Fasilitas yang dimaksud, menurut dia, seperti tempat pemakanan umum (TPU) dan
sarana ibadah, seperti mushalla, termasuk sejenis fasilitas lain yang dibutuhkan oleh
konsumen.
Ketentuan tentang kewajiban menyediakan fasilitas umum ini juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Hal ini karena penghuni sebuah perumahan adalah konsumen atau pengguna dari
suatu produk barang atau jasa, sehingga mereka juga dilindungi oleh Undang-
Undang Perlindungan Konsumen.
"Jika tidak fasilitas umum, seperti tempat pemakanan, kalau ada warga di perumahan
itu yang meninggal dunia akan dikebumikan kemana. Makanya kita dorong pihak
pengembang untuk menyediakan fasilitas umum itu," katanya menambahkan.
Di Pamekasan, perumahan yang memiliki fasilitas umum dan fasilitas sosial hanya di
Graha Kencana, Kecamatan Tlanakan. Sedang lainnya seperti Perumahan Genteng
Kali, Perumahan Bonorogo dan Lawangan Daja belum tersedia.
(Vibiznews-Property) Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menyerahkan sepenuhnya
pembangunan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) perumahan seperti jalan dan drainase kepada para
pengembang.
Dengan demikian, kata Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz, di Jakarta, Selasa, para
pengembang diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaan pembangunan PSU Perumahan dengan baik
dan waktu yang tidak terlalu lama.
"Pembangunan PSU Perumahan nantinya akan dilaksanakan oleh pengembang dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Kemenpera," ujarnya saat membuka kegiatan Sosialisasi Hunian Berimbang
dan Pelaksanaan PSU Tahun 2012.
Menurut Menpera Djan Faridz, dulu pembangunan PSU perumahan dilaksanakan oleh kontraktor.
Namun, di lapangan banyak terjadi kekurangan serta komplain dari para pengembang.
Oleh karena itu, Kemenpera melakukan terobosan kebijakan agar pengembang perumahan bisa ikut
bertanggung jawab atas pembangunan PSU di lokasi yang mereka bangun.
Dengan demikian, tidak ada alasan lagi bagi para pengembang jika PSU yang dibangun tidak
memadai.
"Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/ jasa pemerintah dalam pasal 38 ayat 5
huruf h, menyatakan pekerjaan pengadaan PSU di lingkungan perumahan bagi MBR memungkinkan
dilaksanakan dengan mekanisme pengadaan melalui penunjukan langsung kepada pengembang/
developer yang bersangkutan," katanya.
Bantuan PSU yang akan dibangun oleh pengembang, tambahnya, tentunya harus disepakati lebih
dahulu agar sesuai dengan spesifikasi teknis yang sudah dibuat Kemenpera.
Hal tersebut juga dapat dikaitkan dengan kewajiban pengembang untuk membangun rumah baru
dengan memanfaatkan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) bagi MBR.
"Bantuan PSU dan FLPP akan saling komplementer sehingga pengembang akan lebih terpacu untuk
meningkatkan suplai perumahan untuk MBR dengan harga sesuai ketentuan FLPP," katanya.
Selain itu, masyarakat juga diuntungkan karena dapat membeli rumah layak huni dengan harga yang
terjangkau, katanya.
Sementara itu, Deputi Pengembangan Kawasan Hazaddin T Sitepu menjelaskan, melalui kebijakan
Kemenpera tersebut seharusnya para pengembang lebih nyaman dan lebih baik dalam pengerjaan
PSU di kawasan sendiri.
"Kebijakan ini juga lahir karena adanya permintaan pengembang di lapangan. Jadi kami akan menagih
apabila pengerjaan PSU ke pengembang kalau ada yang tidak sesuai karena pada dasarnya kebijakan
ini untuk membantu MBR dalam memiliki rumah yang terjangkau," ujarnya.
Ke depan, tambahnya, akan ada tim dari Kemenpera, Dinas PU dan Perumahan di tingkat Kabupaten/
Kota dan Provinsi, serta konsultan yang akan menjadi supervisi pembangunan PSU ke lapangan.
"Pada tahun ini. setidaknya ada usulan pembangunan PSU sebanyak 143.000 unit rumah. Padahal
pada tahun ini kami hanya mengalokasikan anggaran bantuan PSU untuk 126.000 unit rumah.
Nantinya seluruh permohonan itu akan kami verifikasi terlebih dulu," katanya.