►
Home » Rumah Adat » Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo
Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo
Penjelasan di bawah ini akan menguraikan secara rinci mengenai rumah adat Jawa Tengah yang terkenal dengan rumah
joglo disertai dengan penjelasan mengenai rumah adat Jawa Tengah lainnya.
Sesuai dengan namanya, Provinsi Jawa Tengah berada di bagian tengah Pulau Jawa dengan Semarang sebagai Ibukotanya.
Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, sedangkan sebelah selatan berbatasan
dengan Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta, lalu disebelah timur berbatasan dengan Jawa Timur, dan di
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Selain itu Provinsi Jawa Tengah juga mencakup Pulau Nusakambangan di
sebelah selatan dan juga Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Mendengar kalimat rumah adat Jawa Tengah, yang terlintas pertama kali pastilah rumah joglo. Hal ini dikarenakan rumah
joglo sudah menjadi identitas ataupun ciri khas dari rumah adat Jawa Tengah bahkan hingga Jawa Timur dan Yogyakarta.
Akan tetapi, selain rumah Joglo terdapat pula rumah adat lainnya yang terdapat di Jawa Tengah yang bentuknya tidak
kalah menarik dan bersejarah. Sejarah jawa menyatakan bahwa rumah adat dari Jawa Tengah diklasifikan menjadi lima
kategori, yaitu Joglo (Tikelan), Tajug (Tarub), Limasan, Kampung dan Panggang Pe. Perbedaan dari kelima rumah adat
ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Kategori
Rumah
Adat
N Jawa Soko
o Tengah Guru Atap Bubungan Bentuk atap tampak samping
Joglo 4
atau belah
1 Tikelan Ada sisi Ada
Tajug 4
atau belah Tidak ada
2 Tarub Ada sisi (meruncing)
4 Ada
Tidak belah
3 Limasan Ada sisi
2
Tidak belah
4 Kampung Ada sisi Ada
1
Panggang Tidak belah
5 Pe Ada sisi Tidak ada
*geser tabel
1. Rumah Joglo
Rumah joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang dibangun berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan
rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG LOro (JUGLO) dan
berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat
suci atau rumah para dewa.
Tidak hanya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta pun memiliki rumah joglo dengan cirri khas daerahnya masing-
masing. Ciri khas rumah joglo secara umum yaitu memiliki pekarangan yang luas dan lapang tanpa dibatasi oleh sekat,
bangunannya berbentuk persegi panjang, memiliki tiga pintu depan dan terdapat tiang yang disebut Soko Guru atau Saka
Guru. Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama yaitu, Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah Dalem
atau Omah Njero dan bagian tambahan lainnya. Berikut ini skema sederhana rumah Joglo.
1.1 Pendhapa atau Pendopo
Pendhapa atau pendopo merupakan bagian depan rumah yang terbuka, tidak berdinding, berpagar ataupun bersekat dan
tempat tiang Soko Guru berada. Kata dasar Pendhapa yaitu Andhap yang berarti rendah, karena posisinya yang lebih
rendah dari Omah Ndalem. Umumnya ruangan ini dimanfaatkan penghuninya sebagai tempat pertemuan, menerima tamu,
kerabat dan saudara. Kadang kala tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat latihan menari dan kegiatan lainnya.
Ruang depan yang terbuka menggambarkan falsafah penduduk Jawa yang memiliki sifat ramah, terbuka dan
membebaskan siapa saja tamu yang hendak datang. Sebagai pengganti meja dan kursi, lantai teras dilapisi tikar agar
suasana dapat lebih santai dan lebih akrab sehingga tidak terdapat perbedaan status antara penghuni kediaman dan tamu.
Uniknya, walaupun letaknya di bagian depan, jalur utama untuk memasuki rumah bukanlah dari pendopo akan tetapi
melewati pintu samping.
1.2. Pringgitan
Pringgitan merupakan suatu ruangan yang mengkoneksikan pendopo dengan omah njero atau omah dalem. Pringgitan
merupakan sebuah ruangan semi privat yang biasanya digunakan sebagai ruang tamu untuk menerima tamu atau saudara
yang lebih dekat hubungan kekerabatannya. Umumnya antara Pendhapa dengan pringgitan tidak dibatasi oleh sekat
sehingga kita dapat melihat pendhapa secara keseluruhan, namun sekarang ini banyak juga pringgitan yang diberi sekat
atau sketsel dengan pendhapa, sedangkan sekat dengan omah ndalem menggunakan gebyok. Masyarakat Jawa dahulu
biasa menggunakan Pringgitan untuk menghelat pagelaran wayang kulit dan para penonton menyaksikan dari pendhapa.
