Anda di halaman 1dari 84

1 - INT. GEDUNG KESENIAN.

MALAM

Gedung Kesenian itu sudah lama tidak digunakan Kosong.


Penuh debu dan sarang laba-laba. RISA berada di lorong
antara kursi-kursi, dalam kondisi panik dan takut. Dari
arah kiri, terdengar sekelibat, suara orang lewat. Risa
menoleh ke kiri--tidak ada siapa-siapa di sana. Dari arah
kanan kembali terdengar suara orang lewat. Risa menoleh ke
kanan--lagi-lagi di sana kosong.

Belum lagi rasa bingungnya reda, Risa dikejutkan oleh suara


MUSIK GAMELAN SUNDA yang tiba-tiba saja berkumandang dari
PA system gedung. Kencang sekali. Risa langsung menoleh ke
arah jendela di atas, di mana mixing board berada. Gelap
gulita. Tidak ada siapa-siapa di sana. Lalu siapa yang
mengoperasikan musik ini?

Saat inilah, satu LAMPU SOROT menyala, mengarah tepat ke


atas panggung. Di sana, di balik layar tipis yang menutupi
panggung, terdapat SILUET PEREMPUAN. Memakai kebaya. Sedang
menari. Begitu anggun. Begitu creepy. Inilah CANTING.

Ketakutan Risa memuncak. Ia berlari ke belakang deret kursi


paling atas, berusaha membuka pintu. Sia-sia. Pintu itu
terkunci. Karena fokus ke pintu, Risa tidak sadar kalau
siluet Canting di atas panggung sudah tidak ada.

Ternyata Canting sudah berdiri di lorong antara kursi--jauh


di belakang Risa, out of focus. CROSS CUT antara CLOSE UP
muka Risa yang panik dengan WIDE SHOT yang menunjukkan
kondisi lorong. Tiap kali kita cut to WIDE SHOT, posisi
Canting semakin dekat ke Risa.. dan dekat.. dan dekat..

Hingga akhirnya Risa berhenti berusaha membuka pintu. Tepat


di belakangnya, ada Canting. Perempuan itu mendekatkan
wajahnya ke belakang leher Risa, hendak mengendusnya.

Risa tersentak. Ia kembali berusaha menggerakan gagang


pintu. Berhasil! Pintu terbuka. Risa terkejut bukan main.
Di balik pintu tersebut ada RIRI dalam balutan seragam SMP.

RIRI
Teh Risa!

SMASH CUT TO:


2 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Risa dan Riri sudah tidak berada di Gedung Kesenian,


melainkan di ruang tengah rumah Risa.

Risa duduk di atas karpet, menggunakan COFFEE TABLE sebagai


meja kerjanya. Ada LAPTOP yang terbuka di atasnya. Di
belakang Risa ada sofa, sementara di depannya ada TV. Di
atas sofa tersebut terdapat LUKISAN PEMANDANGAN TAMAN.

Di samping Risa, Riri berdiri dan menatapnya dengan kesal.


Kenyataan bahwa Risa tampak bingung sekaligus ketakutan,
dengan wajah penuh peluh, tak terlihat aneh bagi Riri. Ia
sudah biasa melihat kakaknya seperti itu.

RIRI
Selalu deh, Teteh kalo lagi nulis
kayak masuk ke dunianya sendiri.

RISA
S--sori. Kenapa, Ri?

RIRI
Laper nih. Pesen makanan yuk?

RISA
Mau apa? Bakso?

RIRI
Apa aja kecuali itu.

RISA
Dasar kamu.

Riri beranjak pergi ke arah kamarnya. Risa menghela napas,


lalu menatap layar laptop di hadapannya.

INSERT LAYAR LAPTOP: "Namanya Canting. Dia menghuni sebuah


gedung pertunjukan di kota Bandung. Ambisinya telah
menguasai hidupnya. Jika kalian memasuki tempat itu,
sebagian dari kalian mungkin bisa merasakan kehadirannya,
mimpinya, sekaligus kekecewaannya. Di gedung tua
terbengkalai itu, dia masih menari."

