Anda di halaman 1dari 15

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

LKTI 4 th Edition Chemical Expo 2018

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR VINASSE UNTUK PRODUKSI


BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN

Disusun oleh :

M. Luthfi Fahrul Fahmi (16/395201/TK/44493)

Muhammad Fahmi Abdul Aziz (16/400155/TK/45169)

Edwin Nur Huda (16/395183/TK/44475)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH (LKTI) TINGKAT NASIONAL
Himpunan Mahasiswa Jurusan Kimia
Universitas Negeri Medan
1. Judul Karya Tulis : Pemanfaatn Limbah Car Vinasse untuk Produksi
Biogas sebagai Energi Terbarukan
2. Subtema : Energi
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : M.Luthfi Fahrul Fahmi
b. NIM : 16/395201/TK/44493
c. Jurusan/Fakultas : Teknik Kimia/Teknik
d. Alamat Rumah : Jl. Duta Mas, Sinduadi, Mlati, Sleman, DIY.
e. No.Telp/HP : 085741472073
f. Alamat email : luthfi.legoo@gmail.com
4. Anggota Tim : Muhammad Fahmi Abdul Aziz, Edwin Nur Huda
5. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Wiratni, S.T., M.T., Ph.D
b. NIP : 19730207 199702 2 001
c. No. Telp/HP : 081328183160

Mengetahui,
Yogyakarta, 29 Januari 2018
Dosen Pembimbing, Ketua,

( Wiratni, S.T., M.T., Ph.D ) ( M.Luthfi Fahrul Fahmi )


NIP.19730207 199702 2 001 NIM.16/395201/TK/44493
Menyetujui,
Kepala Departemen Teknik Kimia

( Ir. Moh Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D )


NIP.19650918 199103 1 002
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Ketua : M.Luthfi Fahrul Fahmi
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 5 Juli 1999
Jurusan/Fakultas : Teknik Kimia/Teknik
Universits : Universitas Gadjah Mada
Nama Anggota 1 : Muhammad Fahmi Abdul Aziz
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 24 November 1997
Jurusan/Fakultas : Teknik Kimia/Teknik
Universitas : Universitas Gadjah Mada
Nama Anggota 2 : Edwin Nur Huda
Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 28 April 1998
Jurusan/Fakultas : Teknik Kimia/Teknik
Universitas : Universitas Gadjah Mada
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul,
Pemanfaatan Limbah Cair Vinasse untuk Produksi Biogas sebagai Energi
Terbarukan
adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran
dari karya tulis orang lain serta belum pernah menjuarai di kompetisi serupa.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh panitia LKTI CFC 4 th Edition berupa diskualifikasi
dari kompetisi.
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 29 Januari 2018

( M.Luthfi Fahrul Fahmi )


NIM.16/395201/TK/44493
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis ini yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Cair Vinasse untuk Produksi
Biogas sebagai Energi Terbarukan”. Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu
th
syarat dalam mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) 4 Edition Chemical
Expo 2018 Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan Karya Tulis ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Wiratni, S.T., M.T., Ph.D selaku dosen pembimbing yang selalu
memberi bimbingan, motivasi dan pengarahan yang membangun dalam
penyusunan Karya Tulis ini.
2. Bapak Ir. Moh.Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Departemen Teknik
Kimia Universitas Gadjah Mada.
3. Bapak Daniel selaku manajer dosen pembimbing yang selalu memberi
bimbingan, motivasi, dan pengarahan yang membangun dalam penyusunan
Karya Tulis ini.
4. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan pada Karya Tulis ini sehingga dapat diselesaikan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk


kesempurnaan Karya Tulis ini. Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Yogyakarta, 29 Januari 2018

Penulis
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR VINASSE UNTUK PRODUKSI
BIOGAS SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN

M.Luthfi Fahrul Fahmi[1]


