya. Tiang Soko Guru atau Sakaning Guru merupakan empat buah tiang penopang atap yang berada dibagian
tengah pendhapa dan lebih tinggi dari tiang-tiang lainnya. Selain fungsinya sebagai penopang atap dan penyangga
tegaknya rumah, masing-masing tiang ini juga menjadi simbol empat arah mata angin yang mewakili empat esensi
kesempurnaan hidup dan esensi dari sifat manusia. Tiang soko guru ini terletak dibagian pendopo terdiri bersama dengan
tiang pangarak atau tiang samping yang menopang bagian lain pendopo.
Walaupun berfungsi sebagai penopang atap, tiang-tiang soko guru ini tidak langsung bersentuhan dengan atap, akan tetapi
menempel pada suatu undakan - undakan atau balok-balok yang bersusun dan memiliki pola piramida terbalik atau
brunjung, yaitu semakin ke bawah semakin mengecil atau yang biasa dikenal dengan tumpang sari. Selain bentuk
brunjung atau piramida terbalik, sekarang ini banyak juga tumpang sari yang berbentuk menyerupai piramida dimana
susunan balok semakin ke atas semakin mengerucut. Tumpang sari ini berfungsi untuk menopang bagian langit-langit
Joglo (pamindhangan).
Selain tiang soko guru dan tumpang sari, tentu saja atap rumah joglo menjadi cirri khas utama rumah joglo. Penyebutan
Joglo berdasarkan bentuk atapnya yang berbentuk gunung dan dinamakan Tajug, namun kemudian berkembang menjadi
atap Joglo/Juglo yaitu singkatan dari Tajug Loro atau dua tajug yang digabungkan menjadi satu.  

Atap rumah Joglo terdiri atas dua bagian, yaitu rangka atap dan penutup atap. Bahan yang umumnya digunakan untuk
rangka atap Joglo yaitu kayu, baik kayu polos maupun yang dipenuhi ukiran, yang disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi masing-masing penghuni. Sedangkan bahan penutup atap biasanya menggunakan genteng tanah liat dan atap
sirap. 

Genteng tanah liat dihasilkan dari tanah liat yang ditekan kemudian dibakar. Kekurangan dari genteng ini adalah
terjadinya perubahan warna dan munculnya jamur bila semakin lama digunakan. Sedangkan atap sirap terbuat dari
kepingan tipis kayu ulin. Kelebihan penutup atap ini yaitu ringan, kuat, memantulkan panas sehingga membuat ruangan
dibawah lebih sejuk dan membuat tampilan atap lebih cantik. Selain itu atap sirai mampu bertahan sampai 25 tahun
bahkan bisa selamanya bergantung dari lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap.
Bentuk atap rumah Joglo terdiri dari beberapa macam, seperti gambar berikut.

Joglo Lambang
Joglo Pengrawit Joglo Hageng Joglo Jompongan Sari

Joglo Kepuhan Joglo Kepuhan


Joglo Ceblokan Joglo Mangkurat Apitan Lawakan
Joglo Kepuhan Joglo Semar Joglo Sinom Joglo Wantah
Limalasan Tinandu Apitan Apitan

*geser tabel

Joglo Pati Joglo Kudus

Joglo Jepara Joglo Rembang


Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo - written by Rumah-adat.com , published at 5:39 PM, categorized as Rumah Adat .
And have 1 comment
Facebook Twitter Google+
Rumah Adat Yang Ada Di Indonesia


Rumah Adat Aceh | Rumoh Aceh


Rumah Adat Maluku | Rumah Baileo


Rumah Adat Papua | Rumah Honai

Rumah Adat Papua Barat | Rumah Kaki Seribu


Rumah Adat Maluku Utara | Rumah Sasadu


Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo

◄PREVIOUSNewer Post►NEXTOlder Post


1 COMMENTAdd a comment

Cheri Lisa AUTHOR January 29, 2017 At 12:26 AM


dikutip dan diolah dari beberapa sumber sbb :
wacana.co
wovgo.com
mangkoko.com
kompasiana.com/bafadlol.muksit
phdi.or.id
poswayang.wordpress.com
punyaarianisangbayu.blogspot.co.id
Reply Delete
GetID
RUMAH ADAT YANG PALING DICARI


Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Tradisional, Senjata Tradisional, Lagu Daerah, Suku, dan
Julukan 34 Provinsi di Indonesia

Indonesia begitu kaya akan budaya, hal ini dipengaruhi oleh wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan sehingga menambah

kekayaan dan ke...

Rumah Adat Papua | Rumah Honai

Indonesia adalah negara dengan banyak suku. Hasilnya adalah Indonesia memiliki banyak rumah tradisional, bahasa, pakaian dan

banyak lagi. R...

Rumah Adat NTT | Rumah Mbaru Niang

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai rumah adat Nusa Tenggara Timur yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di

Indonesia. Nusa Te...

Rumah Adat NTB | Rumah Bale

Kali ini kita akan menjelaskan mengenai rumah adat Nusa Tenggara Barat yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di

Indonesia. Nusa Ten...

Rumah Adat Bali | Gapura Candi Bentar

Provinsi Bali terdiri dari kumpulan beberapa pulau dimana pulau yang paling besar adalah Pulau Bali dan beberapa pulau yang

lebih kecil, ya...

