Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Dr. Chakam Failasuf, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 7
1. Erfina Damayanti Firdaus 1304620013
2. Meiza Nurazizah 1304620073
3. Nazhifah Qurratu’ain 1304620023
4. Tabitha Qotrunnada Sulistiyanto 1304620076
5. Tiara Putri Chaerunnisa 1304620001

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peran
Agama dalam Kehidupan Manusia ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang peran agama dalam kehidupan manusia bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Chakam Failasuf, M.Pd.
selaku Dosen mata kuliah pendidikan agama islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 24 Maret 2021

 
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
1.4 Manfaat..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Makna Agama..............................................................................................3
2.2 Kedudukan dan Fungsi Simbol serta Ritual Keagamaan........................4
2.3 Keanekaragaman Pemahaman dan Sikap Beragama...............................6
2.4 Nilai Agama di Lingkungan Pendidikan, Keluarga, dan Pekerjaan.......6
2.5 Ta’abbudi dengan Ta’aquli dalam Agama................................................7
2.6 Elemen-Elemen Peradaban dalam Agama.................................................8
2.7 Praktik Keberagaman dan Implikasinya Terhadap Peradaban...........10

BAB III PENUTUP..............................................................................................12


3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan tidak pernah lepas dengan agama, agama merupakan petunjuk dan
arah untuk orang orang yang tersesat dan buta akan nilai-nilai, moral agama yang
berada di masyarakat. Dengan memiliki dan berpegang teguh kepada agama
seseorang akan selalu berada pada di jalan yang benar dan dapat bermanfaat bagi
orang di sekitarnya. Agama adalah segalanya, agama adalah fondasi dari segala
fondasi.

Agama dalam kehidupan manusia memiliki peran yang sangat penting karena
dengan turunya agama untuk kehidupan manusia adalah agar manusia menjadi
pribadi yang lebih baik. Peran agama dalam kehidupan manusia adalah memberikan
nilai moralitas yang baik, menghidupi nilai moralitas dalam kehidupan sehari-harinya
serta memiliki prinsip berkehidupan yang baik. Menumbuhkan sifat kejujuran, sikap
keadilan serta mengerti makna toleransi yang baik. Proses kehidupan manusia tidak
akan terlepas dari peran agama dikarenakan agama memiliki peran yang sangat
mendukung untuk manusia agar bertindak kebaikan dihidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa maksud dari makna agama?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi simbol serta ritual keagamaan?

3. Bagaimana perbandingan keanekaragaman pemahaman dan sikap beragama?

4. Apa saja nilai agama dalam lingkungan pendidikan, keluarga dan pekerjaan?

5. Bagaimana ta’abbudi dengan ta’aquli dalam Agama ?

6. Apa saja elemen-elemen peradaban dalam agama?


7. Bagaimana praktik keberagaman dan implikasinya terhadap peradaban ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui makna agama.
2. Dapat memahami kedudukan dan fungsi simbol serta ritual keagamaan.

3. Dapat mengetahui perbandingan keanekaragaman pemahaman dan sikap


beragama.
4. Dapat mengetahui nilai keagamaan dalam lingkungan pendidikan, keluarga
dan pekerjaan.

5. Dapat memahami ta’abbudi dengan ta’aquli dalam agama .

6. Dapat mengetahui elemen-elemen peradaban dalam agama.


7. Dapat memahami praktik keberagaman dan implikasinya terhadap peradaban.
1.4 Manfaat

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang diberikan oleh
Dosen Pembimbing.
2. Untuk mengetahui lebih dalam maksud dari peran agama dalam kehidupan
manusia.
3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai peran agama dalam
kehidupan manusia.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Makna Agama

Dalam bahasa Arab, Agama disebut Din yang memiliki arti pemaknaan banyak.
Pemaknaan pokok menurut istilah Din dapat disimpulkan sebagai 4, yaitu keadaan
berutang, penyerahan diri, kuasa peradilan dan kecenderungan alami. Dalam
perspektif berbeda, agama dapat membangunkan kebahagiaan dalam batin yang
paling sempurna dan juga perasaan takut. Menurut Fachruddin al-Kahin (1936: 6),
agama secara etimologi berasal dari a dan gama, artinya tidak kocar-kacir, atau
berasal dari aa dan gam (Rangkuti: 2013) yang berarti cara-cara sampai kepada
keridhaan Allah, cara-cara berjalan.

