Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

FILSAFAT DAN ETIKA KOMUNIKASI


REZA ALFIANUR 041278502 / ILMU KOMUNIKASI

1. Filsafat dapat dipahami jika seseorang mengetahui cara memperoleh pengertian filsafat
dan berfilsafat. Kemukakan bagaimana cara seseorang memulai perenungan filsafat? Berikan
contoh bentuk perenungan filsafat tentang suatu peristiwa!

Dalam memulai dan melanjutkan perenungan filsafat, maka tahapan-tahapan perenungan yang harus
diikuti menurut filsuf besar Deskartes adalah:

1. Merumuskan Masalah
Tahap pertama dalam perenungan filsafat adalah menyadari adanya masalah, membatasi sebaik
mungkin masalah tersebut dan menentukan apa yang akan diselidiki.

2. Meragu-ragukan dan menguji secara rasional anggapan-anggapan


Setelah merumuskan masalah, Deskartes mulai menguji pengetahuan yang diperoleh melalui indera,
dari kesadaran untuk membedakannya dari pengetahuan yang diperoleh dari tidur maupun dari akal.
Ia menemukan alasan-alasan untuk meragukan segala sesuatu yang ada disekitarnya, hakekat sesuatu
yang bersifat fisik, kebenaran matematik dan hal-hal lain. Dalam hal ini Deskartes akan menguji
secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dari apa yang dianggapnya benar.

3. Memeriksa penyelesaian-penyelesaian sebelumnya


Langkah ketiga dalam perenungan kefilsafatan aalah mengenal apa yang dikatakan orang-orang lain
mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji penyelesaian-peneyelesaian mereka

4. Memberikan Hipotesa
Langkah keempat dalam perenungan filsafat adalah menyarankan suatu hipotesa yang kiranya dapat
memberikan jawaban atas masalah yang diajukan. Dari pengajuan hipotesa tesebut selanjutnya akan
diberikan makna hipotesa kemudian disajikan semua bahan bukti yang dapat ditemukan untuk
mengukuhkan dan menunjukkan bahwa bukti yang menentang hipotesa tersebut, bukanlah bahan
bukti yang sah atau tidak ada sangkut pautnya dengan masalahnya. Dan akhirnya perlu dipergunakan
deduksi untuk mendapatkan implikasi-implikasi yang dikandung oleh hipotesa tersebut

5. Menguji konsekuensi-konsekuensi
Langkah selanjutnya dalam perenungan filsafat adalah verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang
telah dilakukan. Karena filsafat berusaha memahami, maka tugas pokonya pada hakekatnya ialah
memperoleh pengetahuan. Verifikasi berupa pengamatan yang lebih banyak, melakukan
perbandingan-perbandingan dan kemampuan untuk mengatasi kritik yang dapat ditujukan dengan
menentang hipotesa yang disarankan.

6. Menarik Kesimpulan
Langkah terakhir adalah penarikan suatu kesimpulan mengenai masalah yang mengawali
penyelidikan kita. Kesimpulan yang diperoleh dapat bermacam-macam, yaitu:
a. Kemungkinan masalahnya bukan masalah yang bermakna.
b. Masalahnya mungkin bermakna tetapi tidak bisa dijawab
c. Masalahnya mungkin erjawab dengan mengiakan atau mengingkari
d. Maslahnya mungkin dijawab dengan menerima suatu hipotesa
e. Masalahnya dapat dijawab secara deskriptif yakni dengan menggambarkan situasi atau proses
yang bersangkutan

Contoh Peristiwa pada sekitar tahun 399 SM, seorang filusuf bernama Socrates dihukum mati atas
tuduhan merusak jiwa kaum muda Athena. Tetapi Socrates mempunyai banyak teman yang kaya
yang mengambil keputusan, bahwa menurut hemat mereka sorates dihukum secara salah, mereka
akan membantu untuk melarikan diri tetapi Socrates tidak mau melakukannya, kepada kawan-
kawannya ia berkata, sebelum ia melakukannya perlu ditentukan terlebih dahulu apakah perbuatan
melarikan diri layak baginya, inilah ucapan seorang filsuf, harus berfikir lebih dahulu sebelum
melakukan bertindak. Setelah berdiskusi dengan teman-temannya dengan berbagai argumentasi,
akhirnya mereka sepakat bahwa tidak layak bagi seorang Sokrates untuk melarikan diri.

