Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2015

PENGEMBANGAN SILABUS DAN BUKU AJAR MATA KULIAH


DOKKAI II BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
1
Putu Dewi Merlyna Y.P
2
Desak Made Sri Mardani
Ida Ayu Made Darmayanti3

1
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
2
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
3
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja
denok2582@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membuat buku ajar mata kuliah Dokkai II berbasis pendidikan
karakter untuk mahasiswa semester III Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Ganesha.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (R&D). Subjek penelitian ini adalah ahli
pembelajaran bahasa asing dan dosen pengampu mata kuliah yang akan memberikan informasi tentang
data yang dibutuhkan untuk pengembangan buku ajar Dokkai II. Data dikumpulkan dengan wawancara dan
angket, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini
berupa buku ajar mata kuliah Dokkai II dan silabus mata kuliah Dokkai II yang berbasis pendidikan karakter.
Buku ajar ini terdiri dari 14 materi bacaan, dan 2 materi bacaan untuk pengayaan. Masing-masing tema atau
materi pada bagian awalnya wacana, kosakata baru (atarashii kotoba), kanji baru (atarashii kanji), dan pada
bagian akhir setiap materi terdapat latihan soal. Masing-masing materi dilengkapi ilustrasi gambar untuk
membantu mengarahkan mahasiswa agar lebih mudah dalam memahami isi wacana. Diharapkan buku hasil
penelitian ini dapat memenuhi kebutuhan sumber materi pengajaran Dokkai II.

Kata Kunci : Silabus, Membaca, Karakteristik Buku Ajar, Dokkai II, Pendidikan Karakter

2. Pendahuluan (cognitive), perasaan (feeling), serta tindakan


Dampak globalisasi yang terjadi telah (action) merupakan suatu solusi untuk
menyebabkan masyarakat Indonesia memperbaiki karakter dan moral bangsa.
mengalami degradasi karakter dan moral. Secara praktis, pendidikan karakter adalah
Padahal, karakter merupakan suatu pondasi suatu sistem penanaman nilai-nilai kebaikan
bangsa yang sangat penting dan perlu kepada warga sekolah yang meliputi
ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. komponen pengetahuan, kesadaran atau
Salah satu alternatif yang banyak kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
dikemukakan untuk mengatasi, atau paling nilai-nilai tersebut, baik dalam berhubungan
tidak mengurangi masalah degradasi moral dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama
dan karakter bangsa adalah pendidikan. manusia, lingkungan, maupun nusa dan
Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bangsa sehingga menjadi manusia yang
bersifat preventif karena pendidikan seutuhnya.
membelajarkan dan membimbing generasi Untuk membentuk generasi yang
muda sebagai generasi penerus bangsa memiliki karakter moral yang kuat,
yang lebih baik. Pendidikan diharapkan Lickona(2004:pada Prakata, xixii) secara
dapat mengembangkan kualitas generasi tegas menyebutkan dua cara yang harus
muda bangsa dalam berbagai aspek yang dilakukan: pertama, mencontohkan karakter
dapat memperkecil dan mengurangi yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari,
penyebab berbagai masalah degradasi moral dan kedua, secara sengaja mengupayakan
dan karakter bangsa. pengembangan karakter pada diri generasi
Secara akademis, pendidikan muda. Oleh karena diyakini bahwa masalah
karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, degradasi moral sebagian dikontribusikan
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, oleh kesalahan praktik pendidikan, maka
pendidikan watak, atau pendidikan akhlak institusi pendidikan memiliki tanggungjawab
yang tujuannya mengembangkan untuk memperbaiki dan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan karakter yang baik dari peserta didiknya,
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang sebagaimana dianjurkan oleh Lickona (2004)
baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam diatas, melalui praktek pendidikan/
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. pembelajarannya.
Pendidikan karakter sebagai satu konsep Sejalan dengan ini, Fakultas Bahasa
pendidikan yang menanamkan budi pekerti dan Seni (FBS), UNDIKSHA, merespon
yang melibatkan aspek pengetahuan gerakan pendidikan karakter dengan

313
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2015

menjadikan pendidikan karakter sebagai kuliah Dokkai II berbasis pendidikan


landasan acu dalam penyusunan silabus karakter memang dibutuhkan.
maupun hand out semua mata kuliah agar Terkait pengembangan silabus/buku
berbasis pendidikan karakter. Secara ajar, Latief (2010) mengemukakan bahwa
otomatis hal ini mengandung implikasi bahwa penelitian dan pengembangan bisa
praktek pembelajaran di FBS, termasuk di dilaksanakan paling tidak oleh adanya dua
Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang hal. Pertama, silabus atau materi/buku ajar
hendaknya mengakomodasi pendidikan yang ada kualitasnya tidak baik atau tidak
karakter. membawa dampak yang positif dalam
Berdasarkan observasi pembelajaran. Kedua, silabus atau
pembelajaran dalam mata kuliah membaca, buku/materi ajar yang akan dikembangkan
khususnya Dokkai II (2 sks,2 js) di Jurusan belum ada sebelumnya. Dengan demikian
Pendidikan Bahasa Jepang nampak bahwa pengembangan silabus dan buku ajar mata
pendidikan karakter belum mendapatkan kuliah Dokkai II berbasis pendidikan karakter
perhatian. Paling tidak ada 2 indikator yang ini telah memenuhi salah satu dari dua syarat
bisa menunjukkan hal tersebut. Pertama, dari yang dikemukan oleh Latief (2010) diatas,
segi silabus mata kuliah membaca yang yakni adalah alasan kedua: belum adanya
dikembangkan para dosen pengajar (3 silabus dan buku ajar mata kuliah Dokkai II
orang), tidak terlihat adanya tujuan/indikator yang berbasis pendidikan karakter di Jurusan
yang jelas dan yang secara khusus Pendidikan Bahasa Jepang yang dapat
menyasar pengembangan salah satu atau digunakan untuk mengajar mata kuliah
beberapa karakter dari 18 karakter yang Dokkai II untuk melatih keterampilan
dianjurkan oleh Puskur (2010). Kedua, dari membaca sekaligus mengembangkan
segi materi bacaan, buku pelajaran yang karakter para mahasiswa peserta mata
digunakan tidak secara khusus kuliah.
diperuntukkan untuk pembelajaran membaca Penelitian ini sedianya akan
bermuatan/berbasis pendidikan karakter. dilakukan dalam dua tahun. Pada tahun 1
Dari segi teks-teks yang ada pada buku pelaksanaan penelitian pengembangan ini
tersebut, beberapa memang sudah meneliti bentuk silabus dan bentuk buku ajar
mengarah pada pengembangan karakter mata kuliah Dokkai II yang bermuatan
―berfikir kritis‖-sesuatu yang lumrah pada pendidikan karakter. Pada tahun kedua
kebanyakan buku pelajaran membaca. Akan barulah dilakukan uji efektivitas terhadap
tetapi tidak ada satupun dari teks-teks buku ajar dan silabus yang dihasilkan
bacaan dalam buku tersebut yang khusus tersebut.
dikembangkan atau diarahkan untuk Tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan salah satu atau beberapa mengembangkan silabus dan buku ajar mata
dari 17 karakter lainnya yang dianjurkan kuliah dokkai II yang berbasis pendidikan
Puskur. Dosen nampak terpaku pada buku karakter.
pegangan yang digunakan dalam mata
kuliah Dokkai II, yang tujuannya adalah untuk 3. Kajian Pustaka
melatihkan keterampilan membaca, dan 3.1 Silabus
pengenalan berbagai ragam/genre teks Salah satu produk pengembangan
dalam rangka merespon pembelajaran kurikulum yang mencakup garis-garis besar
berbasis genre di Sekolah Menengah. materi pelajaran, kegiatan pelajaran dan
Mengingat pentingnya pendidikan rancangan penilaian disebut silabus. Dengan
karakter bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan kata lain silabus adalah rencana
Bahasa Jepang baik sebagai generasi muda pembelajaran pada suatu kelompok mata
dan sebagai calon guru bahasa Jepang di pelajaran tertentu yang meliputi standar
masa mendatang, maka berdasarkan kompetensi, kompetensi dasar, indikator
analisis silabus dan buku pelajaran serta pencapaian kompetensi untuk penilaian,
materi bacaan yang digunakan oleh para materi pokok, kegiatan pembelajaran,
dosen pengajar Dokkai II diatas, perlu penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
dikembangkan silabus dan materi ajar mata Hal senada diutarakan Mulyasa (2004)
kuliah Dokkai II berbasis pendidikan karakter bahwa silabus adalah salah satu kurikulum
untuk mendukung pendidikan karakter yang pada unit pendidikan terkecil bersama-sama
diamanatkan Tujuan Pendidikan Nasional dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dan Kurikulum 2013 serta kebijakan strategis (RPP). Silabus adalah rencana yang lebih
FBS UNDIKSHA terkait pendidikan karakter. umum dari RPP karena biasanya
Oleh karena itu penelitian ini yang bertujuan mengandung perencanaan sebuah mata
mengembangkan silabus dan buku ajar mata kuliah/pelajaran untuk satu unit kurun waktu

314
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2015

(cawu, semester, atau durasi waktu sebuah (Pemendiknas Nomor 22 Tahun


program tertentu). Silabus sangat penting 2006) dan menetukan pola
karena semua hal terkait kompetensi standar pendekatan apa yang akan
(inti) dan kompetensi dasar, uraian cakupan digunakan. (2) Merumuskan
materi, waktu yang dicanangkan tiang unit Indikator Pencapaian Kompetensi
materi, pengalaman belajar, jenis asesmen, (IPK)
sumber belajar, dan syarat perkuliahan ada IPK adalah cerminan dari
pada silabus. pencapaian KD, yang seharusnya
a. Prinsip-prinsip Pengembangan dikuasai peserta didik setelah merek
Silabus melaksanakan kegiatan
Beberapa prinsip dasar dalam pembelajaran (Trianto, 2010).
mengembangkan silabus, antara lain (3)Mengidentifikasi Materi
(Trianto, 2010): Pokok/PembelajaranMateri
(1). Ilmiah, bahwa materi dan kegiatan pembelajaran memuat butir-butir
keseluruhan yang menjadi muatan dalam bahan pembelajaran pokok yang
silabus harus benar dan dapat dibutuhkan peserta didik untuk
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. (2) mencapai suatu KD. Hal ini dapat
Relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat dilakukan dengan menentukan
kesukaran dan urutan penyajian materi pendekatan yang akan digunakan
dalam silabus sesuai dengan tingkat untuk mengidentifikasi, seperti
perkembangan fisik, intelektual, sosial, pendekatan hierarkimudahke sukar,
emosional, dan spiritual peserta didik. (3). spiral dan klasifikasi 4 jenis: fakta,
Sistematis, artinya komponen-komponen konsep, prinsip atau prosedur. Selain
silabus saling berhubungan secara itu dapat dilakukan dengan
fungsional dalam mencapai kompetensi. (4). menentukan uraian materi
Konsisten, yaitu adanya hubungan yang pembelajaran. (5) Mengurutkan
konsisten antara kompetensi dasar, indikator, penyajian uraian materi
materi pokok, pengalaman belajar, sumber pembelajaran
belajar, dan sistem penilaian. (5) Memadai, Pemahaman sesuatu pada dasarnya
artinya cakupan indikator, materi pokok, bergantung pada seberapa besar
pengalaman belajar, sumber belajar, dan kemampuan seseorang dalam
sistem penilaian cukup untuk menunjang menggunakan informasi dasar yang
pencapaian kompetensi dasar. (6) Aktual dan dimiliki sebelumnya sehingga
Kontekstual, yaitu cakupan indikator, materi pengurutan ini sangat diperlukan.
pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, (6) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
dan sistem penilaian memerhatikan Proses pencapaian KD dikembangkan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni melalui pemilihan strategi pembelajaran yang
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan diberikan dalam bentuk KBM. (7) Penetapan
peristiwa yang terjadi. (7). Fleksibel, bahwa Jenis Penilaian
keseluruhan komponen silabus dapat Penilaian pencapaian KD peserta didik
mengakomodasi keragaman peserta didik, dilakukan berdasarkan indikator. Setiap
pendidik, serta dinamika perubahan yang indikator dapat dikembangkan menjadi 3
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. instrumen penilaian yang meliputi ranah
(8) Menyeluruh, yaitu komponen silabus kognitif, afektif, psikomotorik, dan
mencakup keseluruhan ranah kompetensi transendentif. Bentuk instrumen penilaian
(kognitif, afektif, psikomotor). meliputi tes dan nontes dalam bentuk tulis
b. Langkah-langkah Penyusunan dan lisan. Bentuk instrument tes meliputi:
Silabus pilihan ganda (PG), uraian objektif (UO),
Ada beberapa langkah dalam penyusunan uraian non-objektif (UNO), jawaban singkat,
silabus agar dapat disusun dengan baik, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja
yaitu: (performans), uji petik kinerja, dan portfolio.
(1) Memetakan Standar Kompetensi Sedangkan bentuk instrumen nontes
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) meliputi: pengamatan kerja, pengukuran
Pada dasarnya, SK dan KD dapat sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,
dirumuskan berdasarkan kajian proyek dan/ produk, penggunaan portfolio,
tuntutan kompetensi lulusan tiap penilaian diri, angket, wawancara, inventori
mata pelajaran melalui pemetaan dan pengamatan.
serangkaian kegiatan seperti (8) Menentukan Alokasi Waktu
mengidentifikasi SK dan KD yang Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama
terdapat pada standar isi waktu yang diperlukan oleh peserta didik

315
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2015

untuk mempelajari suatu materi


pembelajaran. Prinsip yang perlu 2.4 Karakteristik Buku Ajar
diperhatikan dalam menentukan alokasi Sehubungan dengan Padmadewi dkk
waktu, antara lain: Tingkat pengembangan (2010), Tomlinson (2007) mengungkapkan
psikologi peserta didik, Tingkat kesukaran karakteristik buku ajar dilihat dari manfaat
materi, Cakupan materi, Frekuensi buku ajar yang dibuat terhadap mahasiswa,
penggunaan materi, Tingkat pentingnya yaitu: 1) buku ajar semestinya dapat
materi yang dipelajari, Menentukan Sumber memberikan pengaruh kepada siswa baik
Belajar, dalam hal rasa ingin tahu siswa, minat dan
c. Model Silabus perhatian mereka, 2) harus memberikan
Pada dasarnya, silabus disusun secara kemudahan pada siswa, 3) harus membantu
vertical maupun horizontal. Namun secara siswa untuk mengembangkan rasa percaya
umum suatu silabus disusun secara matriks. diri, 4) materi dalam buku ajar harus
Ada bebrapa komponen dalam setiap dimengerti siswa sebagai materi yang
silabus, antara lain: pertama, kop silabus relevan dan bermanfaat, 5) materi harus
yang berisikan jenjang /satuan pendidikan, memfasilitasi siswa untuk melakukan dan
nama mata pelajaran, kelas dan program, mengeksploasi penemuan sendiri, 6) siswa
semester, serta standar kompetensi (SK). harus siap untuk mempelajari inti konsep
Kedua, matriks silabus. Dalam matriks yang diajarkan, 7) materi harus
silabus terdiri dari: 1 kompetensi dasar (KD), menghantarkan siswa pada penggunaan
2 materi pembelajaran, 3 kegiatan bahasa secara otentik, 8) perhatian siswa
pembelajaran, 4 indikator, 5 penilaian, 6 hendaknya difokuskan pada fitur linguistik
alokasi waktu, 7 sumber, bahan dan alat. dari input yang diberikan, 9)materi harus
2.2 Membaca memberikan kesempatan kepada siswa
Nurhadi ( 2005:13 ) menjelaskan untuk menggunakan bahasa target untuk
membaca merupakan sebuah proses yang mencapai tujuan komunikasi, 10) pengaruh
kompleks sekaligus rumit. Kompleks artinya positif penggunaan buku ajar terjadi secara
dalam proses membaca tersebut melibatkan perlahan tidak secara spontan, 11) materi
dua faktor yakni faktor internal dan faktor mengakomodasi perbedaan gaya belajar
eksternal. Faktor internal, yaitu faktor – siswa secara individu, 12) materi juga
faktor yang berasal dari dalam diri pembaca mengakomodasi perbedaan siswa sikap
seperti minat, sikap, bakat, motivasi, dan afektif, 13) materi juga memberikan peluang
tujuan membaca. Selain itu, terdapat juga kepada siswa untuk diam sejenak pada awal
faktor eksternal yaitu faktor – faktor yang pembelajaran sebelum dilanjutkan ke materi
berasal dari luar diri pembaca seperti sarana selanjutnya, 14) materi harus
membaca, lingkungan, teks bacaan, dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri
latar belakang ekonomi dan sosial pembaca. siswa, 15) materi tidak tergantung terlalu
Membaca pada hakikatnya adalah sebuah banyak pada latihan-latihan secara terkontrol
kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk dan 16) materi harus mengakomodasi
membangun pemahaman terhadap makna kesempatan untuk menerima umpan balik.
intrinsik yang disampaikan oleh penulis
dalam bentuk tulisan. Roger Farr (dalam 2.5 Pendidikan Karakter
Sudarsana,2009 : 2) menyatakan bahwa Pendidikan karakter dapat dimaknai
membaca sebagai urat nadi pendidikan. sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak,
2.3 Dokkai II yang bertujuan mengembangkan
Bagi para pembelajar bahasa Jepang di kemampuan peserta didik untuk memberikan
Undiksha mata kuliah membaca (dokkai) keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
diperoleh secara berjenjang yakni sejak baik, mewujudkan dan menebar kebaikan itu
semester II hingga semester V. Mata kuliah dalam kehidupan sehari-hari dengan
dokkai dibandingkan dengan mata kuliah sepenuh hati.
bahasa Jepang yang lain memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi, hal ini dikarenakan Pendidikan karakter juga didefinisikan
seorang pembelajar harus memiliki tingkat sebagai pendidikan yang menanamkan dan
pemahaman yang tinggi akan suatu wacana mengembangkan karakter-karakter luhur
agar mampu menangkap makna yang kepada anak didik sehingga mereka memiliki
terkandung dalam wacana tersebut. Oleh karakter luhur itu, menerapkan dan
karena itu, penguasaan huruf (moji) yakni mempraktekkan dalam kehidupannya entah
kanji, kosakata (kotoba), tata bahasa dalam keluarga, sebagai anggota
(bunpou), haruslah saling sinergis. masyarakat dan warga negara (Agus
Wibowo, 2012).

316
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2015

untuk membantu mengarahkan mahasiswa


3 Metode sehingga dapat lebih mudah memahami
Penelitian ini menggunakan bacaan. Dosen pengampu mata kuliah
paradigm pendekatan mixed method yaitu Dokkai II mengharapkan ada silabus yang
penggabungan antara pendekatan kualitatif bisa dijadikan panduan mengajar Dokkai II
dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif yang materinya berbasis pendidikan
digunakan pada tahap pertama dan kedua karakter.
yaitu pada tahap awal dan pada tahap
kedua pada saat pembuatan kisi-kisi dan
pengembangan silabus dan buku ajar. 5 Simpulan
Sedangkan pendekatan kuantitatif akan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
digunakan pada saat validasi prototipe bahwa buku ajar mata kuliah Dokkai II yang
melalui uji emperis dengan menguji cobakan berbasis karakter sebagai berikut. (1)
bahan ajar tersebut di lapangan.Penelitian ini memberi penjelasan mengenai kosakata dan
menggunakan model penelitian dan kanji baru yang ada pada setiap materi; (2)
pengembangan dari Hannafin dan Peck. memuat latihan soal pada tiap-tiap tema; (3)
Model Hannafin dan Peck adalah model menampilkan gambar sebagai ilustrasi yang
desain pengajaran yang terdiri dari tiga fase dapat mengarahkan pemahaman mahasiswa
yaitu fase analisis keperluan, fase desain, terhadap isi wacana.
dan fase pengembangan dan implementasi.
Dalam model ini, penilaian dan pengulangan Daftar Pustaka
perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. 2007.
adalah model desain pembelajaran QualitativeResearch for Education: An
th
berorientasi produk. Introduction to Theories and Methods (5
4 Hasil Penelitian ed.). Boston: Pearson.
Dari hasil angket analisis kebutuhan baik Bridges, D. 1990. The character of discussion: A
kepada mahasiswa, 95 % responden focus on students. In W. Willen
menyatakan menyenangi mata kuliah
membaca (Dokkai), 53% responden (Ed.) Teaching and Learning through
menganggap mata kuliah Dokkai II sulit, 47% Discussion (pp.15-28) Norwood, NJ :
responden sangat setuju bahwa membaca Ablex
membantu mereka belajar bahasa Jepang,
47% responden setuju bahwa mata kuliah Brookfield, S.D. 1990. The Skillful Teacher: On
Technique, Trust, and Responsiveness in
membaca bermanfaat, 55% responden the Classroom. San Fransisco: Jossey-
merasa kesulitan mengungkapkan isi ide Bass
pokok dari sebuah wacana, 55% responden
pula mengungkapkan bahwa kesulitan Buku Pedoman Studi Universitas Pendidikan
memahami bacaan dikarenakan tidak ada Ganesha: Program Sarjana dan Diploma
penjelasan terhadap kosakata baru dan kanji (2009: 118). Accessed on 2 July 2010
baru pada wacana yang dibaca; dan 78%
responden mengungkapkan sangat setuju Dick, W. & Carey, L. 1990. The Systematic Design
of Instruction. Second Edition. Illinois:
bahwa dengan ilustrasi gambar mahasiswa
Scott, Foresman and Company
lebih mudah memahami isi bacaan. Dari
analisis kebutuhan yang dilakukan baik pada Kesuma, D., Triatna, C., dan Permana, J. 2011.
mahasiswa ataupun dosen pengampu mata Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan
kuliah Dokkai II, keduanya mengharapkan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja
ada buku ajar mata kuliah Dokkai II lain Rosdakarya.
selain buku ajar yang digunakan selama ini Kemp, J.E., Morisson, g.R., and Ross, S.M. 1994.
yaitu 25 topikusu dari The Japan Foundation. Designing Effective Instruction. New
Responden menginginkan buku ajar yang York: Macmillan College Publishing
Company.
dilengkapi dengan kosakata baru dan kanji
baru sesuai dengan wacana. Latief, M.A. 2010. Tanya Jawab Metode Penelitian
Dari hasil analisis kebutuhan tersebutlah, Pembelajaran Bahasa. Malang: State
buku ajar mata kuliah Dokkai II ini berisikan University of Malang Press.
14 materi bacaan bermuatan karakter dan 2 Lickona, T. 2004. Character Matters: How to Help
materi pengayaan. 16 materi wacana Our Children Develop Good Judgement,
tersebut bermuatan berbasis pendidikan Integrity, and Other Essential Virtues.
karakter. Pada tiap-tiap tema mengandung New York: Touchstone
Mulyana, E. 2004. KBK: Konsep, Karakteristik,dan
penjelasan kosakata dan kanji baru serta
Implementasi. Bandung: PT.
ditambahkan dengan ilustrasi berupa gambar RosdaKarya

317
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2015

Padmadewi, Ni Nyoman; Kerti Nitiasih, Putu; Luh Peserta Didik. (Makalah disampaikan
Putu Artini. 2011. Pengembangan Bahan dalam acara Seminar nasional di
Ajar Bahasa Inggris Berbasis Budaya Universitas Dwijendra Denpasar Bali)
untuk Sekolah Dasar di Bali. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Puskur. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan
Pendidikan, 5(1), 95-113. Metodologi Pembelajaran Berdasarkan
Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk
Padmadewi, Ni Nyoman; Kerti Nitiasih, Putu; Luh Daya Saing dan Karakter Bangsa:
Putu Artini. 2010. Pengembangan Bahan Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Ajar Bahasa Inggris Berbasis Budaya Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur,
untuk Sekolah Dasar di Bali (Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan,
Penelitian Hibah Bersaing) Kementrian Pendidikan Nasional.
Padmadewi, Ni Nyoman.2012. Pendidikan
Karakter dalam Membangun Perilaku

318

Anda mungkin juga menyukai