Menurut James Martineau dalam The Encyclopedia of Philosophy, agama


didefinisikan sebagai keyakinan penuh pada Tuhan, yaitu pada jiwa dan kehendak
Tuhan yang mengelola semesta dan memiliki korelasi moral pada manusia. Menurut
Herbert Spencer bahwa agama merupakan pengakuan akan segala sesuatu yang
merupakan manifestasi Kuasa Tuhan yang melampaui batas pengetahuan dan
inderawi manusia. Sementara menurut Mathew Arnold mengatakan tentang agama
merupakan etika yang dinyalakan, diterangi dan ditingkatkan oleh perasaan.

Agama untuk manusia memiliki fungsi sebagai sistem nilai atau norma dalam
kehidupannya. Umumnya norma-norma tersebut menjadi sebuah acuannya untuk
bersikap, bertingkah laku dan menjalani kehidupannya agar selaras dengan keyakinan
agama yang dianutnya. Dengan begitu, agama merupakan sebuah makna yang
dimana setiap orang memiliki kebebasan menentukan hak untuk beragama, karena
didalamnya manusia menemukan pandangan hidup dan inspirasi yang dapat menjadi
landasan yang kokoh untuk pembentukan nilai, harkat dan martabat manusia.
Pernyataan tersebut sebagaimana ditafsirkan dalam Surat Al-Kafirun (109): 6.
Agama memberikan doktrin kepada penganutnya dan sebagai sebuah nilai moral.
Agama juga berfungsi sebagai motivasi dalam kehidupan manusia dalam menjalani
aktivitas, karena setiap perbuatan yang didasari dengan keyakinan agama dinilai
memiliki unsur keberkahan, serta bentuk ketaatan. Hubungan ini akan memberikan
suatu pengaruh seseorang untuk berbuat sesuatu berdasarkan keyakinannya.
Sedangkan agama sebagai nilai moral karena dalam melakukan sesuatu tindakan
ataupun perilaku seseorang akan terikat dan terhubung pada suatu ketentuan antara
mana yang baik untuknya ataupun buruk untuk dirinya sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya.
2.2 Kedudukan dan Fungsi Simbol serta Ritual Keagamaan

A. Kedudukan Agama

Kedudukan agama menurut penjelasan pasal 1 UU Nomor I/PNPS/ Tahun 1965


menyebutkan bahwa umumnya agama-agama yang dianut oleh masyarakat indonesia
dan mendapat perlindungan hukum adalah Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha,
dan Kong Hu Chu (Konfusius). Namun, tidak menutup kemungkinan agama atau
aliran lain juga diberikan perlingan oleh negara sepanjang tunduk pada ketentuan
dengan jukum yang berlaku diinonesia. Kedudukan agama dalam sebuah kehidupan
berada didua tempat yaitu kedudukan dalam kebenaran serta kedudukan dalam
perilaku manusia. Kedudukan agama dalam kebenaran memiliki 4 pandangan yang
berbeda dengan pengertiannya masing-masing. Pandangan tersebut terdiri dari
pengetahuan, ilmu, filsafat, dan agama.

1. Menurut pengetahuan

Kedudukan agama merupakan kebenaran yang dapat diterima oleh


akal manusia yakni akal manusia dapat menganggapnya dengan sesuatu yang
benar dalama pikirannya dan juga manusia membenarkannya dengan ucapan
ataupun tingkah laku.

2. Menurut ilmu kedudukan

Agama merupakan kebenaran yang diperoleh melalui suatu proses ilmiah


yang didalamnya terdapat suatu akar permasalahan yang harus segera
diselesaikan.

3. Menurut filsafat

Kebenaran yang sesuai dengan logika serta diperkuat oleh dalil naqli ataupun
aqli.

