Anda di halaman 1dari 2

Pada halaman 30 menjelaskan mengenai Chaiya, suatu pelabuhan penting di teluk

Thailand. Penulis menyatakan bahwa Sriwijaya terletak di Chaiya, hal ini terlihat pada kalimat
“…………Setelah keruntuhan Funan di Kamboja, para bangsawan (kelas ningrat) di Funan
kemungkinan kabur ke Panpan dan membangun ulang ibu kota dan kekaisaran ‘Sriwijaya’,
yang diketahui senagai Shi-li-foshi pada dinasti Tang. Orrang-orang Funan membawa angkatan
laut mereka dan menguasai Teluk Thailand.”
Teori ini memiliki kemiripan dengan teori Quaritch Wales yang menyatakan bahwa ibu
kota Sriwijaya ialah Chaiya, yang mana telah dibantah oleh George Coedes pada tahun 1935
dalam buku Kedatuan Sriwijaya halaman 111-121. Pada kesimpulannya Chaiya tidak mungkin
menjadi ibu kota Sriwijaya jika dilihat dari berbagai faktor, salah satunya ialah geografis. Coedes
menyatakan,
“Saya mau saja menerima pendapat bahwa Chaiya, karena kedudukannya pada ujung jalan
yang melintasi Semenanjung Melayu, mempunyai nilai dagang tertentu. Tetapi bagaimana
mungkin tempat itu dapat menguasai lalu lintas di selat-selat, sedangkan letaknya beberapa hari
berlayar dari Singapura?”
Beliau juga menambahkan,
“Bahwa Chaiya pernah memegang peranan penting dalam perdagangan di wilayah-wilayah
utara yang kira-kira sama dengan Kataha (Kadaram)/Kalah dalam sumber tulis, hal itu –saya
mengulanginya sekali lagi- dapat saya terima sepenuhnya. Akan tetapi bahwa tempat yang
terletak jauh dari pusat itu, di ujung jalan buntu, dapat menjadi ibu kota suatu kekuasaan laut
dan bahwa dari tempat itu maharaja mengendalikan dan mengusahakan perdagangan laut
melalui selat-selat. Hal itu suatu kemustahilan geografis yang mrnurut pendapat saya cukup
kuat untuk menolak Quaritch Wales.”
Jadi kesimpukannya bahwa Chaiya tidak mungkin menjadi ibu kota dilihat dari segi
geografisnya, yang meski merupakan pelabuhan ramai, namun seperti jalan buntu, dan kurang
startegis untuk melakukan ekspansi kekuasaan laut serta pengawasan.
Pernyataan Coedes ini bisa didukung dengan pernyataan dalam buku Yin-yai-sheng-lan,
disusun pada 1416, yang berbunyi:
“Chiu-chiang adalah negara (wilayah) yang sama, yang dulunya dikenal sebagai San-bo-
tsai; disebut juga dengan Palembang (Po lin pang) dan sekarang dibawah kekuasaan jawa).
Darimana saja kapal datang, mereka memasuki selat Bangka (Peng-chia) pada Sungai Air Tawar
(Tan-chiang, nama cina untuk sungai Palembang), dan didekat sebuah tempat dimana banyak
Pagoda dibangun dengan bata, setelah itu dimana para pedagang naik keatas sungai
menggunakan perahu yang lebih kecil, dan tibalah di ibu kota.”

Sumber:
- Coedes, George, Louis-Charles Damais, Hermann Kulke, dan Pierre-Yves Manguin.
2012. Kedatuan Sriwijaya. Depok: Komunitas Bambu.
- Junjiro, Takakutsu. 1896. An Intoduction to I-Tsing’s Record of the Buddhist Religion as
Practised in India and the Malay Archipelago (A,D 671-695). Oxford University. Dicetak
untuk kegunaan pribadi oleh Horace Hart.

Anda mungkin juga menyukai