00tamplate Tugas Akhir 6
00tamplate Tugas Akhir 6
DISUSUN OLEH :
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2
DAFTAR ISI
TUGAS AKHIR
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................I-1
1.1.Latar Belakang Masalah.....................................................................I-1
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................I-3
1.3.Tujuan Penelitian................................................................................I-4
1.4.Manfaat Penelitian.............................................................................I-4
1.5.Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian...............................................I-4
1.6.Sistematika Penulisan.........................................................................I-5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................II-1
2.1.Beton Bertulang................................................................................II-1
2.1.1. Beton.............................................................................II-1
2.1.2. Sifat Beton Terhadap Temperatur Tinggi.........................II-2
2.1.3. Estimasi Kekuatan Sisa Beton Pasca Bakar.....................II-8
2.2.Baja Tulangan.................................................................................II-10
2.3.Perhitungan Struktur.......................................................................II-11
2.3.1. Peraturan Pehitungan Kekuatan Struktur........................II-11
2.3.2. Pembebanan...................................................................II-12
2.4.Sistem Struktur Gedung..................................................................II-12
2.4.1. Balok...........................................................................II-13
2.4.2. Faktor Reduksi Kekuatan untuk Balok...........................II-15
2.4.3. Flow Chart Analisis Balok.............................................II-16
2.5.Jenis dan Klasifikasi Kerusakan Beton Pasca Bakar.......................II-19
2.6.Analisis Struktur Beton Bertulang menggunakan SAP 2000 v14 ...II-20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................III-1
x
3.1.Pengamatan Visual.........................................................................III-1
3.2.Pengujian Karbonasi.......................................................................III-2
3.3.Pengujian Alat Palu Beton Tipe N...................................................III-3
3.4.Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan...............................................III-3
3.5.Analisis Kekuatan Struktur Beton Pasca Kebakaran.......................III-3
3.5.1. Analisis Struktur............................................................III-3
3.5.2. Pemodelan Struktur........................................................III-4
3.5.3. Pembebanan Struktur......................................................III-6
3.5.4. Metodologi Pengambilan Data Lapangan.......................III-7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN...................................IV-1
4.1.Hasil Penelitian...............................................................................IV-1
4.1.1. Gambaran Visual Kerusakan Struktur...........................IV-1
4.1.2. Evaluasi Bahan-Bahan yang terbakar.............................IV-4
4.1.3. Kuat Tekan Sisa Beton (Schmidt Hammer Test)...........IV-5
4.1.4. Kuat Tarik Sisa Baja Tulangan......................................IV-6
4.2.Pembahasan Penelitian....................................................................IV-7
4.2.1. Pemodelan Analisa Numerik pada Balok Gedung Makassar
Mall Pasca Kebakaran dengan berbagai variasi kuat tekan
xi
DAFTAR TABEL
Xi
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
semua pihak setelah di Indonesia didera sejumlah kasus kebakaran gedung yang
cenderung meningkat tajam dengan skala yang cukup besar. Kebakaran dapat
diakibatkan oleh berbagai hal, mulai dari hubungan pendek arus listrik, kompor
berurusan pasca gedung terbakar tidak hanya pemilik gedung, pihak kepolisian,
para pengacara hukum, maupun perusahaan asuransi, namun lebih luas lagi juga
mengimbas ke para ahli struktur (teknik sipil). Peran ahli struktur dalam
tertinggi yang pernah dialami elemen-elemen struktur pada saat kebakaran terjadi,
(b) menaksir kekuatan sisa struktur bangunan pasca kebakaran, dan (c)
sebelum kebakaran.
Pada tanggal 27 Juni 2011 telah terjadi kebakaran pada Makassar Mall.
yang direncanakan sebagai pasar pusat grosir dan strukturnya didesain dengan
sistem konstruksi beton bertulang biasa. Struktur terdiri atas 4 lantai yang
direncanakan untuk menahan beban mati (DL), beban hidup (LL). Secara garis
II-1
besar, Makassar Mall terdiri atas 4 lantai, memiliki ukuran panjang sekitar 126.5
meter, lebar 90.5 meter dan tinggi total bangunan 18.65 meter.
Temperatur yang tinggi saat terjadi kebakaran memiliki pengaruh yang besar
terhadap kedua jenis material baik beton maupun baja. Sebenarnya beton
II-2
merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api yang relatif
lebih baik dibandingkan dengan material lain seperti baja, terlebih lagi Kayu. Hal
ini disebabkan karena beton merupakan material dengan daya hantar panas yang
penurunan kekuatan pada struktur pasca kebakaran dan tentunya akan diikuti
pelat, dan kolom akan mengalami penurunan kekuatan pada saat terjadi
kebakaran. Tingkat kerusakan yang terjadi sangat tergantung pada intensitas api
kekuatan balok beton bertulang pada Makassar Mall pasca kebakaran, serta
II-3
4. Berapa kuat tekan beton (secara komputasional) dan kuat tarik baja sisa
pasca kebakaran.
II-4
2. Melakukan pemodelan dengan software Analisa Struktur dan menganalisis
struktur.
visual, pola retak, tingkat karbonasi, pengujian alat palu beton (Schmidt
03-2847-2002.
II-5
retak, kuat tekan beton, kuat tarik baja tulangan, dan analisis
komputasi.
BAB III : Metodologi Penelitian, berisi tentang bagan alir, pengumpulan data,
penelitian.
BAB V : Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan dari studi ini,
serta saran-saran.
II-6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beton dengan kuat tekan tinggi dan tulangan baja dengan kuat tarik tinggi.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Nilai kuat
tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaanya
tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu
kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik, artinya bahwa
tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton
2.1.1. Beton
Beton merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api
yang relatif lebih baik dibandingkan dengan material lain seperti baja, terlebih lagi
kayu. Hal ini disebabkan karena beton merupakan material dengan daya hantar
panas yang rendah, sehingga dapat menghalangi rembetan panas ke bagian dalam
struktur beton tersebut. Oleh karena itu selimut beton biasanya dirancang dengan
ketebalan yang cukup yang dimaksudkan untuk melindungi tulangan dari suhu
yang tinggi di luar jika terjadi kebakaran, karena seperti diketahui bahwa tulangan
baja akan mengalami penurunan kekuatan/tegangan leleh yang cukup drastis pada
suhu yang tinggi Pada struktur beton yang mengalami kebakaran, kekuatan beton
akan dipengaruhi oleh perubahan temperatur, tingkat dan lama pemanasan. Yang
menjadi perhatian pada beton terbakar apakah kekuatan beton tersebut masih
II-1
mampu menahan berbagai beban diantaranya ialah gaya aksial, lenturan dan gaya
didalam beton.
Hasil hidrasi dari komponen semen akan membentuk gel kalsium silikat
pada suhu 100oC, proses dehidrasi akan menghilangkan air bebas dalam beton dan
mampu memperbaiki sifat lekatan antar partikel gel C-S-H (3CaOSiO 2.3H2O)
sehingga dapat meningkatkan kuat tekan sekitar 10-15%. Proses dehidrasi akan
selesai pada suhu 540oC. Pada suhu 450oC hingga 500oC elemen CaOH akan
berubah menjadi CaO dan akan mulai mengembang serta menyebabkan retak.
II-2
Pengurangan C-S-H yang jumlahnya cukup banyak akan sangat mengurangi
(pink keputih-putihan).
beban yang bekerja selama pemanasan. Untuk temperatur sampai pada 300 oC,
terjadi pada saat terjadi kebakaran dan dapat dibagi menjadi 2 atau lebih kategori.
II-3
Pengelupasan yang disertai dengan ledakan yang menyebar dan umumnya muncul
berupa terkelupasnya beton menjadi retak secara paralel pada permukaan yang
terkena api yang akan menyebabkan terjadinya pemisahan sebagian lapisan beton
dan terlepasnya bagian beton sepanjang daerah yang lemah seperti pada lapisan
tulangan. Juga, sifat agregat dan pasta semen terhadap panas menyebabkan
munculnya tegangan antar partikel yang akan berujung pada retak, terutama
Warna beton juga dapat berubah sebagai akibat dari pemanasan, yang mana
akan terlihat dengan jelas pada saat inspeksi visual. Pada banyak kejadian
perubahan warna pink/merah terjadi pada suhu diatas 300oC, yang mana menjadi
merupakan akibat daripada oksidasi kandungan besi pada agregat, perlu dicatat
II-4
bahwa karena perbedaan kandungan besi pada aggregat sehingga tidak semua
terjadi perubahan warna. Pada umumnya, perubahan warna terjadi pada aggregat
yang bersilika dan hanya sedikit pada batu kapur (limestone) dan granit.
II-5
Tampak sebuah retak yang paralel pada permukaan luar beton dan perubahan
porositas
degradasi.
keabu-abuan
II-6
aggregat melebihi 500-600oC
matriks semen)
Kuat tekan beton benda uji silinder maupun kuat lentur benda uji yang
dibandingkan dengan beton normal yang tanpa dipanaskan. Warna beton yang
Kerusakan beton dapat pula disebabkan oleh perbedaan angka muai antara
agregat dan pasta semen. Perbedaan ini menyebabkan kerusakan pada interfacial
zone sehingga lekatan antar batuan menjadi berkurang banyak. Pada temperatur
kamar. Angka muai batuan pada umumnya lebih rendah dari pada pasta-semen.