Rumah Adat Maluku | Rumah Baileo


Rumah adat Maluku adalah Rumah Baileo yang merupakan salah satu rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia.  Maluku di dunia

internasional ke...

Rumah Adat Gorontalo | Rumah Dulohupa

Sekarang kita akan membahas mengenai rumah adat Gorontalo yaitu Dulohupa salah satu rumah adat dari 34 provinsi di

Indonesia.  Gorontalo ad...

Rumah Adat Maluku Utara | Rumah Sasadu

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai Rumah Adat Maluku Utara yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di

Indonesia.  Maluku Utar...

Rumah Adat Papua Barat | Rumah Kaki Seribu

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai rumah adat Papua Barat yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia.

Papua Barat a...

Rumah Adat DKI Jakarta | Rumah Kebaya

Rumah adat DKI Jakarta merupakan rumah adat betawi, yaitu penduduk pribumi jakarta dimana kata betawi berasal dari kata

Batavia. Provinsi ...

RUMAH ADAT YANG LAGI BANYAK TAMUNYA

Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Tradisional, Senjata Tradisional, Lagu Daerah, Suku, dan
Julukan 34 Provinsi di Indonesia
Indonesia begitu kaya akan budaya, hal ini dipengaruhi oleh wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan sehingga menambah

kekayaan dan ke...

Rumah Adat Bali | Gapura Candi Bentar

Provinsi Bali terdiri dari kumpulan beberapa pulau dimana pulau yang paling besar adalah Pulau Bali dan beberapa pulau yang

lebih kecil, ya...

Rumah Adat Papua | Rumah Honai

Indonesia adalah negara dengan banyak suku. Hasilnya adalah Indonesia memiliki banyak rumah tradisional, bahasa, pakaian dan

banyak lagi. R...

Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo

Penjelasan di bawah ini akan menguraikan secara rinci mengenai rumah adat Jawa Tengah yang terkenal dengan rumah joglo

disertai dengan penj...

Rumah Adat DKI Jakarta | Rumah Kebaya

Rumah adat DKI Jakarta merupakan rumah adat betawi, yaitu penduduk pribumi jakarta dimana kata betawi berasal dari kata

Batavia. Provinsi ...

Rumah Adat Maluku | Rumah Baileo

Rumah adat Maluku adalah Rumah Baileo yang merupakan salah satu rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia.  Maluku di dunia

internasional ke...

Rumah Adat NTT | Rumah Mbaru Niang


Berikut ini merupakan penjelasan mengenai rumah adat Nusa Tenggara Timur yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di

Indonesia. Nusa Te...

Rumah Adat NTB | Rumah Bale


Kali ini kita akan menjelaskan mengenai rumah adat Nusa Tenggara Barat yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di

Indonesia. Nusa Ten...

Rumah Adat Sulawesi Tenggara | Istana Malige


Dibawah ini penjelasan sederhana mengenai seluk beluk Laika dan Benua Tada yaiutu rumah adat Sulawesi Tenggara. Provinsi

Sulawesi Tenggara ...

Rumah Adat Aceh | Rumoh Aceh


Rumah Adat Aceh - Rumah Aceh atau lazimnya disebut Rumoh Aceh merupakan rumah adat Aceh yang berada di Provinsi Aceh

atau yang dahulu dise...

Copyright ©2014 Nama dan Gambar Rumah Adat di Indonesia serta Penjelasannya


Powered by Blogger

BLOG ADAT TRADISIONAL Daftar Isi Ketentuan Sanggahan Kontak ADAT TRADISIONAL
Blog tentang Rumah Adat, Baju Adat, Upacara, Permainan, Senjata Tradisional, serta Tarian
dan Lagu Daerah di Indonesia HOME RUMAH ADAT BAJU ADAT SENJATA TRADISIONAL
UPACARA KESENIAN TRADISIONAL TARIAN TRADISIONAL LAGU DAERAH ALAT MUSIK
Home » 2. Jawa » Pakaian Adat » Pakaian Adat Jawa Tengah : Keseharian dan Pakaian
Pengantin Pakaian Adat Jawa Tengah : Keseharian dan Pakaian Pengantin Administrator Add
Comment 2. Jawa, Pakaian Adat Senin, 08 Agustus 2016 Suku Jawa merupakan suku
mayoritas masyarakat Indonesia. Dengan populasi lebih dari 100 juta jiwa, budaya Jawa
menjadi budaya yang paling dikenal di Nusantara. Budaya Jawa sendiri terdiri atas banyak
elemen yang menyusunnya, salah satunya adalah pakaian adat. Pakaian adat suku Jawa
sendiri memiliki banyak motif dan model. Salah satu di antaranya yang hingga kini masih tetap
lestari karena digunakan secara turun temurun adalah pakaian Jawi Jangkep dan kebaya yang
kini telah ditetapkan sebagai pakaian adat Jawa Tengah. Berikut ini akan kami jelaskan
mengenai pakaian adat Jawa Tengah tersebut mulai dari asal-usul, sejarah, kelengkapan, jenis-
jenis, dan penjelasan nilai-nilai filosofisnya. Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih dalam
seputar budaya Jawa, silakan simak pembahasan berikut ini. Pakaian Adat Jawa Tengah Ada
banyak ragam jenis busana adat Jawa Tengah. Namun, di artikel kali ini akan kami batasi 2
jenis pakaian saja yang akan dibahas. Kedua pakaian tersebut adalah pakaian resmi dan
pakaian pengantin adat Jawa. 1. Pakaian Resmi Adat Jawa Tengah Pakaian resmi adat Jawa
Tengah bernama Jawi Jangkep dan Kebaya. Jawi jangkep adalah pakaian pria yang terdiri atas
beberapa kelengkapan dan umumnya digunakan untuk keperluan adat. Jawi jangkep terdiri dari
atasan berupa baju beskap dengan motif bunga, bawahan berupa kain jarik yang dililitkan di
pinggang, destar berupa blangkon, serta aksesoris lainnya berupa keris dan cemila (alas kaki).
Berikut ini adalah gambar seorang pria yang mengenakan pakaian Jawi Jangkep tersebut.
Sementara kebaya adalah pakaian adat wanita Jawa yang terdiri dari atasan berupa kebaya,
kemben, stagen, kain tapih pinjung, konde, serta beragam aksesoris seperti cincin, subang,
kalung, gelang, serta kipas. Dalam praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian rupa
sesuai dengan strata sosial si pemakainya. Kebaya Kebaya umumnya dibuat dari bahan kain
katun, beludru, sutera brokat,dan nilon yang berwarna cerah seperti putih, merah, kuning, hijau,
biru, dan sebagainya. Untuk modelnya sendiri ada kebaya panjang dan kebaya pendek. Kebaya
panjang bagian bawahnya mencapai lutut, sementara kebaya pendek bagian bawahnya hanya
mencapai pinggang. Di bagian depan sekitar dada, terdapat kain persegi panjang yang
berfungsi sebagai penyambung kedua sisinya. Baca Juga : Pakaian Adat Jawa Timur Kain
Tapih Pinjung Sebagai bawahan kebaya, kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik bermotif batik
digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitan,
digunakan stagen yang dililitkan di perut sampai beberapa kali sesuai panjang stagennya. Agar
tidak terlihat dari luar, stagen kemudian ditutupi dengan selendang pelangi berwarna cerah. 2.
Pakaian Pengantin Adat Jawa Tengah Selain pakaian resmi, dikenal pula beberapa pakaian
pengantin adat dalam budaya Jawa Tengah. Jenis pakaian pengantin sendiri amatlah beragam
tergantung dari acara apa yang sedang dihadapi. Untuk diketahui, dalam pernikahan adat
Jawa, terdapat beberapa upacara yang harus dijalani oleh sepasang mempelai. Upacara
tersebut antara lain upacara midodareni, upacara ijab, upacara panggih, dan upacara setelah
panggih. Dalam setiap upacara tersebut, pengantin wajib mengenakan beberapa jenis pakaian
yang antara lain sebagai berikut. Upacara Midodareni Pada upacara midodareni, pakaian
pengantin pria adalah baju Jawi Jangkep yang terdiri atas baju atela, sikepan, udeng,sabuk
timang, kain jarik untuk bawahan, keris, dan selop. Sementara wanitanya menggunakan busana
sawitan. Busana tersebut terdiri dari kebaya berlengan panjang, stagen, dan kain jarik bercorak
batik. Upacara Ijab Saat upacara ijab, busana yang dipakai pengantin wanita adalah baju
kebaya dan kain jarik, sedangkan pengantin pria memakai busana basahan. Busana basahan
pengantin pria disini terdiri dari dodot bangun tulak, kuluk matak petak, sabuk dengan timang
dan cinde, stagen, celana panjang berwarna putih, keris warangka ladrang, dan selop. Upacara
Panggih Dalam upacara panggih, kedua mempelai menggunakan pakaian adat Jawa Tengah
bernama busana basahan.  Busana ini terdiri dari kemben, dodot bangun tulak (kampuh),
selendang sekar cinde abrit (sampur), dan kain jarik bermotif cinde sekar merah. Selain itu,
beberapa perhiasan juga dilekatkan pada tubuh pengantin. Untuk pria, perhiasan tersebut
adalah kalung ulur, cincin, timang/epek, bros, dan buntal, sementara untuk pengantin wanita
yaitu cunduk mentul, centung, jungkat,kalung, cincin, gelang, bros, subang, dan timang.
Upacara Setelah Panggih Dalam upacara setelah panggih, kedua mempelai menggunakan
busana kanigaran (wanita) dan busana kapangeranan (pria). Busana kanigara terdiri dari baju
kebaya sebagai atasan, kain jarik, stagen, dan selop. Sedangkan busana kapangeranan terdiri
dari stagen, kuluk kanigoro, sabuk timang, kain jarik, baju takwo, keris warangka ladrang, dan
selop. Nah, itulah sekilas pemaparan yang dapat kami sampaikan mengenai pakaian adat Jawa
Tengah dan penjelasannya. Semoga dapat menambah pemahaman dan wawasan budaya kita
terhadap budaya bangsa. Salam. inShare Memberikan G+ atau Like adalah cara terbaik Anda
untuk mensuport kami! Adat Tradisi Lainnya : Pakaian Adat Aceh, Nama, Gambar, dan
Penjelas... Pakaian Adat Kalimantan Tengah, Nama, Gambar,... Pakaian Adat Sulawesi
Selatan, Nama, Gambar, ... Pakaian Adat Kalimantan Barat, Gambar, dan Ke... Pakaian Adat
Riau, Gambar, Jenis-Jenis dan Ke... 0 Response to "Pakaian Adat Jawa Tengah : Keseharian
dan Pakaian Pengantin" ← Posting Lebih Baru Posting Lama → Beranda ARTIKEL POPULER
34 Pakaian Adat Indonesia : Gambar, Nama, Tabel, dan Penjelasannya Indonesia adalah
negeri yang kaya. Bukan hanya dari limpahan sumber daya alamnya yang luar biasa, Indonesia
dikatakan kaya melainkan juga k... 5 Pakaian Adat Jawa Barat (Sunda), Gambar, dan
Keterangannya Jawa Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di ujung pulau Jawa. Provinsi
yang masyarakat aslinya disebut masyarakat suku Sunda ini dike... Pakaian Adat Bali Pria dan
Wanita, Gambar, beserta Penjelasannya Pakaian adat Bali - Di seluruh dunia, Bali dikenal
dengan julukan Pulau Dewata. Julukan ini diberikan bukan tanpa alasan. Selain karena kei... 5
Pakaian Adat Betawi, Nama, Gambar, dan Penjelasannya Pakaian Adat Betawi DKI Jakarta -
Meski secara historis suku Betawi bukanlah suku asli DKI Jakarta, kebudayaan dan adat
istiadat dari suku ... Pakaian Adat Jawa Tengah : Keseharian dan Pakaian Pengantin Suku
Jawa merupakan suku mayoritas masyarakat Indonesia. Dengan populasi lebih dari 100 juta
jiwa, budaya Jawa menjadi budaya yang paling di... Senjata Tradisional Indonesia dari 35
Provinsi, Nama, Gambar, dan Asalnya Senjata Tradisional - Indonesia dikenal sebagai negara
dengan kekayaan budaya yang paling besar di dunia. Kekayaan budaya tersebut sebagai ...
Pakaian Adat Maluku, Gambar, beserta Keterangannya Pakaian Adat Maluku - Provinsi Maluku
merupakan provinsi yang dikenal memiliki sejarah paling tua di antara provinsi lainnya di
Nusantara. ... 7 Alat Musik Tradisional Maluku, Gambar, dan Penjelasannya Sejak dahulu,
Maluku dikenal sebagai provinsi penghasil musisi-musisi berbakat kelas dunia. Sebut saja Ruth
Sahanaya, Glen Fredly, Ello Tahi... 8 Pakaian Adat Sumatera Utara dan Keterangannya +
Gambar Pakaian adat Sumatera Utara - Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak
di ujung utara Pulau Sumatera. Provinsi yang berbatasan d... ADAT UNGGULAN 34 Pakaian
Adat Indonesia : Gambar, Nama, Tabel, dan Penjelasannya Pakaian Adat Bali Pria dan Wanita,
Gambar, beserta Penjelasannya 35 Rumah Adat Indonesia, Nama, Gambar, dan
Penjelasannya 34 Pakaian Adat Indonesia : Gambar, Nama, Tabel, dan Penjelasannya -
Bagian 2 Senjata Tradisional Indonesia dari 35 Provinsi, Nama, Gambar, dan Asalnya 5
Pakaian Adat Jawa Barat (Sunda), Gambar, dan Keterangannya KATAGORI 1. Sumatera 2.
Jawa 3. Kalimantan 4. Sulawesi 5. Bali dan NT 6. Maluku dan Papua Alat Musik Tradisional
Lagu Daerah Pakaian Adat Rumah Adat Senjata Tradisional Tarian PERKENALKAN! Halo,
saya Melly Novianti. Seorang Alumni Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
yang saat ini tengah sibuk menjadi PNS Dinas Pariwisata Provinsi Lampung. Temui saya di
akun G+. Back to top! Copyright 2013 Adat Tradisional - All Rights ReservedDesign by Mas
Sugeng - Powered by Blogger 

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/pakaian-adat-jawa-tengah.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.

 Beranda

Mazyra's Blog
Bersikap positif tidak hanya akan mengubah hidup tapi juga akan mengubah dunia
Blogger templates
 HOME
 MENU 1
 MENU 2
 MENU 3
 MENU 4

Search Go
 

ADAT ISTIADAT / TRADISI MASYARAKAT SEMARANG


Maryza Intan - 18.42 
ADAT ISTIADAT MASYARAKAT SEMARANG

 MANTENAN

Setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing. Begitu juga dengan kota Semarang. Salah satunya

adalah tradisi Manten Semarangan. Pengantin (mantenan) Semarang asli merupakan budaya tradisional

yang harus dilestarikan keberadaannya.

Pengantin Semarangan mempunyai pakaian khas untuk masing-masing mempelai. Pengantin wanita

memakai pakaian jawa biru gelap dengan kancing emas dan berkerah Shanghai. Pengantin wanita juga

memakai sarung tangan dan kaus kaki dengan sepatu yang berwarna sama dengan pakaiannya.

Rambut pada mempelai wanita memakai aksesoris berupa mahkota, beberapa cunduk mentul dengan

garis emas, hitam, dan perak. Ada pulaperhiasan di telinga ditambah di dekatkannya dipasang untaian

melati dan cempaka kuning.

Pengantin pria berpakaian jubah sepanjang lutut dengan pakaian luarnya terbuat dari bludru biru gelap.