Oleh karena itu ruangan ini disebut Pringgitan yang memiliki kata dasar Ringgit yang berarti wayang.
Penggunaan Pringgitan sebagai ruang interaksi dan pagelaran seni menggambarkan falsafah orang Jawa sebagai mahluk
social, mahluk budaya dan mahluk Tuhan, karena ruangan ini dahulu juga dimanfaatkan untuk upacara atau ruwetan
kepada para dewa, namun dengan berkembangnya agama islam ruangan ini digunakan sebagai tempat ibadah.
a. Krobongan
Krobongan berarti tempat pembakaran (berasal dari kata “Obong” atau bakar). Istilah tersebut diberikan karena senthong
tengah biasa digunakan sebagai ruangan untuk membakar kemenyan ketika si pemilik rumah melakukan upacara pitra
yadnya (pemujaan kepada leluhur).
b. Pasren
Pasren/pepasren/sesaji terbentuk dari kata pa-sri-an yang memiliki arti sebagai tempatnya Dewi Sri, yaitu dewi penguasa
tanaman padi. Saat datangnya musim panen, para petani membungkus seuntai padi yang pertama kali dipotong
menggunakan kain batik kemudian diletakkan di senthong tengah sebagai persembahan kepada Dewi Sri. Oleh karena itu
pasren disebut sebagai tempat untuk Dewi Sri.
c. Pedaringan
Pedaringan memiliki arti tempat padi (berasal dari kata “Daring” yang berarti gabah kering). Istilah itu disematkan karena
padi identik dengan Dewi Sri. Istilah berikutnya yaitu
d. Sepen
Sepen atau tempat untuk menyepi, karena ruangan ini sering digunakan oleh penghuninya untuk berdoa, bermeditasi dan
sembahyang.
e. Sri
Istilah yang terakhir yaitu Sri sesuai dengan nama Dewi Sri sebagai tempat Dewi Sri bertandang. Keberadaan Dewi Sri
diwujudkan dengan dibuatnya patung Loro Blonyo sebagai symbol dewi kemakmuran.
Senthong tengah ini sengaja tidak ditiduri atau sengaja dikosongkan oleh sang pemilik rumah. Dahulu isi ruangan dan
kelengkapan prasarana untuk upacara atau ritual di dalam senthong tengah disesuaikan dengan status ekonomi pemiliknya.
Untuk masyarakat dengan status ekonomi rendah seperti petani, senthong tengah hanya diisi dengan sebuah meja sesaji.
Untuk masyarakat keturunan bangsawan dan priyayi, selain meja sesaji, ruangan juga diisi tempat tidur berukuran kecil,
lengkap dengan kasur, bantal, guling, dan sprei. Sedangkan pada bangsawan dengan status sosial yang sangat tinggi, ruang
senthong tengah yang mereka miliki berukuran besar, tempat tidur yang ditaruh mengenakan kelambu, dan diletakkan
sepasang arca pengantin di depan kasurnya.
Salah satu ciri khas senthong tengah adalah kondisi ruangan yang sangat gelap sekali tanpa ada cahaya yang masuk. Hal
ini terjadi karena posisinya yang berada ditengah dan tidak terdapat jendela. Pemilik rumah berdoa dengan keadaan gelap
gulita dimana kondisi ini disebut pati geni yang berarti tidak melihat cahaya atau berada diruang hampa cahaya.
Senthong Tengen merupakan kamar yang berada di bagian kanan omah ndalem, sesuai dengan namanya “Tengen” yang
berarti kanan dalam bahasa Jawa. Umumnya kamar ini dimanfaatkan sebagai ruang tidur khusus pemilik rumah sehingga
sifatnya sangat pribadi dan tertutup untuk dimasuki orang luar. Akan tetapi kamar ini lebih multifungsi bila dibandingkan
dengan Senthong Kiwo karena untuk penduduk menengah ke atas pada jaman dahulu, ruangan ini dimanfaatkan sebagai
tempat penyimpanan barang-barang yang digunakan dalam acara resmi (pakaian adat, perhiasan), keperluan upacara
(dupa, kemenyan), dan barang pusaka (keris, tombak) yang tersimpan di dalam lemari. Namun bagi masyarakat menengah
kebawah biasanya senthong tengen hanya digunakan sebagai kamar tidur orang tua.