Risa kepikiran untuk menghapusnya, namun niat itu ia


urungkan. Perhatiannya beralih ke KERTAS-KERTAS yang
berceceran di sekitar laptopnya. Risa merapikan kembali
kertas-kertas tersebut menjadi satu tumpukan, lalu menatap
halaman judulnya.
INSERT PERMUKAAN KERTAS: Rupanya ini halaman judul. ‘PETER
CS’, begitu bunyinya.

Risa pun mulai membaca kembali isi halaman-halaman


tersebut. Dan ketika ini terjadi, momen-momen dari masa
lalu pun mulai membanjiri ingatannya.

RISA (V.O.)
Semakin hari, gerbang dialog
antara aku dan mereka semakin
terbuka lebar. Mereka yang tak
kasat mata… Mereka yang kalian
sebut “hantu”.

MONTAGE FLASHBACK:

Potongan dari film Danur 1, ketika Risa menyelamatkan Riri


dari Asih.

Potongan dari film Danur 2, ketika Risa menyelamatkan Oom


Ahmad dari cengkraman Elizabeth.

RISA (V.O.)
Ada yang berniat jahat tapi lalu
pergi.

Potongan dari film Danur 1, ketika Risa kecil bermain


dengan Peter, William dan Janshen.

RISA (V.O.) (CONT’D)


Ada juga yang menjadi sahabat dan
tak pernah pergi. Meski sejujurnya
kadang aku berpikir: Akan seperti
apa hidupku tanpa mereka? Apa itu
yang kalian sebut hidup “normal”?
Andai saja aku bisa merasakannya.

INSERT: TITLE : DANUR 3 SUNYARURI

3 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Sebuah RADIO bergaya kekinian berada di atas meja di ujung


kamar. Di sebelahnya ada sederet FRAME FOTO RISA, RIRI DAN
ORANG TUA MEREKA. Di situ juga ada satu STRIP FOTO khas
photobox, Risa dan pacarnya yang tampan. Belakangan, kita
akan mengenalnya sebagai DIMAS. Tampak ada juga EMPAT FRAME
FOTO Risa dan Dimas di berbagai kesempatan.
Dari radio terdengar dua penyiar sedang berceloteh. Dari
tek-tokan mereka, jelas mereka sudah klop satu sama lain:

DIMAS (O.S)
103.13, masih bersama gue,
Dimasta…

ERICK (O.S.)
…dan gue Jo Erick.

DIMAS (O.S)
Masih dalam pembahasan santai
kita, tentang hal-hal yang ga kamu
ceritakan sama pasangan kamu.

Jam menunjukkan pukul 9 malam. Risa naik ke tempat tidur.


Dia duduk di bagian pinggir tempat tidur, mematikan lampu
utama kamarnya, dan menyalakan lampu baca. Ia lalu
mengambil novel yang tergeletak di meja samping tempat
tidurnya. Novel ia baca dengan latar siaran radio.

Selagi membaca inilah, frekuensi radio BERUBAH DENGAN


SENDIRINYA, menjadi sebuah stasiun yang menayangkan lagu-
lagu Sunda. Risa menatap radio itu dengan ekspresi
terganggu. Dengan menggunakan remote, channel radio ia
ganti. Celoteh Dimas dan Erick kembali terdengar.

Setelah yakin channel radio tak tiba-tiba berganti lagi,


Risa kembali membaca novelnya.

4 - INT. KANTOR RADIO, RUANG SIARAN. MALAM

Rupa dua penyiar tadi kini terlihat jelas. Ada DIMAS (26),
si ganteng yang juga ramah dan berparas menyenangkan. Di
hadapannya duduk ERICK (25). Berkacamata, berwajah jenaka.

DIMAS
Gue bacain salah satu cerita yang
masuk ya. Ini cerita dari Kiki di
Kopo Permai.
(pelan, serius)
Dear Dimas dan Erick… Gue udah 5
tahun pacaran…

5 - INT. KAMAR RISA. MALAM

DIMAS (CONT'D)(O.S)
...tapi pasangan gue sampai saat
ini gak tau kalau gue sebenernya…

ANGLE ON: Display frekuensi radio. Suara Dimas kembali


terputus. Kali ini frekuensi radio berganti dari stasiun ke
stasiun, bagaikan ada kekuatan gaib yang sedang channel
surfing. Suasana creepy bukan main!

Risa tampak kesal. Ia menatap pojokan kamar, di dekat radio


tersebut. Tidak ada apa-apa di situ. Dengan menggunakan
remote, Risa kembali mengganti channel ke siaran Dimas.

Saat inilah, sebuah pesan masuk ke HP Risa. Risa menutup


novelnya, tiduran, dan mengecilkan volume suara radio.
Rupanya pesan dari Dimas: “Masih dengerin aku siaran?” Risa
langsung tidur dengan posisi miring, menghadap ke arah
jendela kamarnya, membelakangi meja tempat radio berada.

Risa mengetik di HP-nya: “Masih, tapi udah mulai ngantuk


nih [emoticon senyum]" Tak lama setelah dikirim, muncul
balasan dari Dimas: "Aku puterin satu lagu buat nemenin
kamu tidur ya..."

Risa tersenyum, dan membalas pesan Dimas dengan emoticon


hati x3. Setelah dikirim, ia membesarkan volume radio
dengan remote. Terdengar:

DIMAS (O.S.)
Oke, sebelum kita ngebahas cerita
tadi, gue mau muterin dulu lagu
spesial buat nemenin seorang
perempuan, "Hai mimpi indah ya".

ERICK (O.S.)
Beeeuh, spesiallll! Ngirim lagu
apa martabak, kang?

DIMAS (O.S.)
Hus, hus. Sirik aja lo.

Risa senyum-senyum sendiri. Lagu perlahan mulai terdengar.


Begitu romantis. Namun baru beberapa detik, tiba-tiba radio
mati. Di sana, di pojok dekat meja radio, tampak Peter,
William, Janshen, Hans dan Hendrick. Mereka mengutak-ngutik
radio sambil tertawa cekikikan.

Risa bangkit dari tidurnya, menghadap ke arah pojokan kamar


dengan wajah cemberut.
RISA
Kalian ini ya. Aku kan lagi mau
denger Dimas siaran!

Omongan Risa terputus oleh masuknya Riri. Tangannya


memegang sebuah guling. Ia menatap ke arah pojokan yang
sedang dipelototi Risa. Tidak ada siapa-siapa di sana.
Ekspresi Riri seakan bilang, “Ini lagi, ini lagi…”

Risa kembali membaringkan diri. Karena kesal, ia tidur


dengan posisi membelakangi Peter cs. Riri mematikan lampu,
lalu ikut membaringkan diri di samping kakaknya. Satu malam
kembali berlalu dalam kehidupan kakak beradik ini.

6 - EXT. RUMAH RISA. MALAM

ESTABLISH: Rumah Risa yang temaram, karena beberapa


lampunya sudah dimatikan. Rumah itu terlihat sepi, di
halaman ada mobil Risa yang terparkir.

SAMAR-SAMAR TERDENGAR SUARA ALARM HP RISA.

7 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Di kamar Risa, di atas meja samping tempat tidur, HP Risa


tergeletak. Rupanya dari sinilah suara alarm berasal.

INSERT LAYAR HP: "ULANG TAHUN DIMAS".

Risa masih tertidur pulas. Selagi alarm HP-nya masih


berbunyi, sebuah tangan masuk, in frame, dan mengambil HP
tersebut. Tangan itu milik Peter.

Suara alarm terdengar semakin samar, dan samar, hingga


akhirnya hilang sama sekali.

8 - INT. KAMAR RISA. PAGI

Hari sudah pagi, cahaya matahari menyeruak dari jendela.


Deringan HP Risa terdengar samar-samar, seperti datang dari
tempat yang jauh. Sambil tiduran, Risa berusaha mengambil
HP-nya dari meja samping tempat tidur, namun tangannya tak
kunjung menemukan telepon selular-nya itu.

Risa melihat ke meja samping. Benar saja: HP-nya sudah


tidak ada. Risa menghela nafas. Dia lalu bangkit dari
tempat tidurnya, dan berjalan menuju ke LEMARI BAJU.
Begitu lemari dibuka, suara dering terdengar jelas. Risa
mengambil HP-nya dari dalam lemari. INSERT LAYAR HP:
“DIMASTA CALLING”. Risa mengangkat panggilan tersebut.

RISA
Haaaai, selamat ulang tahun
Dimasta…

Risa mengecilkan suaranya. Sesekali ia tersenyum. Di ujung


ruangan, tampak Peter cs memperhatikan Risa. Apa yang Risa
bicarakan, mereka tak bisa mendengar.

Telpon akhirnya usai. Risa meletakkan HP-nya kembali di


meja samping tempat tidur, lalu menatap Peter cs.

RISA (CONT'D)
Gara-gara kalian ngumpetin HP-ku,
rencana aku buat nyelametin Dimas
jam 12 teng jadi gagal.

PETER
Kami hanya tidak ingin tidurmu
terganggu.

Risa menghela napas, lalu menatap Peter cs tajam-tajam:

RISA
Aku tuh udah dewasa. Waktuku bukan
cuma untuk main sama kalian.
Kenapa sih tiap hari aku musti
ngomong soal ini ke kalian pake
nada--

SUARA ALARM HP yang begitu kencang menyambar omongan Risa.


Risa jadi semakin kesal. Ia menatap ke arah datangnya alarm
tersebut: HP Riri. Risa langsung mematikan alarm tersebut,
lalu keluar kamar, meninggalkan Riri yang tertidur pulas.

Peter cs hanya bisa menatapnya dengan sedih.

9 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. PAGI

Sambil sarapan, Risa video call dengan Dimas. INSERT LAYAR


HP RISA: Dimas sedang duduk, dengan latar stasiun radionya.

RISA
Trus-trus, hari ini kamu ngapain
aja rencananya?
DIMAS
Erm, briefing acara off air
paling. Trus siaran deh.
(ge-er)
Kenapa emang nanya-nanya?

RISA
Ih, boleh dong penasaran ama pacar
sendiri.

Dimas tertawa.

DIMAS
Kamu hari ini nulis lagi?

RISA
Yep. Pengen nyelesaiin bab yang
kemaren.

DIMAS
Bab yang tentang apa ya? Coba
ingetin aku lagi.

RISA
Tuh kan, mancing-manciiing terus.

DIMAS
Ih, boleh dong penasaran ama pacar
sendiri.

Kali ini giliran Risa yang tertawa.

RISA
Nanti ya. Kalo aku udah siap,
pasti aku kasih baca.

Di belakang Risa, di atas coffee table depan TV, Riri


sedang mengerjakan PR-nya dengan terburu-buru. Ia sudah
memakai seragam sekolah.

DIMAS (O.S.)
Lho, Riri kok belum berangkat
sekolah?

RISA
Biasa, bikin PR, tapi SKS. Sistem
Kebut Sepagian.
RIRI
(kesal)
Teh Risa sih, matiin alarm Riri
tadi pagi.

Akhirnya PR Riri selesai! Dengan terburu-buru, ia


memasukkan buku ke dalam tasnya, lalu bangkit dan mencomot
roti yang sudah disiapkan Risa.

RIRI
(sambil lewat)
Selamat ulang tahun Kak Dimas!

DIMAS (O.S.)
Makasih Riri!

Dengan roti di mulut, Riri salim ke Risa.

RISA
Nanti langsung pulang.

Riri hanya memberi tanda oke sambil jalan. BRAK! Pintu


rumah tertutup. Risa geleng-geleng kepala.

RISA (CONT'D)
Rusuh banget si Riri.

DIMAS
Begitu dia pergi rumah langsung
sepi ya.

Tepat setelah itu: BRAAAK!!!

Risa langsung menengok ke belakang. Di dekat jendela


terlihat KOTAK MAINAN PETER CS sudah dalam kondisi
terguling. Isinya berceceran.

DIMAS (CONT'D)
Suara apa tuh Sa?

Melihat ini, Risa tampak kesal. Namun begitu menoleh


kembali ke HP, ia berusaha tersenyum.

RISA
(beat, menoleh ke belakang)
Err, Dim, nanti telponan lagi ya.

Dimas mengangguk. Ia tak bisa melihat raut wajah Risa yang


kesal. Video call berakhir, dan Risa pun menghela napas. Di
belakangnya, tampak Peter cs sudah berdiri dekat kotak
mainan yang tadi terguling.

