Anda di halaman 1dari 8

Biocelebes, Desember 2016, hlm.

18-24
ISSN: 1978-6417 Vol. 10 No. 2

PATOGENESIS PENYAKIT KOLERA PADA MANUSIA


Musjaya M. Guli

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Sulawesi Tengah 94117
E-mail: musjaya67@yahoo.co.id

ABSTRACT
Vibrio cholerae is the causative agent of cholera is characterized by continuous
diarrhea in patients. V.cholerae strains that have ctx genes that can produce cholera toxin
(cholera toxin = CT), which is a toxigenic strain. The toxigenic strain responsible for an
outbreak of cholera. Pathogenic V. cholerae is due to two main factors, namely cholera
toxin (CT) and TCP pili (toxin coregulatedpilus), which is responsible for the ability of V.
cholerae attaches to epithelial cells intestinal. The mechanism of bacterial infection
generally consists of 2 phases, the first phase of bacterial will latch preceded by pili to
host cells that are anchoring, after that proceed with sticking through the outer membrane
cell attachment is doching. After the invasion and colonization, V. cholerae which will
remove pathogens and toxin coregulated CT philus (TCP). Type IV pili are found in V.
cholerae are important in the formation of colonies, biofilms, and adhesion and secretion
of proteins in the outer membrane. V. cholerae can invade macrophage phagocytosis
surrounded by a membrane that V. cholerae can damage the membrane and spread into
the cytoplasm.

Keywords: Cholera, Pathogenicity, Cholera toxin (CT), toxin coregulatedpilus (TCP),


Vibrio cholerae

PENDAHULUAN hebat(Sawasvirojwong,Srimanote,Chatsud
thipong, et al., 2013).
Kolera adalah penyakit diare yang Bakteri Vibrio cholerae masuk ke
menyebabkan morbiditas dan mortalitas dalam tubuh seseorang melalui makanan
yang signifikan di seluruh dunia. Penyakit dan minuman yang telah terkontaminasi
tersebut merupakan penyakit infeksi usus oleh Bakteri akan mengeluarkan
yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Enterotoksin di dalam tubuh seseorang
cholerae. Penularan kolera melalui pada bagian saluran usus, sehingga
makanan, minuman yang terkontaminasi menimbulkan diare disertai muntah yang
oleha bakteri Vibrio cholerae. Atau kontak akut dan sangat hebat, dan berakibat
dengan carrier kolera. Dalam usus halus seseorang dalam waktu hanya beberapa
bakteri Vibrio cholerae ini akan beraksi hari akan kehilangan banyak cairan dalam
dengan cara mengeluarkan toksinnya tubuhnya sehngga mengalami dehidrasi
pada saluran usus, sehingga terjadilah (Lesmana, 2004).
Diare disertai Muntah yang akut dan

17

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417


Guli M. Musjaya Biocelebes Vol. 10 No. 2

Patogenesis bakteri untuk manusia dan hewan jenis primata. Vibrio


menimbulkan suatu penyakit, secara cholerae pertama kali di isolasi karena dari
umum ada dua tahap. Pada tahap kasus diare. Pada biakkan, dapat dilihat
pertama bakteri akan melakukan bahwa Vibrio membentuk koloni yang
pelekatan ke sel inang, pada pelekatan cembung (convex), bulat, halus/smooth,
awal diperankan oleh pili dan sifat opak, dan tampak bergranula bila diamati
pelekatannya adalah anchoring, setelah itu dibawah sinar cahaya. Bersifat halofilik
dilanjutkan dengan pelekatan melalui outer dan dapat tumbuh optimal pada air laut
membrane sel, yang pelekatannya bersifat bersalinitas 20-40 ‰ tetapi tidak tahan
doching. Setelah melakukan pelekatan asam sehingga bakteri Vibrio dapat
maka bakteri akan berkembang biak tumbuh pada pH 4 – 9 dan tumbuh
disertai dengan produksi bahan-bahan optimal pada pH 6,5 – 8,5 atau kondisi
metabolism bakteri yang dapat merugikan alkali dengan pH 9,0.Vibrio cholerae
sel inang (Salyer and Whitt 2002). mempunyai susunan antigen kompleks.
Dalam melakukan pathogenesis, Sebagian besar bakteri Vibrio cholerae
Vibrio cholerae mengeluarkan cholera mempunyai antigen O juga dimiliki oleh
toxin ( CT) dan toxin coregulated philus bakteri enterik lainnya. Antigen somatik O
(TCP). Cholera toxin (CT) dan toxin dari Vibrio adalah lipopolisakarida.
coregulated philus (TCP) diproduksi oleh Kehuhusan serologiknya tergantung pada
pili dan outer membrane protein (OMP). polisakarida. Terdapat sekitar 200 atau
Dalam melaksakan fungsi pada lebih serotype. Lipopolisakarida ( LPS ) -
patogenenitas, toksin tersebut di sandi endotoksin dari Vibrio cholerae -
oleh gen. Gen-gen yang berperan yaitu memainkan peran penting dalam
gen toxR. Gen toxRadalah gen regulator memunculkan respon imun antibakteri dari
global pada genus Vibrio sp.sebagai gen hospes dan dalam mengklasifikasikan
pengontrol regulator ekspresi gen. Produk vibrio menjadi sekitar 200 atau lebih
gen toxR (Vp-ToxR) mempromotori serogrup yang mempunyai karakteristik
ekspresi gen tdh dan gen trh untuk fisik dan kimia dari tiga unsur, lipid A ,
menghasilkan toksin polisakarida inti (core - PS ) dan O -
(Suarni,2011)terhadap pertumbuhan antigen polisakarida - charide ( O - PS ) ,
bakteri S. mutans. dari LPS dari V. cholerae serogrup
berbeda , termasuk yang penyebab
METODE PENELITIAN penyakit , O1 dan O139(Wang, Rajanna,
Zhang et al, 2009).Vibrio
Penelitian ini merupakan studi choleraeditularkan secara oral melalui air,
literatur seputar patogenesis kolera yang makanan, dan lalat yang tercemar oleh
melanda masyarakat di dunia, terutama di feses pasien. Sebagian galur Vibrio
negara-negara berkembang di bunua Asia menyebabkan kolera (Mrityunjoy, Kaniz,
dan Afrika akhir-akhir ini. Fahmida et al, 2013). Dosis efektif yang
diperlukan untuk menyebabkan penyakit
HASIL DAN PEMBAHASAN diperkirakan sekitar 102-103 sel untuk
menyebabkandiare berat dan dehidrasi
Vibrio cholerae adalah bakteri gram (Sack et al., 1998).
negatif, berbentuk koma, bersifat an Vibrio memiliki sifat bertahan
aerobik fakultatif. Bakteri ini pathogen terhadap pH yang rendah sehingga dapat
fakultatif intraseluler yang ditemukan pada melewati barrier lambung. Setelah
18

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417


Guli M. Musjaya Biocelebes Vol. 10 No. 2

melewati lambung, bakteri akan mencegah mikroba mencapai permukaan


berkembang di usus halus, tetapi kolon sel epitel. Mukosa sebagai system
merupakan tempat utama yang diserang kekebalan tubuh berfungsi sebagai
Vibrio cholerae. Di kolon tersebut, bakteri pertahanan biologis terhadap infeksi
Vibrio cholerae akan menginvasi sel epitel mikroba. Meskipun pertahanan berlapis,
mukosa usus (Sawasvirojwong, dkk., ptogen gastrointestinal seperti Vibrio
2013).Epitel usus memiliki beberapa cholerae mampu melewati penghalang
lapisan sebagai sistem pertahanan yang usus dan membentuk kolonisasi (Ashida,
berfungsi sebagai penghalang mikroba. Ogawa, Kimet al., 2011).Adhesi
Lapisan tersebut terdiri dari 4 komponen merupakan tahap inisiasi dari proses
utama yaitu mikroba komensal, integrity kolonisasi bakteri. Bakteri patogen harus
epithelium, rapid inthelial turnover dan menempel pada sel inang untuk memulai
mucosal (Ashida at al, 2011). Mikroba terjadinya infeksi. Proses ini diperlukan
komensal di lumen usus dapat bersaing untuk kolonisasi pada jaringan inang dan
dengan bakteri asing yang akan tumbuh dimediasi oleh permukaan bakteri yang
dengan cara mengganggu kolonisasi mempunyai sifat adesif, seperti lectins
bakteri di permukaan mukosa. Integrity yang mampu mengenali oligosakarida
epithelium ditopang oleh sel-sel adheren residu glikoprotein atau reseptor glikolipid
yang menjadi penghalang fisik dan pada sel inang (Anderson at al, 2007).
biologis terhadap mikroba, Rapid epithelial Kemampuan adhesi ini diperantarai oleh
turnover ditutupi oleh lapisan musin yang keberadaan hemaglutinin pada permukaan
tebal sehingga dapat mencegah mikroba bakteri. Hemaglutinin (HA) adalah suatu
mencapai permukaan sel epitel. Mukosa zat yang dapat berperan dalam proses
sebagai sistem kekebalan tubuh berfungsi penggumpalan sel darah merah. Proses
sebagai pertahanan biologis terhadap hemaglutinin yang berbanding dengan
infeksi mikroba. Meskipun pertahan aktivitas enzim protease (HA/P) (Naka at
berlapis, pathogen gastrointestinal seperti al, 1993).
Vibrio cholerae mampu melewati Kemampuan adhesi bakteri pada
penghalang usus dan membentuk permukaan sel inang ada hubungannya
kolonisasi (Ashida at al, 2011). dengan peran antigen permukaan untuk
Epitel usus mempunyai beberapa melekat pada reseptor permukaan baik
lapisan system pertahanan yang berfungsi yang spesifik maupun yang tidak spesifik.
sebagai penghalang mikroba. Lapisan Pada adhesi yang bersifat spesifik,
tersebut terdiri dari 4 komponen utama perlekatan bakteri diperantarai oleh
yaitu commensal microba, integrity reseptor sel inang yang mampu berikatan
epithelium, rapid epithelial turmover dan dengan antigen permukaan bakteri.
mikosal. (Ashida, Ogawa, Kimet al., 2011). Antigen permukaan ini secara umum
Commensal microbiota di lumen di usus disebut adhesin dan dapat berupa pili,
dapat bersaing dengan bakteri asing yang fimbria, kapsul, atau komponen struktural
akan tumbuh dengan cara mengganggu lainnya (Wibawan et al., 1993).
kolonisasi bakteri di permukaan mukosa. Keberadaan hemaglutinin pada
Integrity epithelium ditopang oleh sel-sel permukaan bakteri sangat menentukan
adheren yang menjadi penghalang fisik proses adhesi. Bakteri yang tidak memiliki
dan biologis terhadap mikroba. hemaglutinin maka kemampuan
Rapidepithelial turmover ditutupi oleh adhesinnya akan lemah. Hal ini sangat
lapisan musin yang tebal sehingga dapat mempengaruhi patogenisitas dari bakteri
19

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417


Guli M. Musjaya Biocelebes Vol. 10 No. 2

itu sendiri karena adhesi merupakan tahap Keberadaan faktor adhesi spesifik
awal dari infeksi pada permukaan sel bakteri akan
Salah satu peristiwa penting pada menstimulasi jaringan inang untuk
patogenitas bakteri enteroinvasi adalah mengekspresikan reseptor tertentu pada
penetrasi ke dalam epitel usus. Vibrio permukaan selnya. Selain menstimulasi
Cholerae dapat memasuki sel epitel reseptor spesifik, adhesian juga berikatan
melalui sel M. Sel M merupakan struktuf dengan elemen-elemen struktural
folikel limfoid yang tersebar di seluruh membran dasar, seperti kolagen,
permukaan sel usus kecil, usus besar dan fibrinogen, fibronektin, dan lain-lain
rectum. Sel M relatif jarang, ditemukan (Anderson, Ding and Thomas, 2007).
kurang dari 0,1 % eptel pada lapisan usus. Adhesi bakteri terletak pada permukaan
Sel M memiliki aktifitas endositik yang sel yaitu pada ujung rambut peritrichous,
tinggi berfungsi untuk mengangkut larutan dikenal sebagai pili atau fimbriae. Struktur
dan partikulat antigen di sitoplasma, utama fimbriae atau poros pilus, yang
sehingga sel M menjadi target pintu masuk terdiri dari ratusan sampai ribuan pili
bagi banyak bakteri pathogen. Sel M juga (Anderson, Ding and Thomas, 2007).
mengekspresikan molekul pada Kemampuan adhesi bakteri pada
permukaannya yang berfungsi reseptor permukaan sel inang ada hubungannya
untuk bakteri patogen (Selvanantham, dengan peran antigen permukaan untuk
Escalante, Tleugabulovaet a.l, melekat pada reseptor permukaan baik
2013).Bakteri patogen harus menempel yang spesifik maupun yang tidak spesifik.
pada sel inang untuk memulai terjadinya Pada adhesi yang bersifat spesifik,
infeksi. Proses ini diperlukan untuk perlekatan bakteri diperantarai oleh
kolonisasi pada jaringan inang dan reseptor sel inang yang mampu
dimediasi oleh permukaan bakteri yang berberkaitan dengan antigen permukaan
mempunyai sifat adhesian, seperti lectins, bakteri. Pada perlekatan yang bersifat
mengenali oligosaccharide residu tidak spesifik, diduga tidak melibatkan
glikoprotein atau reseptor glycolipid pada peranan reseptor permukaan. Antigen
sel inang (Anderson, Ding and Thomas, permukaan ini secara umum disebut
2007). Kemampuan adhesi ini adhesin dan dapat berupa fimbriae, pili,
diperantarai oleh keberadaan hemaglutinin kapsul atau komponen structural bakteri
pada permukaan bakteri. lainnya ( Wibawan et al, 1993).
Adhesi.merupakan tahap inisiasi dari Keberadaan hemaglutinin pada pada
proses kolonisasi bakteri. Bakteri permukaan bakteri sangat menentukan
pathogen harus menempel pada sel inang proses adhesi. Bakteri yang tidak memiliki
untuk memulai terjadinya infeksi. Proses hemaglutinin maka adhesinnya akan
ini diperlukan untuk kolonisasi pada lemah. Hal ini sangat mempengaruhi
jaringan inang dan dimediasi oleh patogenitas dari bateri itu sendiri karena
permukaan bakteri yang mempunyai sifat adhesi merupakan tahap awal dar
adhesian, seperti lectins, mengenali infeksiVibrio cholerae.
oligosaccharide residu glikoprotein atau Kemampuan Vibrio cholerae untuk
reseptor glycolipid pada sel inang menempel atau adhesi pada sel inang
(Anderson, Ding and Thomas, 2007). diperantarai oleh komponen adhesi bakteri
Kemampuan adhesi ini diperantarai oleh yang membantu perlekatan bakteri pada
keberadaan hemaglutinin pada permukaan reseptor spesifik dari sel inang. Protein
bakteri. adhesi yang berperan adalah pili dan
20

