Anemia Putri
Anemia Putri
DISUSUN OLEH :
2. ETIOLOGI
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan
sebagai berikut:
a. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
1) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
2) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
3) Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
4) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
b. Kehilangan darah
1) Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
2) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)
4. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
5. PHATWAY
Kegagalan
Defisiensi B12, produksi SDM o/ Destruksi SDM
asam folat, besi sum-sum tulang berlebih Perdarahan/hemofilia
Perubahan
Makanan nutrisi
Kerja Energy untuk
susah
PeristaltikPenurunankurang
As.
Anoreksia
Lambung
dari Intoleransi membentuk antibodi
lambung aktivitas
Konstipasi
dicernaGastro
menurun mual
meningkat
kebutuhan
intestinal Kelelahan
Mekanisme
ATPHipoksia
berkurang
an aerob berkurang
Resiko infeksi
Asam laktat
kerja GI menurun
Penurunan SDM
Hb berkurang
Anemia PK Anemia
Gg. perfusi
SSP
jaringan
serebral
Reaksi antar
saraf berkurang
Pusing
Nyeri
6. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a. Gagal jantung,
b. Kejang.
c. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah (Handayani & Andi, 2008):
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis
1) Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti
kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan
darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED),
hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faat hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lain
1) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
8. PENATALAKSANAAN
a. Pentalaksaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1) Anemia aplastik:
a) Transplantasi sumsum tulang
b) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2) Anemia pada penyakit ginjal
a) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3) Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4) Anemia pada defisiensi besi
a) Dicari penyebab defisiensi besi
b) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5) Anemia megaloblastik
a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c) Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
b. Penatalaksaan Keperwatan
1) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.
2) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif
b. Nyeri akut berhubungan dengan fisiologis
c. Resiko jatuh
10. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru (Marrelli. 2008). Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008)
meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen nyeri 1. Mengetahui kondisi pasien
fisiologis keperawatan diharapkan nyeri aku Observasi: saat akan dilakukan perawatan
dapat berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui tindakan
Luaran: Tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas, dan yang akan di berikan pada
Ekspektasi: Menurun intensitas nyeri pasien
Kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 3. Mengetahui seberapa nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non yang dirasakan pasien
2. Meringis menurun (5) verbal 4. Mempercepat pemulihan
3. Tekanan darah menurun (5) Terapeutik pada pasien
1. Berikan teknik nonfarmakologis 5. Melatih pengurangan tingkat
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri secara mandiri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur Mengurangi skala nyeri
Edukasi:
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pencegahan jatuh 1. Mengetahui bahwa pasien
keperawatan masalah Resiko jatuh Observasi: mempunyai resiko jatuh
dapat berkurang. 1. Identifikasi faktor resiko jatuh 2. Untuk mencegah pasien
Luaran: tingkat jatuh Terapeutik: terjatuh dari tempat tidur
Ekspektasi: membaik 1. Pastikan roda tempat tidur selalu Memastikan bahwa pasien
Kriteria hasil: dalam kondisi terkunci dalam kondisi yang aman
1. Jatuh dari tempat tidur (5) Pasang handrail tempat tidur
2. Jatuh saat berdiri (5) 2. Atur tempat tidur dalam posisi
3. Jatuh saat duduk (5) rendah
4. Jatuh saat berjalan (5) Edukasi:
1. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36788773/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA
https://www.academia.edu/33462840/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA