Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH

PENGANTAR ASUHAN KIEBIDANAN


PERUBAHAN DAN ADAPTASI FISIOLOGIS MASA NIFAS

Dosen pengampu: Kurnia Dewiani, S.ST., M.Keb.


Kelompok: 6
1. Asti putri tirtalestari (F0G019032)
2. Rani indah pratiwi (F0G019019)
3. Yolan asri maharani (F0G019010)
4. Monalisa topani (F0G019036)
5. Puput puspita ning utami (F0G019033)
6. Noni lestari (F0G019008)
7. Meldatul cahyani (F0G019004)
8. Soniya asana (F0G019023)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. atas berkat dan rahmat hidayahNya-
lah kami dapat menyelesaikan makala ini.
Makalah ini tidak dapat terselesaikan apabila tidak adanya bantuan dari pihak lain.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami selaku penulis makalah ingin mengucapkan
terima kasih yang telah mengampu kami agar dapat membuat makalah ini dengan baik dan
benar.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini penuh dengan
kekurangan, baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 20 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar belakang......................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Perubahan tanda-tanda vital..................................................................
B. Perubahan sistem kardiovaskular.........................................................
C. Perubahan sistem hematologi...............................................................
D. Perubahan sistem integumen................................................................
E. Perubahan hormonal.............................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
Kesimpulan.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perubahan tanda-tanda vital?
2. Bagaimana perubahan sistem kardiovaskular?
3. Bagaimana perubahan sistem hematologi?
4. Bagaimana perubahan sistem integumen?
5. Bagaimana perubahan hormonal?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN TANDA TANDA VITAL

Suhu Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu
badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas
38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.

Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan,
denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100
kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada
kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih
rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi
pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian,
hal tersebut sangat jarang terjadi.

Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu
post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

B. Perubahan pada kardiovaskular

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat


selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan
cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen
menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut
selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.

Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan


darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri
dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan
naik dan pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu.

Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum
cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini
terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.

C. Perubahan sistem hemotologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor


pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000


selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post
partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa
adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi.
Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-
ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika
hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi
daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang
cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan


peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam
4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-
500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa
masa nifas berkisar 500 ml.

D. Perubahan sistem integumen


Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme
serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya, menjadi pucat, kekuning-kuningan kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena
penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya,
karena stres, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah.
Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih
muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat
menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning
bangsa Mongol, kulit putih dari Eropa dll.

E. Perubahan hormonal

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-


hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:

1. Hormon plasenta.
2. Hormon pituitary.
3. Hipotalamik pituitary ovarium.
4. Hormon oksitosin.
5. Hormon estrogen dan progesteron.

Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta.
Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada
masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae
pada hari ke-3 post partum.

Hormon Pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
Hipotalamik Pituitary Ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi
pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita manyusui
mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12
minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan
menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu
involusi uteri.

Hormon Estrogen dan progesteron


Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang
tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan  Kebidanan  Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 85-86).

Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa  Nifas.

Ambarwati, 2008. Asuhan  Kebidanan  Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.


Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta.
Saleha, 2009. Asuhan  Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai