NIM : 2008210007
GEL/KEL : 1/1
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap radionuklida mempunyai tenaga yang berbeda dan tertentu dan bersifat spesifik.
Hal ini digunakan sebagai dasar dalam analisis secara kualitatif. Analisis secara kuantitatif
dilakukan berdasarkan nilai cacahan dari spektrum yang dipancarkan. Sebelum digunakan
dalam pengukuran, terlebih dahulu sistem spektrometer gamma dikalibrasi dengan sumber
standar untuk menentukan hubungan antara nomor salur dan energi gamma (keV), secara
umum hubungan antara nomor salur dengan energi gamma merupakan hubungan yang linier
dan dapat ditentukan dengan persamaanSpektrometer gamma adalah suatu alat yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis zat radioaktif yang memancarkan radiasi
gammaSpektrometer gamma mempunyai batas kemampuan pengukuran pada laju cacah yang
rendah. Untuk itu perlu perlu diketahui batas kemampuan pengukuran suatu detektor atau
berapa deteksi minimum yang bisa dicapai oleh detektor nuklir. Harga batas deteksi terendah
atau kemampuan deteksi minimum (Minimum detectable activity)ar dapat mengidentifikasi
isotop radioaktif, spektrometer gamma dilengkapi dengan suatu perangkat lunak untuk
kalibrasi dan mencocokkan puncak-puncak energi foton (photopeak) dengan suatu pustaka
data nuklir. Untuk memahami puncak-puncak energi spektrum maka dibutuhkan pengetahuan
tentang interaksi radiasi sinar gamma dengan materi.Untuk memeriksa radiasi gamma
dibutuhkan alat yang disebut spektrometer yang terdiri dari detektor radiasi gamma, rangkaian
elektronika penunjang, dan alat yang disebut multichannel pulse-height analyzer (MCA).
Rangkaian elektronika, catu daya tegangan tinggi dan rangkaian MCA kini telah dibuat secara
terintegrasi dan onboard pada slot komputer PC.Dengan perangkat lunak khusus, komputer
PC dapat berfungsi sebagai MCA dengan kemampuan pengolahan dan analisis yang lebih
baik.
1. Untuk mendeteksi radioaktif menggunakan detector NaI(TI) yang peka terhadap sinar
gamma
2. Untuk mengetahui prinsip kerja MCA
3. Untuk mengetahui aplikasi dari spektroskopi gamma
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB II
LANDASA TEORI
dan bahan Z tinggi. Produksi berpasangan dominan untuk foton energi tinggi dan Z tinggi
bahan. Interaksi hamburan Compton dominan untuk energi sedang.Dalam absorpsi fotolistrik,
foton yang datang menghilang dan sebuah fotoelektron dihasilkan dari salah satu kulit
elektron penyerap. Energi kinetik yang dimiliki elektron ini yang dibawa adalah Ee− = hν -
Eb, di mana Eb adalah energi ikat elektron yang dibebaskan di dalamnya cangkang asli.
Tempat kosong di kulit elektron ini dengan cepat diisi oleh pengaturan ulang
elektronpenyusunan kembali. Proses ini menyebabkan energi ikat, Eb, juga dibebaskan.
Energi ini dibebaskan dalam bentuk sinar-X karakteristik atau elektron Auger.Interaksi
absorpsi fotolistrik adalah interaksi yang ideal untuk spektroskopi sinar gamma. Fotoelektron
membawa sebagian besar energi sinar gamma dan kemudian sinar-X atau Auger elektron
membawa energi kinetik yang tersisa. Dengan asumsi detektor ideal, jumlah energi ini akan
sama dengan energi sinar gamma asli.Ini diinginkan untuk spektroskopi sinar gamma karena
kami tertarik untuk mengetahui energinya dari berbagai sinar gamma yang dipancarkan oleh
suatu sumber. photopeak dibuat oleh sinar gamma mono-energetik dari energi tunggal.
Interaksi hamburan Compton adalah hamburan sinar gamma lepas atau tidak terikat elektron,
sehingga menciptakan foton sinar gamma tersebar dan elektron mundur. Energi dari foton
yang masuk dibagi antara foton yang tersebar dan inti rekoil oleh hubungan yang tergantung
pada sudut hamburan. Energi elektron mundur adalahAda dua kasus ekstrim yang ditentukan
oleh persamaan ini: Ketika θ ∼ = 0, foton tersebar mempertahankan semua energinya dan
elektron mundur tidak memperoleh energi. Saat θ = π, kejadiannya sinar gamma hamburan
balik dan elektron rekoil bergerak sepanjang arah datangnya. Kasus ini adalah kasus dengan
transfer energi maksimum antara sinar gamma yang masuk dan elektron.Dalam detektor,
semua sudut hamburan dari 0 hingga π akan terjadi. Karena ini, kontinum energi dapat
ditransfer ke elektron. energi memiliki rentang dari 0 hingga perkiraan maksimum
menunjukkan bahwa untuk satu energi sinar gamma tertentu, distribusi energi elektron
memiliki bentuk umum Dalam detektor sebenarnya, energi ikat elektron sebenarnya akan
mengubah bentuk elektron Kontinum Compton. Kontinum Compton akan diamati di ujung
energi yang lebih rendah spektrum.Produksi pasangan adalah sinar gamma yang berubah
menjadi pasangan elektron-positron. Ini terjadi ketika sinar gamma berada dalam medan
listrik intens di dekat inti bahan penyerap. Ada jumlah minimum energi sinar gamma yang
diperlukan untuk proses initempat. Energi minimum ini adalah massa pasangan elektron-
positron, 2m0c2. Oleh karena itu, kekekalan energi kinetik memberiPlot energi kinetik total
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
yang diciptakan oleh sinar gamma yang datang adalah fungsi delta yaitu menggeser jarak
2m0c2 jauh dari energi foton insiden, hν. Posisinya dari energi ini disebut double escape peak
dalam spektrum tinggi pulsa sinar gamma yang sebenarnya. Ini adalah proses yang sangat
rumit karena positron tidak stabil. Itu akan memusnahkan ketika terjadi kontak dengan
elektron, yang sangat melimpah. Atas pemusnahan, dua foton 0,511 MeV akan dilepaskan
kembali ke sistem. Proses ini akan terjadi cukup cepat dan akan muncul secara kebetulan
dengan produksi pasangan asli. Dalam beberapa kasus, hanya satu foton pemusnahan yang
diserap di dalam detektor. Ini menghasilkan puncak yang dikenal sebagai puncak pelepasan
tunggal pada spektrum ketinggian-pulsa. (Rittersdorf, 2007)
Spektroskopi merupakan suatu metode analisa yang menggunakan prinsip absorpsi,
emisi dan hamburan radiasi elektromagnetik oleh atom atau molekul untuk studi kualitatif
atau kuantitatif atom atau molekul, atau untuk mempelajari proses-proses fisika.Dalam mata
kuliah ini tentu saja molekul yang dibahas adalah biomolekul. Sudahkah Anda punya
gambaran tentang apa itu biomolekul? Kalau belum silahkan cari referensi yang membahas
apa itu biomolekul?Saat ini, dikenal empat teknik spektroskopi yang biasa digunakan untuk
analisa struktural, yaitu spektroskopi ultraviolet, spektroskopi inframerah, dan spektroskopi
resonansi magnetik inti (nuclear magnetic resonance spectroscopy), yang termasuk
spektroskopi absorpsi, serta spektrometri massa. Dengan menggunakan metode-metode
analisa tersebut, suatu molekul, baik molekul sederhana maupun molekul kompleks, dapat
diidentifikasi dengan resolusi tinggi, tanpa menimbulkan kerusakan pada molekul uji, hanya
dengan menggunakan beberapa nanogram sampai satu miligramsampel.Spektroskopijuga
dapat didefinisikan sebagai suatu metoda analisis yang mempelajari interaksi antara suatu
materi dan radiasi gelombang elektromagnetik.Interaksi ini dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan arah radiasi dan atau transisi antar tingkat energi atom atau molekul. Transisi dari
tingkat energi yang lebih rendah menuju tingkat energi yang lebih tinggi dan disertai transfer
energi dari medan radiasi terhadap atom atau molekul disebut sebagai absorpsi. Sebaliknya,
transisi dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju tingkat energi yang lebih rendah disebut
sebagai emisi, jika disetai transfer energi menuju medan radiasi, atau disebut sebagai
peluruhan nonradiatif, jika tidak ada radiasi yang diemisikan. Sedangkan perubahan arah
cahaya akibat interaksi radiasi dengan materi disebut sebagai hamburan, yang dapat terjadi
dengan atau tanpa adanya transferenergi.Dalam fisika klasik, radiasi elektromagnetik dapat
dianggap sebagai sebuah penjalaran gelombang yang memiliki komponen listrik yang tegak
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
lurus terhadap komponen magnetiknya dan berosilasi dengan frekuensi yang tepat sama.