Kepalanya memakai sorban dan di sisi dipasang untaian melati, cempaka kuning, mawar, dan magnolia.

Pada pinggang dikenakan ikat pinggang berwarna kuning dan selempang dipasang dari bahu kanan ke

pinggang kiri. Dilengkapi pula dengan sarung tangan putih dan sandal selop.

Prosesi mantenan Semarangan, sang penganten putri ditandu di atas Joli dengan gelang emas serenteng,

kalung dan giwang gemerlap serta pilis emas di dahinya. Sang penganten putra dengan gagah

menunggang seekor kuda, lengkap dengan pedang terselip di pinggang mengiringi sang penganten putri.

  DUGDERAN
Kata WARAK berasal dari bahasa arab “Wara’i” yang berarti suci dan NGENDOG yang
artinya bertelur disimbolkan sebagai hasil pahala yang didapat seseorang setelah sebelumnya
menjalani proses suci. Secara harfiah, Warak Ngendog bisa diartikan sebagai siapa saja yang
menjaga kesucian di Bulan Ramadhan, kelak di akhir bulan akan mendapatkan pahala di Hari
lebaran. Ciri khas bentuk yang lurus dari Warak Ngendog ini mengandung arti filosofis
tersendiri. Bentuk lurus tersebut menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka, lurus dan
berbicara apa adanya. Tak ada perbedaan antara ungkapan hati dengan ungkapan lisan. Selain itu
Warak Ngendog juga mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Kota
Semarang. Pada setiap bulan puasa tiba Warak Ngendog mudah dijumpai dalam bentuk mainan
khas Kota Semarang yang muncul sekali dan hanya hadir di perayaan tradisi Dugderan. Mainan
ini berwujud makhluk rekaan yang merupakan gabungan dari beberapa binatang yang
merupakan simbol persatuan dari berbagai golongan etnis warga kota Semarang, yaitu Cina,
Arab dan Jawa. Kepalanya menyerupai kepala naga (Cina), tubuhnya layaknya buraq (Arab), dan
empat kakinya menyerupai kaki kambing (Jawa).
DUGDERAN
Munculnya tradisi “Dugderan” yang tetap dilestarikan hingga sekarang. Dimulai pada masa
pemerintahan Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat pada tahun 1891 guna menandai dimulainya
bulan suci Ramadhan, diselenggarakan upacara dengan membunyikan suara bedug (Dug-dug-
dug) dan dentuman suara meriam (Der). Sehingga jadilah istilah Dug-der, dug-deran.
Dalam keramaian tersebut dimeriahkan juga dengan mainan anak-anak yang disebut dengan
“Warak Ngendog”. Maka tradisi ini tetap dilestarikan hingga sekarang dan menjadi ciri khas
budaya Kota Semarang menjelang datangnya bulan puasa bagi umat Islam.

UPACARA ADAT SIRAMAN


Salah sijine adat tata cara pengantenan yaiku siraman calon penganten . Sakdurunge acara
siraman calon penganten putri, sedina sakdurunge sing duwe gawe wis utusan paraga golek
banyu sumber pitu , sumber pitu utawa tuk pitu mau bisa wujud sendhang utawa sumur ,dadi
dudu banyu kali sing ora suci amarga wis reget.
Sakwise calon penganten putri dibusanani busana siraman , rambut diore , dikanthi mijil
saka kamar busana, sungkem caos bekti luwih dhisik marang sepuh piniji ( putri ) kang lungguhe
wis ditata sakdurunge , jejer-jejer .Urutan sing keri dhewe lenggahe ibulan ramane calom
penganten putri . Sakwise sungkem pangabekti , calon penganten putri tumuli dikanthi dening
dening rama lan ibune manjing papan siraman . Calon penganten putrid dilenggahake ing papan
siraman kang wis cinawisake.Rama lan ibune banjur nampa banyu sumber pitu saka paraga kang
piniji ,sabanjure banyu sumber pitu kacampurake ing jembangan kang arep dienggo siraman
.Sakwise banyu dicampur, dhukun penganten ngandani para sepuh putrid kang piniji mbaka siji
nyirani calon penganten pungkasane rama lan ibune .Rampung siraman nuli nindakake acara
pecah pamor.Carane ,kendhi pratala sing isi banyu dicurake dening ramane kanggo wudlu
tumrap calon penganten putri sing muslim ,dene saliyane cukup kanggo raup nganti banyune
entek.Yen kendi wis kothong,banjur dicekel bareng dening rama lan ibune ,kendhi ditibakake
utawa dibanting karo ngucap :”Aku ora mecah kendhi,nanging mecah pamore anakku”.Sakwise
kendi pecah ,calon penganten putri banjur dianduki lan dibopong  mlebu kamar proboyoso
dening rama lan ibune,pepindhane kaya digendong kanthi kebak rasa tresna asih .
RINGKESAN WACAN SIRAMAN        

 Siraman yaiku suatu prosesi ( upacara adat ) ingkang nggadahi tujuwan ngeresiki
reregeting awak lair tuwin batin .
 Ingkang dibutuhaken ing upacara adat Siraman yaiku :

1.   Banyu utawa toya saking 7 sumber ( 7 tuk )sing beda panggonane . angka pitu ing upacara
siraman nggadahi arti pitulungan kanggo panguripanne calon penganten .
2.   Banyu utawa toya sing dikumpulke mau kudu saka kaluwarga sing sejahtera .
3.   Toyane uga kudu saka kaluwarga  sing isa menehi teladan urip

 Paraga yaiku wongsing nyirami penganten nganggo banyu siraman mau .

 Wong paraga : 7 pasang kaluwarga sing isih utuh , 7 pasang kaluwarga sing sejahtera , 7
pasang kaluwarga sing wis tuwa ( wis pernah nikahake anakke ) , 7 pasang kaluwarga
sing isa maringi teladan urip .

 Kendi pratala yaiku wadah banyu siraman .


 Nalika kendi pratala dipecah karo wong tuwane penganten , wong tuwa penganten mau
ngomong “Aku ora mecah kendi iki ,ananging mecah pamore anakku supaya dadi pribadi
kang utama” .
 Ruang probosuyasa yaiku ruang rias penganten putri supaya dadi ayu sawise upacara
siraman dipungkasi .

KEMBAR MAYANG
Kembar mayang biasane digawa ing acara “ Temu Nganten “ ing ngarep lawang omah
penganten putri . Kembang mayang iki digawa karo sepasang praja utawa remaja wadon lan
sepasang praja putra sing iseh jejaka lan perawan .Kembar mayang sing digawa karo pihak putri
dituker kaliyan kembar mayang sing digawa karo pihak penganten kakung.
Miturut tradisi Jawa sing sampurna utawa lengkap, kembar mayang yaiku karangan sekar
utawa kembang sing terdiri saka godhong-godhong wit klapa( janur ) sing ditancepake ing
tanggul klapa . Lan dekorasi kembang mayang iki duweni makna utawa arti sing becik.
       Hiasan sing bentuke awujud gunung dhuwur lan amba ngelambangake yen penganten kakung
kudu berpengetahuan luas utawa duwe ilmu pengetahuan sing becik , berpengalaman , lan sabar .
       Hiasan sing bentuke awujud keris duweni arti supaya pasangan penganten kudu ati-ati ing
panguripane .
       Hiasan awujud cemeti utawa cambuk, duweni arti pasangan kudu berpikir positif sing harapane
supaya uripe bahagia .
       Hiasan awujud payung nduweni arti pasangan kudu ngelindungi kaluwargane dhewe.
       Hiasan awujud walang nduweni arti pasangan penganten kudu tangkas,berpikir cepet , lan jupuk
kaputusan sing bener nganggo keslametan kaluwargane.
       Hiasan awujud manuk : pasangan kudu nduweni tujuwan urip sing becik .
       Godhong ringin : pasangan kudu ngelindungi kaluwargane dhewe lan wong liya .
       Godhong kruton : nduweni arti ngelindungi pasangan penganten saka roh jahat .
       Godhong dadap serep : nandaake pasangan penganten kudu duwe pikiran jernih lan tenang
ngadhepi masalah kaluwargane .
       Bunga patra manggala : digunaake nganggo hiasan kembar mayang .
   
NYADRAN
Menyambut datangnya bulan suci Ramadan, warga Semarang melakukan ritual Nyadran
sejak memasuki bulan Ruwah. Nyadran adalah ziarah kubur. Mereka mendoakan arwah leluhur.
Pemakaman di Semarang setiap harinya didatangi banyak keluarga untuk mendoakan kerabat
mereka yang telah meninggal dunia.

Acara Nyadran itu ada yang dilaksanakan secara pribadi, ada pula yang dilakukan secara
serempak satu dusun. Ini seperti yang dilakukan warga Dusun Pucung, Kelurahan Pudak Payung,
Semarang, Jumat (27/6) pagi. Ratusan orang datang ke kawasan Sendhang Gedhe—mata air di
dusun itu—untuk berdoa bersama yang diakhiri pesta makan bersama.

"Ini bentuk pelestarian budaya untuk mengirim doa kepada arwah leluhur. Di sisi lain, kami
membersihkan mata air di sini sebagai wujud memelihara alam. Di sini ada harmoni kehidupan,"
kata Poerwa Kasmanto, Lurah Pudak Payung.

Sementara itu, sesepuh warga Atmorejo mengajak semua warga untuk selalu mengingat leluhur
mereka. Warga di sana percaya bahwa cikal bakal desa itu adalah Kiai dan Nyai Tayem yang
dimakamkan di pemakaman di dekat sendang itu.
Dari sisi antropologi, Kiai dan Nyai Tayem adalah sosok pahlawan kebudayaan (culture hero).
Orang Jawa kemudian menyebutnya sebagai danyang. Sosok danyang itu dipercaya selalu
mengikuti kehidupan perkembangan desa yang pernah dikembangkannya.

NYADRAN

Berasal dari kata sraddha, nyraddha, nyraddhan, akhirnya luruh menjadi nyadran. Dari buku
Kalangwan karya PJ Zoetmulder, pakar bahasa Jawa dan juga kebudayaan Jawa, upacara
Sraddha di Jawa terlacak dilakukan sejak zaman Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu,
sekitar tahun 1350 Masehi. Sraddha kala itu untuk memperingati wafatnya ratu Majapahit
Tribhuwana Tungga Dewi.

Seiring masuknya pengaruh Islam ditandai runtuhnya dinasti Majapahit dan berganti Kerajaan
Demak, ritual itu tetap ada. Namun, kini Nyadran tidak hanya untuk raja, tetapi untuk arwah
leluhur masing-masing keluarga dengan napas islami.

Nyadran di Jawa juga ada sebutan lain, mulai dari ziarah kubur, besik, punggahan, dan ruwahan.
Maknanya tetap sama, yakni mendoakan arwah leluhur.

 POPOKAN
Sendang adalah merupakan sebuah desa di kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa

Tengah, Indonesia. Terkenal dengan budayanya yaitu "popokan" sebuah upacara adat lempar lumpur yang

diperingati pada bulan agustus tepatnya hari jumat kliwon. Upacara ini sudah turun temurun sejak

terbentuknya desa sendang. Upacara ini diawali dengan pembersihan mata air atau sendang itu sendiri,

selanjutnya setelah sholat jumat warga membawa "ambeng" atau makanan dan jajan pasar ke rumah

bayan (pengurus kampung) untuk acara selamatan. Setelah itu warga menuju perbatasan untuk

mengadakan acara arak arakan, dalam acara ini terdapat kesenian dari desa sendang itu sendiri yaitu reog

atau jatilan, noknik (pagelaran wayang orang), serta penampilan dari kreasi warga tiap RT nya.Dibarisan

depan terdapat macan persembahan. Setibanya arak rakan ini di tempat popokan maka modin (pemuka

agama) membacakan doa selanjutnya di ikuti perebutan persembahan oleh warga. Setelah itu acara

popokan dilaksanakan, warga saling melempar lumpur namun tidak ada emosi disini mereka

melaksanakan dengan suka cita, demikian juga penontonya jika terkena lemparan tidak boleh marah

karena kata orang dulu orang yang terkena lemparan lumpur maka niscaya mendapat berkah.

Tradisi popokan sendiri berjalan sudah lama. Tradisi ini bermula ketika ada gangguan dari seekor macan

yang mengancam warga, merusak tananaman dan meneror warga desa sendang. Namun diusir memakai

senjata macan tidak mau pergi warga sempat takut dibuatnya, setelah itu ada seorang pemuka adat yang

menyarankan agar macan tersebut diusir menggunakan tanah atau lumpur sawah dan yang terjadi

macanpun pergi warga dengan suka cita merayakanya dengan lempar lumpur yang sekarang menjadi

tradisi dan identitas wazrga desa sendang.

Popokan sendiri bermakna pembersihan diri atau bisa diartikan menghilangkan kejahatan/keburukan

tidak harus dengan kekerasan, namun dengan rendah diri dan taat pada ALLAH SWT maka niscaya semua

itu bisa dilawan.

MAGENGAN

Megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan. Tidak hanya menahan nafsu makan dan

minum  , tetapi juga menahan dari segala nafsu , seperti amarah dan juga hal-hal yang bisa membatalkan

puasa. Maksud sebenarnya dari Megengan adalah bahwa sebentar lagi mau memasuki bulan suci

Ramadhan karena di bulan tersebut   umat muslim berkewajiban untuk melaksanakan ibadah puasa

sebulan penuh. Megengan biasanya dilakukan menjelang minggu terakhir di bulan Sya’ban. Menurut

ceritanya, Tradisi Megengan ini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada saat penyebaran agama Islam di

Jawa, terutama Jawa Timur. 


dalam acara Megengan biasanya ada acara mendoakan para sesepuh yang telah wafat. Selain itu dalam

tradisi Megengan juga diisi dengan  acara   syukuran dengan membagi-bagikan  makanan terutama kue

apem. Kue apem ini sebenarnya adalah ungkapan   permintaan maaf secara tidak langsung , misalnya

kepada tetangga, saudara-saudara dan orang di sekitar . Karena apem ini berasal dari kata afum yang

artinya adalah meminta maaf dan memberi maaf.  Dan menurut ceritanya karena dalam masyarakat Jawa

tidak mengenal huruf „F“,  maka kata Afwun berubah menjadi Apwun, lalu menjadi apwum , kemudian

apwem dan akhirnya menjadi  apem. Pendengar,   biasanya masyarakat di Jawa Timur ini selain

membagikan kue apem juga  membagikan pisang raja.

Menurut ceritanya, kue apem dan pisang raja ini apabila disatukan akan menjadi payung. Payung

melambangkan perlindungan dari segala cobaan selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Dilihat

dari bahan dasarnya, kue apem melambangkan kebersihan dan kesucian, karena bahan dasarnya adalah

beras putih. Warna putih melambangkan kesucian. Kemudian santan, merupakan sari buah kelapa yang

juga mempunyai arti  “Santen” sebagai akronim dari kata  Jawa  Sagetho Nyuwun Pangapunten yang berarti

permohonan maaf. Sedangkan gula dan garam melambangkan perasaan hati. Sehingga apabila semua

bahan-bahan itu dijadikan satu maka mempunyai makna simbolis,   yaitu kesucian dan ketulusan

perasaan hati manusia.  Jadi secara simbolis , makan kue apem bisa diartikan memohon maaf kepada

keluarga, sanak saudara dan teman. Dan setelah makan kue apem ini , biasanya orang-orang saling

bersalaman saling meminta maaf dan kemudian membaca doa.

KIRIMKAN INI LEWAT EMAILBLOGTHIS!BERBAGI KE TWITTERBERBAGI KE FACEBOOK

← Text NarrativeDAMPAK GLOBALISASI PADA GAYA HIDUP MASYARAKAT →Beranda

1 Response to “ADAT ISTIADAT / TRADISI MASYARAKAT


SEMARANG”

Reply

Dewi naoli says:
10 Desember 2016 03.21

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi
files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem
dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)

ivank gribatako.blogspot
Blogger templates
Popular Posts

ADAT ISTIADAT / TRADISI MASYARAKAT SEMARANG

ADAT ISTIADAT MASYARAKAT SEMARANG   MANTENAN Setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing.

Begitu juga dengan kota Semaran...

DAMPAK GLOBALISASI PADA GAYA HIDUP MASYARAKAT

TUGAS PKN DAMPAK GLOBALISASI DALAM POLA GAYA HIDUP MASYARAKAT Disusun Oleh : 1.        Maryza

Intan Rahmawati            (...

Text Narrative

THE THREE LIONS AND THE TINY ANIMALS Once upon a time, in a part of the jungle, there lived three

animals. They were a rabbit ...

 Latihan Soal Ujian Nasional

Hai teman teman ?? Bentar lagi kan buat kalian yang SD,SMP,SMA bakal menghadapi Ujian Nasional

kan,nah buat kalian aku ada link buat latihan...

 Keutamaan Berhijab
Haiiii..?? :D Buat kaliann para wanita muslimah,apakah saat ini kalian berhijab?? Sesungguhnya memakai

jilbab itu wajib lho buat wanita musl...

 Menjaga Kesehatan Remaja

Menjaga Kesehatan Remaja agar Tetap Sehat sampai Tua Kebiasaan-kebiasaan, pola dan gaya hidup pada

masa remaja/muda akan berdampak pada m...

 Tips Sukses Ujian Nasional

 haii guyss..?? :D Buat kalian nii yang sebentar lagi bakal menghadapi UJIAN NASIONAL ada beberapa tips

SUKSES UJIAN NASIONAL .. Semoga deng...

 How to Plant Miana

Name          : Maryza   Intan   Rahmawati            (17/9A)                     Mia   Pitaloka   Krisna   Putri          

(19/9A) ...

 (tanpa judul)

BLOGGER^^ Hayyy There.. I'm using a blogger

 Cara Mendesain Kamar Tidur agar Nyaman

9 cara dan langkah yang bisa ditempuh untuk mendesain interior kamar tidur Anda agar kamar tidur

menjadi nyaman dan membuat Anda bisa tid...

My Blog List

 Beranda

Páginas
 Beranda

Translate

Diberdayakan oleh  Terjemahan


Followers
Blog Archive
 ▼ 2015 (6)
o ► Maret (1)

o ▼ Februari (2)

 ADAT ISTIADAT / TRADISI MASYARAKAT SEMARANG

 DAMPAK GLOBALISASI PADA GAYA HIDUP MASYARAKAT

o ► Januari (3)

 ► 2014 (4)

Maryza Intan

Lihat profil lengkapku


Entradas populares

ADAT ISTIADAT / TRADISI MASYARAKAT SEMARANG

ADAT ISTIADAT MASYARAKAT SEMARANG   MANTENAN Setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing.

Begitu juga dengan kota Semaran...

DAMPAK GLOBALISASI PADA GAYA HIDUP MASYARAKAT

TUGAS PKN DAMPAK GLOBALISASI DALAM POLA GAYA HIDUP MASYARAKAT Disusun Oleh : 1.        Maryza

Intan Rahmawati            (...

Text Narrative
THE THREE LIONS AND THE TINY ANIMALS Once upon a time, in a part of the jungle, there lived three

animals. They were a rabbit ...

 Latihan Soal Ujian Nasional

Hai teman teman ?? Bentar lagi kan buat kalian yang SD,SMP,SMA bakal menghadapi Ujian Nasional

kan,nah buat kalian aku ada link buat latihan...

 Keutamaan Berhijab

Haiiii..?? :D Buat kaliann para wanita muslimah,apakah saat ini kalian berhijab?? Sesungguhnya memakai

jilbab itu wajib lho buat wanita musl...

 Menjaga Kesehatan Remaja

Menjaga Kesehatan Remaja agar Tetap Sehat sampai Tua Kebiasaan-kebiasaan, pola dan gaya hidup pada

masa remaja/muda akan berdampak pada m...

 Tips Sukses Ujian Nasional

 haii guyss..?? :D Buat kalian nii yang sebentar lagi bakal menghadapi UJIAN NASIONAL ada beberapa tips

SUKSES UJIAN NASIONAL .. Semoga deng...

 How to Plant Miana

Name          : Maryza   Intan   Rahmawati            (17/9A)                     Mia   Pitaloka   Krisna   Putri          

(19/9A) ...

 (tanpa judul)

BLOGGER^^ Hayyy There.. I'm using a blogger

 Cara Mendesain Kamar Tidur agar Nyaman

9 cara dan langkah yang bisa ditempuh untuk mendesain interior kamar tidur Anda agar kamar tidur

menjadi nyaman dan membuat Anda bisa tid...

Blogger news
About
Theme by Viagra Generika
Cialis Generika | Trucks | SUV
© 2011 Mazyra's Blog
Bloggerized by Free Blogger Templates and Blog Teacher

Anda mungkin juga menyukai