Kegiatan kefilsafatan ialah pemikiran secara ketat. Contoh diatas menunjukan bahwa filsafat berbeda
sama sekali dengan membuat roti. Filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap
penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis suatu
sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan. Kegiatan kefilsafatan itu yang dinamakan
perenungan atau pemikiran

2. Ilmu komunikasi dapat dianalisis secara filsafat. Menurut Richard Lanigan terdapat empat
analisis filsafat terhadap komunikasi, kemukakan penjelasan tersebut!

Richard L. Lanigan membahas secara khusus “analisis filsafat mengenai komunikasi” (philisiphic
analysus on communication). Dia berkata bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan
menjadi sub bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan pokok berikut ini :
• Apa yang aku ketahui ? (masalah ontology atau metafisika)
• Bagaimana aku mengetahuinya ? (masalah epistemologi)
• Apakah aku yakin ? (masalah aksiologi)
• Apakah aku benar? (masalah logika)

a. Metafisika
Menurut Lanigan metafisika adalah suatu studi tentang sifat, dan fungsi teori tentang realita.
Metafisika adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori
komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam
semesta.
2) Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;
3) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.
Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, menurut Jujun S Suriasumantri
metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan
zat dengan pikiran.
Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :
• Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya,
bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat
diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.
• Ada sebagai yang Illahi keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni
Tuhan (Illahi berarti yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera).

b. Epistemologi (Pertanyaan mengenai pengetahuan)


Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan
pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits
of human knowledge).
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh
yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode adalah tata cara dari suatu kegiatan
berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis.
Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi
• Kerangka pemikiran yang logis
• Penjabaran hipotesis
• Verifikasi
Sehingga Lanigan mengatakan bahwa, prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang
selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak ad salah satu atau lebih teori kebenaran.

c. Aksiologi
Aksiologi adalah asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara
epistemologis diperoleh dan disusun itu. Lanigan berpendapat bahwa aksiologi adalah studi etika dan
estetika, aksiologi merupakan suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara
melembagakannya.
Sehingga ketika seorang komunikator akan menyampaikan pemikirannya menjadi sebuah pesan,
perlulah untuk melakukan pertimbangan terlebih dahulu apakah pesan itu eti dan estetis ketika
disampaikan.

d. Logika
Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (Deals with the
study of the principles and methods of correct reasoning). Logika sangat penting dalam komunikasi,
karena apa yang dipikirkan harus dikomunikasikan dan apa yang dikomunikasikan harus merupakan
putusan dari proses berfikir.

3. Etika komunikasi adalah norma, nilai atau ukuran tingkah laku dalam berkomunikasi.
Richard L. Johannesen memaparkan tujuh perspektif penilaian etika komunikasi insani.
Jelaskan penilaian etika komunikasi berdasarkan transaksi dialogis! Sertakan contoh!
Richard L. Johannesen memaparkan adanya 7 perspektif dalam penilaian etika komunikasi insani,
yaitu :

1. Perspektif politik
Etika mengembangkan kebiasaan ilmiah dalam praktek berkomunikasi, menumbuhkan sikap adil
dengan memilih atas dasar kebebasan, pengutamaan motivasi, dan menanamkan penghargaan atas
perbedaan. Karl Wallace memandang ada 4 nilai yang mendasar bagi berlangsungnya sistem politik
Amerika :
 Penghormatan atau keyakinan akan wibawa dan harga diri individual
 Keterbukaan atau keyakinan pada pemerataan kesempatan
 Kebebasan yang disertai tanggung jawab
 Keyakinan pada kemampuan setiap orang untuk memahami hakikat demokrasi
Untuk mewujudkan ke 4 nilai diatas, diperlukan suatu pedoman etika :
 Mengembangkan kebiasaan meneliti yang tumbuh dari pengenalan bahwa selama kita
berkomunikasi, kita adalah sumber primer walau bukan satusatunya argumem dan informasi
tentang subjek yang dibicarakan
 Menumbuhkan kebiasaan bersikap adil dengan memilih dan menampilkan fakta dan pendapat
secara terbuka
 Mengutamakan motivasi umum daripada motivasi pribadi
 Menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan pendapat

2. Perspektif sifat manusia


Tindakan manusia yang manusiawi berasal dari rasionalitas yang sadar atas apa yang dilakukan dan
dengan bebas untuk memilih melakukannya. Sifat manusia yang paling unik adalah kemampuan
berpikir dan kemampuan menggunakan simbol. Menurut Aristoteles bahwa tindakan manusia yang
benar-benar manusiawi adalah berasal dari seorang rasionalis yang sadar apa yang dilakukannya dan
dengan bebas untuk memilih melakukannya

3. Perspektif dialogis
Sikap dialogal adalah sikap setiap pertisipan komunikasi yang ditandai oleh kualitas keutamaan,
seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan, intensitas, dan lain-lain.

4. Perspektif situasional
Faktor situasional atau kontekstual konkret yang mungkin relevan bagi penilaian etika yang murni
situasional antara lain adalah :
 Peran atau fungsi komunikator terhadap khalayak
 Standar khalayak mengenai kelogisan dan kelayakan
 Derajat kesadaran khalayak tentang cara-cara komunikator
 Tingkat urgensi untuk pelaksanaan usulan komunikator
 Tujuan dan nilai khalayak
 Standar khalayak untuk komunikasi etis
5. Perspektif religius
Pedekatan alkitabiah dalam agama membantu manusia untuk menemukan pedoman yang kurang
lebih pasti dalam tinfakan manusia.
Contoh :
Seorang anak harus berkata dengan lemah lembut kepada kedua orang tuanya, juga kepada siapa saja
yang lebih tua dari padanya. Apabila seorang anak berkata dengan nada suara yang keras berarti dia
durhaka pada orang tuanya.

6. Perspektif utilitarian
Cara dan tujuan komuniaksi dapat dilihat dari adanya kegunaan, kesenangan, dan kegembiraan.
Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi dapat dinyatakan dalam
pertanyaan : Apakah cara atau tujuan dapat meningkatkan kebaikan terbesar untuk sejumlah terbesar
dalam jangka waktu yang lama ?
Perspektif utilitarian biasanya diterapkan dalam bentuk kombinasi dengan perspektif-perspektif lain.
Konsep kegembiraan dari kaum utilitarian menjadi lebih luas sehingga mencakup nilai-nilai yang
secara intrinsik berharga, seperti persahabatan, kesehatan, dan pengetahuan.

7.Perspektif legal
perilaku komunikasi yang legal, sangat disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan dianggap
sebagai perilaku yang etis.

Komunikasi insani bukanlah jalur satu arah, melainkan transaksi dialog dua arah. Sikap dialogal
adalah sikap setiap pertisipan komunikasi yang ditandai oleh kualitas keutamaan, seperti keterbukaan,
kejujuran, kerukunan, intensitas, dan lain-lain. Dalam hubungan dialogis, sikap, dan perilaku setiap
partisipan komunikasi ditandai oleh kualitas, seperti kebersamaan, keterbukaan hati, kelangsungan,
kejujuran, spontanitas, keterusterangan, tidak berpura-pura, niat yang tidak manipulatif, kerukunan,
intensitas, dan kasih sayang dalam arti bertanggung jawab dari seorang manusia kepada manusia
lainnya.
Contoh :
Hubungan orang tua – anak
Hubungan suami – istri
Hubungan dokter - pasien

Anda mungkin juga menyukai