Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA DI IGD

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) MAJENANG

DISUSUN OLEH :

PUTRI UTAMI (113120050)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2020/2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Anemia berarti kekurangan sel darah merah dapat disebabkan oleh
hilangnya darah terlalu cepatatau kerena terlalu lambatnya produksi sel darah
merah (Guyton, 1997:538).
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin
(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas
sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer
Institute)

DERAJAT WHO NCI


Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0
g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
jiwa) < 6.5 g/Dl

2. ETIOLOGI
Menurut Price & Wilson (2005) penyebab anemia dapat dikelompokan
sebagai berikut:
a. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
1) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe,
Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
2) Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
3) Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan
anemia aplastik dan leukemia.
4) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
b. Kehilangan darah
1) Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara
mendadak.
2) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis)

Hemolisis dapat terjadi karena:


1) Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit.
2) Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat
acetosal.
d. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu
atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi
lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.
3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis,
keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.

Area Manifestasi klinis


Keadaan umum Pucat , penurunan kesadaran, keletihan
berat , kelemahan, nyeri kepala, demam,
dipsnea, vertigo, sensitive terhadap dingin,
BB turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit
pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,
koylonychia, clubbing finger, CRT > 2
detik, elastisitas kulit munurun, perdarahan
kulit atau mukosa (anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera,
konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,
perdarahan gusi, atrofi papil lidah,
glossitis, lidah merah (anemia deficiency
asam folat)
Paru – paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi,
sesak waktu kerja, angina pectoris dan
bunyi jantung murmur, hipotensi,
kardiomegali, gagal jantung
Gastrointestinal Anoreksia, mual-muntah,
hepatospleenomegali (pada anemia
hemolitik)
Muskuloskletal Nyeri pinggang, sendi
System persyarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot,
irritable, lesu perasaan dingin pada
ekstremitas.

4. PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

5. PHATWAY

Kegagalan
Defisiensi B12, produksi SDM o/ Destruksi SDM
asam folat, besi sum-sum tulang berlebih Perdarahan/hemofilia

Perubahan
Makanan nutrisi
Kerja Energy untuk
susah
PeristaltikPenurunankurang
As.
Anoreksia
Lambung
dari Intoleransi membentuk antibodi
lambung aktivitas
Konstipasi
dicernaGastro
menurun mual
meningkat
kebutuhan
intestinal Kelelahan
Mekanisme
ATPHipoksia
berkurang
an aerob berkurang
Resiko infeksi
Asam laktat
kerja GI menurun
Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia PK Anemia

Suplai O2 dan nutrisi ke


Pola nafas
jaringan berkurang sesak tidak efektif

Gg. perfusi
SSP
jaringan
serebral

Reaksi antar
saraf berkurang

Pusing

Nyeri

6. KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a. Gagal jantung,
b. Kejang.
c. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah (Handayani & Andi, 2008):
a. Pemeriksaan laboratorium hematologis
1) Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti
kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan
darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED),
hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faat hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lain
1) Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH:
fluorescence in situ hybridization).
8. PENATALAKSANAAN
a. Pentalaksaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1) Anemia aplastik:
a) Transplantasi sumsum tulang
b) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2) Anemia pada penyakit ginjal
a) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
b) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3) Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
4) Anemia pada defisiensi besi
a) Dicari penyebab defisiensi besi
b) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
5) Anemia megaloblastik
a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c) Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
b. Penatalaksaan Keperwatan
1) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.
2) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif
b. Nyeri akut berhubungan dengan fisiologis
c. Resiko jatuh
10. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru (Marrelli. 2008). Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008)
meliputi :
a. Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;


penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/
takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,


menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru
atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan
aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego

Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,


misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
d. Eleminasi

Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi


(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan

Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani


rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk,
kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).
f. Neurosensori

Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan


berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin Tanda: peka rangsang, gelisah, depresi
cenderung tidur, apatis. Mental: tak mampu berespons, lambat dan dangkal.
Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubanglubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8) Pernapasan Gejala :


riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda :
takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9)
h. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah
sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam,
limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
i. Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore


(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan
dinding vagina pucat.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI RASIONAL
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen jalan nafas Memantau status pernafasan
keperawatan diharapkan pola napas Observasi: pasien.
tidak efektif dapat berkurang. Monitor pola nafas (frekuensi, 1.Memaksimalkan ventilasi
Luaran: Pola Napas kedalaman dan usaha nafas) 2. Mengurangi sesak napas
Ekspektasi: Membaik Terapeutik:
Kriteria Hasil: 1. Posisikan pasien semi fowler
1. Dyspnea menurun (5) 2. Berikan oksigen
2. Frekuensi napas membaik (5) Edukasi:
3. Kedalaman napas membaik (5) Kolaborasi:
1. Pemberian terapi obat

2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI: Manajemen nyeri 1. Mengetahui kondisi pasien
fisiologis keperawatan diharapkan nyeri aku Observasi: saat akan dilakukan perawatan
dapat berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui tindakan
Luaran: Tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas, dan yang akan di berikan pada
Ekspektasi: Menurun intensitas nyeri pasien
Kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri 3. Mengetahui seberapa nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non yang dirasakan pasien
2. Meringis menurun (5) verbal 4. Mempercepat pemulihan
3. Tekanan darah menurun (5) Terapeutik pada pasien
1. Berikan teknik nonfarmakologis 5. Melatih pengurangan tingkat
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri secara mandiri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur Mengurangi skala nyeri
Edukasi:
1. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pencegahan jatuh 1. Mengetahui bahwa pasien
keperawatan masalah Resiko jatuh Observasi: mempunyai resiko jatuh
dapat berkurang. 1. Identifikasi faktor resiko jatuh 2. Untuk mencegah pasien
Luaran: tingkat jatuh Terapeutik: terjatuh dari tempat tidur
Ekspektasi: membaik 1. Pastikan roda tempat tidur selalu Memastikan bahwa pasien
Kriteria hasil: dalam kondisi terkunci dalam kondisi yang aman
1. Jatuh dari tempat tidur (5) Pasang handrail tempat tidur
2. Jatuh saat berdiri (5) 2. Atur tempat tidur dalam posisi
3. Jatuh saat duduk (5) rendah
4. Jatuh saat berjalan (5) Edukasi:
1. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
DAFTAR PUSTAKA

Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi


2005-2006.Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika

Price, S.A, 2000, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta :


EGC

Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC

https://www.academia.edu/36788773/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA

https://www.academia.edu/33462840/LAPORAN_PENDAHULUAN_ANEMIA

Anda mungkin juga menyukai