Gandhok merupakan ruangan yang terletak di bagian kanan dan kiri Pringgitan dan Omah Ndalem, bentuknya
bangunannya memanjang dan posisinya berpisah dari bangunan utama dengan halaman terbuka sebagai pemisah.
Umumnya Gandhok dimanfaatkan sebagai ruang tidur bagi keluarga, saudara dan tempat tamu menginap. Gandhok terdiri
atas dua bagian yaitu Gandhok Kiwo dan Gandhok Tengen. Gandhok Kiwo berada di bagian kiri bangunan Omah Ndalem
dan digunakan sebagai ruang tidur para laki-laki.
Gandhok Tengen berada di bagian kanan bangunan Omah Ndalem dan digunakan sebagai ruang tidur para perempuan.
Walaupun umumnya digunakan sebagai ruang tidur, adakalanya Gandhok juga digunakan sebagai tempat menyimpan
bahan makanan.
1.9. Pawon
Pawon atau dapur berada di bagian belakang Omah Ndalem yang dipisahkan dengan halaman terbuka seperti halnya
Gandhok. Posisi dapur dipisahkan dari bangunan inti karena bangunan inti dianggap sangat suci dan sacral sehingga tidak
baik bila berdekatan dengan dapur yang kotor. Dahulu proses memasak masih memakai kayu sebagai sumber bahan bakar
sehingga dapur identik dengan banyaknya abu yang terbentuk dari hasil pembakaran. Oleh karena itu kata pawon berasal
dari kata dasarnya yaitu awu atau abu.
1.10. Pekiwan
Pekiwan dimanfaatkan sebagai kamar mandi dan toilet bagi para penghuni rumah. Di dalam pekiwan ini terdapat sumur
sebagai sumber air yang digunakan untuk mandi, mencuci dan memasak. Uniknya posisinya jauh terpisah dari bangunan
inti yaitu berada di bagian belakang dapur. Seperti halnya dapur, Pekiwan dianggap sebagai tempat yang kotor dan bau
sehingga posisinya tidak boleh berdekatan dengan bangunan inti.
1.11. Seketheng
Seketheng merupakan dinding pembatas yang terbuat dari batu bata dan memiliki dua buah gerbang kecil. Seketheng
digunakan sebagai penghubung halaman luar rumah dengan halaman dalam rumah.
Umumnya rumah Joglo dibangun menggunakan kayu jati berkualitas tinggi sehingga awet tetapi juga mahal. Oleh karena
itu dahulu rumah Joglo hanya mampu dibangun untuk masyarakat kalangan atas. Struktur utama rumah Joglo berupa
struktur Rongrongan yang terbentuk dari beberapa bagian seperti gambar berikut:
Meskipun strukturnya dibangun dari beberapa bagian namun rumah Joglo lebih dikenal dengan tiang soko guru dan
tumpang sarinya. Tiang Soko Guru atau Sakaning Guru merupakan empat buah tiang penopang atap yang berada dibagian
tengah pendhapa dan lebih tinggi dari tiang-tiang lainnya. Selain fungsinya sebagai penopang atap dan penyangga
tegaknya rumah, masing-masing tiang ini juga menjadi simbol empat arah mata angin yang mewakili empat esensi
kesempurnaan hidup dan esensi dari sifat manusia. Tiang soko guru ini terletak dibagian pendopo terdiri bersama dengan
tiang pangarak atau tiang samping yang menopang bagian lain pendopo.
Walaupun berfungsi sebagai penopang atap, tiang-tiang soko guru ini tidak langsung bersentuhan dengan atap, akan tetapi
menempel pada suatu undakan - undakan atau balok-balok yang bersusun dan memiliki pola piramida terbalik atau
brunjung, yaitu semakin ke bawah semakin mengecil atau yang biasa dikenal dengan tumpang sari. Selain bentuk
brunjung atau piramida terbalik, sekarang ini banyak juga tumpang sari yang berbentuk menyerupai piramida dimana
susunan balok semakin ke atas semakin mengerucut. Tumpang sari ini berfungsi untuk menopang bagian langit-langit
Joglo (pamindhangan).
