Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI
ABORTUS

Disusun Oleh :

NOVITA ELISYA PUTRI

14.401.18.039

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI
ABORTUS” menurut beberapa ahli. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kepeawatan
Maternitas. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiwa-mahasiswi Akademi Kesehatan Rustida
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku. Dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu, oleh karena
itu kami tidak lupa mengucapkan banyak trimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, harapan kami agara tulisan ini dapat diterima dan
dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritikan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Banyuwangi 9 September 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa


mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus
spontan” (Manuaba, 2011).

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi
tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada
perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda
0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.

Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka


kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per
100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga
pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun
2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran.
Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300
kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).

Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan


mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah tepat
dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di tunjang oleh
fasilitas yang memadai.

Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar
500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar
30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90
% kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).
A. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian abortus ?
2. Apa Jenis abortus?
3. Bagaimana Patofisiloginya abortus?
4. Apa Penyebab abortus?
5. Bagaimana Uji diagnostic abortus?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan?

B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara keseluruhan Asuhan keperawatan Pada Ibu hamil dengan resiko
tinggi Abortus
Tujuan Khusus
1. Mengetahui Pengertian abortus
2. Mengetahui Jenis abortus
3. Mengetahui Patofisiloginyaabortus
4. Mengetahui Penyebab abortus
5. Mengetahui Uji diagnostic abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus
7. Mengetahui Asuhan keperawatan abortus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI ABORTUS

Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat


hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400
gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Menurut WHO dikatakan abortus jika usia kehamilan kurang dari 20-22
minggu. Abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80% diantaranya terjadi
pada trimester pertama (≤ 13minggu) dan sangat sedikit terjadi pada trimester kedua
(Salim dalam jurcovic, 2011).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-
obatan atau bedah, (Morgan, 2011).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatu
keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia
kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019).

2.2 ETIOLOGI ABORTUS

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.


Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
2) Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus
dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang
sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan
pula kelainan kromosom seks.
3) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang


sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
4) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya
pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi
terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan
anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,
khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel
yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi abortus Kelainan endokrin misalnya diabetes
mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain
itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana
autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak
terjadi hipotiroidism yang nyata
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau
halangan terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid,
malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik
akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan
(dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal


Penyebab secara umum:
1) Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria
2) Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
Penyebab yang bersifat lokal:
1) Fibroid, inkompetensia serviks.
2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
3) Retroversikronis.
4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi Janin :
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa
pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.
2.3 MANIFESTASI KLINIS ABORTUS
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

2.4 KLASIFIKASI
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap kehamilan
yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran
secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat
bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang
biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu
atau kurang.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia
kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah
perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri
kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat
ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah
ketuban yang nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau
sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin
terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus
iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami
perubahan ukuran, tetapi perubahan- perubahan pada payudara biasanya
kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan
urutan, tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan
yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa
hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan
kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan
jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi- sembunyi oleh tenaga
tradisional.

Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil

Perubahan dasar yang terjadi pada adaptasi fisiologis system kardiovaskular,


yaitu terjadinya kenaikan volume darah hingga 50% dan cardiacoutput 30-
40%.Detak jantung meningkat 10 detak/menit, dan tekanan darah arterial dan
resistensi vascular menurun saat volume darah, serta berat ibu dan basal
metabolisme meningkat.
a. Perubahan Pada Sistem Vagina
Vagina dan VulvaVagina sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan vaskularisasi
atau penumpukan pembuluh darah dan pengaruh hormon esterogen yang
menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan tanda
Chadwick.Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan ketebalan
mukosa vagina, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi (pertumbuhan
abnormal 12 jaringan) pada otot polos yang merenggang, akibat perenggangan
ini vagina menjadi lebih lunak. Respon lain pengaruh hormonal adalah seksresi
sel-sel vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan bersifat sangat
asam karena adanya peningkatan PH asam sekitar (5,2 –6). Keasaman ini
berguna untuk mengontrol pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri penyebab
penyakit (Kumalasari, Intan. 2015).

b. Perubahan Pada Sistem Uterus/Rahim Uterus/ Rahim


Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim sebagai ruang
untuk menyimpan calon bayi yang sedang tumbuh.Perubahan ini disebabkan
antara lain:
1) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
2) Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan perkembangan jaringan
abnormal) yang meyebabkan otot-otot rahim menjadi lebih besar, lunak
dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
3) Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim selama
hamil.Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8x 5 x 3 cm dengan berat 50
gram (Sunarti, 2013).
Uterus bertambah berat sekitar 70-1.100 gram selama kehamilan
dengan ukuran uterus saat umur kehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20 cm
dengan kapasitas > 4.000 cc. Pada perubahan posisi uterus di bulan pertama
berbentuk seperti alpukat, empat bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan
berbentuk bujur telur. Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar telur
ayam, umur dua bulan kehamilan sebesar telur bebek, dan umur tiga bulan
kehamilan sebesar telur angsa (Kumalasari, Intan. 2015).
Perhitungan lain berdasarkan perubahan tinggi fundus menurut
Kusumawati (2008) dalam Sartika, Nita. (2016) dengan jalan mengukur
tinggi fundus uteri dari simfisis maka diperoleh, usia kehamilan 22-28
minggu : 24-26 cm, 28 minggu : 26,7 cm, 30 minggu : 29-30 cm, 32 minggu
: 29,5-30 cm, 34 minggu : 30 cm, 36 minggu : 32 cm, 38 minggu : 33 cm, 40
minggu : 37,7 cm.
c. Perubahan Pada Sistem Serviks
Serviks akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan massa dan
kandungan air meningkat sehingga serviks mengalami penigkatan
vaskularisasi dan oedem karena meningkatnya suplai darah dan terjadi
penumpukan pada pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi lunak
tanda (Goodel) dan berwarna kebiruan (Chadwic) perubahan ini dapat
terjadi pada tiga bulan pertama usia kehamilan.
d. Perubahan Pada Sistem Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh Melanocyte Stimulating Hormoneatau hormon yang
mempengaruhi warna kulit pada lobus hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis (kelenjar pengatur hormon 14 adrenalin).
Hiperpigmentasi ini terjadi pada daerah perut (striae gravidarum), garis
gelap mengikuti garis diperut (linia nigra), areola mama, papilla mamae,
pipi (cloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan
berkurang dan hilang.
e. Perubahan Pada Sistem Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi
makanan pokok untuk bayi baru lahir.
Perubahan yang terlihat diantaranya:
1) Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini dikarenakankarena
adanya peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplai darah
yang meningkat akibat oerubahan hormon selama hamil.
2) Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit payudara yang
membesar dan terlihat jelas.
3) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul
areola mamae sekunder atau warna tampak kehitaman pada puting
susu yang menonjol dan keras.
4) Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah sekitar puting
payudara yang terletak di dalam areola mamame membesar dan
dapat terlihat dari luar. Kelenjar ini mengeluarkan banyak cairan
minyak agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak
menjadi tempat berkembang biak bakteri.
5) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan bewarna jernih. Pada kehamilan 16
minggu sampai 32 minggu warna cairan agak putihseperti air susu yang
sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung
lemak.Cairan ini di sebut kolostrum (Saminem, 2008).
f. Perubahan Pada Sistem Sirkulasi Darah (Kardiovaskular)
Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum lebih besar
daripada pertumbuhan sel darah sehingga terjadi hemodelusi atau
pengenceran darah. Volume darah ibu meningkat sekitar 30%-50% pada
kehamilan tunggal, dan 50% pada kehamilan kembar, peningkatan ini
dikarenakan adanya retensi garam dan air yang disebabkan sekresi
aldosteron dari hormon adrenal oleh estrogen. Cardiac output atau curah
jantung meningkat sekitar 30%, pompa jantung meningkat 30% setelah
kehamilan tiga bulan dan kemudian melambat hingga umur 32
minggu.Setelah itu volume darah menjadi relatif stabil (Kumalasari, Intan.
2015).
g. Perubahan Pada Sistem Pernafasan (Respirasi)
Seiring bertambahnya usia kehamilan dan pembesaran rahim, wanita
hamil sering mengeluh sesak dan pendek napas, hal ini disebabkan karena
usus tertekan ke arah diafragma akibat dorongan rahim yang membesar.
Selain itu kerja jantung dan paru juga bertambah berat karena selama hamil,
jantung memompa darah untuk dua orang yaitu ibu dan janin, dan paru-
paru menghisap zat asam (pertukaran oksigen dan karbondioksida) untuk
kebutuhan ibu dan janin.
h. Perubahan Pada Sistem Perkemihan (Urinaria)
Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat karena menyaring darah
yang volumenya meningkat sampai 30% - 50% atau lebih, serta
pembesaran uterus yang menekan kandung kemih menyebabkan sering
berkemih (Sunarti. 2013).
i. Perubahan Pada Sistem Endokrin
Plasenta sebagai sumber utama setelah terbentuk menghasikan
hormon HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) hormon utama yang akan
menstimulasi pembentukan esterogen dan progesteron yang di sekresi oleh
korpus luteum, berperan mencegah terjadinya ovulasi dan membantu
mempertahankan ketebalan uterus. Hormon lain yang dihasilkan yaitu
hormon HPL (Human Placenta Lactogen) atau hormon yang merangsang
produksi ASI, Hormon HCT (Human Chorionic Thyrotropin ) atau hormon
penggatur aktivitas kelenjar tyroid, dan hormon MSH (Melanocyte
Stimulating Hormon) atau hormon yang mempengaruhi warna atau
perubahan pada kulit.
j. Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal
Perubahan pada sistem gasrointestinal tidak lain adalah pengaruh
dari faktor hormonal selama kehamilan. Tingginya kadar progesteron
mengganggu keseimbangan cairan tubuh yang dapat meningkatkan
kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot polos, hal ini
mengakibatkan gerakan usus (peristaltik) berkurang dan bekerja lebih lama
karena adanya desakan akibat tekanan dari 17 uterus yang membesar
sehingga pada ibu hamil terutama pada kehamilan trimester 3 sering
mengeluh konstipasi/sembelit. Selain itu adanya pengaruh esterogen yang
tinggi menyebabkan pengeluaran asam lambung meningkat dan sekresi
kelenjar air liur (saliva) juga meningkat karena menjadi lebih asam dan
lebih banyak.Menyebabkan daerah lambung terasa panas bahkan hingga
dada atau sering disebut heartburn yaitu kondisi dimana makanan terlalu
lama berada dilambung karena relaksasi spingter ani di kerongkongan
bawah yang memungkinkan isi lambung kembali ke kerongkongan
(Kumalasari, Intan. 2015).
Keadaan lain menimbulkan rasa mual dan pusing /sakit kepala pada
ibu terutama di pagi hari (morning sickness) jika disertai muntah yang
berlebihan hingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari disebut :
Hyperemesis gravidarum (Sunarti, 2013).
PATHWAY ABORTUS

1. Kelainan hormonal Kelainan anatomic uterus


Kelaianan zigot
Emberio tidak bisa 2. Gngguan nutrisi
berkembang 3. Penyakit infeksti
4. Kelainan imunologik Pertumbuhan janin
5. Faktor psikologis intrauteri tidak sempurna

G3 fungsi endometrium
G3 implantasi hasil konsepsi

G3 pertumbuhan janin

ABORTUS

Komplit inkomplit
Kurang Pengetahuan
Seluruh hasil konsepsi
keluar Plasenta tertinggal dalam
rahim

Perdarahan ANSIETAS DEFISIT


PENGETAHUAN

KEKURANGAN
VOLUME Kuretase Pembuluh darah masih terbuka Dikeluarkan
CAIRAN

Perdarahan masif Uterus berkontraksi


Alat yang tidak steril

Syok hipovolemik Nyeri Abdomen


RISIKO INFEKSI
Distribusi darah ke
jaringan menurun Gg. RASA
NYAMAN NYERI
Akral dingin

KETIDAKEFEKTIFAN Gangguan Pemenuhan ADL


PERFUSI JARINGAN

INTOLERANSI AKTIVITAS
2.5 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan abortus imminens adalah
sebagai berikut :
1) Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian karena perdarahan
dapatb terjadi apabila pertolongantidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti.Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi.
3) Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke
dalam peredaran darah atau peritonium.
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik)

Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:


1) Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain.
Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah
tindakan.
2) Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik.
Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini
ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan
histologik harus dilakukan dengan teliti.
3) Emboli udara
dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi
karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke
dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan
kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat
memastikan dengan segera.
4) Inhibisi vagus
Hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada
ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat
yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.
5) Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia.
Antiseptik lokal seperti KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat
dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-
obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan
histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
6) Infeksi dan sepsis.
Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan waktu.
7) Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3
minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
3. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus
4. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
5. Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningkat (>10.000 U/dl)
6. Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.

2.7 PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan
irigasi atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme

2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :


a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan
servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan
darah, atau bagian – bagian janin
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta
kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan
jika mungkin untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu,
kaji ulang gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat,
atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil
abnormal
6. Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan
seperti phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan
terapi hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga
perdarahan berhenti.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI ABORTUS

a) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses keperawatan,
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agae dapat mengidentifikasi
dan menganalisa masalah pasien. Penulis hanya akan menjelaskan pengkajian
secara khusus pada pasien dengan abortus Menurut Aspiani (2017) pengkajian
abortus adalah:

a. Anamesa:
1) Usia kehamilan ibu (kurang dari 20 minggu)
2) Adanya kram perut atau mules daerah atas simpisis, nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
3) Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4) Lama kehamilan
5) Kapan terjadi perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi
6) Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan darah,
dan lender
7) Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam,
mulas, serta pusing
8) Geajala – gejala hipovolemia seperti sinkop.
b. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang, rasa nyeri atau kram pada perut.Pasien juga mungkin
mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung, merasa lelah dan lemas.
c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas:
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.

2) Riwayat penyakit yang pernah dialami


Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya:
DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin,
dan penyakit- penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
f. Riwayat Obstetri
Yang perlu dikaji adalah:
1) Keadaan haid
Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang Menarche, siklus haid, hari
pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah keluar, lamanya haid, nyeri atau
tidak, bau.
2) Perkawinan
Yang perlu ditanyakan berapa kali kawin dan sudah berapa lama.
3) Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali melakukan
ANC (Ante Natal Care), selama kehamilan
4) Riwayat seksual

Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan


serta keluahn yang menyertainya.
g. Riwayat pemakaian obat

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis


obat lainnya.
h. Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, metode yang digunakan adalah pemeriksaan
Head To Toe. Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien dengan abortus
meliputi:
1) Keadaan umum :
Klien dengan abortus biasanya keadaan umumnya lemah
2) Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : Menurun
b. Nadi : Mungkin meningkat (›90x/menit)
c. Suhu : Meningkat/menurun
d. Respirasi : Meningkat ›20x/menit

PEMERIKSAAN FISIK (Head To Toe)


1) Kepala:
a. Inspeksi: bersih atau tidaknya, ada atau lesi
b. Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan, krepitasi, masa
2) Wajah
a. Inspeksi: Tampak pucat, ada atau tidak oedem
3) Mata
a.Inspeksi: Konjungtiva tampak pucat (karena adanya perdarahan), sklera ikterus.
4) Hidung
a.Inspeksi: Simetris atau tidak, ada tidaknya polip
5) Telinga
a.Inspeksi : Ada tidaknya peradangan dan lesi
6) Mulut
a.Inspeksi : Periksa apakah bibir pucat atau kering, kelengkapan gigi, ada
tidaknya karies gigi.
7) Leher
a. Inspeksi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid da limfe
b. Palpasi : Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
8) Payudara
a.Inspeksi : Ukuran payudara, simetris dan penampilan kulit,
inspeksi puting teradap ukuran, bentuk, ada tidaknya ulkus dan
kemerahan.
b. Palpasi :Palpasi payudara untuk mengetahui konsistensi
dan nyeri tekan
9) Thorax
a.Inspeksi : Pergerakan dinding dada, frekuensi, irama, kedalaman
dan penggunaan otot bantu pernapasan, ada tidaknya retaksi
dinding dada
b. Palpasi :Ada tidaknya nyeri tekan dan krepitasi vocal
premitus
c.Perkusi : Kenormalan organ thorax
d. Auskultasi : Ada tidaknya suara nafas tambahan
10) Abdomen
a.Inspeksi : Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, perdarahan
pervaginam, terlihat jaringan parut pada perut, ada tidaknya
jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b. Auskultasi : Bising usus normal
c.Palpasi : TFU 2 jari diatas simpisis pubis, terdapat kontraksi
uterus, tonus baik, lembek dan tidak terdapat nyeri tekan.
d. Perkusi :Suara normal timfani, untuk mengetahui suara
normalnya bila masih ada sisa hasil konsepsi yang belum
dkeluarkan maka suara akan berubah menjadi lebih pekak

