KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI
ABORTUS
Disusun Oleh :
14.401.18.039
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI
ABORTUS” menurut beberapa ahli. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kepeawatan
Maternitas. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiwa-mahasiswi Akademi Kesehatan Rustida
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku. Dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu, oleh karena
itu kami tidak lupa mengucapkan banyak trimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, harapan kami agara tulisan ini dapat diterima dan
dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritikan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi
tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada
perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda
0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar
500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar
30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90
% kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).
A. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian abortus ?
2. Apa Jenis abortus?
3. Bagaimana Patofisiloginya abortus?
4. Apa Penyebab abortus?
5. Bagaimana Uji diagnostic abortus?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan?
B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara keseluruhan Asuhan keperawatan Pada Ibu hamil dengan resiko
tinggi Abortus
Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian abortus
2. Mengetahui Jenis abortus
3. Mengetahui Patofisiloginyaabortus
4. Mengetahui Penyebab abortus
5. Mengetahui Uji diagnostic abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus
7. Mengetahui Asuhan keperawatan abortus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 KLASIFIKASI
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap kehamilan
yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran
secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat
bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang
biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu
atau kurang.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia
kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah
perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri
kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat
ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah
ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau
sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin
terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus
iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami
perubahan ukuran, tetapi perubahan- perubahan pada payudara biasanya
kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan
urutan, tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan
yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa
hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan
kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi- sembunyi oleh tenaga
tradisional.
G3 fungsi endometrium
G3 implantasi hasil konsepsi
G3 pertumbuhan janin
ABORTUS
Komplit inkomplit
Kurang Pengetahuan
Seluruh hasil konsepsi
keluar Plasenta tertinggal dalam
rahim
KEKURANGAN
VOLUME Kuretase Pembuluh darah masih terbuka Dikeluarkan
CAIRAN
INTOLERANSI AKTIVITAS
2.5 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan abortus imminens adalah
sebagai berikut :
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian karena perdarahan
dapatb terjadi apabila pertolongantidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti.Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi.
3) Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke
dalam peredaran darah atau peritonium.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik)
2.7 PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan
irigasi atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
a) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses keperawatan,
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agae dapat mengidentifikasi
dan menganalisa masalah pasien. Penulis hanya akan menjelaskan pengkajian
secara khusus pada pasien dengan abortus Menurut Aspiani (2017) pengkajian
abortus adalah:
a. Anamesa:
1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu)
2) Adanya kram perut atau mules daerah atas simpisis, nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4) Lama kehamilan
5) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi
6) Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan darah,
dan lender
7) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam,
mulas, serta pusing
8) Geajala – gejala hipovolemia seperti sinkop.
b. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang, rasa nyeri atau kram pada perut.Pasien juga mungkin
mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, merasa lelah dan lemas.
c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas:
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
11) Genetalia
a. Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat
bekuan darah, serviks tampak mendatar dan dilatasi
12) Ekstremitas atas
a. Inspeksi : Ada tidaknya infus yang terpasang
b. Palpasi: CRT (Capilary Refile Time)
13) Ekstremitas bawah
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Nugroho (2011),(NANDA NIC NOC, 2013) Asuhan
Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam (2011):
a. Gangguan rasa nyamanNyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan: gangguan rasa nyaman
nyeri dapat teratasi dengan:
Kriteria Hasil:
1. Nyeri tidak ada
2. Nyeri dada
Rencana Tindakan:
a) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Observasi skala nyeri
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
e) Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri (miring kanan, miring kiri)
f) Kolaborasi pemberian analgetika
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan resiko tinggi
kekuragan volume cairan dapat diatasi dengan:
Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan
haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
3. Turgor kulit elastis
4. Capillaryrefill kurang dari 2 detik
Rencana Tindakan:
a) Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b) Kaji kondisi status hemodinamika
c) Kaji intake output
d) Monitor tanda – tanda vital
e) Pantau kadar Hb dan Ht
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
c. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas: perdarahan,
keletihan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan klien dapat
mobilisasi dengan:
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat beraktivitas kembali
2. Klien dapat melakukan aktivitas mandiri
Rencana Tindakan:
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas: perdarahan dan keletihan
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
3. Monitor tanda – tanda vital
4. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
5. Berikan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
6. Berikan klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
7. Anjurkan klien untuk istirahat sesuai jadwal sehari – hari
8. Anjurkan pemenuhan aktivitas berat yang tidak dapat/ tidak boleh
dilakukan klien, dan libatkan keluarga klien
9. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Tidak terjadi
infeksi selama perawatan perdarahan dengan:
Kriteria Hasil:
1. Infeksi tidak terjadi
2. Tanda – tanda vital dalam batas normal
3. Tanda – tanda infeksi berkurang
Rencana Tindakan:
1. Kaji tanda – tanda vital
2. Monitor tanda – tanda infeksi
3. Kurangi organisme yang masuk kedalam individu: cuci tangan,
steril untuk perawatan luka dan tindakan invasive
4. Anjurkan klien menggunakan tehnik aseptic
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi harus di dasarkan kepada pelaksanaan keperawatan (implementasi) yang
telah dilakukan. Perencanaan di tinjau ulang sesuai kebutuhan berdasarkan
temuan evaluasi (Nugroho, 2011):
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berkurang
b. Volume cairan teratasi
c. Intoleransi aktivitas teratasi dengan mobilisasi
d. Infeksi tidak terjadi
e. Cemas tidak
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Biasanya menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa hidup di luar tubuh
B. SARAN
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi
untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
31