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417


Guli M. Musjaya Biocelebes Vol. 10 No. 2

Outer Membrane Protein (OMP).Outer messenger) untuk menghambat absorpsi


membran mempunyai peranan sodium klorida yang terjadi secara aktif,
pentingdalam virulensi (kemampuan untuk dan sebaliknya meningkatkan sekresi
menimbulkanpenyakit) dari bakteri gram klorida dan bikarbonat. Mekanisme lain
negatif. Outer membranemerupakan selain peningkatan konsentrasi intraseluler
lapisan seperti membran sel yangterdiri dari cAMP yang juga dianggap berperan di
dari lemak, protein dan polisakarida. Ada dalam sekresi cairan intestinal pada kolera
sedikit perbedaan dari struktur OMP adalah meningkatnya kadar prostaglandin.
jikadibandingkan dengan membran Prostaglandin meningkatkan sekresi
sitoplasma,komposisi dari OMP sangat cairan intestinal secara in vitro.Akibat
kompleks. Porinmerupakan bagian meningkatnya prostaglandin dapat
terpenting dari membran yang dijumpai di dalam tinja penderita kolera.
berhubungan dengan permeabilitas sel. Gambaran klinis kolera yang paling
Porinmerupakan protein yang berbentuk menyolok adalah produksi tinja cair yang
pori-pori diouter membran yang mengatur jumlahnya besar dan terjadinya dehidrasi
masuknya molekul-molekulhidtofilik kecil, sebagai akibat dari kehilangan cairan
porin ini mengaturperpindahan molekul melalui tinja yang tidak diganti (Lesmana,
tersebut ke dalam ruang perisplasmik 2004).
untuk transport melalui membrane Patogenitas dan manifestasi klinis
sitoplasma. Fungsi outer membrane Vibrio cholerae merupakan akibat dari
adalah mengaturtekanan negatif pada sel, sejumlah faktor vrulensi yang di inveksikan
sebagai pori untukmasuknya molekul oleh bakteri tersebut. Virulensi adalah
hidrofolik sebagai phagereseptor atau ukuran patogenitas organisme. Tingkat
berhubungan dengan patogenitasbakteri, virulensi berbanding lurus dengan
mengatur stabilitas sel dan kemampuan organisme menyebabkan
mempertahankan enzim dalam penyakit. Tingkat virulensi dipengaruhi
periplasmik(Paustian, 2006). oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh
Menurut Wibawan etal.(1993) inang, mekanisme pertahanan inang, dan
penghalangan/blocking tahap awal infeksi faktor virulensi bakteri (Wanenoor, 2010).
merupakan strategi yang efektif untuk Faktor virulensi utama dihasilkan oleh
pencegahan terjadinya infeksi bakteri. Vibrio cholerae merupakan enterotoksin
Efek utama dari infeksi V.cholerae ekstraseluler yang kuat yang berperan
O1 adalah meningkatnya secara aktif pada sel usus kecil. Dalam struktur dan
sekresi klorida dan bikarbonat, dan fungsinya. Toksin Cholera (CT), atau
menurunnya absorpsi sodium klorida. “choleragen”, merupakan suatu molekul
Kedua peristiwa ini terjadi melalui protein kompleks dengan berat molekul
pekerjaan toksin kolera, yaitu (i) subunit B, sekitar 84.000 di susun oleh dua subunit
yang mengikatkan diri pada reseptor di utama. CT memiliki subunit toksin A dan
permukaan mukosa epitel intestinal yang B. Subunit A yang melakukan respon
mengandung glikolipid GM1 gangliosida, untuk aktivitas biologi sedangkan subunit
dan (ii) subunit A yang secara enzimatis B yang melakukan respon pengikatan
mengaktifkan adenilat siklase dan seluler toksin. Subunit A terdiri dari dua
meningkatkan konsentrasi intraseluler polipeptida yang diikat bersama oleh suatu
AMP siklik (cAMP). Selanjutnya cAMP ikatan disulfida tunggal. Aktifitas toksik
bekerja sebagai pembawa perintah terdapat pada A1, sedangkan A2 tersedia
intraseluler kedua (intracellularsecond sebagai pengikat subunit B ((Wachsmuth,
21

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417


Guli M. Musjaya Biocelebes Vol. 10 No. 2

Blake, Olsvik, 2005). Subunit B terdiri dari merangsang ekskresi klorida, sehingga
lima peptide yang identik dengan masing- menyebabkan hilangnya air, NaCl, Kalium
masing berat molekul 11.500 Da. Subunit dan bikarbonat (Wachsmuth at al, 2005).
B berikatan sangat cepat dengan molekul Pada gambar di bawah ini ditampilkan
monosialogangliosid GM1 dari sel usus Mekanisme Infeksi Vibrio cholerae
kecil.Subunit A selanjutnya terlepas dari
subunit B sehingga menembus membran
seluler. Aktivasi A1 terjadi dengan reduksi
ikatan disulfida. A1 yang teraktifkan secara
enzimatik, dengan mentransfer adenosin
difosfat ribosa dari nikotinamid adenin
dinukleotida (NAD) menjadi protein
pengikat-GTP (guanosin trifosfat) yang
mengatur aktifitas adenilsiklaseAksi
tersebut menghambat mekanisme “turnoff”
GTP dari aktivitas adenilsiklase dan
meningkatkan aktivitas adenilsiklase.
Peningkatan aktivitas adenilsiklase
tersebut menyebabkan peningkatan level
cAMP intraseluler (cyclic AMP) yang
menyebabkan meningkatnya sekresi
elektrolit ke dalam lumen usus. Hilangnya
elektrolit layaknya peningkatan sekresi KESIMPULAN
klorida tergantung-natrium dan mencegah
penyerapan Na dan Cl melintasi membran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan
oleh mekanisme kotranspor NaCl.
pembahasan yang telah dipaparkan di
Pembentukan sekresi merupakan suatu
atas, maka dapat disimpulkan sebagai
cairan isotonis dengan konsentrasi
berikut :
bikarbonat dua kali dari plasma normal
1. Cholerae Toxin (CT) dan Toxin
dan Kalium 4-8 kali plasma normal.
Coregulated Pilus (TCP) merupakan
Pengeluaran cairan dapat mencapai 1 liter
toksin utama yang berperan dalam
per jam, dan pengaruhnya dapat dilihat
patogenesis penyakit kolera karena
pada pasien penderita. Triptofan pada
toksin tersebut merupakantoksin utama
subunit toksin B memiliki peran vital dalam
pada bakteri Vibrio cholerae yang
pengikatan reseptor. Triptofan B
menyebabkan penyakit kolera. Kedua
distimulasi oleh komponen sistein dan
faktor virulensi tersebut banyak
disalurkan menuju membran sel eukariotik
berperan dalam proses invasi bakteri
oleh pentamer B. Sub unit B mengandung
ke dalam sel enterosit.
lima polipeptida, dimana masing- masing
2. Pili dan Outer Membrane Protein
molekul memiliki aktivitas ADP
(OMP) berperan sebagai protein adhesi
ribosyltransferase dan menyebabkan
yang memiliki fungsi pentingdalam
transfer ADP ribose dari NAD ke sebuah
virulensi (kemampuan untuk
guanosine triphospate, mengikat protein
menimbulkan penyakit) dari bakteri
yang mengatur aktivitas adenilat siklase
gram negatif. Keduanya bekerja
yang mengakibatkan produksi cAMP yang
menghambat absorpsi NaCl dan
22

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417


Guli M. Musjaya Biocelebes Vol. 10 No. 2

dengan membantu perlekatan bakteri


pada reseptor spesifik dari sel inang. Paustin T, 2006. Microbiologi dan
Bakteriologi. Universitas Indonesia,
SARAN Jakarta.
Berdasarkan pemaparan mengenai
patogenesis penyakit kolera beserta Sack, D.A.; Tacket, C.O.; Cohen, M.B.;
komponen-komponen yang terlibat maka Sack, R.B.; Losonsky, G.A.; Shimko,
perlu adanya pemahaman lebih lanjut J.; Nataro, J.P.;Edelman, R.; Levine,
tingkat molekuler mengenai terjadinya M.M.; Giannella, R.A.; Schiff, G.
kolera sehingga diharapkan pemahaman &Lang, D. ,1998. Validationof a
kolera lebih komprehensif. volunteer model of cholera with frozen
bacteria as the challenge. Infect.
DAFTAR PUSTAKA Immun.66(5):1968-1972

Anderson BN,. Ding AM, and Thomas Salyer, AA. & Whitt, DD. 2002. Bacterial
WE, 2007. Weak Rolling Adhesion Pathogenesis A Molecular Approach’,
Enhances Bacterial Surface ASM Press Washington DC. 115-127
Colonization, Journal of Bacteriology,
189 (5): 1798-1802 Sawasvirojwong S, Srimanote P,
Chatsudthipong V, and Muanprasat
Ashida H, Ogawa M, Kim M, Mimuro H, C, 2013. An Adult Mouse Model of
and Sasakawa C, 2011. Bacteria and Vibrio cholerae-induced Diarrhea for
host interactions in the gut epithelial Studying Pathogenesis and Potential
barrier, Natur Chemical Biology (8)1: Therapy of Cholera, Journal of
36-45 Negleted Tropical Diseas

Lesmana, M, 2004. Perkembangan Selvanantham T, Escalante NK,


Mutakhir Infeksi Kolera, Jurnal Tleugabulova MC, Fiévé S, Girardin
Kedokteran Trisakti. SE, Philpott DJ, Mallevaey T, 2013.
Nod1 and Nod2 Enhance TLR-
Mediated Invariant NKT Cell
Mrityunjoy A, Kaniz F, Fahmida J,
Activation during Bacterial Infection,
Shanzida J SMd, Aftab U. and
Rashed N, 2013. Prevalence of Vibrio The Journal of Immunology
cholerae in different food samples in
the city of Dhaka, Bangladesh, 20(2): Suarni E, 2011. Deteksi Adanya Gen toxR,
1017-1022 tdh, trh Vibrio parahaemolyticus pada
Sampel Batissa violacea L dan
Faunus ater Linn, Jurnal Syifa Medica
Naka AK, Yamamato MJ, Albert , Honda (1)2: 68-135
T, 1995. Vibrio cholera 0139
produces a protease which is
Wachhsmuth IK, Blake PA, Olsvik O,
indistinguishable from the
2005. Vibrio cholera and cholera
haemaglutinin/protease of Vibrio
Molecular to Global Perspectives,
cholera 01 and non-01. Immunol.
Med. Microbiol. 11:87-90
23

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417


Guli M. Musjaya Biocelebes Vol. 10 No. 2

American Society for Microbiology,


Washington DC.

Wanenoor, 2010. Patogenity of Bacteria,


The Global Source for Summery &
Reviews.

Wang J, Rajanna C , Zhang D, Xu Z, Ali


A, Hou Y M & Karaolis, 2009.
Endotoxin of Vibrio cholerae: Physical
and Chemical Characterization,
Cholera toxins, p: 33-54.

Wibawan IWT, Lammler C and Pasaribu


FH, 1993. A hemaglutinating
adhesion of group B Stretococci
isoloated from cases of bovine
masitits mediated adherence to Hela
cell, Journal Gen Microbiol (139):
2173-2180.

24

Jurnal Biocelebes, Vol. 10 No.2, Desember 2016, ISSN: 1978-6417

Anda mungkin juga menyukai