II-7
Sampai pada temperatur 200 o C pasta-semen menyusut sedang batuan
yang paling nyata kerusakan beton mengelupas disebabkan oleh tekanan uap air
Semakin rapat beton, maka semakin mudah terjadi pengelupasan oleh panas,
karena uap air tidak mudah mengalir melalui pori ke dalam daerah yang lebih
dingin. Jika terjadi peningkatan suhu yang cepat diikuti oleh hambatan aliran uap
air ke sebelah dalam dan jika tersumbat akibat rapatnya beton, maka berpotensi
akibat dari tingkat yang paling ringan, sedang, sampai berat tergantung dari tinggi
1. Visual Inspection
Bendasarkan pada perubahan secara fisik yang terjadi pada permukaan
beton yaitu:
b. Ada atau tidak adanya retak permukaan (surface cracks) pada permukaan
II-8
c. Ada atau tidak adanya deformasi plastis elemen struktur, untuk mendeteksi
dialami.
d. Ada atau tidak adanya pengelupasan/spalling dari selimut beton dari elemen
Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah Rebound Hammmer Test.
Cara ini paling sederhana, ringan dan mudah dilakukan. Jarak pantulan suatu
massa terkalibrasi (yang digerakkan oleh pegas) yang mengenai permukaan beton-
uji digunakan sebagai kriteria kekerasan beton. Kemudian kekerasan beton ini
tidak relevan dengan kekuatan tekan beton normal, maka hasil pengujian dengan
alat ini perlu dilakukan kalibrasi tersendiri. Alat ini menganggap bahwa beton
cukup homogen, sehingga perubahan mutu beton di bagian dalam tidak dapat
ditunjukkan oleh alat ini. Semakin banyak titik pengamatan, semakin baik hasil
yang diperoleh. Selain penggunaan alat di atas, uji tidak merusak juga dapat
dilakukan dengan melakukan pengujian kimia (Chemical Test). Uji ini bertujuan
untuk melihat hubungan antara unsurunsur kimia yang terkandung dalam beton,
khususnya kapur bebas (CaO), dan temperature yang pernah dialami beton.
dari hasil uji fisik. Uji ini dapat menggunakan Phenolphtalein test (PP-Test)
II-9
digunakan untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu material, melalui respon
terjadi perubahan warna pada saat diolesi, berarti material yang diuji bersifat basa,
dan sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan warna bererti material yang diuji
ditunjukkan oleh respon warna: merah sangat tua (violet 3) –merah sangat muda
II-10
II-11
Gambar 2. 6 Hubungan temperatur dengan indikator warna dengan
Phenolftalein
kekuatan, keadaan fisis dan kekakuan sebagai akibat dari pemanasan dan beberapa
normal. Pada baja tulangan yang terlindungi oleh selimut beton, proses
peningkatan temperatur terjadi melalui transfer panas. Oleh karena itu, perlu
disadari bahwa temperatur tulangan baja tidak selamanya sama dengan temperatur
II-12
luar yang terbakar. Baja yang terselimuti akan menerima panas yang lebih sedikit
penurunan pada sifat mekanis baja tulangan seperti tegangan leleh, modulus
young’s, dan kuat tekan maksimum pada beton. Jika durasi dan intensitas
kebakaran cukup besar maka ketahanan beban pada suatu struktur dapat turun
b. StandarPerencanaanKetahananGempauntukStrukturBangunanGedung
SNI-1726-2002
2846-2002
II-13
2.3.2. Pembebanan
Beban yang ditinjau terdiri dari beban mati dan beban hidup.
a. Beban mati : Beban mati yang diperhitungkan terdiri dari berat sendiri
- 1.4 DL
- 1.2 DL + 1.6 LL
- 1.2 DL + LL ± E
- 0.9 DL ± E
Dimana :
-E = Beban Gempa
dan kolom.
II-14
2.4.1. Balok
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak
dijumpai pada setiap struktur. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen
struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser.
Balok direncanakan untuk menahan tegangan tekan dan tegangan tarik yang
diakibatkan oleh beban terhadap balok tersebut. Nilai kuat tekan dan tarik balok
berbanding terbalik, di mana kuat tekan balok tinggi sedangkan nilai kuat tarik
beton rendah sehingga beton diperkuat dengan memasang tulangan baja pada
daerah terjadinya tegangan tarik. Ada tiga kondisi penulangan pada beton
bertulang:
tekan beton maupun tegangan ijin tarik baja tercapai pada saat bersamaan.