Muhammad Fahmi Abdul Aziz[2]
Edwin Nur Huda[3]
[1].Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
[2].Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
[3].Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Abstrak : Energi merupakan persoalan krusial dunia. Peningkatan permintaan


energi disebabkan peningkatan jumlah penduduk dan menipisnya sumber cadangan
minyak dunia sehingga mengharuskan setiap negara mencari alternatif sumber
energi. Di Indonesia kelangkaan bahan bakar minyak tanah telah diantisipasi
dengan adanya konversi minyak tanah ke LPG namun, lonjakan kebutuhan elpiji
dari 1,2 juta metric ton menjadi 5,6 juta metric ton pada tahun 2012 tidak diimbangi
dengan ketersediaanya sehingga, 50% LPG nasional harus mengimpor dari negara
lain, yaitu sebesar 2,8 juta ton. Selain krisis energi, di Indonesia terjadi pencemaran
lingkungan oleh limbah yang cukup masif. Salah satu limbah yang banyak
dihasilkan adalah limbah cair vinasse. Vinasse adalah limbah cair industri
bioetanol. Pada umumnya setiap 1 liter produk bioetanol dihasilkan vinasse 13 liter
dengan kadar COD sekitar 100.000 ppm. Pada saat sekarang vinasse hanya dibuang
langsung ke dalam lingkungan tanpa melakukan proses pengolahan terlebih dahulu
yang akan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu upaya
untuk mengantisipasi kelangkaan gas dan pencemaran lingkungan tersebut yaitu
dengan produksi biogas dari limbah cair vinasse, dimana vinasse merupakan
penghasil biogas paling tinggi dibandingkan dengan bahan organik lainnya.
Pembuatan biogas dari limbah cair vinasse dapat dilakukan dengan biodigester
anaerob dengan bantuan mikroba konsorsia. Penelitian dimulai dengan pembuatan
inokulum dari kotoran sapi, substrat dari bahan dasar limbah cair vinasse, dan
nutrient dari limbah cair tahu. Rancangan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan variasi : 1. Limbah cair vinasse (100%), 2. Limbah
cair vinasse (85%), dan inokulum (15%), 3. Limbah cair vinasse (60%), inokulum
(15%), dan limbah cair tahu (25%). Penelitian tersebut dilakukan pada biodigister
anaerob 2 Liter. Hasil perombakan anaerob dianalisis kimiawi dengan parameter:
Suhu, pH, dan volume biogas. Pengukuran parameter dilakukan pada hari ke-0, 15,
30, dan 45. Hasil penelitian pada hari ke-45 menunjukkan bahwa produksi biogas
terbaik dihasilkan oleh sampel dengan penambahan limbah cair tahu (25%) dan
kotoran sapi (15%). Biogas yang didapatkan dari limbah cair vinasse bisa menjadi
substitusi minyak tanah atau gas elpiji dengan nyala api yang lebih baik. Selain
dapat mengolah limbah cair vinasse yang tidak bernilai, pembuatan biogas dapat
menghemat biaya dan dapat menjadi sumber energi terbarukan.
Kata kunci : Biogas, inokulum, limbah cair tahu, limbah cair vinasse.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, energi berubah menjadi persoalan krusial dunia.
Pemenuhan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk,
penipisan sumber minyak alternatif dunia dan masalah bahan bakar fosil memberi
tekanan pada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi
terbarukan. Di Indonesia, kelangkaan minyak tanah telah diantisipasi dengan
menggunakan LPG sebagai energi baru mereka. Padahal, kenaikan permintaan
LPG dari 1,2 juta metrik ton menjadi 5,6 juta metrik ton pada 2012 tidak diimbangi
dengan ketersediaan hingga 50%. Jadi, Indonesia harus mengimpor elpiji, yang
jumlahnya mencapai 2,8 juta ton.
Pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi juga mengakibatkan jumlah
sampah dan limbah yang dihasilkan juga bertambah (Damanhuri, 1995). Salah
satunya adalah limbah cair yang dihasilkan industri bioetanol. Satu liter bioethanol
bisa menghasilkan 13 liter Vinasse. Limbah bioetanol atau biasa disebut vinasse
dalam survei awal penelitian mendapati bahwa vinasse memiliki kandungan
Chemical oxygen demand (COD) sebesar 100.000 ppm dan kandungan Biological
oxygen demand (BOD) sebesar 55.000 ppm. Limbah yang memiliki karakteristik
seperti ini tidak bisa langsung dibuang ke lingkungan karena akan menyebabkan