4. Menurut Agama

Menurut agama kedudukan agama merupakan suatu kebenaran yang mutlak


dan jelas yang berdasarkan langsung dari wahyu Allah SWT. Kedudukan agama
menurut perilaku manusia berawal dari hati serta akal, dimana hati menjadi
tempat penguat sifat serta sikap seseorang akan menghadapi suatu kebenaran,
sedangkan akal merupakan untuk berfikir apakah yang akan didapat benar
ataupun salah. Hati manusia sangatah mdah digoyahkan karena sifat manusia
yang berubah-ubah dan rakus. Maka dari itu hati manusia haruslah berserta
dengan agama, juga akal haruslah berpengetahuan.

B. Fungsi Simbol Agama

Simbol keagamaan merupakan semua atribut, gejala, dan penanda yang


digunakan manusia untuk menunjukka keberadaaan serta ciri tertentu suatu agama,
termasuk di dalamnya sistem nilai dan sistem kepercayaannya. Simbol-simbol yang
terdapat pada setiap agama merupakan sumber tekstual keagamaan yang berupa
doktrin permanen sehingga tidak bisa diubah sesuai dengan perspektif para penafsir
agama. Fungsi dari simbol keagamaan sendiri adalah sebagai suatu variasi dari suatu
pola interpretasi para penganut agam tentang simbol-simbol tersebut.

Simbol keagamaan memiliki kekuatan untuk mengarahkan pikiran manusia serta


pada hakikatnya menawarkan suatu pedoman hidup yang unik dan realistic bagi
manusia yang dapat dirasakan di persepsi secara berbeda antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain. Simbol keagamaan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu:

1. Simbol secara normative yang dibatasi pada keberadaan Al Qur’an, kitab-kitab


yang dianut setiap agama, serta hadits nabi yang merupakan simbol dari
doktrin keagamaan.

2. Simbol secara kultural akibat pola tafsir dan konstruksi social yang berupa sikap
dan perilaku beragama setiap penganutnya.

Dalam mengamalkan agama, manusia melakukannya dengan dua symbol yakni,


symbol yang memiliki sifat persuasif, teologis serta symbol yang memiliki sifat
kulturalisme dan merupakan hasil dari interpretasi manusia terhadap suatu simbol
yang bersifat doktriner atau persuasive.

C. Ritual Agama

Ritual adalah sebuah proses kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang yang
menganut suatu agama yang dimana ritual tersebut sudah diatur didalamnya. Ritual
keagamaan ditujukan pada setiap manusia yang memiliki serta menganut agama yang
sesuai dengan keyakinannya masing – masing, yang bertujuan untuk memperkuat
iman mereka masing – masing. Ritual keagamaan memiliki makna lain yaitu ibadah,
ibadah kepada tuhan yang memiliki tujuan yaitu seseorang dapat merasakan bahwa
dia lebih dekat dengan tuhan dan merasa memiliki hati yang tenang setelah
melaksanakan ibadah.
2.3 Keanekaragaman Pemahaman dan Sikap Beragama

Keanekaragaman merupakan suatu kondisi yang ada di kehidupan masyarakat


yang menyangkut pada suku bangsa, ras, agama, budaya, serta gender.
Keanekaragaman dalam pemahaman beragama dapat dikatakan sebagai suatu bentuk
keniscayaan. Pemahaman dalam keagamaan adalah suatu tafsir mengenai pokok-
pokok agama, dan memaknai doktrin agama.

Sikap beragama adalah sikap atau perilaku seseorang terhadap lingkungannya,


sikap tersebut merupakan sikap pemikiran atau permasalahan baik ataupun buruk
yang terdapat pada suatu kelompok. Sikap keagamaan juga merupakan suatu keadaan
yang terdapat pada diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai
dengan kepercayaannya.
Setiap agama mengajarkan cara menjalin hubungan yang baik dengan agama
lainnya. Sikap beragama yang dijelaskan pada setiap agama adalah sikap toleransi
dan inklusif. Sikap toleransi merupakan sikap yang mendahulukan rasa saling
menghargai satu sama lain antar penganut agama guna menghargai perbedaan dan
keyakinan yang ada. Sikap toleransi tersebut menimbulkan sikap saling menghargai
dan menghormati apa yang dilakukan orang lain, serta mencipyakan keunikan
keragaman pemahaman beragama dalam masyarakat.

2.4 Nilai-nilai Keagamaan dalam Lingkungan Pendidikan, Keluarga, dan


Pekerjaan

Nilai agama, khususnya agama Islam bersumber pada keimanan terhadap keesaan
Tuhan. Nilai-nilai tersebut pada hakikatnya merupakan kumpulan prinsip-prinsi
hidup, ajaran mengenai bagaimana manusia menjalani kehidupannya yang saling
terkait membentuk suatu kesatuan.

1. Lingkungan Pendidikan
Terdapat nilai agama yang terkandung pada ingkungan pendidikan, yaitu
menanamkan akhlak kebaikan kepada anak-anak yang berada pada
lingkungan sekolah terutama dalam hal ajaran agama. Tujuan dari akhlak
kebaikan yang telah ditanamkan melalui pendidikan yaitu agar menjadi
manuia yang dapat membawa kebaikan bagi alam sekitar, mengenal mana
yang baij dan buruk, mengontrol emosi, mengendalikan hawa nafsu serta
mengambil hikmah dari setiap hal yang dilakukan.
2. Lingkungan Keluarga
Nilai-nilai agama yang terdapat pada lingkungan keluarga diantaranya:
A. Menumbuhkan potensi fitriyah, dilalukan dengan tahapan orang tua yang
menempatkan dirinya pada proses peltakan dan menumbuh kembangkan
potensi fitriyah yang ada pada anaknya.
B. Menanamkan nilai-nilai pendidikan islam. Nilai-nilai pendidikan islam
yang harus diperhatikan antara lain Pendidikan iman, pendidika akhlakul
karimah serta pendidikan ibadah. Pendidikan iman merupakan sesuatu
yang telah ditetapkan berupa keimanan. Pendidikan ibadah merupakan
seluruh tingkah laku dalam bentuk penyerahan kepada tuhan, contohnya
adalah shalat, puasa dan zakat.

3. Lingkungan Pekerjaan
Nilai agama yang terdapat pada lingkungan pekerjaan yaitu
menukbuhkan sikap etos kerja. Etos kerja adalah sebuah sikap atau nilai
norma yang diyakini oelh seseorang sebagai wujud baik dan menjadi ciri khas
pada dunia kerja. Agama menggambarkan bahwa etos kerja adalah bentuk
dari pekerjaan yang efisien, rajin, teratu, disiplin, serta tepat waktu.

2.5 Ta’abbudi dengan Ta’aquli dalam Agama

Konsep ta’abubudi dan ta’aqquli mencerminkan pemahaman mengenai


keagamaan. Ta’abbudi dapat dikatakan sebagai “ghairu ma’qulatil ma’na” yang
merupakan konsep yang didalamnya mengandung “ajaran islam yang baku” yaitu
ajaran yang berkaitan dengan tauhid. Ta’abbudi juga dapat dimaknai sebagai
pemahaman keagamaan yang harus diikuti tanpa perlu mempertanyakan alasan
dibalikan peritanah syariah agama.

Sedangkan ta’aqquli diartikan sebagai “ma’qulatul ma’na” (dapat dipikirkan) yang


berarti ajaran yang perlu dikembangkan oleh akal manusia dan dirumuskan sesuai
dengan perkembangan masyarakat, kebutuhan hukum serta keadilan pada suatu masa,
tempat dan lingkungan. Ta’aqquli juga dapat dikatakan sebagai pemahaman keagamaan
yang dilahirkan dari semangat keturunan hukum Islam.
Konsep yang berkaitan dengan ta’aqquli yaitu setiap hal yang berkaitan dengan
mu’amalah (ahkam al-mu’amalat) contohnya seperti masalah kemasyarakatan, politik,
kebudayaan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan umum. Sehingga
konspe ta’aqquli ini hamper berada pada semua lini dalam islam. Sehingga peranan
akal dalam Islam menempati posisi yang fundamental dikarenakan penggunaan akal
(ta’aqquli) merupakan bagian dari pesan yang terkandung di dalam al-Qur’an.

2.6 Elemen-Elemen Peradaban dalam Agama


1. Pendahuluan Peradaban

Berkembangnya agama Islam sejak 14 abad silam turut mewarnai sejarah


peradaban dunia. Bahkan, pesatnya perkembangan agama Islam itu, baik di barat
maupun timur pada abad ke-8 sampai 13 Masehi mampu menguasai berbagai
peradaban yang ada sebelumnya. Tidak salah bila peradaban Islam dianggap
sebagai salah satu peradaban yang paling besar pengaruhnya di dunia.