bertulang ideal sehingga letak garis netral naik ke atas lebih dekat ke serat
jumlah luas batang tulangan tarik lebih daripada penampang bertulang ideal
sehingga letak garis netral turun ke bawah lebih dekat ke serat tepi tarik dan
II-15
beban maksimum mengakibatkan tercapainya tegangan ijin tekan beton
Ԑc 0,003
Ԑc = 0,003
g. n. penulangan
kurang g. n. penulangan
g. n. penulangan seimbang
lebih
Ԑs <
Ԑy
Ԑy
Gambar 2. 7 Gambar Variasi Letak Garis Netral
kurva tegangan-regangan beton tekan. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :
II-16
Bentuk distribusi tegangan tersebut berupa garis lengkung dengan nilai nol
pada garis netral, dan untuk mutu beton yang berbeda akan lain pula bentuk kurva
dan lengkungannya. Tampak bahwa tegangan tekan fc’, yang merupakan tegangan
maksimum, posisinya bukan pada serat tepi tekan terluar tetapi agak masuk
kedalam.
regangan tekan lentur beton maksimum (ε’b maks) mencapai 0,003 sedangkan
tegangan tarik baja tulangan mencapai tegangan luluh fy. Apabila hal demikian
komposisi beton dengan jumlah baja tertentu akan memberikan keadaan hancur
tertentu pula.
II-17
4. Tumpuan pada beton, : 0,65
memperhitungkan tulangan baja tarik 0,75 pb. Atau dengan kata lain, pendekatan
dilakukan dengan mengabaikan kekuatan baja diluar jumlah 75% dari jumlah
Penulangan rangkap juga dapat memperbesar momen tahanan pada balok. Hal ini
dapat dilakukan dengan penambahan tulangan tarik hingga melebihi batas nilai ρ
maksimum bersamaan dengan penambahan bahan baja didaerah tekan penampang balok.
Hasilnya adalah balok dengan penulangan rangkap dimana tulangan baja tarik dipasang
didaerah tarik dan tulangan tekan didaerah tekan. Pada keadaan demikian berarti tulangan
Akan tetapi dari berbagai penggunaan tulangan tekan dengan tujuan peningkatan
kuat lentur suatu penampang terbukti merupakan cara yang kurang efisien terutama dari
segi ekonomi baja tulangan dan pelaksanaannya dibandingkan dengan manfaat yang
dicapai. Dengan usaha mempertahankan dimensi balok tetap kecil pada umumnya akan
mengundang masalah lendutan dan perlunya menambah jumlah tulangan geser pada
penulangan tekan dengan tujuan utama untuk memperbesar kuat lentur penampang
Dalam analisis balok bertulangan rangkap akan dijumpai dua jenis kondisi yang
umum. Yang pertama yaitu bahwa tulangan tekan luluh bersamaan dengan luluhnya
tulangan tarik saat beton mencapai regangan maksimum 0,003. Sedangkan kondisi kedua
yaitu dimana tulangan tekan masih belum luluh saat tulangan tarik telah luluh bersama
II-18
Jika regangan tekan baja tekan (ε’s) sama atau lebih besar dari regangan
luluhnya (fy), maka sebagai batas maksimum tegangan tekan baja tekan diambil
sama dengan tegangan luluhnya (fy). Sedangkan apabila regangan tekan baja yang
terjadi kurang dari regangan luluhnya, maka tegangan tekan baja adalah f’s =
II-19
Gambar 2. 10 Flow Chart Analisis Balok
II-20
2.5. Jenis dan Klasifikasi Kerusakan Beton Pasca Bakar
1. Rusak Ringan
Kerusakan ini berupa pengelupasan pada plesteran luar beton dan terjadinya
perubahan warna permukaan menjadi hitam akibat asap yang mungkin disertai
2. Rusak Sedang
Kerusakan ini berupa munculnya retak-retak ringan (kedalaman kurang dari 1
mm) pada bagian luar beton yang berupa garis-garis yang sempit dan tidak terlalu
panjang dengan pola menyebar. Akibat kenaikan suhu, agregat akan memuai,
setelah suhu kembali seperti semula ukuran agregat akan kembali seperti semula.
Sedangkan mortar memuai hanya sampai sekitar suhu 200 ºC, setelah itu
menyusut yang berlanjut sampai dengan suhu normal. Adanya perbedaan sifat
pemuaian ini dapat menimbulkan tegangan lokal pada bidang batas antara kedua
bahan ini yang jika melebihi tegangan lekat akan terjadi retak/pecah bahkan
pengelupasan. Retak ini diakibatkan oleh proses penyusutan beton pada saat
terjadi kebakaran.
3. Rusak Berat
Retak yang terjadi sudah memiliki ukuran lebih dalam dan lebar, terjadi secara
tunggal atau kelompok. Jika terjadi pada balok kadang-kadang disertai dengan
II-21
4. Rusak Total
a. Mendefinisikan mutu beton dan tulangan. Karena satuan MPa setara dengan
Beton
II-22
TulanganBalok
b. Mendefinisikan penampang : Define – Section Properties – Frame
Sections.