kerusakan lingkungan seperti rusaknya tanaman, matinya biota air dan juga bisa
merembes ke dalam sumur-sumur penduduk. Oleh karena itu harus melalui proses
pengolahan terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan, seperti yang
dipersyaratkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri Bir dan Minuman Beralkohol yaitu
kandungan BOD 40 mg/L dan COD 100 mg/L. Limbah yang dihasilkan hanya
ditampung di penampungan sementara atau langsung dibuang ke saluran air.
Permasalahan pengolahan limbah tersebut dapat diminimalkan dengan menerapkan
pengolahan limbah terpadu, diantaranya dapat melakukan pengolahan limbah
menjadi energi (Damanhuri, 2010).
Salah satu bentuk energi yang dihasilkan dari limbah hasil produksi bioetanol
(vinasse) ini adalah biogas. Biogas adalah energi terbarukan yang dibuat dari bahan
buangan organik berupa sampah, kotoran ternak, jerami, enceng gondok serta bahan
lainnya melalui proses anaerob. Limbah vinasse ini memiliki kandungan organik
yang tinggi, sehingga potensial menjadi bahan baku produksi biogas (Sjafrudin,
2011).
Kotoran sapi juga dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk menghasilkan
energi terbarukan (renewable resources) dalam bentuk biogas karena memiliki
nisbah C/N antara 11 hingga 30 (Mohee, 2007), sehingga pencampurannya
dengan substrat vinasse dapat memenuhi nisbah C/N yang optimum pada
pembuatan biogas. Hal penting lainnya yang terdapat pada substrat dari kotoran
sapi adalah kandungan bakteri penghasil gas metana. Keberadaan bakteri di dalam
usus besar ruminansia tersebut membantu proses fermentasi, sehingga proses
pengolahan limbah secara anaerob dapat menghasilkan gas yang terdiri dari metana
(CH4) dan karbondioksida (CO2). Keduanya di kenal dengan biogas (Jordening and
Winter, 2005) yaitu gas yang mudah terbakar dan dapat digunakan sebagai bahan
bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Teknologi biogas di Indonesia sendiri telah berkembang sejak lama, namun
aplikasi penggunaannya sebagai sumber energi alternatif belum berkembang secara
luas. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi produktivitas biogas yaitu suhu,
pH, kadar air, rasio C/N, Nutrien, pengadukan ( Polprasert, 1983. Dalam
Prameswari, 2014). Menurut Wati dan Prasetyani (2011), Nutrien adalah salah satu
bahan yang perlu ditambahkan ke dalam sistem digester biogas jika bahan baku
(substrat) biogas belum mempunyai rasio COD/N yang cukup. Limbah yang paling
tepat sebagai pencampur vinase sebagai nutrien adalah limbah cair tahu, karena
limbah ini mengandung rasio COD:N yang sangat rendah yaitu 203:7 (Myrasandri
dan Syafila, 2012). Di Indonesia, industri tahu banyak beroperasi, terutama di Pulau
Jawa. Menurut data BPPT (2014), untuk menghasilkan 80 kg tahu, limbah cair yang
dihasilkan sebanyak 2610 kg. Berdasarkan data tersebut, limbah cair tahu sangat
berlimbah di Indonesia. Pemanfaatan limbah whey sebagai sumber nitrogen bagi
vinase mempunyai beberapa keuntungan yaitu, menurunkan biaya operasi,
memanfaatkan limbah cair tahu yang dapat mencemari lingkungan sebagai sumber
nitrogen, menghasilkan biogas yang lebih tinggi dibandingkan dari bahan baku
tunggal (vinasse saja atau limbah cair tahu saja).
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi efektif produksi biogas di dalam perombakan anaerob
berdasarkan jenis substrat campuran limbah cair vinasse ?
2. Bagaimana pengaruh pemberian inokulum dari kotoran hewan ternak dalam
perombakan anaerob mampu meningkatkan produksi biogas ?
3. Bagaimana pengaruh penambahan limbah cair tahu dalam biodigester terhadap
produksi biogas ?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :
1. Mengetahui kondisi efektif untuk produksi biogas di dalam perombakan anaerob
berdasarkan jenis substrat limbah cair vinasse.
2. Mengetahui pengaruh pemberian inokulum dari kotoran hewan ternak pada
perombakan anaerob yang mampu meningkatkan produksi biogas.
3. Mengetahui pengaruh penambahan limbah cair tahu dalam biodigester terhadap
produksi biogas.

