Anda di halaman 1dari 6

GANGGUAN YANG TERJADI PADA BIO,PSIKO,SOSIAL DAN SPIRITUAL PADA

ORANG YANG TERKENA HIV/AIDS

OLEH :

YOVELLA VALVIOLA 191211560

KELAS 2A

DOSEN PENGAMPU :

Ns, Lenni Sastra, S.Kep,MS

PRODI S-1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTI JAYA PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


GANGGUAN YANG TERJADI PADA BIO,PSIKO,SOSIAL DAN SPIRITUAL PADA
ORANG YANG TERKENA HIV/AIDS

1. PENGERTIAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi selsel sistem
imun, menghancurkan atau merusak fungsi dari sel-sel sistem imun. Sebagai progress dari
infeksi, sistem imun menjadi lemah, dan manusia menjadi lebih rentan terkena infeksi. Stadium
yang paling lanjut dari infeksi HIV adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini menyerang dan merusak sel-sel limfosit T CD4+
sehingga kekebalan penderita rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi. AIDS ini bukan suatu
penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai
jenis mikroorganisme seperti infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat
menurunnya daya tahan tubuh penderita.

Virus HIV dapat menular melalui perantara darah, cairan semen, secret vagina, seks bebas, dan
jarum suntik. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia akibatnya, individu yang
terinfeksi akan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit-
penyakit infeksi keganasan yang dapat menyebabkan kematian.

HIV/AIDS bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah pembangunan. HIV/AIDS
menyebar dengan cepat terutama untuk orang muda dan orang dewasa pada usia kerja,
HIV/AIDS mmempengaruhi perekenomian, masyarakat, keluarga dan sekolah di suatu Negara,
melemahkan Negara secara keseluruhan keita 8% atau lebih dari populasi terinfeksi HIV,
pertumbuhan ekonomi melambat. Hal ini karena ekonomi melemah dan system perawatan
kesehatan meningkat.

Negara-negara miskin sangat rentan terhadap HIV/AIDS karena kurang memiliki sumber daya
yang baik untuk mengobati dan membantu klien HIV. Penyebabnya adalah system perawatan
kesehatan yang sudah terbebani atau tidak berkembang dengan baik, mahalnya obat HIV/AIDS
dan sering tidak tersedia, kalaupun ada klien tidak mampu membelinya, perawatan dan
pengobatan bagi klien HOIV/AIDS tidak mampu dibiayai oleh Negara. Masyarakat pada
umumnya sering engggan berbbicara tentang periaku berisiko karena menyentuh nilai-nilai
masyarakajt yang sering dianggap tabu dan sering bertentangan dengan norma-norma
kemasyarakatan hal ini pula yang menyebabkan fenomena klien pengidap HIV/AIDS meningkat
dari tahun ke tahun.
Stigma adalah ketika orang dan masyarakat yakin bahwa seseorang itu buruk dan harus
dijauhkan dan di anggap hina serta dihindarkan dari pergaulan di lingkungan sekitar dan di
masyarakat.

Stigma negative dan diskriminatif yang beredar di masyarakat tentang klien HIV sebagai
penyakit yang memalukan dan kotor akan menghambat proses penanganan penyakit HIV dan
penyebaran epidemic HIV/AIDS.

Bentuk stigma dan diskriminasi terhadap penyakit HIV/AIDS dalam bentuk lain adalah :

a. HIV merupakan hukuman dari tuhan, klien dengan HIV/AIDS tidak boleh tinggal dengan
masyarakat
b. Klien dengan HIV/AIDS tidak dibolehkan untuk pergi kesekolah dan bekerja karena
dikhawatirkan menularkan kepada yang lain
c. Hanya orang-orang seperti pengguna narkoba, suntik, pekerja seks, orang miskin serta
buruh saja dapat tertular HIV
d. Perempuan seringkali di salahkan
e. Petugas kesehatan membedakan dalam memberikan pelayanan kesehatan

HIV/AIDS tergolong dalam penyakit kronik dan membutuhkan perawatan yang komprehensif
tidak hanya dari petugas kesehatan terapi juga dari keluarga dan anggota masyarakat lain, tujuan
utama dari perawatan HIV/AIDS adalah membuat orang dengan HIV/AIDS dapat hidup lebih
sehat dan tidak menularkan kepada orang lain yang sehat dengan intervensi klinik jangka pendek
maupun jangka panjang. Pada saat pengobatan HIV/AIDS dimulai oleh klien di rumah sakit,
maka saat itulah dibutuhkan dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar serta managemen
diri sendiri dari klien HIV/AIDS itu sendiri.

Perubahan pada aspek psikologis

Semua klien mengalami perubahan aspek psikologis melalui dua tahapan yaitu :

a. Tahap satu : Respon ketika dinyatakan positif terinfeksi HIV/AIDS, berbagai respon
muncul antara lain keinginan untuk bunuh diri, rasa sedih, penerimaan status dan
pemakai narkoba bertambah
b. Tahap kedua : respon setelah lama terinfeksi HIV/AIDS yaitu : Mampu menerima

Perubahan aspek social

a. Perubahan respon keluarga


Tahap I penolakan status yaitu : marah, ketidakterimaan akan status.
Tahap II penerimaan yaitu : semua keluarga menerima akan statusnya
b. Perubahan respon masyarakat yaitu :
 Ada stigma dari masyarakat
 Menarik diri dari lingkungan
Spiritualitas merupakan bagian dari kualitas hidup berada dalam domain kapasitas diri yang
terdiri dari nilai-nilai personal, standar personal dan kepercayaan. Spritualitas memegang
peranan penting dalam pengobatan HIV/AIDS.

Spiritualitas pada klien dengan HIV/AIDS sangat penting karena memberikan efek secara
langsung yaitu sebagai memberikan perasaan nyaman, tenang dan sebagai koping positif untuk
menhgadapi penyakitnya dan memberikan efek secara tidak langsung untuk menghadapi
penyakitnya dan memberikan efek secara tidak langsung untuk meningkatkan status kesehatan
dalam hal ini meningkatkan kadar CD4 atau memperlambat menurunnya kadarnya CD4 dan
menurunkan jumlah vital load padang klien HIV/AIDS.

Dukungan sosial spiritual dapat meminimalkan tekanan psikososial yang dirasakan pasien
HIV/AIDS, sehingga pasien dapat memiliki gaya hidup yang lebih baik dan dapat memberikan
respon yang lebih positif terhadap lingkungan sosialnya. Selain itu, dengan adanya dukungan ini
maka pasien HID/AIDS akan merasa dihargai, dicintai, dan tetap merasa menjadi bagian dari
masyarakat, sehingga pasien tidak merasa didiskriminasi yang nantinya akan berdampak positif
bagi kualitas hidupnya.

Spiritualitas berhubungan erat dengan mekanisme koping seseorang untuk menghadapi


perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping PHIV berhasil, maka pasien tersebut akan
dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Koping yang afektif menempati tempat yang
central terhadap ketahan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan
suatu penyakit baik bersifat fisik maupun psikis, sosial dan spiritual. Dimensi spiritual dapat
menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia. Spiritual juga dapat memberikan
ketenangan batiniah, sehingga pasien HIV akan merasa jiwa nya lebih tenang dan tentram
sehingga kualitas hidupnya pun juga akan meningkat. Kesimpulannya adalah individu yang
religius akan tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir atau menghadapi fase terminal
(kematian) dari pada yang non religius.

Elemen penting lainnya selain hubungan manusia dengan Tuhan adalah dukungan dari orang
terdekat. Seluruh responden mengatakan mereka mendapatkan dukungan dari orang-orang
terdekatnya seperti keluarga, pasangan hidup, dan tema-teman terdekat. Komponen belonging
dalam quality of life model meliputi social belonging terdiri dari keintiman hubungan dengan
orang lain, keluarga, teman dan rekan kerja. Sedangkan untuk community belonging yaitu
keinginan untuk terlibat dalam pelayanan sosial dan aktivitas social.

Spiritualitas pasien HIV/AIDS mempengaruhi mekanisme koping pasien untuk menghadapi


perubahan yang diterima. Pada respon spiritual pasien HIV, penggunaan strategi koping
meningkatkan harapan dan ketabahan pasien serta memacu pasien untuk pandai mengambil
hikmah. Keikhlasan menerima penyakit yang diderita berbanding lurus dengan usaha
mendekatkan diri dengan Tuhan. Pasien HIV/AIDS mencoba mencari hikmah dari penyakit yang
dideritanya, dan menganggap Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan
umatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, F. R dan N. Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yoyakarta: Cakrawala Ilmu.

Archietobias, M. A., H. T Sibero, N. Carolia. 2014. Hubungan antara Derajat Keparahan


Dermatitis Atopik Dengan Kualitas Hidup Pasien di RSUD Abdul Moeloek Lampung. Majority,
3(4).

Armiyati, Y., Rahayu, D. A., & Aisah, S. (2015). Manajemen masalah psikososiospiritual pasien
hiv/aids di kota semarang. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional.

Collein, I. (2010). Makna spiritualis pada pasien HIV AIDS dalam konteks asuhan keperawatan
di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: FIK UI.

Diatmi, K., dan I. Fridari. 2014. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada
Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit Paramacitta. Jurnal Psikologi
Udayana, 1(2).

Nasronudin. 2007. HIV AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan Sosial. Surabaya:
Airlangga University Press.

Safarina, L. (2012). Pengalaman Hidup Perempuan yang Terinfeksi HIV Dalam Menjalani
Kehamilan (Tesis). Fakultas Ilmu keperawatan. Departeman Keperawatan, Bandung

AIDS epidemic update, http://www.unaids.org/. diperoleh tanggal 27 februari 2010

Aids : issues, http://youthink.worldbank.org/issues/aids/.

Anda mungkin juga menyukai