Berdasarkan pendekatan ini, radiasi elektromagnetik dapat dinyatakan dalam frekuensi atau
panjang gelombang.Molekul organik akan mengabsorpsi panjang gelombang (frekuensi)
radiasi elektromagnetik yang berbeda, dan mengalami transisi sebagai akibat adanya transfer
energi antara medan radiasi dan atom atau molekul. Semakin pendek panjang gelombang
(semakin tinggi frekuensi) radiasi elektromagnetik, maka energinya akan semakin besar, dan
sebaliknya. Namun, fisika klasik tidak dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang
proses transfer energi tersebutEnergi kuantisasi tersebut ditransfer pada molekul dan
mengakibatkan terjadinya perpindahan menuju tingkat energi yang lebih tinggi, dengan sifat
eksitasi tertentu yang bergantung pada besarnya energi elektromagnetik yang diabsorpsi.
Namun, dalam beberapa kasus, foton hanya akan diabsorpsi oleh molekul jika memiliki
energi yang tepat sama dengan perbedaan energi antara dua tingkat energi
molekulBerdasarkan teori, setiap foton yang mungkin diradiasi akan bergantung pada transisi
yang mungkin terjadi. Pada awalnya, setiap molekul yang diradiasi akan berada pada tingkat
dasar. Adanya proses pengabsorpsian foton akan mengakibatkan terjadinya perpindahan
molekul menuju tingkat energi yang lebih tinggi, yaitu menuju tingkat eksitasi pertama.
Sehingga absorpsi radiasi elektromagnetik yang paling kuat akan terjadi pada energi yang
sesuai dengan transisi molekul dari tingkat dasar menuju tingkat eksitasi pertama.Dari seluruh
uraian tersebut, terlihat bahwa spektrum absorpsi akan memberikan dua informasi yang
diperlukan untuk melakukan analisa struktural molekul. Yang pertama adalah panjang
gelombang absorpsi atau frekuensi yang dapat dihubungkan dengan gugus fungsional molekul
yang bersangkutan.Sedangkan yang kedua adalah intensitas absorpsi yang merefleksikan
penurunan transisi dan konsentrasi molekultersebutIntensitas absorpsi radiasi elektromagnetik
dipengaruhi tiga faktor.Yang pertama adalah peluang transisi, yaitu pengukuran kemungkinan
berlangsungnya beberapa transisi spesifik, dan biasa disederhanakan menjadi transisi yang
diijinkan dan terlarang.Dua faktor lainnya merefleksikan kuantitas jenis pengabsorpsi.Pada
tingkat submolekul, jika terdapat dua transisi yang mungkin dengan peluang yang sama, maka
jenis dengan populasi terbesar akan memberikan kenaikan pada absorpsi yang paling kuat.
Sedangkan pada level supramolekul, intensitas absorpsi akan bergantung pada jumlah
molekul yang dilewati radiasi. Hal ini berhubungan dengan konsentrasi dan
lebarsampel.Uraian tersebut mengesankan bahwa jika konsentrasi atau lebar sampel
digandakan akan mengakibatkan terjadinya penggandaan intensitas absorpsi. Namun, yang
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
terjadi tidaklah demikian. Jika suatu sampel mengabsorpsi 50 % radiasi awal dan lebar sampel
digandakan, maka sampel tambahan akan mengabsorpsi 50 % radiasi sisa yang sampai
padasampel tersebut, yaitu 25 % dari radiasi awal. Hal serupa juga terjadi pada penggandaan
konsentrasi sampelPada dasarnya, spektroskopi inframerah memiliki prinsip yang hampir
sama dengan spektroskopi ultraviolet-sinar tampak. Perbedaannya hanya terletak pada
interval energi daerah inframerah yang sesuai dengan besarnya energi yang diperlukan untuk
eksitasi vibrasi ikatan-ikatan dalam molekul. Jenis eksitasi ikatan yang dapat terjadi adalah
peregangan (stretching) yang memerlukankan energi tinggi, dan pembengkokan (bending)
dengan energi yang lebih rendahPada umumnya, absorpsi panjang gelombang radiasi
inframerah yang tepat dapat dihubungkan dengan tipe ikatan spesifik peregangan (stretching)
atau pembengkokan (bending) dalam suatu molekul. Namun harus diingat, bahwa setiap
eksitasi vibrasi tunggal tidak dapat dianggap sebagai proses yang terisolasi dari bagian
molekul lainnya. Spektrum inframerah molekul organik biasanya sangat kompleks akibat
osilasi ikatan pada seluruh bagian molekul yang mempengaruhi pengabsorpsian radiasi awal
dan memberikan kenaikan terhadap osilasi harmonis dan nada tambahan (overtone). Sehingga
disamping untuk mengamati absorpsi akibat eksitasi vibrasi ikatan tunggal, eksitasi vibrasi
molekular juga dapat teramatiPencatatan spektrum dalam larutan atau sebagai zat murni,
contohnya dalam cairan tipis, juga menampilkan kerumitan lebih lanjut akibat ikatan hidrogen
dengan pelarut atau kehadiran jenis asosiasi dimerik atau polimerik. Spektrum fase gas yang
hanya ditampilkan dalam jenis monomerik, memberikan interpretasi spektrum yang lebih
mudah.Sedangkan molekul sederhana seperti diatomik, dapat dianalisa secara keseluruhan,
termasuk absorptivitas molar puncak yang dimilikinya.Namun, bobot utama spektroskopi
inframerah dalam kimia organik terletak pada penggunaannya sebagai teknik empiris, yaitu
membandingkan absorpsi suatu senyawa yang tidak dikenal dan mengidentifikasi gugus
fungsional dengan menggunakan analogi. Untuk membantu memahami proses yang
meliputinya, sangat baik untuk mempertimbangkan energi rata-rata yang dibutuhkan untuk
eksitasi vibrasi ikatan dalam suatu molekul organic Mengingat kimia organik menggunakan
analisis spektroskopi inframerah dalam bentuk yang sangat empiris, maka kita tidak perlu
melakukan perhitungan yang sangat membosankanbahwa frekuensi vibrasi suatu ikatan harus
bertambah ketika kekuatan ikatan bertambah dan pengurangan massa (Joni, 2007)
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
1. Co-60
Berfungsi sebagai sumber radioaktif beta
2. Cs-137
Berfungsi sebagai sumber radiasi sinar gamma
BAB IV
BAB V
5.1 Keimpulan
5.2 Saran
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
DAFTAR PUSTAKA
Riterrsdorf, 2007. Gamma Ray Spectroscopy. Nuclear Engineering & Radiological Sciences,
ianrit@umich.edu.
Halaman : 2-8
Asisten Praktikan
LAMPIRAN
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155
LABORATORIUM FISIKA INTI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155