1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengolahan limbah cair vinasse menjadi
biogas melalui teknologi alternatif biokonversi (digester) anaerob, dan juga
memberi saran kepada masyarakat pada umumnya serta para pelaku industry
boetanol khususnya sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan limbah yang
dihasilkannya sehingga pencemaran limbah organik yang dihasilkan dapat
dikurangi. Pemanfaatan limbah cair vinasse dengan sistem perombakan anaerob
sebagai bahan penghasil biogas, dapat menjadi salah satu upaya peningkatan
sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan serta dapat mengurangi efek
pencemaran sehingga dapat menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Cair Vinasse

Vinasse merupakan salah satu bahan yang terdapat dalam air limbah dari
industri etanol yang merupakan produk bawah (bottom product) pada proses
distilasi etanol. Sifat fisik dan kimianya ditentukan oleh bahan baku awal produksi
etanol. Untuk bahan baku dari sirup gula tebu (sugar cane juice), vinasse yang
dihasilkan akan berwarna coklat muda dengan kandungan padatan 20.000- 40.000
mg/L. Apabila bahan baku alkohol berasal dari molasses maka vinasse akan
berwarna hitam kemerahan dengan kandungan padatan 50.000-100.000 mg/L.
Limbah vinasse rata-rata memiliki specific gravity antara 1,02-1,04. Air limbah
tersebut dapat diuraikan secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme
dalam sebuah bioreaktor. Penguraian limbah organik dapat dilakukan dengan
sistem aerobik seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya
(Soeprijanto, 2005; Soeprijanto dan Prajitno, 2007; Tsukahara et al., 1999), pada
pengolahan limbah makanan. Selain itu, pengolahan limbah organik juga dapat
dilakukan dengan sistem anaerobik seperti yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti (Guerrero, et al., 1986; Driesse).

Umumnya vinasse tebu memiliki banyak nutrisi mineral seperti kalium,


kalsium, dan sulfur serta memiliki kandungan materi organik yang tinggi ditandai
dengan kenaikan kadar BOD dan COD. Karena karakteristik ini, vinasse telah
digunakan sebagai pupuk organik. Hal tersebut merupakan kebiasaan yang umum
di Brazil, Eropa Timur dan beberapa negara di Eropa Barat. Namun beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa lahan pembuangan vinasse dapat
menyebabkan masalah pencemaran air tanah terutama bila perlakuan pembuangan
yang tidak tepat dan sulit untuk dikontrol, selain itu dapat menghasilkan bau emisi
yang kuat akibat pembusukkan bahan organik. Akibat dari persoalan yang
diperlihatkan di atas, pengolahan anaerobik yang paling cocok bila dibandingkan
dengan perlakuan alternatif yang lain. Karakteristik vinasse dari bahan baku
molases adalah sebagai berikut:
- nilai pH sebesar 5;
- berat jenis 1,02 g/l;
- C organik sebesar g/Kg d m;
- C anorganik sebesar 6,8 g/Kg d m;
- N organik sebesar 28 g/Kg d m;
- NH4—N sebesar 1,2 g/Kg d m

Tabel 2.1 Komposisi Vinasse


Parameter Komposisi (%)
Mineral 29
Gula reduksi 11
Protein 9
Asam volatile 1,5
Gum 21
Campuran Asam Laktat 4,5
Campuran Asam Organik
1,5
Lain
Gliserol 5,5
Lilin, fenol, lignin, dll 17

Permasalahan lingkungan utama yang timbul akibat limbah vinasse ini


terutama karena limbah ini bersifat asam dan memiliki BOD dan COD yang tinggi.
Hal ini dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Misalnya terhadap kehidupan
perairan pada aliran sungai tempat pembuangan limbah terakhir, atau pada kualitas
air yang dilewati oleh saluran limbah.
Tiga puluh tahun lalu masalah pencemaran vinasse atas air sungai belum terasa
karena produksi vinasse masih sedikit sehingga air sungai masih mampu
mengabsorbsi bahan-bahan organik dan bahan polutan lain. Dengan produksi
vinasse yang berlipat dan tingkat kesadaran masyarakat akan lingkungan yang
makin tinggi, maka saat ini masalah pencemaran vinasse menjadi sangat serius.
Namun dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka vinasse yang
berpotensi menjadi bahan pencemar dapat didayagunakan menjadi bahan yang
bermanfaat. Pendayagunaan vinasse antara lain :
1. Untuk makanan ternak.
2. Sebagai bahan dasar pembuatan biogas.
3. Sebagai bahan pengencer tetes dalam industri alkohol.
4. Sebagai bahan dasar industri fermentasi ragi makanan ternak.
5. Sebagai bahan dasar industri fermentasi ragi makanan.
6. Sebagai pupuk K.

Sebagai bahan dasar pembuatan biogas didasarkan pada kandungan materi


vinasse seperti mineral, vitamin, protein, gula dan sebagainya yang memungkinkan
pertumbuhan jasad renik. Jasad renik ini diharapkan dapat menghasilkan energi
yang disebut biogas.
Sebagai bahan pengencer tetes dalam industri alkohol ini belum diperoleh data
penelitian yang akurat. Pengembalian vinasse ke dalam proses produksi alkohol
dapat merupakan tindakan yang tepat karena dapat memecahkan masalah
kekurangan air dan dapat menekan jumlah buangan vinasse sehingga bahaya
pencemaran dapat ditekan. Mungkin BOD vinasse akan naik, namun sebagai bahan
makanan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan biogas akan menguntungkan
(Moerdokusumo, 1993).
Pemanfaatan vinasse untuk bahan dasar industri fermentasi ragi makanan
ternak memiliki dasar pemikiran yang sama untuk biogas. Namun jasad renik yang
dipilih adalah ragi makanan ternak, yaitu Torula utilis dan Candila utilis.
Pemakaian vinasse lebih menguntungkan dibandingkan dengan tetes, karena
vinasse tidak perlu diencerkan, disterilisasi, dan diklarifikasi. Kualitas ragi yang
ditumbuhkan di media vinasse sama baik dengan yang ditumbuhkan di media tetes.
Kadar protein dapat mencapai 49,4 % ragi kering (Simoen, 1996).
Perbedaan antara ragi makanan ternak dan ragi makanan manusia terletak pada
persyaratan kadar protein dan vitamin B dalam ragi. Ragi makanan manusia
memerlukan kadar protein dan vitamin B yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam
proses pembuatannya perlu ditambahkan hara N dan P dalam vinasse dalam jumlah
yang lebih besar dibandingkan pada fermentasi ragi makanan ternak.
Peluang terbesar dan paling praktis untuk meningkatkan nilai tambah adalah
dengan memanfaatkan vinasse sebagai pupuk K. Pemanfaatan dalam bentuk yang
lain memerlukan teknologi khusus, peralatan yang canggih, perlu energi tinggi, dan
permintaan pasar yang belum jelas (Sugiharto, 1987).
2.2. Kotoran Hewan Ternak ( Rumen Sapi )

Rumen sapi adalah struktur sistem pencernaan seperti lambung hewan-hewan


tertentu yang ditandai sebagai ruang pra-pencernaan bagi simbiosis
mikroorganisme hidup kritis untuk memulai pemecahan makanan khususnya
hewan. Biasanya hewan yang memiliki anatomi perut seperti ini disebut
ruminansia, dan sebagian besar adalah herbivora yang membutuhkan pasokan
makanan karbohidrat dari tanaman yang sulit dicerna. Rumen juga banyak
diketahui tentang berbagai organisme yang berada dalam rumen dan peran kimia
dalam proses pencernaan, sebagian karena banyak hewan ruminansia, seperti sapi
dan domba, adalah ternak komersial yang penting di banyak bagian dunia.

Tabel 2.2 Karakteristik Cairan Rumen (Characteristics of the Rumen Fluids)

Sapi Jawa Sapi


Parameter (Jawa Peranakan
bull) Ongole
(Ongole Grade
bull)
pH cairan rumen (pH of rumen fluid) 6,83 6,67
NH3 cairan rumen (mgN/100ml) (NH3 of 8,75 7,49
rumen fluid (mgN/100ml))
VFA cairan rumen (ml/Mol) (VFA of rumen
fluid (ml/Mol))
28,98 30,89
- Asetat (acetate)
8,18 6,88
- Propionat (propionate)
5,02 5,95
- Butirat (butirate)
3,77 4,44
Rasio asetat:propionat (acetate:propionate
64,12 76,33
ratio) Jumlah protozoa per μl cairan rumen
(number of protozoa/μl rumen fluid
2,7 x 107 2,3 x 108
Jumlah bakteri (cfu/g) (number of bacteria
9,3 x 104 1,9 x 103
(cfu/g)) Jumlah jamur (cfu/g) (number of
fungi (cfu/g))
Sumber : Endang Purbowati, dkk 2014
2.3. Limbah Cair Tahu
Tahu merupakan produk makanan yang terbuat dari bahan kedelai dan
mengandung protein tinggi. Industri tahu dapat menghasilkan limbah padat dan
limbah cair. Sumber air limbah tahu berasal dari proses pembuatan tahu, baik
dari pencucian bahan baku sampai pada proses penggumpalan tahu. Sumber
limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses,
pencucian lantai dan pemasakan, larutan bekas rendaman kedelai serta proses
pengempresan tahu (Syaf, 2007).
Limbah cair yang mengandung sisa air dari susu tahu yang tidak
menggumpal menjadi tahu masih mengandung zat-zat organik misalnya
protein, karbohidrat, dan lemak. Di samping mengandung zat terlarut juga
mengandung padatan tersuspensi atau padatan terendam misalnya potongan
tahu yang hancur pada saat pemrosesan karena kurang sempurna pada saat
penggumpalannya. Di alam, padatan tersuspensi maupun terlarut mengalami
perubahan fisika, kimia, dan biologi yang menghasilkan zat toksik dan
menciptakan tumbuhnya kuman atau kuman penyakit lainnya yang merugikan
manusia. Apabila limbah cair dibiarkan di lingkungan maka air limbah akan
berubah warna coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau tersebut disebabkan
oleh gas-gas yaitu H2S, NH3, dan organik sulfida yang merupakan hasil
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme anaerob yang mengubah
sulfat menjadi sulfida dan protein menjadi amonia (Syaf, 2007).
Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu kira-kira 15-20 l/kg
bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai, dan COD 130 g/kg bahan
baku kedelai (Clifton, 1994). Kualitas air limbah pabrik tahu biasanya yang
mempengaruhi adalah suhu, padatan tersuspensi, pH, oksigen terlarut, BOD,
dan COD. Karakteristik limbah cair tahu ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.3. Karakteristik Limbah Tahu
No. Paramater Industri
1 BOD (mg/l) 950
2 COD (mg/l) 1534
3 TSS (mg/l) 309
4 pH (±) 5
(Sumber: Wenas, Sunaryo, dan Sutyasmi (2002))
2.4. Biogas

Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan


gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran
hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogen. Untuk
menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung dalam
biodigester. Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa
oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh dan
mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri
dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya dalam
jumlah kecil.

Biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berkembang pesat
dalam dasawarsa terakhir. Teknologi pembuatan biogas memanfaatkan kotoran
organik, baik itu kotoran hewan maupun sampah sayuran dan tumbuhan dengan
memanfaatkan bakteri anaerobik yang terdapat dalam kotoran tersebut untuk proses
fermentasi yang menghasilkan semacam gas metana dan campuran gas lainnya.

2.5. Komposisi Biogas

Komponen terbesar biogas adalah metana (CH4, 54-80%-vol) dan


karbondioksida (CO2, 20-45%-vol) serta sejumlah kecil H2, N2, dan H2S.

Tabel 2.4. Jenis Komponen Biogas Beserta Kadarnya


No. Jenis Gas Kadar Komponen (%)
1. Methana (CH4) 40-70
2. Karbondioksida (CO2) 30-60
3. Hidrogen (H2) 0-1
4. Hidrogen Sulfida (H2S) 0-3

Menurut Kadir (1987), banyaknya biogas yang dihasilkan tergantung dari


komposisi bahan-bahan yang digunakan, suhu, dan lamanya dekomposisi.
Tahap- tahap reaksi pembentukan secara biologis dan kimia pada fermentasi
anaerob dapat dilihat pada gambar I.

Gambar 1. Tahapan Proses Pembentukan Biogas

Anda mungkin juga menyukai