Anda di halaman 1dari 5

Yang Terlebih kita dulu di dalam akad murabahah ini

Ba‟i al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati, sehingga penjual harus
memberi tahu harga pokok yang disepakati, dan berapa
keuntungan sebagai tambahannya.
Nah maka dari itu , Ketika Nasabah sama Perbankan syariah sudah
melakukan akad, sama sama tau nilai keuntungannya , nilai emasnya dan
Penjual dalam arti disini adalah Bank syariahnya diharapkan jujur
begitupun sebaliknya . Karena dasar transaksi ini adalh kepercayaan ..
maka disitu status sudah dinamakan Murabahah
Biaya tambahan di bank syariah itu ,kalo bank syariah memberi tahu
ada biaya tambahan kepada nasabah katakanlah biaya tambahan itu
untuk proses Administrasi biaya pencetakan Emas . dan di sepakati oleh
nasabah … dikarenakan ada proses Administrasi biaya pencetakan
emas .. maka itu sebut keuntungan bagi bank syariah.
bahwa didalam akad murabahah itu sendiri suatu perjanjian jual beli
yang diketahui spesifikasi harga, barang, biaya-biaya yang harus
dikeluarkan, dan keuntungan yang didapatkan oleh pihak penjual.

dan terkait Masalah Mencetak Emas termasuk riba Atau bukan?kita lihat
dulu transaksi nya seperti apa ? tunai atau non tunai

disini Masalah Khilafiyah antar Ulama .. Yang satu mengatakan Tidak


termasuk Riba ,.. Yang satu mengatakan ada akad yang bermasalah
karena mengandung Riba Nasiah
fatwa fatwa yang mengatakan hal demikian Ustadz Buya Yahya ,
Ustadz dr Muhammad Arifin badri Lc MA, dan Ustdadz DR Erwandi
Tarmizi , Ustadz Ammi nur baits.
Bagaimana menabung emas di bank syariah Agar tidak terkena Riba ?
bisa di atur begini di bank syariah agar tidak terkena riba ,
muamalahnya Yaitu ada Uang Ada emas yang sepadan dan harus
konstan , harus saling menerima barang dan tidak boleh saling tunda
penyerahan dan melakukan transaksi di saat itu juga untuk membeli
emas atau mencetak emas Kemudian kita titipkan di Bank syriah
tersebut .. baru itu sah terlepas dari riba , kalo tidak seperti itu maka
akan masuk wilayah riba nasiah . karena tidak terjadi serah terima secara
langsung
nahhhh…Saya akan menjelaskan sudut pandang Ulama yang
mengatakan Riba ..di latar belakangi

Dari Ubdah bin shamit dari Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda
yang artinya . . .
Jika emas dibarter dengan emas , perak dengan perak, Gandum Halus
dengan Gandum halus , Gandum sya’ir dengan gandum sya’ir, Kurma
dengan Kurma , Garam dengan Garam . Maka Takarannya Harus sama
dan Harus Tunai . Jika benda yang diperturkan Berbeda, Maka
Takarannya boleh sesuka Hati Kalian, Asalkan Tunai (Hadist riwayat
Muslim).

Kita bisa perhatikan perkataan terakhir tersebut “ Jika benda yang


dipertukarkan berbeda , Maka Takarannya boleh sesuka Hati Kalian ,
Asalkan Tunai.”
Ketika kita beli emas berarti terjadi pertukaran Uang dengan Emas. Dan
ini dua benda Ribawi yang berbeda Namun satu (Illat) kelompok . Dan
dalam hadist tadi yang disampaikan , Nabi Mensyaratkan Harus
dilakukan secara Tunai. Jika Pertukaran Uang dengan Emas ini
dilakukan secara Tidak tunai Maka masuk kewilayh Riba nasiah .

Dari yang sudah disampaikan tadi , Ada 2 tahapan akad yang terjadi agar
tidak terjadi riba
1. Akad jual beli emas , Akad jual emas dibolehkan selama dilakukan
secara tunai. Karena itu jika Bank syariah hanya mnyediakan Emas
batangan Ukuran 5 Gram, maka nasabah yang ingin membeli emas
harus menyediakan uang yang cukup , Untuk menebus emas 5
gram itu . Artinya emas 5 Gram Ini harus dibeli secara tunai . dan
ini tidak termasuk riba karena dibayar secara tunai . Seandainya
jika nasabah tidak memiliki dana yang cukup senilai Emas 5
Gram , Bisa dipastikan dia akan membeli emas 5 Gram itu secara
tidak tunai .

Sebagai ilustrasi jika hrga emas 500 ribu/gram berarti nasabah


yang ingin membeli emas secara tunai dia harus memiliki dana 2,5
juta sehingga 2,5 juta di tukar dengan 5 gram secara tunai. Maka
ini tidak riba karena dibayar secara tunai ….

Jika seandainya nasabah membayar dengan cara dicicil/di tabung


misalnya 50 Ribu / Hari . Berarti terjadi pertukaran emas dengan
uang secara tidak tunai . Dan ini hukumnya dilarang karena
termasuk riba nasiah.

Kesimpulanya menabung emas di bank syariah ada sedikit akad


yang bermasalah karena terdapat riba nasiah yaitu pembelian emas
secara di kredit . Solusinya agar tidak terkena riba Layanan
pembelian emas hanya berlaku bagi nasabah yang bisa membeli
emas secara tunai dan tidak dicicil dan di tabung.

Kemudian saya akan menjelaskan di sisi Ulama yang mengatakan jual


beli emas secara tidak tunai itu hukumnya Boleh , asalkan
MUI melalui Dewan Syariah Nasional keluarkan fatwa No. 77 tahun 2010
tentang Jual Beli Emas secara Tidak Tunai. , menurut fatwa tersebut
Fatwa tersebut menyatakan “Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli
biasa atau jual beli murabanah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz) selama emas tidak
menjadi alat tukar yang resmi (uang).”
Maksudnya Alat tukar resmi dizaman kita sekarang yang sehari hari adalah Uang
kastral,bukan emas
Jual-beli emas secara kredit termasuk dalam perbuatan mubah atau dibolehkan. Akan
tetapi, ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi agar termasuk sebagai cara
investasi emas yang halal dan terhindar dari riba
Karena emas merupakan salah satu komoditas, maka dapat diperjualbelikan
dengan cara cicil dan margin, begitu pula dengan skema akad murabahah. Jadi,
dengan kata lain jual beli dengan cara kredit diperbolehkan sesuai keputusan
lembaga dari Fiqih Islam Organisasi dalam konferensi Islam Nomor 51 (2/6) 20
Maret 1990.

Apabila emas yang diperdagangkan nasabah dalam produk cicilan emas itu
dititipkan di bank syariah, pastikan emas tersebut berwujud dan bisa diambil
atau dicairkan sesuai kesepekatan bersama.
Dari konsultasi syariah di atas dapat disimpulkan bahwa produk cicilan
emas di bank syariah tidak termasuk riba, artinya diperkenankan sesuai
syarat dan ketentuan secara syaraih . Karena dalam hadis dan menurut
Imam Syafi’i dan Imam Malik, emas bukanlah sebuah alat pembayaran
atau alat tukar melainkan sebagai komoditas . Jadi, produk cicilan emas
syariah masih aman.

Tinggal bisa memilih , Mengikuti fatwa ulama yang mengatakn Mubah ,


atau Fatwa Ulama yang Mengatakan riba ..

Wallahu ‘alam

Semoga bisa diterima jawabanya ,dan tersampaikan dengan baik …


terima kasih sebelumnya mona atas pertanyaannya .

Anda mungkin juga menyukai