11) Genetalia
a. Inspeksi : Kebersihan kurang, perdarahan pervaginam, terdapat
bekuan darah, serviks tampak mendatar dan dilatasi
12) Ekstremitas atas
a. Inspeksi : Ada tidaknya infus yang terpasang
b. Palpasi: CRT (Capilary Refile Time)
13) Ekstremitas bawah

a. Inspeksi : Ada tidaknya deformitas

b. Palpasi: Akral (perdarahan biasanya disertai dnegan akral


dingin
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu abortus imminens,
menurut (Nugroho, 2011), (NANDA NIC NOC, 2013) antara lain adalah:
a. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauterine
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas: perdarahan,
keletihan
d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan, masalah
kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan
Menurut Nugroho (2011),(NANDA NIC NOC, 2013) Asuhan
Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam (2011):
a. Gangguan rasa nyamanNyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan: gangguan rasa nyaman
nyeri dapat teratasi dengan:
Kriteria Hasil:
1. Nyeri tidak ada
2. Nyeri dada

Rencana Tindakan:
a) Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Observasi skala nyeri
c) Monitor tanda – tanda vital
d) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
e) Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri (miring kanan, miring kiri)
f) Kolaborasi pemberian analgetika
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan resiko tinggi
kekuragan volume cairan dapat diatasi dengan:
Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan
haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal 3 – 5 ml/ jam
3. Turgor kulit elastis
4. Capillaryrefill kurang dari 2 detik

Rencana Tindakan:
a) Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan (perdarahan)
b) Kaji kondisi status hemodinamika
c) Kaji intake output
d) Monitor tanda – tanda vital
e) Pantau kadar Hb dan Ht
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
c. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas: perdarahan,
keletihan
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan klien dapat
mobilisasi dengan:
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat beraktivitas kembali
2. Klien dapat melakukan aktivitas mandiri
Rencana Tindakan:
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas: perdarahan dan keletihan
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
3. Monitor tanda – tanda vital
4. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
5. Berikan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
6. Berikan klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan/kondisi klien.
7. Anjurkan klien untuk istirahat sesuai jadwal sehari – hari
8. Anjurkan pemenuhan aktivitas berat yang tidak dapat/ tidak boleh
dilakukan klien, dan libatkan keluarga klien
9. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Tidak terjadi
infeksi selama perawatan perdarahan dengan:
Kriteria Hasil:
1. Infeksi tidak terjadi
2. Tanda – tanda vital dalam batas normal
3. Tanda – tanda infeksi berkurang
Rencana Tindakan:
1. Kaji tanda – tanda vital
2. Monitor tanda – tanda infeksi
3. Kurangi organisme yang masuk kedalam individu: cuci tangan,
steril untuk perawatan luka dan tindakan invasive
4. Anjurkan klien menggunakan tehnik aseptic
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan
tidak terjadi kecemasan pada klien dengan :
Kriteria hasil :
a. Aktivitas fisik meningkat
b. Cemas berkurang
Rencana Tindakan:
a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap
penyakit
b) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
d) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh
klien dan keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Nugroho ( 2011):
a. Mencegah Gangguan rasa nyaman nyeri
b. Mempertahankan Volume cairan kembali
c. Mempertahankan Aktivitas dengan mobilisasi
d. Mencegah Terjadinya infeksi
e. Mencegah Terjadinya cemas

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi harus di dasarkan kepada pelaksanaan keperawatan (implementasi) yang
telah dilakukan. Perencanaan di tinjau ulang sesuai kebutuhan berdasarkan
temuan evaluasi (Nugroho, 2011):
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berkurang
b. Volume cairan teratasi
c. Intoleransi aktivitas teratasi dengan mobilisasi
d. Infeksi tidak terjadi
e. Cemas tidak
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Biasanya menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah
keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100
gram bisa hidup di luar tubuh

B. SARAN
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa
mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi
untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA


(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

31

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai