Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PASIEN STROKE HAEMORROGIC

DISUSUN OLEH
1. MUHAMMAD FAKTHUR ROHMAN (14.401.16.064)
2. NIKEN ALGAMA (14.401.16.065)
3. NILAM PERMATA J.F (14.401.16.066)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2018-2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
perubahan neurologis yang disebabkan oleh adanya gangguan suplai darah
ke bagian dari otak. Dua jenis stroke yang utama adalah iskemik dan
hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan akibat
gumpalan aliran darah baik itu sumbatan karena trombosis (penggumpulan
darah yang menyebabkan sumbatan di pembuluh darah ) atau embolik
(pecahan gumpalan darah/ udara benda asing yang berada dalam pembuluh
darah diotak ) ke bagian otak. Pendarahan ke dalam jaringan otak atau
ruang subarakhnoid adalah penyebab dari stroke hemoragik. Jumlah total
stroke iskemik sekitar 83% dari seluruh kasus stroke. Sisanya sebesar 17%
adalah strike hemoragik. [CITATION JOI14 \p 615 \l 1033 ]

B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada pembahasan angina adalah mulai dari
pengertian hingga asuhan keperawatan

C. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari stroke hemoragik.?
2) Apa saja etiologi dari stroke hemoragik.?
3) Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit stroke hemoragik?
4) Bagaimana tanda patofisiologi dari penyakit stroke hemoragik.?
5) Apa saja klasifikasi dari penyakit stroke hemoragik.?
6) Apa saja komplikasi dari penyakit stroke hemoragik tersebut.
7) Apa saja diagnosa dari penyakit stroke hemoragik.?

2
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada
penderita stroke hemoragik dengan baik
2. Tujuan khusus
1) Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa definisi
dari stroke hemoragik
2) Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui apa saja
etiologi dari stroke hemoragik
3) Agar mahasiswa paham apa saja tanda dan gejala dari stroke
hemoragik
4) Agar mahasiswa mengerti dan memahami bagaimana
patofisiologi dari stroke hemoragik
5) Agar mahasiswa mampu mengetahui dan juga memahami
klasifikasi dari penyakit stroke hemoragik
6) Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa saja
komplikasi dari penyakit stroke hemoragik
7) Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana
asuhan keperawatan tentang penyakit stroke hemoragik dengan
baik dan benar

3
BAB 2
Tinjuan Pustaka

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun
global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena,
sehubungan dengan cacat atau kematian, akibat gangguan aliran darah
keotak karena pendarahan ataupun nonpendarahan
Struke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di otak akibat
penyumbatan pembuluh darah. [CITATION Iya13 \p 106 \l 1033 ]
2. ETIOLOGI
Aliran darah ke otak bisa menurun dengan beberapa cara. Iskemia
terjadi ketika suplai darah ke bagian dari otak terganggu atau
tersumbat total. Kemampuan bertahan yang utama pada jaringan otak
yang iskemik bergantung pada lama waktu kerusakan ditambah
dengan tingkatan gangguan dari metabolisme otak. Iskemia biasanya
terjadi karena trombosis lebih sering terjadi dibandingkan karena
embolik.
Stroke bisa juga merupakan pembuluh darah besar dan pembuluh
darah kecil. Stroke pada pembuluh darah besar disebabkan oleh
adanya sumbatan pada arteri serebral utama, seperti pada karotid
interna, serebral, anterior, serebral media, serebral posterior, vetebral,
dan arteri basilaris. Stroke pembuluh darah kecil terjadi pada
pembuluh darah kecil yang merupakan cabang dari pembuluh darah
besar yang masuk ke bagian lebih dalam bagian otak. [CITATION
JOI14 \p 615-616 \l 1033 ]
3. Manifestasi klinis

4
Serangan kecil atau alat stroke biasanya diawali dengan
menurunnya daya ingat dan sering mengalami kebingungan secara
tiba-tiba dalam waktu 24 jam. Tanda gejala stroke dapat diamati dalam
beberapa hal berikut :
1. Terdapat nyeri kepala yang hebat
2. Terdapat kejang
3. Terdapat muntah
4. Melemahnya otot kaku
5. Menurunnya fungsi motorik
6. Hilangnya rasa atau adanya sensasi upnormal pada lengan
atau tungkai salah satu sisi tubuh seperti baal mati rasa
sebelah badan terasa kesemutan.
7. Mengalami gangguan penglihatan adanya gangguan
berbicara ditunjukkan dengan bicara tidak jelas
[CITATION Iya13 \p 111-113 \l 1033 ]
4. PATOFISIOLOGI
Perubahan intra srebral paling banyak disebabkan oleh adanya
ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah, yang bisa
mengakibatkan pendarahan ke dalam jaringan otak. Pendarahan
intraserebral sering terjadi dari penyakit hipertensi dan umumnya
terjadi setelah usia 50tahun. Akibat lain dari pendarahan adalah
aneurisma. Aneurisma adalah pembengkakan pada pembuluh darah.
Walaupun aneurisma biasanya kecil ( diameternya 2-6 mm ), hal ini
bisa mengakibatkan ruptur. Diperkirakan sekitar 6% dari seluruh struk
di sebakan oleh ruptur aneurisma.
Struk yang disebakan oleh pendarahan sering kali meyebabkan
spasme pembuluh darah serebral serebral iskemik pada serebral karena
darah yang berada di luar prmbuluh darah membuat iritasi pada
jaringan. Struke hemoragik bbiasanya menyebabkan terjadinya
kehilangan fungsi yang banyak dan penyembuhan yang paling lambat
di bandingkan dengan struke yaang lain. Keseluruhan kematian karena
struke hemoragik berkisar antara 25% sampai 60% jumlah volume

5
pendarahan merupakan satu-satunya prediktor yang paling penting
untuk melihat kondisi klien. Oleh sebab itu, tidak mengherankan
bahwa pendarahan di otak penyebab paling fatal dari semua jenis
struke. [CITATION JOI14 \p 617 \l 1033 ]
5. KLASIFIKASI
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dn gejala klinisnya, yaitu:
a. Stroke non hemoraggik
Stroke non hemoraggik disebabkan tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. Bisanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun
tidur atau dipagi hari (Nurarif, 2015 : 151)
b. Stroke hemoragik (perdarahan)
Stroke hemoragik (perdarahan) disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif. Kesadaran pasien umumnya
menurun (Nurarif, 2015 : 151)

6. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke klien akan mengalami kmplikasi dapat
dikelompokan berdasarkan :
1. Dalam hal imubilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan,
konstipasi, dan tromboplebitis
2. Dalam hal paralisis : nyeri pada daerah punggung, diskolasi
sendi, difornitas dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsi dan sakit kepala
4. Hidrosepalus
[CITATION Ari11 \p 253 \l 1033 ]

6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Biasanya dialami oleh usia lebih 65 tahun tahun namun
tidak menutup kemungkinan juga dapat dialami oleh usia muda,
jenis kelamin dan juga ras mempengaruhi (stillwell, 2011 : 81)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran (Braticaca, 2008 : 60)

2) Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke berlangsung sangat mendadak, pada saat
pasien sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual muntah, bahkan kejang sampai
tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain (Wijaya. 2013: 31)

c. Riwayat penyakit terdahulu


Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, obat-obatan, kegemukan,
riwayat stroke sbelumnya, riawayat trauma kepala (Wijaya. 2013:
33)
d. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang menderita yang menderita hipertensi ,
DM, atau adanya keturunan stroke (Wijaya. 2013: 33)
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum

7
Suara biacara kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, bicara pelo, kelemahan pada sebelah anggota badan
(Wijaya. 2013: 39).

2) Tanda-tanda Vital
Biasanya tekanan darah meningkat, suhu dalam batas
normal (36,5-37,5), RR berfariasi tergantung pada pasien
(Muttaqin, 2008 : 244)
3) Pemeriksaan Body System

a) Sistem Pernafasan
Inspeksi : pernafasan sulit, peningkatan produksi sputum.
Palpasi : vocal fremitus seimbang kanan dan kiri
Auskultasi : terdengar bunyi nafas tambahan seperti ronkhi
(Wijaya. 2013: 41).
b) Sistem Kardiovaskular
Inspeksi didapatkan ictus kordis tampak pada ICS 5-6
Midclavikula sinistra.
Palpasi tidak teraba Ictus Cordis terjadi peningkatan denyut
jantung (takikardi)
Perkusi saat pemeriksaan suara redup (Muttaqin, 2008 :
244)
c) Sistem Pencernaan
Biasanya didapatkan data adanya mual, muntah
anoreksia, kehilangan kemampuan menelan dan
ketidakmampuan mengunyah.
d) Sistem Pesyarafan
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial yaitu :
Saraf 1 : biasanya pada pasien stroke tidak ada kelainan
penciuman.
Saraf II : disfungsi persepsi visual karena gangguan
sensoro primer diantara mata dan korteks visual

8
Saraf III, IV dan VI : jika akibat stroke mengakibatkan
paralisis pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan
penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi
yang sakit.
Saraf V : menyebabkan paralisis saraf trigenimus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.
Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
Saraf VIII : tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli
pesrsepsi
Saraf IX dan X : terjadi penurunan kemampuan menelan
dan kesulitan membuka mulut.
Saraf XI : tidak ada atrofi otot
Saraf XII : lidah simetris, terdapar deviasi pada satu sisi
dan fasikulasi serta indra pengecapan normal (Muttaqin,
2008 : 246)
e) Sistem Perkemihan
Setelah stroke pasien mungkin mengalami gangguan
inkontenensia urine
f) Sistem Endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin (Muttaqin, 2008 :
248)
g) Sistem Reproduksi
Terjadi penurunan gairah seksual akibat kerusakan fungsi
kognitif dan efek psikologis (Muttaqin, 2008 : 248)
h) Sistem Integumen
Pada kulit, jika pasien kekurangan 02 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu dikaji juga tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena stroke mengalami masalah
mobilitas fisik (Muuttqin, 2008 : 248)

9
i) Sistem Muskuloskletal
Disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh,
adalah tanda yang lain. Adanya kesulitan untuk berkativitas
karena kelemahan, kehilangan sensori atau hemiplegi/paralise,
serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat (Muttaqin, 2008 : 248)
4) Pemeriksaan penunjang
a. Angiografi serebral. Membantu menentukan penyakit stroke
secara spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri
b. Skan tomografi komputer (computer Tomography scan- CT scan)
mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli
serebral, dan tekanan intra kranial (TIK). Peningkatan TIK dan
cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan
subarokhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total
meningkat, beberapa kasus trombosis disertai [roses inflamasi
c. Ultrasonografi doppler (USG doppler). Mengidentifikasi penyakit
arteriovena (masalah sistem arteri karotis [aliran darah atau
timbulnya plak] dan arteriosklerosis)
d. Elecroencephalogram-EEG Mengidentifikasi masalah pada
gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
(Nurarif, 2015 : 153)

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum.
1) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu
berikan oksigen 1-2 liter/menit
2) Control tekanan darah, diperthankan normal
3) Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontra indikasi
4) Posisi berbaring diubah tiap 2 jam
5) Pada stroke hemoragic kepala ditinggikan 30 (derajat)

10
b. Penatalaksanaan Medis
1) Trombolitik
2) Anti platelet (asetosol, ticlopidin, dipiridamol)
3) Antikoagulan (heparin)
4) Heomorrahagea (pentoxyfilin)
5) Antagonis kalsium (nomodipin, piracetam)
c. Penatalaksanaan Khusus / Komplikasi
1) Atasi kejang
2) Untuk faktor resiko : atasi hipertensi, hiperglikemi (Wijaya.
2013: 38)

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Definisi
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
Factor risiko
1) Keabnormalan masa protrombin dan/atau masa tromboplastin
parsial
2) Penurunan kinerja ventrikel kiri
3) Aterosklerosis aorta
4) Embolisme
5) Cedera kepala
6) Hiperkolesterinemia
7) Hipertensi
8) Infark miokard akut
9) Sindrom sick sinus
10) Terapi tombolitik
11) Efek samping tindakan (mis, tindakan operasi bypass)

Kondisi Klinis terkait

1) Stroke
2) Cedera kepala

11
3) Aterosklerotik aortic
4) Infark miokard akut
5) Disiksi arteri
6) Embolisme
7) Hipertensi
8) Dilatasi kardiomiopati
9) Kongulasi intravascular diseminata
10) Hidrosefalus
11) Infeksi otak (mis, meningitis, ensefalitis, abses serebri) (Tim
Pokja PPNI, 2016 : 51)
b. Gangguan Mobilitas fisik
Definisi
Keteratasan dalam gerakan fisk dari satu atau lebh ekstremitas
secara mandiri
Penyebab
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Penurunan masa otot
3) Gangguan muskuloskeletal
4) Indeks masa tubu diatas persentil ke-75 sesuai usia
5) Program pembatasan gerak
6) Nyeri

Gejala Dan Tanda Mayor

Subjektif
Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas

Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala Dan Tanda Minor

12
Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak

Objektif
1) Sendi kaku
2) Gerak tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah (Tim Pokja PPNI, 2016 : 124)

c. Gangguan Komunikasi verbal


Defnisi
Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk
menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan sistem
symbol.
Penyebab
1) Penurunan sirkulasi serebral
2) Gangguan neuromuskuler
3) Gangguan pendengaran
4) Gangguan muskuluskeletal
5) Kelainan palatum
6) Hambatan fisik (mis, terpasang traktheostomi, intubasi,
krikotiroidektomi)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Tidak mampu berbicara atau mendengar

13
2) Menunjukkan respon tidak sesuai
Gejala dan tanda minor

Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1) Afasia
2) Disfasia
3) Apraksia
4) Disleksia
5) Disartria
6) Afonia
7) Dislalia
8) Pelo
9) Gagap
10) Tidak ada kontak mata
11) Sulit memahami komunikasi
12) Sulit mempertahankan komunikasi
13) Sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
14) Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
15) Sulit menyusun kalimat
16) Verbalisasi tidak tepat
17) Sulit mengungkapkan kata-kata

Kondisi klinis terkait


1) Stroke
2) Cedera kepala
3) Trauma wajah
4) Peningkatan tekanan intracranial
5) Hipoksia kronis (Tim Pokja PPNI, 2016 :264)

14
d. Intervensi
a. Resiko penurunan perfusi jaringa serebral
Tujuan
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak gelisa
2) Tidak ada keluhan nyeri kepala
3) Tanda-tanda vital normal
Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu : 36-37,5 0C
Pernafasan : 16-20 x/menit
Rencana tindakan
1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-
sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
2) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total
3) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan
intracranial tiap 2 jam
4) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan
berlebihan
5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
6) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat
neuroprotektor (Wilkinson, 2016)
b. Gangguan mobilitas fisik
Tujuan
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuan
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi kontraktur sendi
2) Bertambahnya kekuatan otot
3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

15
Rencana tindakan
1) Ubah posisi klien tiap 2 jam
2) Ajarkan klien untuk melakukan gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit
3) Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
4) Berikan papan kaki pada ekstremitas dalam posisi
fungsionalnya
5) Tinggikan kepala dan tangan
6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
(Wilkinson, 2016)
c. Kerusakan Komunikasi verbal
Tujuan
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria hasil :
1) Terciptanya suatu komunikasi diman kebutuhan klien dapat
dipenuhi
2) Klien mampu merspon setiap berkomunikasi secara verbal
maupun isyarat
Rencana tindakan
1) Berikan metode alternaif komunikasi misal dengan bahasa
isyarat
2) Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
3) Bicaralah denga klien secara pelan dan gunakan pertanyaan
yang jawabannya iya atau tidak
4) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan
klien
5) Hargai kemampuan kliendalam berkomunikasi
6) Kolaborasi dengan fisio terapis untuk latihan wicara
(Wilkinson, 2016)

16
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, R. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


persyarafan. Jakarta: EGC.

BLACK, J. M. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Jakarta: Salemba Medika.

Braticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan dengan pasien gangguan persyarafan. EGC:


jakarta.

Digiulio, M. (2014). Keperawatan Medikal Medah. Yogyakarta: Rapha.

Hernanta, I. (2013). Ilmu Kedokteran Lengkap Tentang Neurosains. jogjakarta: D-Medika.

Kasron. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV TRANS INFO
MEDIA.

Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV


TRANS INFO MEDIA.

Morton, P. G. (2013). Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta: EGC.

Mubarak Dkk. (2015). Standar Asuhan Keperawatandan Prosedur Tetap Dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan sistem persyarafan.


jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H. (2015). Nanda NIC-NIC jilid 3. Yogyakarta: MediaAction.

PPNI, T. p. (2017). STANDART DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA . jakarta: dewan


pengurus pusat persatuan p perawat nasional indonesia .

stillwell, S. B. (2011). Pedoman Keperewatan Kritis. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai