Anda di halaman 1dari 25

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

NAMA PERUSAHAAN : CV. SARANA SOLUSI PAPUA


NAMA PAKET PEKERJAAN : PEMBANGUNAN RUMAH DINAS
PAKET PEKERJAAN : 06/POKJA-MRK/2020
LOKASI : MANGGA DUA
TAHUN : 2020

A. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada pelaksanaan suatu proyek, perlu menentukan dan mengatur langkah-langkah


kerja setiap jenis pekerjaan dari awal hingga siapnya pekerjaan tersebut. Hal ini menyangkut
dengan penentuan rencana kerja yang disusun berdasarkan jenis dan volume pekerjaan.
Semuanya ini berguna untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan-peralatan yang nanti
akan dipergunakan. Pada pelaksanaan pekerjaan perlu diperhatikan juga alat-alat
penanggulangan awal pada kecelakaan kerja (kotak p3k), untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, dalam lokasi proyek akan diberi rambu-rambu safety seperti berikut:

Ruang lingkup dalam pekerjaan ini meliputi :

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
B. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
C. PEKERJAAN KONTRUKSI BETON / PAS.BATA/PLESTERAN
D. PEKERJAAN KONSTRUKSI KAYU
E. PEKERJAAN KERAMIK
F. PEKERJAAN PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH/KOTOR
G. PEKERJAAN PENUTUP ATAP
H. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
I. PEKERJAAN PENGECATAN

A. PEKERJAAN PERSIAPAN

Pekerjaan persiapan meliputi :

1. Pembersihan dan Perataan Lokasi

Membersihkan lahan tapak dari semak-semak serta tanaman-tanaman liar sehingga


bangunan dapat dipersiapkan untuk dibangun. Mempertahankan pohon- pohon besar yang
memiliki letak strategis (mempunyai jarak yang cukup dari rencana lokasi bangunan) untuk
memberikan keteduhan pada area tapak. Selanjutnya sampah sampah pembersihan dibuang
pada lokasi yang telah di setujui dan tidak mecemari lingkungan.
2. Pengukuran/Bouwplank

Pekerjaan pengukuran dan pemasangan Bouwplank ini merupakan indentifikasi lokasi


Pagar yang akan dibangun dengan melakukan pemasangan Bowplank dan pengukuran
As secara detail, akurat, siku, lurus dan waterpass. Pekerjaan ini dilakukan untuk
memperoleh informasi kondisi eksisting, dengan Referensi gambar rencana desain. Dimensi
elevasi yang tertera dalam gambar dituangkan dilapangan, dengan menggunakan alat ukur.
Selanjutnya semua data pengukuran dicatat dan hasil pengukuran ditandai dengan
membuat patok bouwplank. Semua tanda pengukuran harus dibuat jelas dan dijaga jangan
sampai berubah. Pengukuran dilakukan menggunakan alat Digital Theodolite. Pengukuran
mencakup leveling, elevasi, dan plumber. Selanjutnya hasil pengukuran dilakukan pekerjaan
Rekayasa Lapangan untuk memastikan kondisi eksisting dengan rencana pelaksanaan.
Rekayasa dibuat oleh Manager Proyek (Civil Engineer), Pelaksana Lapangan, dibantu
oleh Surveyor/Draftmen. Hasil Rekayasa Lapangan akan didiskusikan dengan pihak
Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Employer. Hasil rekayasa lapangan akan dituangkan
dalam suatu gambar pelaksanaan (as build drawing) secara detail yang menjadi acuan bagi
kontraktor dalam pelaksanaan konstruksi dilapangan.

Bowplank kayu dipasak pada setiap rencana sudut bangunan pada jarak sekitar 1
meter diluar area rencana bangunan. Bowplank terdiri dari dua bagian vertikal yang
dipasak serta bagian horizontal berupa papan kurang lebih 1.5 m yang dipaku pada bagian
atas kedua tiang vertikal dengan tinggi antara 50-80 cm. Posisi sudut bangunan bagian
luar ditandai dengan menggunakan benang/tali panjang, bagian ujungnya kemudian
ditandai dengan menggunakan pakuyang ditanam pada

bagian atas papan horizontal. Benang/tali kemudiandiikatkan pada paku tersebut dan
dihubungkan ke sudut bangunan lainnya. Sebelum melakukan proses tata letak selanjutnya,
adalah penting sekali garisluar (outline) bangunan diperiksa sudutnya untuk membentuk
sudut 900 yang akurat. Cara paling mudah untuk melakukan hal ini adalah memeriksa
diagonalnya. Bila sudut bangunan sudah 900 maka perhitungan phytagorasnya akan tepat
(32+42=52). Bila setelah diperiksa sudutnya tidak tepat makaposisi tanda pada sudut tersebut
harus diatur kembali sampai perhitungan diagonal yang benar dan garis luar bangunan
membentuk posisi sudut dengan tepat 90˚. Benang/tali yang terikat pada paku kemudian
dapat digunakan sebagai tanda bagian luar dan batas dinding bangunan serta pondasi.
Bowplank yanglain kemudian dapat diletakkan dengan perlakuan yang sama pada tiapsudut.
Bowplank diperlukan untuk pengerjaan tembok antara, kolom, dan pondasi. Bowplank
harus lurus dan sejajar dengan permukaan laut. Bila permukaantanahnya turun atau
naik maka ketinggian bowplank harus disesuaikan sehingga cara menaikkan atau
menurunkannya. Bowplank yang saling berseberangan harus sejajar pada seluruh tapak
bangunan. Yang perlu perhatikan pemasangan bouwplank:

 Semua bowplank harus lurus dan sejajar dengan bowplank yang berseberangan. ¸
Peletakkan sudut-sudut bangunan harus akurat .
 Tata letak bangunan pada tapak harus diperiksa secara cermat untuk membentuk
90˚ pada tiap sudutnya.

3. Administrasi dan Dokumentasi

Sebelum pekerjaan dimulai pengawas lapangan harus mengambil dokumentasi disaat


pekerjaan masih di tahap 0 %, 50 % dan 100 %, disertai dengan laporan-laporan antara lain,
laporan harian, laporan mingguan dan bulanan serta menyiapkan administrasi lainnya yang
di anggap perlu.

4. Pekerjaan Direksi Keet (Sewa Gudang)

Direksikeet dibangun untuk kantor sementara yang lokasinya tidak jauh dari lokasi
pekerjaan. Direksikeet dilengkapi dengan meja, kursi, perangkat computer, transportasi 1
unit.

Penyimpanan Material adalah sebagai berikut :

 Transportasi dan Distribusi Material

Material bangunan utama seperti semen, batu-bata, besi, kawat beton, paku, kayu dan
peralatan lainnya di datangkan dari Tapaktuan, menggunakan jalan darat. Sementara
material alam, seperti, pasir, kerikil, batu kali/belah, tanah timbun, kayu, dan material alam
lainnya juga diperoleh dari lokal setempat .

