Anda di halaman 1dari 2

PERBATASAN WILAYAH DI INDONESIA

Kasus mengenai perbatasan di Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru terjadi di
Indonesia. Seperti pada zaman Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaannya. Indonesia
dalam penentuan garis batas laut mengikuti Teritoriale Zee en Maritiem Ordonantie yang dibuat
pada tahun 1938 yang menyatakan bahwa garis batas suatu negara adalah 3 mil dari garis pantai.
Kebijakan ini tentunya sangat merugikan bagi Indonesia karena dengan wilayah lautan Indonesia
yang luas 3 mil hanyalah sebagai batas nelayan untuk menangkap ikan, bahkan nelayan bisa
lebih jauh lagi dan juga dengan batas 3 mil itu maka di tengah Indonesia yang berisi laut
dianggap laut bebas, dapat dilewati oleh negara mana pun tanpa harus izin terlebih dahulu
kepada Indonesia. Apabila batasa 3 mil masih dipertahankan, maka akan sangat merugikan bagi
bangsa Indonesia karena dengan demikian maka kapal asing boleh mengeruk dengan seenaknya
hasil kekayaan laut Indonesia dan hasil laut itu tentu untuk memajukan warga negara yang
mengirim kapal asing itu, dengan batas 3 mil ini Indonesia pun dapat terancam kedaulatannya.
Dengan batas 3 mil itu bisa saja pihakasing menyelundupkan senjata, barang mewah, ataupun
obat terlarang dan dengan demikian bisa-bisa citra Indonesia yang buruk karena kelakuan pihak
asing.
Oleh karena kebijakan yang merugikan Indonesia, maka pada 1957 Indonesia
mendeklarasikan deklarasi Djuanda yang memberi keuntungan bagi Indonesia karena garis batas
yang tadinya hanya sejauh 3 mil sekarang bertambah menjadi 12 mil. Deklarasi Djuanda pun
diakui oleh Internasional pada Konvensi Hukum Laut di Jamaika pada tahun 1982. Dengan
demikian masyarakat Indonesia pun diuntungkan dengan adanya keputusan baru ini karena
wilayah laut semenjak itu menjadi luas dan pihak asing tidak bisa keluar masuk seenaknya
karena telah ada yang mengatur tentang perbatasan.
Bukan hanya itu tentang kasus perbatasan ada lagi kasus perbatasan yakni kasus Irian
Barat yang akan diperebutkan kekuasaannya antara Indonesia atau Irian berdiri sebagai negara
sendiri. Akhirnya kasus ini pun diselesaikan dengan langkah pengambilan suara kepada warga di
Irian. Kasus ini pun berakhir dengan manis karena Irian ingin bergabung dengan Republik
Indonesia. Setelah Irian masih ada kasus serupa yakni kasus Timor-Timor. Di Timor-Timor
kasusnya sangat mengerikan karena sampai-sampai TNI dikerahkan untuk merebut Timor-Timor
dan penyelesaiannya pun sama dengan kasus Irian yakni dengan pengambilan suara. Hasil
akhirnya sangat menyayat hati karena Timor-Timor memilih berpisah dari Indonesia dan
menjadi negara merdeka.
Selain itu pun masih ada kasus yang terkadang masih dibahas sampai sekarang apabila
ada kasus tentang perbatasan yakni perebutan pulau Sipadan dan Ligitan yang melibatkan
Indonesia dan Malaysia. Perebutan ini sangat ramai karena negara selain Indonesia dan Malaysia
ikut turun tangan dalam penyelesaian ini. Kasus ini pun diselesaikan di pengadilan internasional,
akan tetapi Indonesia kalah karena Indonesia kurang mendapat dukungan dari negara lain dan
Malaysia pun memiliki dukungan kuat. Yang terbaru adalah pengklaiman sepihak oleh Malaysia
terhadap 3 desa di daerah perbatasan dan ini masih dalam tahap perundingan.
Lantas, apa yang sebenarnya menyebabkan semua kasus di atas? Faktor-faktor seperti
masih belum terselesaikannya penentuan batas-batas dengan negara tetangga, lalu kurangnya
tanda di perbatasan sehingga membingungkan para warga kedua negara mana yang wilayah
negaranya mana yang milik negara lain, keadaan daerah perbatasan yang terisolasi sehingga
menjadikan penyaluran kebutuhan seperti makanan dan bahan bakar terhambat, kurangnya
jumlah personel penjaga keamanan perbatasan membuat para pencuri ikan maupun pencuri hasil
alam lainnya bebas keluar masuk Indonesia. Kurangnya akomodasi bagi para personel pun tak
pelak lagi menjadi faktor penting yang menjadikan para personel penjaga keamanan perbatasan
meminjam kapal dari warga sekitar untuk melakukan patroli, pun juga dengan alat komunikasi
radio harus memenuhi standar untuk saat ini untuk memudahkan komunikasi para penjaga
keamanan perbatasan.
Solusi :
Dengan banyaknya masalah tentang perbatasan tentunya masyarakat di Indonesia hendaknya
memberikan solusi. Solusi yang dapat diberikan antara lain adalah membangun infrastruktur
untuk meningkatkan perekomian maupun untuk meningkatkan hal yang lainnya, meningkatkan
potensi sumber daya alam yang berada di daerah perbatasan, meningkatkan kualitas dan
kuantitas aparat Negara yang bertugas di daerah perbatasan, menaruh lambang Negara di daerah
perbatasan, pemerataan pembangunan di masyarakat. Meskipun dalam mencapai berbagai solusi
tersebut sangatlah butuh perjuangan, kita sebagai generasi penerus bangsa haruslah dapat
menjaga dan ikut serta dalam pertahanan nasional.

NAMA :DEWI ADILA


NIM : 17/410985/SV/12912

Anda mungkin juga menyukai