Bahkan, hingga kini, berbagai jenis peradaban Islam itu masih dapat
disaksikan disejumlah negara bekas kekuasaan Islam dahulu. Dari dalam Islam,
perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam itu karena bersumber langsung
dari Alquran dan sunnah yang mempunyai kekuatan luar biasa. Adapun elemen-
elemen peradaban islam yaitu sebagai berikut:

a. Pengembangan kota

b. Terorganisirnya pemerintah

c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

d. Kelas sosial

e. Penyimpanan catatan atauarsip

f. Seni dan arsitektur


g. Kesadaran bersatu dalam berbangsa

2. Makna Peradaban

Dalam bahasa Arab, peradaban biasa diderivasi dari kata hadârah. Dan
hadârah ini diartikan dengan: “Peradaban, dalam pengertian yang umum, adalah
buah dari setiap usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki kondisi
hidupnya. Sama saja, apakah usaha yang dilakukan untuk mencapai buah tersebut
benar-benar yang dituju, atau tidak. Baik buah tersebut dalam bentuk materi
(mâddiyyah) atau imateri (ma‘nawiyyah).”

Nasih ‘Ulwan memberikan definisi yang agak berbeda.Menurutnya, mengutip


para pakar, peradaban adalah: “Produk manusia berupa peradaban (madani) dan
sosial denganberbagai karakteristik pemikiran (al-fikriyyah), spiritualitas (al-
rûhiyah), intuisi (al-wijdâniyyah) dan etika (al-sulûkiyyah) sebagai media untuk
mencapai tujuan bangsanya. Plus, apa saja yang diinginkanoleh bangsa tersebut
berupa nilai-nilai (qiyam), contoh-contoh (perumpamaanperumpamaan, pepatah-
pepatah), dan prinsip-prinsip.”

Definisi yang lebih ringkas dan padat diberikan oleh Yusuf al-Qaradawi
dalam bukunya al-Sunnah Masdaran li al-Ma‘rifah wa al-Hadârah: “Sekumpulan
bentuk-bentuk kemajuan, baik yang berbentuk kemajuan materi, ilmu
pengetahuan, seni, sastra, ataupunsosial, yang ada dalam satu masyarakat atau
pada masyarakat yang serupa.”Dengan begitu, peradaban memiliki dua sisi
penting: pertama,sisi kemajuan materi (al-ruqiy al-mâddî), yang meliputi seluruh
lini kehidupan semacam: industri (sinâ’ah), perdagangan (tijârah), pertanian
(zirâ‘ah), kerajinan (ikhtirâ‘), dan seni (funûn). Kedua, sisimaknawi (al-ruqiy al-
ma‘nawî), yang berkaitan dengan nilai-nilai spiritualitas (al-qiyam al-rûhiyyah),
kaidah-kaidah moral (al-qawâ‘idal-akhlâqiyyah), produk pemikiran (al-intâj al-
fikrî), dan karya sastra (al-ibdâ‘ al-adabî).

Melihat definisi tersebut, maka peradaban harus memilikidua sisi penting ini.
Nilai ketinggian materil dan spiritual suatuperadaban seperti dua sisi mata uang
yang tak terpisahkan. Maka, jika ada satu peradaban yang hanya menonjol dalam
satu sisi saja,maka dia tak layak disebut sebagai sebuah peradaban yangsempurna.
Karena bisa jadi dia maju secara industri, tekonologi,informasi, dan lain
sebagainya, namun secara “kemanusiaan” dia gagal disebut sebagai sebuah
peradaban. Karena ternyata dia tidakmemberikan apa-apa kepada manusia.

3. Hakikat Peradaban

Didefinisikan konsep sejarah dari kata al-hadârah, di mana Islam juga layak
disebut sebagai al-hadârah,tidak hanya sebagai dîn (agama). Untuk itu, penting
dijelaskan mengenai makna “peradaban” yang diderivasi dari kata dîn itu sendiri,
yaitu al-madaniyyah. Karena harus dicatat bahwa, sejatinya,Islam memiliki satu
konsep peradaban yang terkait erat denganagamanya, yaitu al-madaniyyah atau
al-tamaddun.Kata dîn, secara leksikal, berasal dari kata kerja (fi‘l) dâna-yadînu
yang bermakna atâ’a wa dhalla (taat dan merendahkan diri).Sebagai wujud dari
peradaban inilah kemudian muncul istilah dîwân (plural: dawâwîn), yakni daftar
atau buku, yang di dalamnya dicatat nama-nama prajurit dan orang-orang
dermawan. Kemudian, dîwânjuga merupakan kumpulan bait-bait syair seorang
penyair (majmû‘ahsyi‘r syâ‘ir). Atau,kata dîwân semakna dengan kitâb (buku).

4. Tiga Pondasi Peradaban

Setelah Islam hadir dan menanamkan nilai-nilai peradabanyang bersumber


kepada dîn, maka Arab tampil sebagai negeri ber-tamaddun (madaniyyah). Nilai-
nilanya murni dari Islam, meskipun kemudian ada semacam adapsi dari berbagai
peradaban lain, seperti: Yunani, India, Persia, Romawi, dan lain sebagainya.
Namun nilai-nilai peradaban asing itu sudah difilter terlebih dahulu, sudah
melalui proses “adapsi” sebelum di-”adopsi”. Tiga poin penting berikut semakin
memperjelas mengapa Arab dapat diubah menjadi negeri penuh tamaddun.

Pertama, adanya transmisi pandangan hidup dan keyakinan (al-naqlah al-


tasawwuriyyah ali’tiqâdiyyah). Ini adalah transmisi paling penting yang
mendasari perubahan apapun dalam satu masyarakat. Di mana keyakinan dalam
bentuk politeisme berubahmenjadi tauhid; dari penyembahan kepada manusia
menjadi penyembahan hanya kepada Allah; dari mengabdi kepada batu, patung,
dan berhala, menjadi menyembah Allah yang tak dapat disentuh tangan dan tak
dapat diindra oleh mata. Dalam bahasa al-Qur’an adalah min al-zulumât ilâ al-nûr
(dari gelap menuju cahaya). Satu bentuk perubahan sempurna: dari hitam ke
putih. Karena Islam datang untuk membebaskan seluruh anak keturunan Adam.

Kedua, transmisi keilmuan (al-naqlah al-ma’rifiyyah). Ini yangdisebut dengan


tahawwul ma’rifî (perubahan ilmiah): masuk kedalam nalar untuk “mencelupnya”
dengan “celupan” yang memungkinkannya dapat berinteraksi dengan alam (al-
kaun), dunia (al-‘alam), dan wujud/being (al-wujûd). Dan transmisi ini
telahdimulai sejak wahyu pertama turun, Iqra. Cermati, QS. al-Baqarah [2]:
257.37 Imad al-Din Khalil, Madkhal ilâ H}ad}ârah al-Islâmiyyah, (Maghrib-
Lebanon: al-Markaz al-Tsaqâfî al-‘Arabî, Cet. I, 1426 H/2005 M), 15.38 Lihat,
QS. al-‘Alaq [96]: 1-5.

Dari sana kemudian seruan al-Qur’an terus berjalan, memancar dari aktivitas
membaca dan berpikir, menggunakan nalar (al-ta’aqqul), kontemplasi (al-
tadabbur), dan seterusnya, memancardalam “tenunan” Kitabullah. Pancarannya
tidak padam, baik di Periode Makkah maupun Periode Madinah. Maka, bukan
suatukebetulan jika kata iqra’ menjadi kata pertama dalam al-Qur’an. Danbukan
tanpa makna jika ia berulang sebanyak 2 kali dalam 3 ayat.Dan bukan tanpa
tujuan penting pula jika kata ‘ilm diulang sebanyak3 kali, kemudian disusul
dengan kata qalam (pena): alat yangdengannya manusia belajar.

Ketiga, transmisi metodologis. Satu transmisi penting yang takmungkin


diceraikan dengan dua transmisi sebelumnya. Diyakini secara jamak bahwa
‘metode’ (manhaj) berperan penting dalam gerak pemikiran manusia, peradaban
secara umum. Karena tanpa metode, tujuan apapun sukar untuk digapai, meskipun
usaha sudah besar dikeluarkan. Dan transmisi metodologis dalam Islam harus
masuk dalam nalar Islam yang mencakup tiga hal penting ini: hukum kasualitas
(alsababiyyah), hukum sejarah (al-qânûn al-târîkhî), dan metode eksperimental
(al-tajrîbî).
2.7 Praktik-Praktik Keberagamaan dan Implikasinya Terhadap Peradaban

Agama dipeluk dan dihayati oleh manusia, praktek dan penghayatan agama
tersebut diistilahkan sebagai keberagamaan (religiusitas). Keberagamaannya,
manusia menemukan dimensi terdalam dirinya yang menyentuh emosi dan jiwa.
Oleh karena itu, keberagamaan yang baik akan membawa tiap individu memiliki
jiwa yang sehat dan membentuk kepribadian yang kokoh dan seimbang.

Agama bersumber pada wahyu Tuhan. Oleh karena itu, keberagamaan pun
merupakan perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada wahyu
Tuhan juga. praktek agama atau syariah menunjuk pada seberapa jauh kepatuhan
seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana
diperintahkan oleh agama. Syariah adalah peraturan-peraturan yang diciptakan
pokok-pokoknya agar manusia berpegang kepadanya dalam melakukan hubungan
dengan Tuhan, dengan saudara sesama muslim, dengan saudara sesama manusia,
dalam alam semesta dan dengan kehidupan.

Dalam Islam, dimensi praktek agama atau peribadatan menyangkut


pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, do’a, dzikir, ibadah
kurban,dan membiasakan akhlak yang baik, dan ibadah lainnya.

Adanya praktik keberagaman dalamkeseharian membuat dan memberikan dampak


kepada segala elemen yang ada di kehidupan seperti:

1. Pendidikan, dalam pendidikan terdapat pelajaran agama yang mengajarkan


mengenai hal-hal yang ada di agama. Serta menjadikan tolak ukur dan
pembelajaran tingkah laku pesertadidik.

2. Politik, menjadikan agama dalam berprilaku politik

3. Ekonomi, menjadikan agama sebagai tolak ukur dalam mengatur perekonomian


dan
BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Agama mempunyai peran penting dalam kehidupan, agama menjadi landasan


dalam berprilaku dan mengedepankan moral dan nilai yang ada. Agama
mengarahkan kehidupan manusia menuju ke jalan yang benar. Agama sebagai
landasan dari seagala landasan.

Agama menjadi persoalan sosial, tetapi penghayatan dan pemahamannya


bersifat individual. Apa yang dipahami dan dihayati berdasarkan kepribadian dan
karakteristik setiap individu, oleh karena itu individu harus bersungguh sungguh
dalam mengetahui bahwa Agama mempunyai peran penting dalam kehidupan.

Agama menjelaskan kepada manusia bagaimana menjalani hidup dengan


menyebarkan sikap kebaikan terhadap sesama. Menjalani hidup dengan memberikan
nilai moralitas yang baik. Memakna nilai toleransi antar penganut agama serta
membangun keyakinan yang kokoh. Agama juga mengajarkan manusia tentang
saling tolong – menolong antar sesama serta membangun kekuatan dalam diri
manusia dan juga menguatkan akal pikiran agar dapat membedakan mana yang baik
untuk dirinya dan sekitar serta mana yang buruk untuk dirinya dan juga sekitarnya.
Daftar Pustaka

Hadiyanto, Andy, dkk. 2020. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Fitra Publika.

Muhajarah, Kurnia dan Muhammad Nuqlir. 2021. Religion, Science and Philosophy.
Mu’allim Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 1, Hal. 3. Semarang: UIN Walisongo.

Jempa, Nurul. (2017). Nilai-nilai Agama Islam. Pedagogik: Jurnal Ilmiah


Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 4 (2) : 103

Zaelani, Abdul Qodir. (2014). Konsep Ta’aqquli dan Ta’abbudi dalam Konteks
Hukum Keluarga Islam. ASAS. Volume 6 (1) : 46

Anda mungkin juga menyukai