 Metode penyimpanan dan penggunaan material:

Semua material utama produksi pabrikan disimpan dalam gudang, dan setiap jenis material
diberi tanda (Mark). Prinsip penggunaan adalah material pertama masuk, material yang
terlebih dahulu keluar. Material lokal seperti; kayu, pasir, kerikil, batu, tanah; di stock pile
dan disimpan di lokasi batching plan dan ditutup dengan plastic terpal untuk perlindungan
dari iklim dan cuaca. Sistem administrasi penyimpanan dan pengeluaran material
diatur dan dikelola oleh personil Logistics. Sementara untuk kuantitas dan kualitas
material yang masuk dan yang digunakan, Site Manager akan memastikan material yang
digunakan proyek benar-benar baik mutunya. Material yang digunakan untuk keperluaan
lapangan berdasarkan sistem invois/permintaan oleh Mandor yang disetujui oleh Site
Manager, ditindaklanjuti oleh Logistics Gudang untuk dikeluarkan dari gudang.

Adapun proses supplier/pengadaan material konstruksi adalah sebagai berikut ini:

Material yang di stock di lokasi proyek (pasir, kerikil, tanah timbun, batu bata, kayu, dll),
yang akan distockpile harus terlindung dari cuaca( panas dan hujan), dengan cara ditutup
dengan platik/terpal. Sekeliling material dibuat blok platik/kayu, agar material tidak
berserakan.
5. Papan Nama Proyek

Papan nama proyek dibuat pada bidang datar yang berukuran standard dan tulisannya mudah
dibaca, papan nama tersebut di pajang pada lokasi pembangunan dan 100 m pada jalan
masuk menuju lokasi proyek pembangunan harus diberi tanda arah menuju lokasi.

B. PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah Pondasi

Untuk mendapatkan lubang yang horizontal yang rata akan di gunakan digital
waterpas (theodolite waterpass). Jika kemiringan lahan besar, maka bangunan harus
dibagi menjadi 2 bagian dengan ketinggian lantai yang berbeda, untuk menjaga
agarpondasi letaknya tidak terlalu tinggi. Tinggi permukaan pondasi yang muncul diatas
tanah, sedangkan kedalaman pondasi digali sesuai dengan petunjuk gambar. Gali pondasi
sampai permukaan tanah keras. Pondasi harus selalu dibuat diatas permukaan tanah keras.
Pembuatan pondasi pada tanah yang lunak sering menyebabkan pondasi tidak berfungsi
baik dan mengakibatkan runtuhnya dinding atau kolom. Dasar dari galian harus dijaga
kebersihannya, bebas dari reruntuhan sisa-sisa bahan bangunan. Jika terjadi hujan sebelum
pondasi jadi, keringkan dasar pondasi dari sisa-sisa air hujan, dan kotoran-kotoran
lainnya.Tumpuk sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi didalam garis tapak, yang akan
digunakan kemudian untuk menimbun kembali di sekeliling lubang pondasi dan
dibawah lantai.

2. Urugan Kembali Bekas Galian

Tanah yang digunakan adalah tanah bekas galian, timbunan tanah tersebut harus
dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan menggunakan stamper kapasitas 0.5-1 ton.
Elevasi atau ketinggian timbunan harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja
dan hasil pengukuran menggunakan alat ukur. Posisi elevasi timbunan dan bahan yang
digunakan harus berdasarkan spesifikasi dan atas persetujuan Direksi, setelah dilakukan
inspeksi lapangan.

3. Urugan Pasir Alas Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus
dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper. Urugan pasir juga
digunakan untuk lantai kerja pasangan batu kosong. Tebal urugan pasir dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk di lapangan (gambar bestek)
C. PEKERJAAN KONTRUKSI BETON / PAS.BATA/PLESTERAN

1. PASANGAN PONDASI SELASAR

 Galian Tanah Pondasi

Untuk mendapatkan lubang yang horizontal yang rata akan di gunakan digital
waterpas (theodolite waterpass). Jika kemiringan lahan besar, maka bangunan harus
dibagi menjadi 2 bagian dengan ketinggian lantai yang berbeda, untuk menjaga
agarpondasi letaknya tidak terlalu tinggi. Tinggi permukaan pondasi yang muncul diatas
tanah, sedangkan kedalaman pondasi digali sesuai dengan petunjuk gambar. Gali pondasi
sampai permukaan tanah keras. Pondasi harus selalu dibuat diatas permukaan tanah keras.
Pembuatan pondasi pada tanah yang lunak sering menyebabkan pondasi tidak berfungsi
baik dan mengakibatkan runtuhnya dinding atau kolom. Dasar dari galian harus dijaga
kebersihannya, bebas dari reruntuhan sisa-sisa bahan bangunan. Jika terjadi hujan
sebelum pondasi jadi, keringkan dasar pondasi dari sisa-sisa air hujan, dan kotoran-
kotoran lainnya.Tumpuk sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi didalam garis tapak, yang
akan digunakan kemudian untuk menimbun kembali di sekeliling lubang pondasi dan
dibawah lantai.

 Urugan Kembali Bekas Galian

Tanah yang digunakan adalah tanah bekas galian, timbunan tanah tersebut harus
dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan menggunakan stamper kapasitas 0.5-1 ton. Elevasi
atau ketinggian timbunan harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja dan hasil
pengukuran menggunakan alat ukur. Posisi elevasi timbunan dan bahan yang digunakan
harus berdasarkan spesifikasi dan atas persetujuan Direksi, setelah dilakukan inspeksi
lapangan.

 Urugan Pasir Alas Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus
dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper. Urugan pasir juga
digunakan untuk lantai kerja pasangan batu kosong. Tebal urugan pasir dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk di lapangan (gambar bestek)

 Beton Cor Lantai Kerja Pondasi

Untuk menjaga keseimbangan dan dudukan Pasangan Bata Trasram 1 : 2 yang rata
maka setelah lapisan pasir urug di diberi, maka adukan beton cor lantai kerja di tuangkan
kedalam lobang pondasi. Campuran adukan lantai kereja adalah 1Pc : 3Ps : 5 Kr.

 Pasangan Bata Trasram 1 : 2

Sebelum menyusun bata trasram, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan lantai
kerja sehingga permukaannya bersih dan rata. Dalam pemasangan bata disini
menggunakan adukan semen (perbandingan 1 semen : 2 pasir) untuk melekatkan susunan
bata. Bata direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk
mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata
mulai dari tengah dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara
kolom dengan susunan bata tidak tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan
benang yang ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan
bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm.
Menggunakan susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10
mm. Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran.

 Plesteran Bata 1 : 2

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan pada
saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal
yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah
semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian bangunan
tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan-pergerakan). Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi
pergerakan pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu
dinding yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang
cukup besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus
dibasahi terlebih dahulu

sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata menyerap terlalu
banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran
akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan retakan-
retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakana
dalah pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah
dangunakan volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai
dalam satu jam. Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari
kayu (dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata
dari besi (dengan hasil permukaan dinding yang halus). Pekerja yang sudah ahli yang
dapat menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus,
karena pada permukaan tersebut bila terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak.
Oleh sebab itu penggunaan bilah perata kayu lebih dianjurkan walaupun akan
memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan berikanlah lapisan plesteran
yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. Salah satu cara untuk
mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis –garis plesteran/patok
pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m
sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu
area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran
seluruh dinding. Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk
meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan padakedua sisinya yang
dijepit dengan menggunakan besi sisa tulangan ukuran 6 mm. Memulai pengerjaan
plesteran dari atas dinding dan terus ke bawah. Untuk menampung runtuhan sisa
campuran plaster, pekerja menaruh papan kayu dibawah dinding yang sedang
diplester untuk menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat
digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut
pengerjaan plesteran tidak dihentikan, diteruskan hingga 15cm ke dinding sebelahnya.
Bila kondisi memungkinkan, pengerjaan plesteran akan dilakukan secara keseluruhan
(sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya
kolom maupun balok sehingga akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-
daerah tersebut karena area yang diplester menjadi kecil.

2. PASANGAN PONDASI TERAS

 Galian Tanah Pondasi

Untuk mendapatkan lubang yang horizontal yang rata akan di gunakan digital
waterpas (theodolite waterpass). Jika kemiringan lahan besar, maka bangunan harus
dibagi menjadi 2 bagian dengan ketinggian lantai yang berbeda, untuk menjaga
agarpondasi letaknya tidak terlalu tinggi. Tinggi permukaan pondasi yang muncul diatas
tanah, sedangkan kedalaman pondasi digali sesuai dengan petunjuk gambar. Gali pondasi
sampai permukaan tanah keras. Pondasi harus selalu dibuat diatas permukaan tanah keras.
Pembuatan pondasi pada tanah yang lunak sering menyebabkan pondasi tidak berfungsi
baik dan mengakibatkan runtuhnya dinding atau kolom. Dasar dari galian harus dijaga
kebersihannya, bebas dari reruntuhan sisa-sisa bahan bangunan. Jika terjadi hujan
sebelum pondasi jadi, keringkan dasar pondasi dari sisa-sisa air hujan, dan kotoran-
kotoran lainnya.Tumpuk sisa-sisa tanah dari penggalian pondasi didalam garis tapak, yang
akan digunakan kemudian untuk menimbun kembali di sekeliling lubang pondasi dan
dibawah lantai.

 Urugan Kembali Bekas Galian

Tanah yang digunakan adalah tanah bekas galian, timbunan tanah tersebut harus
dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan menggunakan stamper kapasitas 0.5-1 ton. Elevasi
atau ketinggian timbunan harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja dan hasil
pengukuran menggunakan alat ukur. Posisi elevasi timbunan dan bahan yang digunakan
harus berdasarkan spesifikasi dan atas persetujuan Direksi, setelah dilakukan inspeksi
lapangan.

 Urugan Pasir Alas Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus
dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper. Urugan pasir juga
digunakan untuk lantai kerja pasangan batu kosong. Tebal urugan pasir dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk di lapangan (gambar bestek)

 Beton Cor Lantai Kerja Pondasi

Untuk menjaga keseimbangan dan dudukan Pasangan Bata Trasram 1 : 2 yang rata
maka setelah lapisan pasir urug di diberi, maka adukan beton cor lantai kerja di tuangkan
kedalam lobang pondasi. Campuran adukan lantai kereja adalah 1Pc : 3Ps : 5 Kr.
 Pasangan Bata Trasram 1 : 2

Sebelum menyusun bata trasram, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan lantai
kerja sehingga permukaannya bersih dan rata. Dalam

pemasangan bata disini menggunakan adukan semen (perbandingan 1 semen : 2 pasir) untuk
melekatkan susunan bata. Bata direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air.
Hal ini untuk mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya.
Susunlah bata mulai dari tengah dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan
kecil antara kolom dengan susunan bata tidak tampak. Susunlah bata dengan menggunakan
bantuan benang yang ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat
susunan bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10
mm. Menggunakan susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu
maksimal 10 mm. Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan
plesteran.

 Plesteran Bata 1 : 2

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami pergerakan pada
saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal
yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah
semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian bangunan
tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan-pergerakan). Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi
pergerakan pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu
dinding yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang
cukup besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus
dibasahi terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata
menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka
plesteran akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan
retakan-retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakana
dalah pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dangunakan
volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam. Hasil
akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu (dengan hasil yang
permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi (dengan hasil
permukaan dinding yang halus). Pekerja yang sudah ahli yang dapat menggunakan bilah
perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut
bila terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata
kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan
berikanlah

lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. Salah satu
cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis –garis
plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 -
1.5m sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu
area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh
dinding. Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk meratakan plesteran
pada sisi ujungnya letakkan papan padakedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan
besi sisa tulangan ukuran 6 mm. Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan
terus ke bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster, pekerja menaruh
papan kayu dibawah dinding yang sedang diplester untuk menampung adukan-adukan
plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum
mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran tidak dihentikan, diteruskan hingga
15cm ke dinding sebelahnya. Bila kondisi memungkinkan, pengerjaan plesteran akan
dilakukan secara keseluruhan (sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan
terbagi dengan adanya kolom maupun balok sehingga akan memudahkan pengerjaan
plesteran pada daerah-daerah tersebut karena area yang diplester menjadi kecil.

1. Pasangan Bata Trasram 1 : 2

Sebelum menyusun bata trasram, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan lantai
kerja sehingga permukaannya bersih dan rata. Dalam pemasangan bata disini menggunakan
adukan semen (perbandingan 1 semen : 2 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata
direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk mencegah bata
menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata mulai dari tengah
dinding diantara kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan
susunan bata tidak tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan benang yang
ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan bata yang sejajar.
Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm. Menggunakan
susunan setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10 mm.
Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran.

2. Plesteran Bata 1 : 2

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami


pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini
merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding
setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian
bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan- pergerakan). Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi pergerakan
pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu dinding
yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup
besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi
terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata menyerap
terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka plesteran akan
cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan retakan-
retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakana dalah
pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dangunakan
volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam. Hasil
akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu (dengan hasil yang
permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi (dengan hasil
permukaan dinding yang halus). Pekerja yang sudah ahli yang dapat menggunakan bilah
perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut bila
terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata kayu
lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan
berikanlah lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat.
Salah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis –garis
plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m
sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu area
dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh dinding.
Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk meratakan plesteran pada
sisi ujungnya letakkan papan padakedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa
tulangan ukuran 6 mm. Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke
bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster, pekerja menaruh papan kayu
dibawah dinding yang sedang diplester untuk menampung adukan-adukan plesteran yang
jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada
bagian sudut pengerjaan plesteran tidak dihentikan, diteruskan hingga 15cm ke dinding
sebelahnya. Bila kondisi memungkinkan, pengerjaan plesteran akan dilakukan secara
keseluruhan (sekaligus). Pada area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya
kolom maupun balok sehingga akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-daerah
tersebut karena area yang diplester menjadi kecil.