II-23
c. Memodelkan penampang : Define - Frame Sections - Add Rectangular.
Multiplier = 1
· Beban mati plat atap diambil 100 kg/m dan plat lantai 100 kg/m
· Beban hidup untuk lantai gedung toko, toserba menurut PBI 1981
ditentukan dengan terlebih dahulu menyeleksi area, frame atau yang akan
II-25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kondisi visual.
mengamati perubahan warna pada setiap permukaan komponen yang diuji dan
temperatur yang terjadi pada saat terbakar sedangkan kerusakan fisik retakan dan
tersebut.
III-1
3.2. Pengujian Karbonasi
· Sampel beton
Alat :
· Alat penyemprot
· Palu
· Betel
Langkah kerja
telah dipecah/dikupas.
menjadi warna ungu maka kondisi beton masih baik dan tidak
mengalami karbonasi.
· Dan apabila tidak terjadi perubahan warna pada permukaan beton maka
III-2
berarti beton tersebut telah mengalami karbonasi.
Tekan Elemen Struktur Beton dengan menggunakan alat uji palu beton Type N
dan NR. Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan uji
kekerasan permukaan beton di lapangan. Adapun tujuan dari pengujian ini adalah
untuk “memperkirakan” nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk
Tarik Baja Beton. Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk
melakukan pengujian kuat tarik baja beton. Adapun tujuan dari metode ini adalah
untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja beton dan parameter lainnya. Pengujian
bangunan yang direncanakan sebagai pasar pusat grosir dan strukturnya didesain
Struktur terdiri atas 4 lantai yang direncanakan untuk menahan beban mati
(DL), beban hidup (LL), dan beban gempa(E). Analisa struktur dihitung dengan
menggunakan software analisa struktur yang umum dipakai yaitu SAP 2000 versi
III-3
14.1.0. Secara garis besar, Pasar Butung terdiri atas 4 lantai, memiliki ukuran
panjang sekitar 126.5 meter, lebar 90.5 meter dan tinggi total bangunan 18.65
meter.
Struktur terdiri dari balok dan kolom yang membentuk rangka portal (Portal
Frame) sedang pelat secara umum didesain sebagai two way slab.
Hubungan balok dan kolom didesain sebagai “balok lemah kolom kuat”
dimana . < 1.
Tahap awal analisa adalah mempelajari sistem struktur yang dipakai dengan
SAP 2000 versi 14.1.0 dimana untuk faktor reduksi kekuatan (Re = 3.5) diambil
berikut ini:
III-4
U
III-5
3.5.3. Pembebanan Struktur
Beban mati adalah beban dari semua bagian struktur yang bersifat permanen,
a. Beban hidup
- Lantai : 250 kg/m2
b. Beban mati
- M&E : 25 kg/m2
- Plafond : 18 kg/m2
- Plester : 53 kg/m2
III-6
3.5.4. Metodologi Pengambilan Data Lapangan
Mulai
2. Pengujian Laboratorium :
·Uji tarik baja pada sampel tulangan baja Makassar Mall
III-7
A
Selesai
III-8
Diagram Alir Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil evaluasi struktur tiap lantai secara visual telah diplot dalam bentuk
gambar seperti pada gambar berikut ini.
IV-1
IV-2
Gambar 4. 1 Hasil evaluasi struktur tiap lantai secara visual
IV-3
Hasil evaluasi visual memperlihatkan bahwa seluruh elemen struktur balok
pada setiap lantai telah terdapat retak rambut. Beberapa balok mengalami retak
yang cukup lebar. Plesteran yang menutupi balok telah pecah-pecah dan terlepas.
benda yang meleleh akibat panas kebakaran maka dapat diperhitungkan panas
tertinggi yang terjadi. Tabel berikut merupakan tabel tempat ditemukan bahan-
Gambar 4.2. Kaca Meleleh (793ºC) Gambar 4.3. Tembaga Meleleh (660.4ºC
No. Lokasi meleleh Suhu
Bahan ( Panel ) ( 0C )
Kaca ( soda-lime
1 setiap lantai 793
glass)
2 Tembaga setiap lantai 660
Dengan melihat dan menganalisa bahan-bahan yang terbakar dapat
diketahui seberapa besar temperatur yang terjadi sesuai dengan hasil pengamatan
IV-4
akibat kebakaran adalah sekitar 1400°C. Panas dan durasi kebakaran
kekuatan baja dan beton yang akan menyebabkan menurunnya kekuatan struktur
Hasil evaluasi schmidt hammer dapat dilihat pada lampiran 1. Dari hasil
evaluasi Schmidt Hammer test diperoleh kuat tekan beton ( f’c) rata-rata :
- Lantai 1
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terbaik = 39 N/mm2
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terburuk = 25 N/mm2
- Lantai 2
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terbaik = 40 N/mm2
degradasi kekuatan beton dan suhu panas kebakaran yang tidak merata pada
kebakaran.
IV-5
4.1.4. Kuat Tarik Sisa Baja Tulangan
kebakaran. Batang tulangan untuk benda uji diambil dari balok-kolom J0 dimana
balok ini mengalami kerusakan berat. Hasil pengujian diperlihatkan pada grafik
berikut ini
3
34 5
6
6 3
3
3
610
0
.
6
600 3
2
5
3
1
5
30 2
5 9
539
5
2
.
8
525
9
.
2
7
500 2
5
0
6
4
2
5
462
8
.
2
4
4
1.
23
4
400
1
9
3
5
18
3
1
.7
315
5
5
300 16
2
15
2
14
252
1
3
2
1
2
1
0.
200 11
1
8
1
0.
168
2
9
1
4
7.
8
1
2
6.
7
1
100 6
5
88
409.
.1
4
4
6
3.
1
3
2
2
1.
0
5 10 15 20 25
Regangan (?) (%)
Dari hasil pengujian baja tulangan dapat disimpulkan bahwa baja tulangan
yang ada didalam balok-kolom secara acak diperhitungkan ada yang telah belum
meleleh dan ada yang telah meleleh. Tulangan yang telah meleleh akan putus
2
399.6
2
99 .
2
1 383.9
2
.
2
2
3
7
8
.
6
.
6
3
0
IV-6
dengan beban desain yang ada sekarang sehingga menyebabkan kegagalan
hampir pulih kembali , tetapi pada temperatur 550° C tegangan leleh baja telah
bangunan saat terjadi kebakaran . Selain itu, akibat pemanasan yang tinggi
tulangan baja juga akan mengalami tekuk (buckling) akibat tegangan tekan
dari struktur dapat dihitung. Momen sisa dihitung dengan menggunakan hasil
rata-rata uji kuat tarik tulangan baja (fy) sebesar = 360 N/mm2. Sedangkan nilai
kuat tekan beton (f’c) yang digunakan adalah bervariasi yaitu 22,065 mpa, 17,652
mpa, 15,445 mpa, 13,239 mpa, 8,826 mpa dan 4,413 mpa. Untuk mendapatkan
v14. Data:
IV-7
d’ = 40 mm
Tahap awal analisa adalah mempelajari sistem struktur yang dapat dipakai
Analisa pembesian balok dilakukan dengan software SAP 2000 v14 di mana
faktor reduksi kekuatan (Re = 3.5) diambil sesuai dengan ACI-318-99 dan
Frame), sehingga kita dapat menaksir sejauh mana kemampuan struktur elemen
maupun Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-2846-2002 pasal 11.2 mengenai kuat perlu dan 11.3 mengenai kuat
· 1.4 DL
· 1.2 DL + 1.6 LL
· 1.2 DL + 1.0 LL ± 1.0 E
IV-8
Dimana: DL = Beban mati
LL = Beban hidup
E = Beban Gempa
D 10 - 250 mm D 10 - 250 mm
650 mm
650 mm
3 D 19 3 D 19
40 mm 40 mm
400 mm 400 mm
IV-9
4.2.1. Pemodelan Analisa Numerik pada Balok Gedung Makassar Mall
Pasca Kebakaran dengan berbagai variasi kuat tekan beton dan
pembebanan.
1.1 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 19.7 dan pembebanan maks sebesar 1.9 ton/m
LT.3
LT.2 LT.1
IV-10
1.2 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 15 dan pembebanan maks sebesar 1.7 ton/m
LT.3
LT.2 LT.1
IV-11
1.3 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 12.6 dan pembebanan maks sebesar 1.53 ton/m
LT.3
LT.2 LT.1
IV-12
1.4 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 10.1 dan pembebanan maks sebesar 1.32 ton/m
LT.3
LT.2 LT.1
IV-13
1.5 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 8.1 dan pembebanan maks sebesar 0.93 ton/m
LT.3
LT.2 LT.1
IV-14
4.2.2. Perhitungan secara Manual
1) Data :
b= 400 mm
h= 650 mm
d= 593 mm
As' = 851 mm2
As = 1985 mm2
f'c = 19.7 mpa
fy = 360 mpa
d' = 40 mm
IV-15
B = 0.65 t/m3
bj beton = 2.4 φ
tulangan = 10 19 mm
beban hidup toserba = 0.3 t/m2
beban hidup parkiran = 0.4 t/m2
beban mati pelat = 0.1 t/m2
berat bata ringan = 0.8 t/m3
Perhitungan : 0.0083755
p = As 1985 =
237000 0.0035907
b.d
As' = 851 =
p' =
237000 0.0038889
b.d
1.4 = 1.4 =
p min =
fy 360
p > pmin
0.0083755 >
0.003888889 ........ OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600
(P - P') >
fy.d 600 - fy
IV-16
0.0047848 < 0 . 0 0 5 1 0 2 7 8 9 Cari Es
= 0.018896267
p'.fs'
p < 75%.pb + fy
600
y 600+fy
IV-17
As.fy - As'.fs'
a =
0.85.fc.b
= 60.94953718
IV-18
02) Data :
IV-19
= 408240 562 + 306360 553
= 229441180.5 + 169263900
= 398705080.5 Nmm
= 39.87050805 ton.m
Mn = Mu/0.8
Mu = 318964064.4 = 31.9
7m
Mmaks = qL2
12
q = 12 Mmaks
L2
= 44113648.42 N/mm2
= 4.411364842 ton/m
Beban Luar yang bekerja = 1.7713648 ton/m
IV-20
b= 400 mm
h= 650 mm
d= 593 mm
As' = 851 mm2
As = 1985 mm2
f'c = 15.76 mpa
fy = 360 mpa
d' = 40 mm
B = 0.65
bj beton = 2.4 t/m3
tulangan = 10
φ 19 mm = 0.3 t/m2
beban hidup toserba = 0.4 t/m2
beban hidup parkiran = 0.1 t/m2
beban mati pelat berat = 0.8 t/m3
bata ringan
IV-21
Perhitungan : 0.0083755
p = As 1985 =
237000 0.0035907
b.d
As' = 851 =
p' =
237000 0.0038889
b.d
1.4 = 1.4 =
p min =
fy 360
p > pmin
0.0083755 >
0.003888889 ........ OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600
(P - P') > .
fy.d 600 - fy
02) Data :
0.0047848 >0 . 0 0 4 0 8 2 2 3 2 OK!!!
0.85 fc 600
pb = B1.
= 0.015117014
p'.fs'
p < 75%.pb + _______
fy
.
fy 600+fy
a = As.fy - As'.fs'
0.85.fc.b
714600 - 306360
=
5358.4
= 76.18692147
= 226330925.6 + 169263900
= 395594825.6 Nmm
= 39.55948256 ton.m
Mn = Mu/0.8
Mu = 316475860.5 = 31.6
7m
Mmaks = qL2
12
q = 12 Mmaks
L 2
= 42504292.36 N/mm2
= 4.250429236 ton/m
= 1.6104292 ton/m
Beban Luar yang bekerja
IV-24
b= 400 mm
h= 650 mm
d= 593 mm
As' = 851 mm2
As = 1985 mm2
f'c = 12.608 mpa
fy = 360 mpa
d' = 40 mm
B = 0.65
bj beton = 2.4 t/m3
tulangan = 10
φ 19 mm = 0.25 t/m2
beban hidup toserba = 0.4 t/m2
beban hidup parkiran = 0.1 t/m2
beban mati pelat = 0.78 t/m3
berat bata ringan
IV-25
Perhitungan : 0.0083755
p = As = 1985 =
237000 0.0035907
b.d
As' 851 =
p' = =
237000 0.0038889
b.d
1.4 1.4 =
p min = =
fy 360
p > pmin
0.0083755 >
0.003888889 ......... OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600
(P - P') > .
fy.d 600 - fy
3) Data :
0.85 fc 600
pb = B1. __________.
fy 600+fy
= 0.012093611
p'.fs'
p < 75%.pb + fy
= 95.23365184
= 222443107 + 169263900
= 391707007 Nmm
= 39.1707007 ton.m
Mn = Mu/0.8
Mu = 313365605.6 = 31.3
7m
Mmaks = qL2
12
q = 12 Mmaks
L2
= 40242597.29 N/mm2
= 4.024259729 ton/m
IV-28
04) Data :
b= 400 mm
h= 650 mm
d= 593 mm
As' = 851 mm2
As = 1985 mm2
f'c = 10.0864 mpa
fy = 360 mpa
d' = 40 mm
B = 0.65
bj beton = 2.4 t/m3
tulangan = 10 φ 19 mm
beban hidup toserba = 0.3 t/m2
beban hidup parkiran = 0.4 t/m2
beban mati pelat berat = 0.1 t/m2
bata ringan = 0.8 t/m3
IV-29
Perhitungan : 0.0083755
p = As 1985 =
237000 0.0035907
b.d
As' =
851 =
p' =
237000 0.0038889
b.d
1.4 =
1.4 =
p min =
fy 360
p > pmin
0.85.B1.fc.d' 600
(P - P') > .
fy.d 600 - fy
IV-30
0.0047848 > 0.002612628 OK!!!