Selain tiang soko guru dan tumpang sari, tentu saja atap rumah joglo menjadi cirri khas utama rumah joglo. Penyebutan
Joglo berdasarkan bentuk atapnya yang berbentuk gunung dan dinamakan Tajug, namun kemudian berkembang menjadi
atap Joglo/Juglo yaitu singkatan dari Tajug Loro atau dua tajug yang digabungkan menjadi satu.
Atap rumah Joglo terdiri atas dua bagian, yaitu rangka atap dan penutup atap. Bahan yang umumnya digunakan untuk
rangka atap Joglo yaitu kayu, baik kayu polos maupun yang dipenuhi ukiran, yang disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi masing-masing penghuni. Sedangkan bahan penutup atap biasanya menggunakan genteng tanah liat dan atap
sirap.
Genteng tanah liat dihasilkan dari tanah liat yang ditekan kemudian dibakar. Kekurangan dari genteng ini adalah
terjadinya perubahan warna dan munculnya jamur bila semakin lama digunakan. Sedangkan atap sirap terbuat dari
kepingan tipis kayu ulin. Kelebihan penutup atap ini yaitu ringan, kuat, memantulkan panas sehingga membuat ruangan
dibawah lebih sejuk dan membuat tampilan atap lebih cantik. Selain itu atap sirai mampu bertahan sampai 25 tahun
bahkan bisa selamanya bergantung dari lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap.
Bentuk atap rumah Joglo terdiri dari beberapa macam, seperti gambar berikut.
Joglo Lambang
Joglo Pengrawit Joglo Hageng Joglo Jompongan Sari
*geser tabel
Rumah Adat Aceh | Rumoh Aceh
Rumah Adat Maluku | Rumah Baileo
Rumah Adat Papua | Rumah Honai
Rumah Adat Papua Barat | Rumah Kaki Seribu
Rumah Adat Maluku Utara | Rumah Sasadu
Rumah Adat Jawa Tengah | Rumah Joglo
Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Tradisional, Senjata Tradisional, Lagu Daerah, Suku, dan
Julukan 34 Provinsi di Indonesia
Indonesia begitu kaya akan budaya, hal ini dipengaruhi oleh wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan sehingga menambah
Indonesia adalah negara dengan banyak suku. Hasilnya adalah Indonesia memiliki banyak rumah tradisional, bahasa, pakaian dan
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai rumah adat Nusa Tenggara Timur yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di
Kali ini kita akan menjelaskan mengenai rumah adat Nusa Tenggara Barat yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di
Provinsi Bali terdiri dari kumpulan beberapa pulau dimana pulau yang paling besar adalah Pulau Bali dan beberapa pulau yang
internasional ke...
Sekarang kita akan membahas mengenai rumah adat Gorontalo yaitu Dulohupa salah satu rumah adat dari 34 provinsi di
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai Rumah Adat Maluku Utara yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai rumah adat Papua Barat yaitu salah satu rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia.
Rumah adat DKI Jakarta merupakan rumah adat betawi, yaitu penduduk pribumi jakarta dimana kata betawi berasal dari kata
Rumah Adat, Pakaian Adat, Tarian Tradisional, Senjata Tradisional, Lagu Daerah, Suku, dan
Julukan 34 Provinsi di Indonesia
Indonesia begitu kaya akan budaya, hal ini dipengaruhi oleh wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan sehingga menambah
Provinsi Bali terdiri dari kumpulan beberapa pulau dimana pulau yang paling besar adalah Pulau Bali dan beberapa pulau yang
Indonesia adalah negara dengan banyak suku. Hasilnya adalah Indonesia memiliki banyak rumah tradisional, bahasa, pakaian dan
Penjelasan di bawah ini akan menguraikan secara rinci mengenai rumah adat Jawa Tengah yang terkenal dengan rumah joglo
Rumah adat DKI Jakarta merupakan rumah adat betawi, yaitu penduduk pribumi jakarta dimana kata betawi berasal dari kata
Rumah adat Maluku adalah Rumah Baileo yang merupakan salah satu rumah adat dari 34 provinsi di Indonesia. Maluku di dunia
internasional ke...
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/08/pakaian-adat-jawa-tengah.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Beranda
Mazyra's Blog
Bersikap positif tidak hanya akan mengubah hidup tapi juga akan mengubah dunia
Blogger templates
HOME
MENU 1
MENU 2
MENU 3
MENU 4
Search Go
MANTENAN
Setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing. Begitu juga dengan kota Semarang. Salah satunya
adalah tradisi Manten Semarangan. Pengantin (mantenan) Semarang asli merupakan budaya tradisional
Pengantin Semarangan mempunyai pakaian khas untuk masing-masing mempelai. Pengantin wanita
memakai pakaian jawa biru gelap dengan kancing emas dan berkerah Shanghai. Pengantin wanita juga
memakai sarung tangan dan kaus kaki dengan sepatu yang berwarna sama dengan pakaiannya.
Rambut pada mempelai wanita memakai aksesoris berupa mahkota, beberapa cunduk mentul dengan
garis emas, hitam, dan perak. Ada pulaperhiasan di telinga ditambah di dekatkannya dipasang untaian
Pengantin pria berpakaian jubah sepanjang lutut dengan pakaian luarnya terbuat dari bludru biru gelap.
Kepalanya memakai sorban dan di sisi dipasang untaian melati, cempaka kuning, mawar, dan magnolia.
Pada pinggang dikenakan ikat pinggang berwarna kuning dan selempang dipasang dari bahu kanan ke
pinggang kiri. Dilengkapi pula dengan sarung tangan putih dan sandal selop.
Prosesi mantenan Semarangan, sang penganten putri ditandu di atas Joli dengan gelang emas serenteng,
kalung dan giwang gemerlap serta pilis emas di dahinya. Sang penganten putra dengan gagah
menunggang seekor kuda, lengkap dengan pedang terselip di pinggang mengiringi sang penganten putri.
DUGDERAN
Kata WARAK berasal dari bahasa arab “Wara’i” yang berarti suci dan NGENDOG yang
artinya bertelur disimbolkan sebagai hasil pahala yang didapat seseorang setelah sebelumnya
menjalani proses suci. Secara harfiah, Warak Ngendog bisa diartikan sebagai siapa saja yang
menjaga kesucian di Bulan Ramadhan, kelak di akhir bulan akan mendapatkan pahala di Hari
lebaran. Ciri khas bentuk yang lurus dari Warak Ngendog ini mengandung arti filosofis
tersendiri. Bentuk lurus tersebut menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka, lurus dan
berbicara apa adanya. Tak ada perbedaan antara ungkapan hati dengan ungkapan lisan. Selain itu
Warak Ngendog juga mewakili akulturasi budaya dari keragaman etnis yang ada di Kota
Semarang. Pada setiap bulan puasa tiba Warak Ngendog mudah dijumpai dalam bentuk mainan
khas Kota Semarang yang muncul sekali dan hanya hadir di perayaan tradisi Dugderan. Mainan
ini berwujud makhluk rekaan yang merupakan gabungan dari beberapa binatang yang
merupakan simbol persatuan dari berbagai golongan etnis warga kota Semarang, yaitu Cina,
Arab dan Jawa. Kepalanya menyerupai kepala naga (Cina), tubuhnya layaknya buraq (Arab), dan
empat kakinya menyerupai kaki kambing (Jawa).
DUGDERAN
Munculnya tradisi “Dugderan” yang tetap dilestarikan hingga sekarang. Dimulai pada masa
pemerintahan Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat pada tahun 1891 guna menandai dimulainya
bulan suci Ramadhan, diselenggarakan upacara dengan membunyikan suara bedug (Dug-dug-
dug) dan dentuman suara meriam (Der). Sehingga jadilah istilah Dug-der, dug-deran.
Dalam keramaian tersebut dimeriahkan juga dengan mainan anak-anak yang disebut dengan
“Warak Ngendog”. Maka tradisi ini tetap dilestarikan hingga sekarang dan menjadi ciri khas
budaya Kota Semarang menjelang datangnya bulan puasa bagi umat Islam.
Siraman yaiku suatu prosesi ( upacara adat ) ingkang nggadahi tujuwan ngeresiki
reregeting awak lair tuwin batin .
Ingkang dibutuhaken ing upacara adat Siraman yaiku :
1. Banyu utawa toya saking 7 sumber ( 7 tuk )sing beda panggonane . angka pitu ing upacara
siraman nggadahi arti pitulungan kanggo panguripanne calon penganten .
2. Banyu utawa toya sing dikumpulke mau kudu saka kaluwarga sing sejahtera .
3. Toyane uga kudu saka kaluwarga sing isa menehi teladan urip
Wong paraga : 7 pasang kaluwarga sing isih utuh , 7 pasang kaluwarga sing sejahtera , 7
pasang kaluwarga sing wis tuwa ( wis pernah nikahake anakke ) , 7 pasang kaluwarga
sing isa maringi teladan urip .
KEMBAR MAYANG
Kembar mayang biasane digawa ing acara “ Temu Nganten “ ing ngarep lawang omah
penganten putri . Kembang mayang iki digawa karo sepasang praja utawa remaja wadon lan
sepasang praja putra sing iseh jejaka lan perawan .Kembar mayang sing digawa karo pihak putri
dituker kaliyan kembar mayang sing digawa karo pihak penganten kakung.
Miturut tradisi Jawa sing sampurna utawa lengkap, kembar mayang yaiku karangan sekar
utawa kembang sing terdiri saka godhong-godhong wit klapa( janur ) sing ditancepake ing
tanggul klapa . Lan dekorasi kembang mayang iki duweni makna utawa arti sing becik.
Hiasan sing bentuke awujud gunung dhuwur lan amba ngelambangake yen penganten kakung
kudu berpengetahuan luas utawa duwe ilmu pengetahuan sing becik , berpengalaman , lan sabar .
Hiasan sing bentuke awujud keris duweni arti supaya pasangan penganten kudu ati-ati ing
panguripane .
Hiasan awujud cemeti utawa cambuk, duweni arti pasangan kudu berpikir positif sing harapane
supaya uripe bahagia .
Hiasan awujud payung nduweni arti pasangan kudu ngelindungi kaluwargane dhewe.
Hiasan awujud walang nduweni arti pasangan penganten kudu tangkas,berpikir cepet , lan jupuk
kaputusan sing bener nganggo keslametan kaluwargane.
Hiasan awujud manuk : pasangan kudu nduweni tujuwan urip sing becik .
Godhong ringin : pasangan kudu ngelindungi kaluwargane dhewe lan wong liya .
Godhong kruton : nduweni arti ngelindungi pasangan penganten saka roh jahat .
Godhong dadap serep : nandaake pasangan penganten kudu duwe pikiran jernih lan tenang
ngadhepi masalah kaluwargane .
Bunga patra manggala : digunaake nganggo hiasan kembar mayang .
NYADRAN
Menyambut datangnya bulan suci Ramadan, warga Semarang melakukan ritual Nyadran
sejak memasuki bulan Ruwah. Nyadran adalah ziarah kubur. Mereka mendoakan arwah leluhur.
Pemakaman di Semarang setiap harinya didatangi banyak keluarga untuk mendoakan kerabat
mereka yang telah meninggal dunia.
Acara Nyadran itu ada yang dilaksanakan secara pribadi, ada pula yang dilakukan secara
serempak satu dusun. Ini seperti yang dilakukan warga Dusun Pucung, Kelurahan Pudak Payung,
Semarang, Jumat (27/6) pagi. Ratusan orang datang ke kawasan Sendhang Gedhe—mata air di
dusun itu—untuk berdoa bersama yang diakhiri pesta makan bersama.
"Ini bentuk pelestarian budaya untuk mengirim doa kepada arwah leluhur. Di sisi lain, kami
membersihkan mata air di sini sebagai wujud memelihara alam. Di sini ada harmoni kehidupan,"
kata Poerwa Kasmanto, Lurah Pudak Payung.
Sementara itu, sesepuh warga Atmorejo mengajak semua warga untuk selalu mengingat leluhur
mereka. Warga di sana percaya bahwa cikal bakal desa itu adalah Kiai dan Nyai Tayem yang
dimakamkan di pemakaman di dekat sendang itu.
Dari sisi antropologi, Kiai dan Nyai Tayem adalah sosok pahlawan kebudayaan (culture hero).
Orang Jawa kemudian menyebutnya sebagai danyang. Sosok danyang itu dipercaya selalu
mengikuti kehidupan perkembangan desa yang pernah dikembangkannya.
NYADRAN
Berasal dari kata sraddha, nyraddha, nyraddhan, akhirnya luruh menjadi nyadran. Dari buku
Kalangwan karya PJ Zoetmulder, pakar bahasa Jawa dan juga kebudayaan Jawa, upacara
Sraddha di Jawa terlacak dilakukan sejak zaman Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu,
sekitar tahun 1350 Masehi. Sraddha kala itu untuk memperingati wafatnya ratu Majapahit
Tribhuwana Tungga Dewi.
Seiring masuknya pengaruh Islam ditandai runtuhnya dinasti Majapahit dan berganti Kerajaan
Demak, ritual itu tetap ada. Namun, kini Nyadran tidak hanya untuk raja, tetapi untuk arwah
leluhur masing-masing keluarga dengan napas islami.
Nyadran di Jawa juga ada sebutan lain, mulai dari ziarah kubur, besik, punggahan, dan ruwahan.
Maknanya tetap sama, yakni mendoakan arwah leluhur.
POPOKAN
Sendang adalah merupakan sebuah desa di kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia. Terkenal dengan budayanya yaitu "popokan" sebuah upacara adat lempar lumpur yang
diperingati pada bulan agustus tepatnya hari jumat kliwon. Upacara ini sudah turun temurun sejak
terbentuknya desa sendang. Upacara ini diawali dengan pembersihan mata air atau sendang itu sendiri,
selanjutnya setelah sholat jumat warga membawa "ambeng" atau makanan dan jajan pasar ke rumah
bayan (pengurus kampung) untuk acara selamatan. Setelah itu warga menuju perbatasan untuk
mengadakan acara arak arakan, dalam acara ini terdapat kesenian dari desa sendang itu sendiri yaitu reog
atau jatilan, noknik (pagelaran wayang orang), serta penampilan dari kreasi warga tiap RT nya.Dibarisan
depan terdapat macan persembahan. Setibanya arak rakan ini di tempat popokan maka modin (pemuka
agama) membacakan doa selanjutnya di ikuti perebutan persembahan oleh warga. Setelah itu acara
popokan dilaksanakan, warga saling melempar lumpur namun tidak ada emosi disini mereka
melaksanakan dengan suka cita, demikian juga penontonya jika terkena lemparan tidak boleh marah
karena kata orang dulu orang yang terkena lemparan lumpur maka niscaya mendapat berkah.
Tradisi popokan sendiri berjalan sudah lama. Tradisi ini bermula ketika ada gangguan dari seekor macan
yang mengancam warga, merusak tananaman dan meneror warga desa sendang. Namun diusir memakai
senjata macan tidak mau pergi warga sempat takut dibuatnya, setelah itu ada seorang pemuka adat yang
menyarankan agar macan tersebut diusir menggunakan tanah atau lumpur sawah dan yang terjadi
macanpun pergi warga dengan suka cita merayakanya dengan lempar lumpur yang sekarang menjadi
Popokan sendiri bermakna pembersihan diri atau bisa diartikan menghilangkan kejahatan/keburukan
tidak harus dengan kekerasan, namun dengan rendah diri dan taat pada ALLAH SWT maka niscaya semua
MAGENGAN
Megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan. Tidak hanya menahan nafsu makan dan
minum , tetapi juga menahan dari segala nafsu , seperti amarah dan juga hal-hal yang bisa membatalkan
puasa. Maksud sebenarnya dari Megengan adalah bahwa sebentar lagi mau memasuki bulan suci
Ramadhan karena di bulan tersebut umat muslim berkewajiban untuk melaksanakan ibadah puasa
sebulan penuh. Megengan biasanya dilakukan menjelang minggu terakhir di bulan Sya’ban. Menurut
ceritanya, Tradisi Megengan ini diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada saat penyebaran agama Islam di
apem. Kue apem ini sebenarnya adalah ungkapan permintaan maaf secara tidak langsung , misalnya
kepada tetangga, saudara-saudara dan orang di sekitar . Karena apem ini berasal dari kata afum yang
artinya adalah meminta maaf dan memberi maaf. Dan menurut ceritanya karena dalam masyarakat Jawa
tidak mengenal huruf „F“, maka kata Afwun berubah menjadi Apwun, lalu menjadi apwum , kemudian
apwem dan akhirnya menjadi apem. Pendengar, biasanya masyarakat di Jawa Timur ini selain
Menurut ceritanya, kue apem dan pisang raja ini apabila disatukan akan menjadi payung. Payung
melambangkan perlindungan dari segala cobaan selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Dilihat
dari bahan dasarnya, kue apem melambangkan kebersihan dan kesucian, karena bahan dasarnya adalah
beras putih. Warna putih melambangkan kesucian. Kemudian santan, merupakan sari buah kelapa yang
juga mempunyai arti “Santen” sebagai akronim dari kata Jawa Sagetho Nyuwun Pangapunten yang berarti
permohonan maaf. Sedangkan gula dan garam melambangkan perasaan hati. Sehingga apabila semua
bahan-bahan itu dijadikan satu maka mempunyai makna simbolis, yaitu kesucian dan ketulusan
perasaan hati manusia. Jadi secara simbolis , makan kue apem bisa diartikan memohon maaf kepada
keluarga, sanak saudara dan teman. Dan setelah makan kue apem ini , biasanya orang-orang saling
Reply
Dewi naoli says:
10 Desember 2016 03.21
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi
files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem
dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Posting Komentar
ivank gribatako.blogspot
Blogger templates
Popular Posts
ADAT ISTIADAT MASYARAKAT SEMARANG MANTENAN Setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing.
TUGAS PKN DAMPAK GLOBALISASI DALAM POLA GAYA HIDUP MASYARAKAT Disusun Oleh : 1. Maryza
Text Narrative
THE THREE LIONS AND THE TINY ANIMALS Once upon a time, in a part of the jungle, there lived three
Hai teman teman ?? Bentar lagi kan buat kalian yang SD,SMP,SMA bakal menghadapi Ujian Nasional
Keutamaan Berhijab
Haiiii..?? :D Buat kaliann para wanita muslimah,apakah saat ini kalian berhijab?? Sesungguhnya memakai
Menjaga Kesehatan Remaja agar Tetap Sehat sampai Tua Kebiasaan-kebiasaan, pola dan gaya hidup pada
haii guyss..?? :D Buat kalian nii yang sebentar lagi bakal menghadapi UJIAN NASIONAL ada beberapa tips
Name : Maryza Intan Rahmawati (17/9A) Mia Pitaloka Krisna Putri
(19/9A) ...
(tanpa judul)
9 cara dan langkah yang bisa ditempuh untuk mendesain interior kamar tidur Anda agar kamar tidur
My Blog List
Beranda
Páginas
Beranda
Translate
o ▼ Februari (2)
o ► Januari (3)
► 2014 (4)
Maryza Intan
ADAT ISTIADAT MASYARAKAT SEMARANG MANTENAN Setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing.
TUGAS PKN DAMPAK GLOBALISASI DALAM POLA GAYA HIDUP MASYARAKAT Disusun Oleh : 1. Maryza
Text Narrative
THE THREE LIONS AND THE TINY ANIMALS Once upon a time, in a part of the jungle, there lived three
Hai teman teman ?? Bentar lagi kan buat kalian yang SD,SMP,SMA bakal menghadapi Ujian Nasional
Keutamaan Berhijab
Haiiii..?? :D Buat kaliann para wanita muslimah,apakah saat ini kalian berhijab?? Sesungguhnya memakai
Menjaga Kesehatan Remaja agar Tetap Sehat sampai Tua Kebiasaan-kebiasaan, pola dan gaya hidup pada
haii guyss..?? :D Buat kalian nii yang sebentar lagi bakal menghadapi UJIAN NASIONAL ada beberapa tips
Name : Maryza Intan Rahmawati (17/9A) Mia Pitaloka Krisna Putri
(19/9A) ...
(tanpa judul)
9 cara dan langkah yang bisa ditempuh untuk mendesain interior kamar tidur Anda agar kamar tidur
Blogger news
About
Theme by Viagra Generika
Cialis Generika | Trucks | SUV
© 2011 Mazyra's Blog
Bloggerized by Free Blogger Templates and Blog Teacher