3. Pasangan Bata 1 : 4

Sebelum menyusun bata, dibersihkan dan diratakan dahulu permukaan sloof sehingga
permukaannya bersih dan rata. Dalam pemasangan bata disini menggunakan adukan semen
(perbandingan 1 semen : 4 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata direndam dahulu
sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk mencegah bata menyerap air terlalu
banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah bata mulai dari tengah dinding diantara
kolom, sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan bata tidak
tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan benang yang ditarik antar kolom
(dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan bata yang sejajar. Ketebalan adukan
semen pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm. Menggunakan susunan setengah bata
dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10 mm. Permukaan susunan bata harus
diratakan untuk memudahkan pengerjaan plesteran.

4. Plesteran 1 : 4

Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan mengalami


pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai mengering dan pondasi mulai stabil. Ini
merupakan hal yang normal. Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding
setelah semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi bagian-bagian
bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi lagi pergerakan- pergerakan).Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi pergerakan
pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu dinding
yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat lubang-lubang yang cukup
besar pada susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi
terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata
menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika tidak dilakukan maka
plesteran akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan dapat menimbulkan
retakan-retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakan
adalah pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dan
gunakan volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu jam.
Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah perata dari kayu

(dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata dari besi

(dengan hasil permukaan dinding yang halus). pekerja yang sudah ahli yang dapat
menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang halus, karena pada
permukaan tersebut bila terdapat perbedaan sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu
penggunaan bilah perata kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih
banyak dalam pengerjaan. Berikan lapisan plesteran yang merata pada semua bagian dengan
ketebalan yang tepat. Salah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan
membuat garis –garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah
dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang
dipindahkan dari satu area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi area
plesteran seluruh dinding. Bila terdapat dinding yang tidak berakhir pada kolom, untuk
meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan pada kedua sisinya yang dijepit
dengan menggunakan besi sisa tulangan ukuran 6mm. Memulai pengerjaan plesteran dari
atas dinding dan terus ke bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster,
pekerja menaruh papan kayu dibawah dinding yang sedang diplester untuk
menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali
asalkan masih baru (belum mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran tidak
dihentikan, diteruskan hingga 15 cm ke dinding sebelahnya. Bila kondisi
memungkinkan, pengerjaan plesteran akan dilakukan secara keseluruhan sekaligus). Pada
area dinding yang luas, dinding akan terbagi dengan adanya kolom maupun balok sehingga
akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-daerah tersebut karena area yang
diplester menjadi kecil.

 Pekerjaan Beton Bertulang meliputi :

1. Cor Sloof 20 x 35 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)


2. Cor Kolom 30 x 30 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)
3. Cor Kolom 15 x 15 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)
4. Cor ring Balok 20 x 35 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)
5. Cor ring Balok 15 x 25 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)
6. Cor lantai Ruangan (Ps.lokal mekanis )
7. Cor Plat Lantai Teb. 12 cm B. Bertulang (Ps.lokal )
8. Cor Plat Tangga B. Bertulang (Ps. Import)
Untuk semua pengecoran item struktur (Pondasi Tapak, Sloof, Kolom, Balok Latai,
Ring Balok, dan Balok Top Gevel) digunakan bekisting kayu yang dilapisi bagian dalam
dengan multipleks, dengan perkuatan stutwerk dan perancah menggunakan balok.

Pelaksanaan pengecoran beton bertulang, dimulai dengan memasang besi yang telah
dirakit pada posisi konstruksi. Selanjutnya dipasang beton tahu pada sekeliling pembesian.
Berikutnya pemasangan bekisting yang telah dilapisi oleh oli/pelumas pada bagian
permukaan serta pemasangan stutwerk/pengaku. Pastikan bahwa posisi pemasangan
pembesian dan bekisting/stutwerk benar-benar tegak lurus dan leveling, lapisan permukaan
area yang akan dicor benar-benar bersih (tidak terdapat potongan kayu, potongan kawat
beton, dan kotoran lainnya). Selanjutnya Supervisor Konstruksi mengajukan permohonan
(Requst for Checking dan Request for Works) untuk dilakukan inspeksi oleh Direksi
Lapangan untuk pekerjaan pemasangan besi dan bekisting, berikut izin untuk melakukan
pengecoran beton.

 Beton yang digunakan memenuhi spesifikasi teknis dan juga telah


mendapat persetujuan Direksi Lapangan. Mutu dan karakteristik beton yang
digunakan harus sesuai dengan item struktur yang tertera dalam kontrak, kecuali
jika ada perubahan di lapangan atas persetujuan Direksi Lapangan.

 Setelah Kontraktor mendapat izin untuk pengecoran, maka dipersiapkan tenaga


kerja dan alat/peralatan pengecoran (seperti pompa air, talang beton/corong,
penggetar beton, Concrete pump, Molen).

Struktur beton bertulang untuk pekerjaan konstruksi ini terdiri dari:

1. Cor Sloof 20 x 35 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)


2. Cor Kolom 30 x 30 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)

3. Cor Kolom 15 x 15 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)

4. Cor ring Balok 20 x 35 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)

5. Cor ring Balok 15 x 25 cm B. Bertulang 1Pc:2Ps:3Kr (Ps. Import)

6. Cor lantai Ruangan (Ps.lokal mekanis )

7. Cor Plat Lantai Teb. 12 cm B. Bertulang (Ps.lokal )

8. Cor Plat Tangga B. Bertulang (Ps. Import)

Lingkup pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan item pekerjaan garis mutu, dan
dimensi sesuai petunjuk dalam gambar kerja. Semua penggunaan bahan/material dan
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis (PBBI: NI-2, 1971; SII; SNI; ACI;
AASHTO; dan ASTM). Mutu beton yang direkomendasikan yang tertuang dalam
spesifikasi teknis.

Sebelum dilakukan pekerjaan beton bertulang, terlebih dahulu Kontraktor akan


mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
Beberapa bagian yang harus dipersiapkan oleh Kontraktor adalah sbb:

 Daftar dan diagram penulangan, yang menunjukkan pembengkokan, kait,


sambungan, dan over laping. Bentuk, dimensi dan kekuatan cetakan/bekisting dan
stutwerk.
 Metode pengecoran, yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan, penggunaan
peralatan dan alat kerja. Pemeliharaan beton

Semua material (semen, air, agregat halus/pasir, agregat kasar/kerikil, besi, dan bahan
tambahan lainnya) yang digunakan harus berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar
kerja.

Prosedure Kerja:

Semua besi dipotong, dibengkokkan, dan dirakit sesuai dengan gambar kerja.
Pekerjaan ini dilakukan secara rutin di workshop hingga kebutuhan volume telah
mencukupi. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 Group Pembesian yang sesuai dengan jumlah
pekerjaan yang akan dikerjakan yang terdiri dari 4 orang pekerja, 2 orang tukang besi, dan
1 orang kepala tukang besi. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas dan Mandor,
serta design ukuran/dimensi potongan disiapkan oleh Site Manager. Diwaktu yang
bersamaan Group Bekisting/Perancah mempersiapkan bekisting/formwork untuk
penutup/cover pengecoran beton. Group ini terdiri dari 4 orang pekerja, 2 orang tukang
dan 1 orang kepala tukang. Site Manager Kontraktor akan mempersiapkan dimensi
bekisting berdasarkan gambar kerja dan atas persetujuan Direksi Lapangan.
1. Timbunan Tanah Bawah Lantai

Tanah yang digunakan adalah tanah timbun biasa yang didatangkan ke lokasi
pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck, timbunan tanah tersebut juga harus
dipadatkan agar tidak terjadi longsor dikemudian hari, pemadatan dapat dilakukan
menggunakan stamper dan penyiraman dengan air. Elevasi atau ketinggian
timbunan juga harus menjadi perhatian dan didasari pada gambar kerja dan hasil
pengukuran menggunakan alat ukur.

2. Urugan Pasir Bawah Lantai dan Pondasi

Pasir yang digunakan adalah pasir urug biasa, timbunan pasir tersebut juga harus
dipadatkan, pemadatan dapat dilakukan juga menggunakan stamper serta disarami air.
Pasir yang digunakan harus bersih dari kotoran sampah dll.

3. Beton Tumbuk Dibawah Lantai Dalam dan Luar t = 7 cm

Adukan rabat beton(1 semen: 3 pasir: 5 kerikil) adalah untuk lantai dalam dan
selasar bangunan. Setelah Adukan rabat beton selesai dicampur dituangkan pada lantai kerja
kemudian ratakan permukaannya dengan bilah perata untuk mendapatkan hasil permukaan
lantai yang datar dan halus. Memisahkan rabat beton tersebut perbagian; ruangan dan
selasar sehingga memiliki slab lantai yang terpisah. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya retakan pada lantai. Sebagai sambungan kedua slab lantai tersebut gunakan
sambungan „V‟ diantara slab beton.

Pada lantai rabat beton, untuk mencapai kekuatan maksimal sebaiknya beton
dibiarkan hingga mencapai kekuatan maksimal setidaknya selama 2minggu (proses curing).
Tutupi dengan kantong semen atau lembaran plastik dan jagalah kelembapannya dengan
cara diperciki air setidaknya satu kali setiap hari selama 2 minggu. Jika beton terlalu cepat
kering akan mengurangi kekuatannya dan memperbesar kemungkinan terjadinya retakan.

4. Acian Lantai

Acian lantai dikerjakan di atas permukaan lantai yang kasar, sebelum pengacian
dilakukan terlebih dahulu permukaan yang hendak diaci dibersihkan dari kotoran dll, hal ini
dilakukan agar permukaan yang akan diaci rapi dan halus.

D. KONSTRUKSI KAYU

1. Konstruksi Rangka Atap kayu


Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah baja ringan dengan ukuran 5./10.
sebelum ranga kayu dipotong terlebih dahulu diukur dan dipotong. Gunakan ukuran rangka
baja yang pertama sebagai contoh untuk memotong yang berikutnya sehingga potongan
untuk rangka atap tersebut memiliki ukuran yang sama. Ukur dan potong rangka untuk
batang miring yang akan dipasang pada kerangka atap. Pasang bagian kerangka kuda-kuda
atap tersebut di bawah sebelum ditaruh pada bagian atas kolom untuk memastikan bagian
kerangka kuda-kuda tersebut telah mempunyai ukuran yang tepat dan dapat dipasang dengan
baik, setelah itu bongkar kembali dan simpan. Simpan bagian-bagian kerangka atap
tersebut dan disimpan

bangunan dan bentangkan benang (tali kecil) antara batang miring sebelah kanan dengan
batang miring sebelah kiri, benang ini akan menjadi acuan bagi pemasangan batang miring
lainnya yang berada di bagian tengah atap. Pada beberapa kasus pada bagian batang
miring di kiri-kanan bangunan inidapat dibuat dari beton bertulang dengan lebih dulu
memasang susunan bata pada bagian dinding kiri - kanan bangunan tersebut. Kemudian
pasang rangka baja ringan balok atap di bagian tengah bangunan yang bertumpu pada
kolom, pastikan balok tersebut telah horizontal (dengan bantuan waterpass). Setelah balok
ditaruh pada kolom, pasang bagian-bagian kuda- kuda atap berikutnya, pastikan letak
bagian-bagian tersebut telah dapat dipasang dengan baik (batang vertikal, dsb). Sesuaikan
letak dan ketinggian (dinaikkan, diturunkan, dsb) dari rangka atap bagian tengah (batang
miring, dsb) dengan meng gunakan benang yang telah dibentangkan sebelumnya sebagai
acuan. Sambung bagian-bagian rangka kayu rangka atap tersebut Ikat bagian kuda-kuda
atap tersebut pada kolom dengan cara membengkokkan besi tulangan yang muncul dari
ujung kolom beton (stek/starter bars)tersebut sehingga membentuk ikatan yang mengikat
balok kayu tersebut pada kolom. Jika telah terpasang baut angkur maka bagian balok dan
kaki kuda-kuda kayu dibor terlebih dahulu untuk sehingga angkur dapat menembus bagian
kayu rangka kuda-kuda tersebut kemudian dipasang mur. Pada saat rangka kuda-kuda atap
telah terpasang dengan baik, maka gording rangka baja ringan yang akan menjadi tempat
pemasangan lembaran atap dapat dipasang. Jarak maksimum antar balok gording adalah 80
cm. Gording tersebut harus keluar melewati batang miring paling luar sejauh minimal 80cm,
jarak yang sesungguhnya tergantung pada panjang bangunan dan jumlah lembaran penutup
atap yang akan digunakan

2. Listplank Papan Reuter 2,5 x 30 cm

Papan listplank menggunakan Papan Kayu Kelas II dengan ukuran 2,5 x 30


cm, permukaan kayu terlebih dahulu dibersihkan atau dirapikan dengan menggunakan
mesin ketam. Setelah permukaan kayu listplank sudah bersih dan rapi maka dilakukan
pengreuteran. Bentuk reuter yang dibuat pada papan listplank diikuti petunjuk gambar
dan konsultan pengawasan yang ditunjuk.

PEKERJAAN PLAFOND

Pekerjaa Palfond meliputi :


1. Tripleks = 4 mm (dalam)

2. Rangka Plafond (dalam)

3. Tripleks = 4 mm (luar)

4. Rangka Plafond (luar)

5. List Profil Kayu 5/5 cm

Pada pekerjaan pemasangan plafond menggunakan langit-langit (plafond) yang


rata horizontal, maka pasang balok penggantung tepat dibawah kuda-kuda atap. Kemudian
memasang kayu rangka penempel langit-langit (plafond) utama membentang dari ujung
atas dinding ke ujung atas dinding diseberangnya. Setelah kayu utama tersebut dipasang,
maka dipasangkan juga kayu rangka penempel plafond dibawah kayu utama tadi
dengan jarak antar kayu tersebut 60 cm. Kayu tadi juga dipasang pada sekeliling dinding
ruangan bagian atas. Setelah rangka penempel panel langit-langit (plafond) dipasang
maka lembaran panel langit-langit (plafond) dapat dipasang. Bahan yang umum digunakan
adalah lembaran plywood (ketebalan 6 mm). Kemudian setelah lembar plafond siap
terpasang, pada bagian pinggirnya diberikan list plafond.

PEKERJAAN KAYU KUSEN PINTU DAN JENDELA

Pekerjaan Kusen yang dilakukan adalah :

1. Pintu Type PJ. 1 (2 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 30/30 cm

- Daun Pintu Panel Ukuran 60 x 210 cm

- Papan Jalusi

2. Pintu Type P.1 (2 unit)

- Daun Pintu Panel Ukuran 60 x 210 cm

- Jendela Kaca Mati 5 mm Ukuran 39 x 50 cm

- Papan Jalusi

3. Pintu Type P.2 (5 unit)

- Daun Pintu Panel Ukuran 80 x 210 cm

- Papan Jalusi

4. Jendela Type J.1 (9 unit)


- Daun Jendela Kaca 5 mm Ukuran 60 x 80 cm

- Papan Jalusi

5. Jendela Type J.2 (3 unit)

- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi 6/13 cm

- Daun Jendela Kaca 5 mm Ukuran 60 x 80 cm

- Jendela Kaca Mati 5 mm Ukuran 33 x 60 cm

- Papan Jalusi

6. Ventilasi Type V.1 (3 unit)

- Papan Jalusi

7. Ventilasi Tembok Layar (2 unit)

- Papan Jalusi

Pemasangan rangka (kusen) pintu dan jendela dapat dilakukan pada saat
penyusunan dinding bata. Pemasangan rangka (kusen) pintu/jendela tersebut bersamaan
dengan penyusunan dinding bata maka harus dilakukan pemasangan besi angkur 100 mm

yang dimasukkan ke dalam rangka kayu dari sisi luar rangka (jangan sampai menembus
kayu agar tidak terlihat dari luar) yang diletakkan diantara susunan batayang berfungsi
memperkuat pemasangan rangka pintu/jendela tersebut pada dinding. Hal ini harus dipastikan
bahwa rangka tersebut telah lurus dan sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika rangka
(kusen) pintu dipasang setelah dinding selesai, dapat menggunakan potongan kayu yang
telah dipasang pada kolom/ring balok. Maka rangka (kusen) pintu/jendela tersebut disekrup
pada potongan kayu ini setelah itu bagian depan sekrup tersebut diberi dempul sehingga
tidak tampak dari luar, pastikan dahulu bahwa rangka tersebut telah lurus dan sejajar
(dengan bantuan waterpass). Jika potongan kayu tersebut belum dipasang pada
kolom/ring balk, maka kolom/ring balk tersebut dapat dibor dan dipasang rumah sekrup dari
plastik atau dapat pula rangka (kusen) jendela/pintu tersebut dipasang dengan menggunakan
paku beton yang langsung menembus rangka (kusen) kayu dan dinding bata setelah itu diberi
dempul pada bagian permukaannya untuk menutupi paku beton tersebut. Baik pintu maupun
jendela dirancang memiliki bukaan ventilasi berupa jalusi yang terbuat dari kayu pada
bagian atasnya. Jendela ruang kelas yang menghadap bagian muka bangunan (pada area
teras) memiliki ukuran yang berbeda dari jendela pada bagian belakang bangunan. Jendela
pada bagia nmuka bangunan memiliki ketinggian dinding dibawah jendela yang lebih Baik
rangka (kusen) pintu maupun jendela harus dibuat di lokasi pembangunan (bengkel Kerja)
mengikuti gambar kerja yang telah dibuat. Sesuaikan ukuran rangka tersebut dengan keadaan
di lapangan. Buatlah rangka (kusen) pintu/jendela ini pada daerah yang terlindung
(memiliki atap). Kerangka (kusen) pintu/jendela ini pada Saat pemasangan harus
menggunakan penguat (penahan) sementara pada bagian bawahnya untuk memastikan
bahwa letaknya sudah benar dan tidak bergeser lagi pada saat dipasang. Untuk
menghindari kerusakan pada pintu, hindari memasang daun pintu sebelum bangunan selesai,
hanya rangka (kusen) pintu/jendela saja yang dipasang. Pintu dirancang dengan daun
pintu kayu yang mengayun ke arah luar ruangan (bukan pintu geser karena cepat rusak)
dan jenis jendela ayun keluar dengan panel kaca dan rangka kayu. Semua pintu dan
jendela dibuat dari bahan yang berkualitas baik, haluskan dahulu permukaan kayu untuk
rangka pintu/jendela dan daun pintu dengan amplas sebelum dipasang. Kaca yang
digunakan untuk jendela adalah kaca dengan ketebalan 5 mm. Pada saat memesan kaca
tersebut diukur dahulu ukuran kusen (rangka) jendela dan ditambahkan 5 mm pada
sekeliling ukuran dimensinya agar panel kaca tersebut dapat dipasang dengan mudah dan
kokoh pada rangka (kusen).

PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

Pekerjaan ini terdiri dari :

Pas. Kunci tanam 2


slagh
Pas. Engsel pintu 4"
Pas. Engsel jendela 3"
Pas. Grendel jendela
Pas. Kait angin jendela

Setelah daun pintu dan jendela siap maka dilaksanakan pemasangan asesories
anatara lain: Sloot Pintu Double, Penganggan Pintu Double, Kunci Tanam 2 Slaag,
Engsel Pintu, Engsel Jendela, Grendel Jendela, Hak Angin Jendela dan Tarikan Jendela.
Pada tahap pekerjaan ini dilakukan paling terakhir agar tidak menggangu proses pekerjaan
lain, dan pekerjaan ini dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya, pemasangan ini
juga memerlukan baut dan paku sekrup.

E. PEKERJAAN GRANIT/KERAMIK

Pemasangan Lantai Granit 60 x 60 cm bagian dalam, Lantai Granit 40 x 40 cm


bagian teras dan tangga, Lantai keramik 40 x 40 cm bagian selasar dan tangga
(unpolished), keramik 20 x 20 cm bagian lantai kamar mandi dan keramik dan bon-bon
keramik. Ada berberapa hal yang harus dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan pasangan
keramik antara lain : ÿ Bahan-bahan yang dipergunkan sebelum dipasang terlebih dahulu
diserahkan contoh-contoh kepada direksi ÿ Sebelum pekerjaan dimulai, Kami membuat
shop drawing dari pola keramik yang disetujui oleh Direksi ÿ Keramik yang dipasng
dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan tidak bernoda. ÿ Adukan pengiat
dengan campuran 1 PC : 3 Ps dan ditambah bahan perekat seperti yang disyaratkan, bidang
pemasangan harus merupakan bidang yang benar-benar rata. ÿ Jarak antara unit-unit
pemasangan keramik yang terpasang (lembar siar-siar), harus sama lebar maksimum 3mm
dan kedalaman maksimum 2 mm, atau ÿ sesuai detail gambar susui direksi, yang
membentuk garis-garis sejajar yang lurus yang sama lebar dan dalamnya, untuk siar-siar
yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan saling berpotongan tegak lurus
sesamanya. ÿ Siar-siar diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan/persyaratan, warna
bahan pengisi sesuai dengan warna keramik yang dipasangnya ÿ Pemotongan unit-unit
keramik harus menggunakan alt pemotong keramik khusus sesuai dengan persyaratan dari
pabrik yang bersangkutan. ÿ Keramik yang sudah dipasang harus di bersiihkan dari segala
macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih ÿ Sebelum keramik
dipasang , terlebih dahulu unit-unit keramik direndam dalam air sampai jenuh.

Tempat diatas detalasi sub lantai, pasangan ubin harus diberi nad selebar 1 cm,
kemudian kedalaman mad selebar 1 cm tersebut dimasukkan grouting dari silikon rubber
sealant.

F. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH/KOTOR

1. Pekerjaan ini meliputi :

 Pas. Closet jongkok porselin


 
 Pek. Septictank + resapan (1 x
2 m)
 
 Bak air volume 1 m3 - (Pasir
Import)
 
 Floor drain
 
 Kran air 3/4"
 
 Pas. Pipa PVC 3/4" (AW)
 
Pas. Pipa PVC 1/2" (D)
 
 Pas. Pipa PVC 3" (D)
 
 Box peresapan air
 
 Sanyo Air
 
 Profile Tank 1100 L
Instalasi pipa air bersih harus ditanam didalam dindingdimana pipa tersebut ter lindungi,
adapun proses instalasi sanitair adalah seperti berikut ini : Pada tahap pekerjaan Septic tank
dan rembesannya harus memiliki jarak minimal 3 meter dari bangunan sehingga jika terjadi
kebocoran septic tank, keadaan tanah pada bagian pondasi bangunan tidak mengalami
kelembapan yang dapat menyebabkan penurunan pondasi. Akan sangat berguna bila
septictank memiliki akses bukaan pada tanah diatas pipa saluran air kotor dari toilet
sebelum masuk ke septic tank, untuk memudahkan pekerjaan perbaikan bila ter jadi
penyumbatan. Akses bukaan ini juga harus ada setiap jarak 6m (jika septictank jauh
letaknya) atau pada pipa yang membelok (jika ada). Semua bukaan ini harus memiliki tutup
yang dapat dibuka terbuat dari semen

 Instalasi Pipa Air Bersih PVC ½” dan PVC 1” Persyaratan bahan : a. Pipa air
bersih adalah PVC dengan testing Pressure 15 kg/cm2, produk danmerk akan di
tentukan kemudian, dimensi pipa sesuai dengan gambar kerja. b. Fitting harus dari
pabrik yang sama (direkomendasikan untuk itu)

c. Perlengkapan lainnya (stop kran, valve, clean out dan sebagainya) disesuaikan dengan
kebutuhan, produk/merk akan ditentukan kemudian.

Pelaksanaan :

a. Pemasangan instalasi-instalasi air bersih akan dilakukan oleh tenaga yang ahli
dibidangnya

b. Kami akan menyiapkan shop drawing sebelum pekerjaan dimulai dan membuat asbuilt
sesuai dengan apa yang dipasang

c. Pengyambungan pipa dengan menggunkan lem sehingga kuat dan tahan terhadap
tekanan air

d. Pemasangan dan penyambungan pompa dan segala perlengkapannya sesuai dengan


rekomendasi dari pabrik pembuatnya.

e. Pipa-pipa air yang sudah terpasang baru akan ditimbun/ditutup, setelah disetujui oleh site
engineer dan pemasangn pupa didalam ruangan bersifat inbaw.

f. Semua instalasi air bersih akan kami test dengan perconbaan tekanan 6 Atm selama
minimal 24 jam terus menerus atas persetujuan lain dari site aengineer.

g. Kran Air Stainless Stell

Ruang Lingkup Meliputi seluruh pekerjaan, perlengkapan, bahan-bahan dan


peralatan bantu yang dibutuhkan untuk keperluan sanitasi atau plambing. b. Pekerjaan
instalasi air bersih, lengkap peralatan bantu sesuai gambar rencana dan kebutuhan.

Syarat-syarat

a. Bahan yang digunakan kwalitas yang terbaik

b. Sebelum mendatangkan barang kelokasi, kami akan memperlihatkan contoh terlebih


dahulu untuk mendapatkan persetujuan direksi c. Untuk pekerjaan instalasi memenuhi
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan plumbing Indonesia. d. Pelaksanaan pekerjaan
Instasi silaksanakan oleh instruktur yang dapat persetujuan dari direksi/Pengawas.
Instalasi Pipa Air Kotor 3” dan 4” AW Wavin

Persyaratan Bahan.

a. Pipa air kotor adalah PVC, Kelas AW, tekanan kerja 8 kg/cm2, sdimensi pipa sesuai
dengan gambar, produk dan merk ditentukan kemudian. b. Septitank dan resapan terbuat
dari buis beton, dimensi dan spesifikasi sesuai dengan gambar rencana.

Pelaksanaan :

a. Pemasangan pipa instalasi air kotor horizontal dan mempunyai kemiringan kearah
pembuangan minimum 2 % b. Pipa saluran air kotor dipasang sedemikian rupa, sehingga
tidak ada hawa busuk yang keluar dari pipa tersebut. Dan tidak ada rngga udara. c. Pipa
saluran air kotor dan asmbunagn-sambungan akan dibuat dengan rapi, kuat dan cermat,
sehingga menjamin bahwa air kotor/buangan dapat mengalir dengan lancar. d. Sebelum
semua pekerjaan instalasi air kotor diserahkan akan dilakukakn pengetesan terhadap
kelancaran dan ada tidaknya kebocoran pada saluran.

Pembuatan Septictank dan Resapan

Pada tahap pekerjaan Septic tank dan rembesannya harus memiliki


jarakminimal 3 meter dari bangunan sehinggajika terjadi kebocoran septic tank,

keadaan tanahpada bagian pondasi bangunan tidak mengalamikelembapan yang dapat


menyebabkan penurunanpondasi.

Akan sangat berguna bila septic tankmemiliki aksesbukaan pada tanah diatas pipa saluran
air kotordari toilet sebelum masuk ke septic tank, untukmemudahkan pekerjaan perbaikan
bila ter jadipenyumbatan. Akses bukaan ini juga harus ada setiap jarak 6m (jika septic
tank jauh letaknya) ataupada pipa yang membelok (jika ada). Semua bukaanini harus
memiliki tutup yang dapat dibuka terbuatdari semen.

Bahan yang digunakan adalah :

- Batu bata merah

- Pasir pasang

- Semen portlan

- Kerikil

- Besi beton

- Batu gunung

- Campuran Kerikil
- Ijuk

- Pipa dan

- Tanah urug

Pelaksanan pembuatannya sama dengan pelaksanaan membuat dinding bata kedap air serta
lantai batu kedap air. Jadi pasangan bata adukan 1 semen 2 pasir. Adapun tutup septicktank
dari plat beton bertulang yang pembuatannya dilakukan dapat diluar ( pra cetak ) atau
langsung diatas septictank dengan papan acuan yang tidak diperlukan dibongkar, satu dan
lain hal agar ditentukan oleh pengawas. Batu bata harus diplester dengan adukan 1 : 2
baik dari sisi dalam maupun luar. Untuk membuat resapan air kotor dari septictank dan
kamar mandi, bahan pokoknya adalah batu belah, pasir dan ijuk.

H. PEKERJAAN INSTALASI LISRTIK

Pekerjaan instalasi arus listrik dikerjakan oleh mekanik yang ahli pada bagian
kelistrikan, hal itu dilakukan agar menghidari hal-hal yang tidak diinginkan, proses
instalasi ini dilakukan sesuai dengan gambar dan disetujui oleh direksi. Material-material
yang digunakan dipesan langsung dari daerah setempat agar proses pengangkutannya tidak
lama. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah :

1. Box Sekering + MCB .

2. Lampu TL 20 Watt dan Lampu HE 18 Watt .

3. Instalasi Titik Penerangan, Instal termasuk kabel NYA 2,5 mm dalam pipa PVC, fitting
lampu dan kelengkapan terpasang.

4. Instalasi Titik Kontak, Instal termasuk kabel NYA 2,5 mm dalam pipa PVC, kotak-
kotak dan kelengkapan instalasi terpasang.

5. Stop Kontak.

6. Saklar Tunggal .

7. Saklar Ganda .

I. PEKERJAAN PENGECATAN

Pekerjaan Pengecatan meliputi :

 Cat tembok untuk dinding


 
 Cat untuk kubah
 
 Cat tembok untuk plafond
 
 Cat residu rangka kuda-kuda
dan gording
 

Cat kilap kayu kusen dan daun
pintu
Cat yang digunakan adalah cat berbahan dasar air (emulsion), menggunakan air
bersih untuk membersihkan kuas, jika menggunakan cat minyak (oil paint) menggunakan
larutan terpentine (thinner) untuk membersihkan kuas. Pengecatan dapat dilakukan dengan
menggunakan rangka tumpuan maupun tangga. Pekerja pengecatan harus hati-hati dalam
menggunakan tangga titian dalam prosespengecatan. Pastikan sudutnya membentuk
perbandingan 1 : 4, contohnya jika tangga berukuran 4 m, maka jarak ujung bawah tangga
dari dinding adalah 1m. Pada saat plesteran dinding telah selesai dikerjakan dantelah
mencapai keadaan terbaiknya, proses pengecatan dinding dapat dilakukan. Dinding harus
dicat menggunakan cat emulsion yangbaik kualitasnya. Lapisan cat dasar terbuatdari cat
emulsion yang dicampur denganair bersih sebanyak 20%.Cat emulsion sebanyak 5 liter akan
menutupi luas area dinding sekitar 30m2 (dengan satu lapisan cat). Untuk mengurangi
biaya perawatan, bagian bawah dinding (kira-kira hingga ke bagian bawah ambang jendela
sekitar 120cm pada bagian muka bangunan/teras) dapat dilakukan pengecatan dengan
menggunakan cat mengkilat (gloss paint) untuk memberi lapisan cat yang kuat dan dapat
dicuci (tahan air).pintu dan jendel a terbuat dari kayu yang baikkualitasnya maka untuk
hasil akhir dapat ditampakkan(expose) dengan menggunakan lapisan cat minyak.Pertama-
tama bagian kayu tersebut harus diamplas untuk menghaluskan permukaannya, kemudian
beri lapisan dasar berupa campuran vernish dan 10% terpentine. Setelahitu beri cat
minyak sebagai hasil akhir (finishing),jangan lupa untuk mengamplas permukaan setiap
satulapisan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecatan adalah :

 Hindari melakukan pengecatan pada permukaan yang kotor atau berminyak,


karena akan memakan waktu lama pada saat pengeringan cat dan hasil akhir
permukaan cat akan terlihat tidak bagus. ÿ Persiapkan keadaan permukaan yang
akan dicat dengan dibersihkan, dicuci, dsd
 Hindari menyapu lantai sebelum atau pada saat melakukan proses pengecatan, debu
dan kotoran yang timbul akan merusak hasil pengecatan. ÿ Jangan menggunakan
kuas cat (jenis roll maupun konvensional) yang sudah lama atau yang kurang baik
karena akan mempengaruhi hasil akhir pengecatan menjadi tidak bagus. ÿ
Lakukan selalu pengamplasan permukaan setiap kali satu lapisan cat selesai
dikerjakan sebelum mengerjakan lapisan berikutnya. ÿ Hindari penggunaan bahan
pengencer yang terlalu banyak pada campuran cat.
 Bacalah petunjuk pengecatan yang ada pada kaleng cat yang digunakan.
Material yang dipakai adalah bersumber dari daerah sekitar dan bahan yang digunkan
Produk Nasional. Tenaga kerja kami memakai tenaga kerja profesional dibidangnya
masing- masing. Jangka waktu pelaksanaan akan kami usahakan semaksimal mungkin lebih
cepat dari Scedule yang kami ajukan.

Apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka kami akan berpedoman Kepada
Gambar Rencana dan Rencana Anggaran Biaya serta akan berkonsultasi dengan Direksi dan
Pengawas Lapangan

Semua metode pelaksanaan di atas akan di sesuikan dengan rencana anggaran


biaya yang kami buat sesui RKS dan petunjuk direksi
Merauke 25 November 2020
CV. SARANA SOLUSI PAPUA

YUSTINUS ONGKO KANDAM


Kuasa Direktur

SURAT KUASA
NO : 06/SK-AW/MRK/VIII/2020

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : FRANSISKUS MANGGAIMU

Jabatan : DIREKTUR CV.SARANA SOLUSI PAPUA

Alamat : Jl. Arafura Payum - MERAUKE

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama CV.SARANA SOLUSI PAPUA dengan ini
menunjukan:

Nama : YUSTINUS ONGKO KANDAM

Jabatan :-

Alamat : Jl. Arafura Payum - MERAUKE

Memberikan kuasa direktur kepada David Lindung Kurniawan Sitompul untuk mendatangani
segala yang berkaitan dengan CV.SARANA SOLUSI PAPUA

Dengan demikian surat kuasat ini kami sampaikan, agar dapat di pergunakan sebagai mana
mestinya.

Merauke 25 November 2020


CV. SARANA SOLUSI PAPUA

FRANSISKUS MANGGAIMU
Direktur

Anda mungkin juga menyukai