= 0.009674889
p'.fs'
p < 75%.pb + _________
fy
y 600+fy
IV-31
a = As.fy - As'.fs'
0.85.fc.b
714600 - 306360
=
3429.376
= 119.0420648
= 217583333.7 + 169263900
= 386847233.7 Nmm
= 38.68472337 ton.m
Mn = Mu/0.8
Mu = 309477787 = 30.9
7m
Mmaks = qL2
12
q = 12 Mmaks
L2
= 37790478.45 N/mm2
= 3.779047845 ton/m
IV-32
b= 400 mm
h= 650 mm
d= 593 mm
As' = 851 mm2
As = 1985 mm2
f'c = 8.06912 mpa
fy = 360 mpa
IV-33
2.4 t/m3
10 φ
19 mm
= 0.3
t/m2
0.4
t/m2
= 0.1
t/m2
d' = 40 mm 0.8
B = 0.65 = t/m3
bj beton =
tulangan = =
beban hidup toserba
beban hidup parkiran 0.0083755
= 1985 =
beban b.d
237000
ringan 1.4
=
1.4 = 0.0038889
fy 360
Perhitungan : pmin
0.003888889 OK!!!
p =
p' =
0.85.B1.fc.d' 600
(P - P') >
p min = fy.d 600 - fy
p >
0.0083755 >
5) Data :
0.0047848 > 0 . 0 0 2 0 9 0 1 0 3 OK!!!
= 0.007739911
p'.fs'
p < 75%.pb + fy
600
y 600+fy
a = As.fy - As'.fs'
0.85.fc.b
714600 - 306360
2743.5008
= 148.802581
= 211508617.2 + 169263900
= 380772517.2 Nmm
= 38.07725172 ton.m
Mn = Mu/0.8
Mu = 304618013.7 = 30.5
7m
Mmaks = qL2
12
q = 12 Mmaks
L2
= 34600329.89 N/mm2
= 3.460032989 ton/m
V-37
4.2.3. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
4. Hasil uji kuat tarik baja adalah fy (rata-rata) = 360 N/mm 2..
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 19.7 mpa adalah 1.9 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 15 mpa adalah 1.7 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 12.6 mpa adalah 1.53 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 10.1 mpa adalah 1.32 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 8.1 mpa adalah 0.93 ton/m
V-38
6. Dari hasil penelitian (analisis komputasi dan manual), diperoleh grafik
Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa balok – balok di Makassar Mall
berdasarkan SAP. 2000 yang memiliki kekuatan sebesar 19.7 mpa hanya mampu
perhitungan manual, balok yang memiliki kekuatan 19.7 mpa hanya mampu
V-39
Perbedaan hasil analisis yang diperoleh dikarenakan peneliti menjalankan
manual, peneliti melakukan perhitungan untuk salah satu bentang balok menerus
sepanjang 7 m.
V-40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
yakni :
apabila pada salah satu elemen dari sebuah panel tulangannya meleleh maka
adanya perbaikan.
V-1
Untuk rekomendasi perbaikan (retrofit) terhadap struktur, maka hasil
pengujian melalui evaluasi visual secara struktur akan sangat membantu guna
perbaikan struktur.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Castillo C., and Durrani A. J., 1990, “Effect of Transient High Temperature on
High Strength Concrete”, ACI Material Journal, January-February, pp 47-53
Lie T. T., and Kodur V. K. R., 1996 “Fire Resistance of Steel Columns Filed with
Bar-Reinforced Concrete”, Journal of Structural Engineering, January, pp.
30-36
Priyosulityo H., 1999, “Pengambilan Data Lapangan Dan Evaluasi Mutu Bahan
Teguh M., 1997, “Efek Panas Api Terhadap Kekuatan Balok Beton Bertulang
Tertumpu Sederhana “, Seminar Regional Kiprah Teknik Sipil dan Teknik
Arsitektur Dalam Menyongsong Era Penjagatan, Yogyakarta
Triyono A., 1998,” Analisis Degradasi Dan Perbaikan Struktur Beton Pasca
Yogyakarta
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1 41,33333333 45,67
3 46,66666667 54,67
MaKassar, 2011
Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
1 47,33333333 56
3 41,66666667 46,33
MaKassar, 2011
Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
Lampiran
1 41,66666667 46,33
3 39 41
MaKassar, 2011
Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
1 38,33333333 39,33
3 35,66666667 34,33
MaKassar, 2011
Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
Lampiran
HASIL PENGUJIAN HAMMER TEST
1 43 49
3 31,33333333 27
MaKassar, 2011
Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
1 36 34,67
3 38,33333333 40,33
MaKassar, 2011
Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
OBSERVASI POLA RETAK DAN PENGUJIAN