Nim : PO.71.20.1.20.001
Tingkat : 1A/Semester 2
PROSES PERADANGAN
1. Definisi Peradangan
Peradangan merupakan suatu kondisi respon terhadap cedera jaringan atau infeksi, yang bisa
terjadi dalam rongga mulut. Peradangan yang terjadi akan melalui mekanisme pertahanan
tubuh disebabkan oleh adanya respon terhadap pengaruh rusaknya jaringan yang bersifat
lokal, pengaruh rusakya jaringan tersebut bisa terjadi adanya bakteri (Yoczhan et al, 2015).
Peradangan akan berhubungan dengan beberapa fungsi seperti fungsi darah, fungsi pembuluh
darah, fungsi saraf, fungsi limfa, fungsi cairan serta sel – sel di sekitar peradangan.
Peradangan akut akan mengakibatkan timbulnya respon relatife singkat berlangsung, dalam
beberapa jam atau hari setelah terjadinya peradangan (Suryana, 2014).
1
c. Dolor/nyeri
perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung
saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan
lokal yang tanpa diragukan lagi dapat menimbulkan rasa sakit.
d. Turgor/tumor
pembemkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-
jaringan iterstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut
eksudat. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair,seperti yang
terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan.
e. Fungsio laesa/perubahan nyeri
Penurunan fungsi daerah peradangan. Kerusakan jaringan dan peningkatan rasa nyeri
menyebabkan daerah peradangan diistirahatkan dengan menurunkan fungsi gerak dll.
2
4. Bentuk-bentuk peradangan
a) Eksudat nonselular
Eksudat serosa
eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut dengan sangat
sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana adalah eksudat serosa,yang
pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable
dalam daerah radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa
yang paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
Eksudat fibrinosa
Jenis eksudat nonseluler yang kedua adalah eksudat fibrinosa yang terbentuk
jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada daerah peradangan yang
mengandung banyak fibrinogen.Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, yang berupa jala jala
lengket dan elastic (barangkali lebih dikenal sebagai tulang belakang bekuan darah).Eksudat
fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti pleura dan
pericardium dimana fibrin diendapkan dipadatkan menjadi lapisan kasar diatas membran
yang terserang. Jika lapisan fibrin sudah berkumpul di permukaan serosa,sering akan timbul
rasa sakit jika terjadi pergeseran atas permukaan yang satu dengan yang lain. Contoh pada
penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi pergesekan sewaktu
mengambil nafas.
Eksudat mininosa
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana
terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain
karena eksudat ini merupakan sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah.
Sekresi musin merupakan sifat normal membran mukosa dan eksudat musin merupakan
percepatan proses dasar fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana
adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.
b) Eksudat selular
Eksudat netrofilik
Disebut juga dengan purulent yang berbentuk akibat infeksi bakteri, infeksi
bakteri yang menyebabkan konsentrasi netrofil yang luar biasa tingginya didalam jaringan.
Banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat kesekitarnya
Eksudat campuran
3
Campuran eksudat selular dan nonselular, dinamakan sesuai dengan
campurannya, misalnya eksudat fibrinopurulen terdiri dari fibrin dan netrofil polimornuklear
Peradangan granulamatosa
Jenis radang ini ditandai dengan pengumpulan makrofag dalam jumlah besar
dan pengelompokannya menjadi gumpalan nodular yang disebut granuloma
4
B. Peradangan pada paru paru
1. Definisi radang paru
Radang paru-paru adalah penyakit yang ditandai dengan infeksi pada paru-paru. Infeksi
biasanya disebabkan karena bakteri atau virus yang menyerang alveoli atau kantung udara
pada paru-paru. Jika alveoli dipenuhi dengan cairan yang terinfeksi, maka kapasitas paru-
paru dan persediaan oksigen akan berkurang.
Radang paru-paru merupakan penyakit serius, terutama bila menyerang bayi dan anak
kecil, anak dengan malnutrisi, dan anak dengan gangguan imunologis.
Meskipun penyakit ini dapat menyerang siapa saja, serangan radang paru-paru pada
mereka yang berusia sangat muda atau sangat tua, dapat memperburuk kondisi penderitanya.
Gejala radang paru-paru yang paling utama adalah batuk yang disertai dahak. Lendir
pada dahak yang dihasilkan umumnya berwarna kekuningan atau kehijauan. Pada beberapa
kasus, dahak dapat bercampur dengan darah.
Selain batuk, para penderitanya juga dapat mengalami demam dalam waktu lama,
sering merasa lemas, dan dapat mengalami sesak napas.
5
Dalam keadaan normal, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada paru karena
mekanisme pertahanan tubuh. Mekanisme pertahanan saluran napas dan paru antara lain:
Pertahanan mekanis oleh bulu hidung dan konka untuk menyaring partikel besar agar
tidak mencapai saluran napas bawah
Refleks muntah dan batuk untuk mencegah aspirasi
Struktur trakeobronkial yang bercabang-cabang untuk menjebak mikroorganisme
yang kemudian akan dibersihkan oleh mukosiliar dan faktor antibakteri yang membunuh
patogen yang berhasil masuk
Flora normal yang menghalangi pertumbuhan bakteri yang virulensinya lebih kuat
Mikroorganisme yang berhasil lolos dan mencapai alveolus akan disingkirkan oleh
makrofag alveolar atau sel Langhans. Makrofag alveolar selanjutnya memicu respon
inflamasi untuk membantu proses pertahanan tubuh [2]
Bila kapasitas makrofag alveolar tidak cukup untuk mengeliminasi patogen, maka dapat
terjadi kaskade yang menyebabkan gejala-gejala klinis pneumonia, yaitu:
Proliferasi patogen memicu respon imun tubuh
Pelepasan mediator inflamasi seperti IL-1 dan TNF (tumor necrosis factor) memicu
terjadinya demam.
Kemokin seperti IL-8 dan GSF (granulocyte colony-stimulating factor) merangsang
pelepasan neutrofil dan memanggil leukosit lebih banyak menuju jaringan paru.
Pada pneumonia bakterial, infeksi umumnya berawal di trakea yang kemudian mencapai
parenkim paru. Selain itu, infeksi juga dapat berasal dari bakteremia yang kemudian menjalar
ke parenkim paru. Sedangkan pada pneumonia viral, awal infeksi adalah infeksi di sepanjang
jalan napas yang disertai lesi pada epitel saluran napas. Akibat infeksi, baik bakteri maupun
viral, terjadi obstruksi akibat pembengkakan, sekresi, dan debris selular.
Pada anak-anak terutama bayi, anatomi saluran napas yang lebih kecil menyebabkan lebih
rentan mengalami infeksi yang berat. Obstruksi jalan napas dapat berujung hipoksemia akibat
atelektasis, edema interstisial, dan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi.
Salah satu metode pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
vaksinasi. Baik anak-anak maupun orang dewasa bisa mendapatkan vaksin untuk mencegah
terjadinya radang paru-paru. Namun, meski sudah mendapatkan vaksin bukan berarti anak
tidak akan mungkin terkena penyakit radang paru-paru. Hanya saja, vaksin memberikan
6
sedikit kekebalan tubuh dan dapat mencegah timbulnya gejala yang berat bila anak tertular
penyakit ini di kemudian hari.
Cara pencegahan lainnya adalah dengan memisahkan anak-anak dari orang dewasa
yang terdiagnosis radang paru-paru. Anak sangat mudah tertular dari orang dewasa, oleh
sebab itu sebaiknya orang dewasa yang sedang dalam pengobatan menjaga jarak dari anak-
anak, menggunakan masker, dan menutup mulut ketika batuk.
Hal lain yang juga bisa dilakukan sebagai upaya pencegahan adalah dengan
memastikan adanya sirkulasi udara yang baik di rumah. Sebaiknya sinar matahari dapat
masuk ke dalam ruangan di rumah. Kondisi lingkungan rumah yang lembap dan pengap
memungkinkan kuman pernapasan dapat tumbuh dan bertahan hidup.