BaB 2 Ergonomi
BaB 2 Ergonomi
LANDASAN TEORI
Dimana:
Y: Energi (Kkal/menit)
X: Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk
energi, maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam
bentuk matematis sebagai berikut:
KE = Et – Ei…………………………………………………..…………Pers.(2.2)
Dimana:
KE: Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kkal/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (Kkal /menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal /menit)
Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum yaitu istirahat, limit kerja
aerobik, dan kerja anaerobik. Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan
untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat metabolisis. Hal
tersebut mengukur perbandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan
karbondioksida yang keluar. Berat tubuh dan luas permukaan adalah faktor
penentu yang dinyatakan dalam kilokalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia
mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan 1,77 meter persegi
memerlukan energi sebesar 1 kilokalori/menit.
Kerja disebut aerobik bila supply oksigen pada otot sempurna, sistem akan
kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh
aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan.
2.2.4 Konsumsi Energi Berdasarkan Kapasitas Oksigen Terukur
Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur
konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh
akan mendapatkan 4,8 kcal energi (Kilbon A, 1992).
T (B−S)
R= …………………………………………..……………….….Pers.(2.3)
B− 0.3
Dimana:
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recovery)
T : Total waktu kerja dalam menit
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)
2.2.5 Konsumsi Energi Berdasarkan Denyut Jantung (Heart Rate)
Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka
recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban
kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat
yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode
untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik:
T (W−S)
R= ……………………………………………………………...Pers.(2.4)
W− 1.5
Dimana:
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
W: Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
1. Tekanan darah
2. Aliran darah Kecepatan denyut
3. Komposisi Kimia dalam darah jantung
4. Temperatur tubuh
5. Tingkat penguapan
6. Jumlah udara yang dikeluarkan Hubungan
oleh paru-paru
Dimana denyut nadi maksimum adalah (220 – umur) untuk laki-laki dan
(200 - umur) untuk wanita. Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut:
< 30% = Tidak terjadi kelelahan
30 s.d. <60% = Diperlukan perbaikan
60 s.d. <80% = Kerja dalam waktu singkat
80 s.d. <100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
Selain cara-cara tersebut di atas, Kilbon mengusulkan bahwa
cardiovasculair strain dapat diestimasi dengan menggunakan denyut nadi
pemulihan (hearth rate recover) atau dikenal dengan metode ‘Brouba’.
Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidak mengganggu atau
menghentikan aktivitas kegiatan selama bekerja. Denyut nadi pemulihan (P)
dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, kedua dan ketiga. P1,2 dan 3
adalah rata-rata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total cardiac
cost dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika P1 – P3 ≥ 10, atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal
2. Jika rata-rata P1 tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak
berlebihan
3. Jika P1 – P3< 10, dan jika P3> 90 perlu redesign pekerjaan.
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi
pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran
(individual fitness) dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak
segera tercapai maka diperlukan redesign pekerjaan untuk mengurangi tekanan
fisik. Redesign tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun keseluruhan dari
variabel bebas (task, organisasi kerja, dan lingkungan kerja) yang menyebabkan
beban tugas tambahan.
2.7.1 Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi
Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau
penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata,
terlatih dan berpengalaman dapat berproduksi pada level sekitar 125% saat
intensif diberikan. Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar. Ternyata
sebagian operator dapat bekerja dalam performans 100% dengan jauh lebih
mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa orang yang
memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan energi expenditure sama
dengan orang yang performansnya 110% sampai 115%. Waktu standar ditentukan
untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya.
Pengukuran Fisiologis dapat digunakan untuk membandingkan cost energi
pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan serupa
yang tidak standar, tetapi perundingan harus dibuat untuk orang yang sama.