JANSHEN
Risa, ayo kita main.

Risa menahan marahnya. Bukannya menjawab ajakan Janshen, ia


malah menjawab dengan ketus:

RISA
Rapikan mainan kalian.

Risa lalu melengos pergi. Peter cs lagi-lagi hanya bisa


menatapinya dengan sedih sambil berdiri di ruang tengah.

10 - INT. KANTOR RADIO. SIANG

Ruang tengah radio itu bergaya homy namun kreatif. Selain


Dimas, di situ ada ANTON (28), reporter sekaligus manajer
sosmed. Slenge’an, mata tak pernah lepas dari KAMERA. Di
sampingnya duduk RAINA (24), sang scriptwriter. Girly,
manis, namun juga lugu.

Di belakang mereka terdapat ruang siaran. Di balik kaca


yang membatasinya tampak Erick yang sedang siaran
sendirian. Saat inilah muncul CLARA (26), sang produser.
Cantik, modis, agak bossy.

CLARA
(tegas)
Rain, ini script Flashnews siang
kok lo tutup pake tanda tanya sih?
Gimana mau jadi senior
scriptwriter kalo yang ginian aja
masih salah?

Raina mengelus-elus BANDUL di KALUNG yang tergantung di


lehernya. Rupanya inilah defence mechanism-nya.

RAINA
Tapi waktu tadi aku proofread,
akhirannya bener pake titik kok.

DIMAS
(tenang, senyum)
Gue yang ganti tu titik jadi tanda
tanya kok, Clar.
CLARA
(langsung jadi manis)
Oh kamu, Dim? Kenapa?

DIMAS
(menunjuk ke ruang siaran)
Liat aja sendiri.

Semua ikut menatap ke ruang siaran. Dari SPEAKER di


ruang tengah, terdengar suara Erick:

DIMAS
...demikianlah Flashnews edisi
siang ini. Pantengin terus 113.13
untuk Flashnews--
(nada bertanya)
--edisi berikutnya?

Seisi ruangan tertawa terbahak-bahak. Masuk iklan, dan


Erick pun keluar ruangan dengan wajah keki.

ERICK
(menunjuk Dimas)
Ini pasti kerjaan lo!

ANTON
(mata ke HP)
Maneh anu cileupeung oge. Udah tau
tanda baca nggak pada tempatnya,
masih juga diikutin.

CLARA
(ke Anton)
Ton, udah deh, daripada ikut
ngomporin, mending lo pikirin
konten buat besok.

ANTON
Dibantuin Raina ya? Gue suka buntu
ide soalnya, butuh pancingan.

ERICK
Maneh jiga lele wae butuh pancing-
pancingan segala. Bilang aja mau
spend time sama Raina.

ANTON
Biarin! Raina juga seneng spend
time sama akoh. Ya nggak Rain?
Raina menjulurkan lidahnya ke Anton dan Erick.

CLARA
Udah udah udah. Raina sama Dimas
mau gue ajak meeting buat
persiapan off air. Yuk, guys.

Sambil bangkit, Raina menghampiri Dimas dan menjabat


tangannya.

RAINA
(super sweet)
Betewe-tewe, selamat ulang tahun
ya Dimastaaa!

DIMAS
(tersenyum)
Hatur nuhun, neng geulis.
Hadiahnya jangan lupa.

Anton baru mau menyanyikan “Selamat Ulang Tahun--tangannya


sudah siap bertepuk tangan--ketika Clara memotongnya dengan
sukses:

CLARA
Yuk yuk yuk! Hari ini padet nih!

Dimas, Raina dan Erick melirik Anton, menahan tawa. Anton


keki sendiri. Semua lalu terlihat kembali sibuk bekerja.

11 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. SIANG

Risa sudah berganti baju, sudah membawa tas, siap untuk


pergi. Ia mematikan lampu ruang tengah, kemudian menuju
ruang depan. Sambil jalan menuju pintu, ia mengambil KUNCI
MOBIL yang ditaruh di meja sudut di ruang depan.

Sebelum keluar pintu, Risa menoleh dan berteriak:

RISA
Aku pergi dulu ya. Kalian nggak
boleh ikut.

Tidak ada sahutan sama sekali. Tiba-tiba, sekelibat seperti


ada yang lewat di belakang Risa. Risa menengok, tapi tidak
ada siapa-siapa. Rumah terlihat kosong.
Risa menghela napas, lalu akhirnya keluar rumah.

12 - INT. MOBIL RISA. SIANG

Risa sudah duduk di dalam mobil. KOTAK BEKALNYA--yang sudah


diikat dengan pita yang manis--ia letakkan di jok samping.
Risa bersiap. Mesin ia nyalakan, lalu AC. Suasana tenang
ini dipecahkan oleh kemunculan wajah Peter, tepat di
jendela samping Risa! Bukan main kagetnya Risa. Peter
menggedor-gedor kaca jendela dengan ekspresi panik. Risa
menurunkan kacanya.

PETER
Risa, tolong, Risa!

Risa menatap Peter dengan ekspresi dingin.

RISA
Ini bukan waktunya untuk cari
perhatian. Aku udah mau pergi.

Risa menutup kembali kaca mobilnya. Ia lalu memasukkan gigi


mobil ke REVERSE. Ketika ia mendongak, Peter sudah tidak
ada di kaca samping mobilnya. Risa menghela napas, lalu
mulai memundurkan mobilnya.

13 - INT. GARASI RUMAH RISA. SIANG

Pintu garasi sudah terbuka. Dari dalam, terlihat halaman


yang kosong dan pagar rumah yang cukup jauh jaraknya dari
garasi tersebut. Perlahan, mobil Risa pun mundur.

14 - INT. MOBIL RISA. SIANG

Selagi mundur inilah, PARKING SENSOR mobil Risa


mengeluarkan suara. Cukup kencang--tanda bahwa di belakang
mobilnya ada sesuatu. Risa mengerenyitkan dahi. Ia melihat
ke kaca spion. Tidak ada apa-apa di belakangnya. Pagar
jaraknya masih cukup jauh, pun sudah dalam keadaan terbuka.

Risa kembali memundurkan mobil, dan parking sensor kembali


terdengar--kali ini jauh lebih keras. Risa melihat ke LAYAR
di dashboard, yang menunjukkan VIEW BELAKANG MOBIL. Tidak
ada apa-apa di sana.
Risa kembali mundur--dan bersamaan dengan berbunyinya
kembali parking sensor, ia bisa melihat Janshen berdiri di
belakang mobil! Risa pun turun dari mobil dengan kesal.

15 - INT. GARASI RUMAH RISA. SIANG

RISA
(sambil turun)
Aku sudah bilang, jangan cari
perhatian!

Namun aneh, begitu Risa tiba di belakang mobilnya, Janshen


sudah tidak ada di sana. Posisi mobil Risa belum keluar
sepenuhnya dari garasi. Suasana terasa hening, dan bagian
depan mobil gelap. Tiba-tiba, samar-samar, terdengar
rintihan Janshen.

JANSHEN
Risa... tolong Risa...

Risa terdiam, ekpresi khawatir mulai muncul di wajahnya.

JANSHEN (CONT'D)
Risa, tolonggg...

Sadar bahwa suara itu datang dari kolong mobil, Risa segera
berjongkok. Betapa kagetnya ia melihat di kolong mobil ada
Janshen. Posisinya tengkurap, tangannya terulur, seperti
kesakitan yang sangat.

JANSHEN
Ya ampun, Janshen!

Dengan panik, Risa langsung mencoba menarik Janshen. Namun


seperti ada yang menahan Janshen, bahkan mencoba menarik
dari arah sebaliknya. Risa makin panik.

JANSHEN
Janshen, kamu kenapa--

Risa tidak melanjutkan omongannya. Ia melihat Peter cs


di sisi sana. Rupanya mereka lah yang menarik Janshen!
Dengan kesal Risa melepaskan pegangannya.

Risa berdiri dan berjalan ke depan mobil. Ia melihat Peter


yang sedang membantu Hans dan Janshen berdiri, sementara
William dan Hendrick berdiri di dekat mereka. Mereka semua
tertawa cekikikan.
RISA
Kalian pikir ini lucu? Aku capek
sama kelakuan kalian.

Risa masuk mobil, menutup pintunya dengan kasar, lalu


memundurkan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

16 - EXT. KANTOR RADIO. SIANG

ESTABLISH: Kantor stasiun radio itu terdapat di dalam


sebuah bangunan rumah. Ada SIGNAGE nama radio serta info
frekuensinya di bagian depan. Kantornya tidak terlalu
ramai, samar-samar terdengar suara orang-orang yang sedang
siaran. Risa turun dari mobilnya lalu masuk ke gedung
kantor.

17 - INT. KANTOR RADIO. SIANG

Hanya ada Erick dan Anton ketika Risa tiba.

ERICK / ANTON
Hai, Sa... / Halo, Risa...

RISA
Hai hai... Dimas mana?

Muncul Raina dari dalam.

RAINA
Hai, Sa. Dimas tadi lagi ngecek
lokasi off air sama Clara, trus
katanya sekalian mau--

Raina menyadari kalau Risa sedang mengeluarkan KOTAK


MAKANAN dari dalam tasnya.

RAINA (CONT’D)
(nada pelan)
--makan siang.

Dari mimik wajahnya, jelas Raina merasa tidak enak


memberitahu info ini. Risa tetap tersenyum.

RISA
Gak papa, Rain. Salah aku juga,
nggak bilang-bilang kalo mau
dateng bawain makan siang.
ANTON
(menjulurkan tangan)
Kalo gitu mending gua aja yang
makan. Daripada mubazir--

PLAK! Erick mengeplak tangan Anton.

ERICK
Sembarangan maneh! Eta buat
birthday boy, jangan dicemari.

ANTON
‘Dicemari’. Emang gua limbah
pabrik??

ERICK
Limbah pabrik sih enggak, males
cuci tangan iya.

ANTON
Enak aja!

ERICK
Ayeuna urang taros, maneh tadi
kaluar WC nggeus cuci tangan?

Anton membuka mulut, hendak membela diri, namun ia teringat


kalau ia memang belum cuci tangan! Sedetik kemudian ia
ngeloyor pergi ke arah toilet.

RAINA
Eeewww, Anton ihhh!

Risa cuma bisa tersenyum melihat kelakuan rekan-rekan kerja


pacarnya ini.

RISA
O iya, kalo bisa nanti sore kalian
udah di rumahku jam lima-an ya.

RAINA
(sweet, tulus)
Duh, seneng ya kalo ulang tahun.
Siang dibawain makanan, malem
dibikinin surprise party.

ERICK
Tenang, Rain. Nanti lo ultah gue
bikinin surprise party juga deh.
Udah gitu surprise-nya dobel lagi.

RAINA
Dobel?

ERICK
Iya… Bill-nya lo yang bayar.
Surprise!

RAINA
Wuuu... Mendingan nggak usah!

Risa kembali tersenyum, lalu bangkit dari duduknya.

RISA
Ya udah, kalo gitu makanan Dimas
aku tinggalin ya.

RAINA
Bentar, Rain namain dulu, biar
nggak diambil sama yang lain.

Raina mengambil sebuah POST-IT dari mejanya, lalu mulai


menuliskan nama Dimas di permukaannya. Raina menulis dengan
TANGAN KIRI. Ia memang kidal. Setelah selesai, post-it itu
ia tempel ke atas permukaan kotak makanan.

RISA
Makasih ya Rain.

RAINA
Sama-samaaa...

RISA
Oke, aku pulang dulu deh. Mau
nyiapin buat nanti malem.

RAINA / ERICK
Daaaah.. / Okeee..

Risa berpapasan dengan Anton yang baru balik dari toilet.


Anton sok-sok ngajak tos:

ANTON
(tangan terangkat)
Sampe nanti, Sa!

Namun Risa tampak ragu mau balas tos Anton.


ANTON
(mencium tangannya sendiri)
Udah gue cuci, sumpah!

Tawa Risa lepas. Ia dan Anton akhirnya tos-tosan. Risa pun


pergi diiringi lambaian tangan semua orang.

18 - EXT. RUMAH RISA. SORE

ESTABLISH: Rumah Risa di sore hari. Mobil Risa sudah


terparkir di halaman.

19 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Jam menunjukkan pukul 4 sore. Riri tampak membantu


menyiapkan hiasan-hiasan pesta--termasuk menggantung
BELASAN BALON. Di dekatnya, Risa sedang berberes.

RIRI
Tumben banget Teteh ngundang orang
ke rumah.

RISA
Cuman empat orang temen kerjanya
kok.
(beat)
Ini kamu jadi dijemput Indi?

Riri mengangguk.

RIRI
Jadi, mau belajar bareng, Riri
besok ada ulangan.

RISA
Belajar bareng apa gosip bareng?

RIRI
Yah kalo bisa sekalian gosip kan
bonus.

Kini giliran coffee table di depan sofa yang dibereskan


oleh Risa. Ia menaruh BERKAS NOVELNYA di laci bawah meja
tersebut. Beberapa mainan yang tercecer di bawah meja ia
masukkan ke dalam kotak kardus.

Semua ini terjadi sambil ditatapi Riri.


RIRI (CONT'D)
Teteh mau sampe kapan ngumpetinnya
dari Kak Dimas?

RISA
Teteh cuma nggak mau Dimas jadi
kayak yang lain Ri. Kayak kamu
dulu. Nggak bisa nerima Teteh yang
aneh, yang suka ngomong sendiri,
yang punya teman tapi hantu.
(beat)
Teteh nggak mau kehilangan Dimas.
Dia beda sama yang lain.

RIRI
Kalo Kak Dimas memang beda, pasti
dia akan mau nerima Teteh apa
adanya.

Risa terdiam, menimbang omongan Riri. Tiba-tiba


keheningan ini dipecahkan oleh SUARA BALON PECAH. Sungguh
mengagetkan! Riri dan Risa menengok. Beberapa balon ikut
pecah, bersahut-sahutan.

20 - INT. KAMAR RISA. SORE

Risa menggiring Peter cs masuk ke kamar. Risa kemudian


meletakkan kotak kardus berisi mainan Peter cs di hadapan
mereka.

RISA
Kalian jangan keluar. Dimas sama
teman-temannya mau datang.

HANS
Hari ini kita tidak bermain
bersama lagi, Risa?

RISA
(ketus)
Hari ini hari buat aku sama teman-
temanku, Hendrick.

Risa keluar kamar, menutup rapat pintu dan menguncinya.


Peter cs terlihat begitu sedih.

PETER
Kami juga temanmu, Risa.
21 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Jam menunjukkan sudah hampir pukul 6. Suasana sudah ramai.


Erick melihat-lihat makanan yang terhidang di meja makan
sambil sesekali mencomot. Anton sibuk mencolokkan kabel
KAMERANYA di dekat TV. Raina duduk sopan di sofa.

Sementara itu, Clara tampak melihat-lihat FOTO yang


terpajang di atas buffet. Ketika Risa datang dari arah
dapur sambil membawa SEPIRING MAKANAN, ia pun bertanya:

CLARA
Kata Dimas lo tinggal di sini cuma
sama adek lo ya, Sa?

RISA
(sambil meletakkan makanan)
Iya. Mama nemenin Papa dinas di
luar kota.

CLARA
Kalo ikut mereka, lo ama Dimas
bakal LDR dong ya.
(beat)
Eh apa malah nggak kenal ya…

Bingung bagaimana harus menanggapi omongan Clara, Risa cuma


bisa tersenyum kikuk. Saat inilah Raina, Erick dan Anton
bergabung dengan mereka, melihat-lihat foto. Saat melihat
FOTO WISUDA RISA, Anton jadi tersenyum lebar.

ANTON
Sa, kita ternyata satu kampus ya?
Tapi beda fakultas deng. Beda
angkatan pula. Wah gue harusnya
manggil "kakak” nih.

Risa menengok dan tertawa.

ERICK
Loh, kalo Anton sama Risa
sekampus, berarti Risa sekampus
juga sama Raina dong.

RISA
Iya, tapi nggak pernah ketemu
kayaknya.

Raina hendak menjawab, namun keburu dipotong oleh Anton.


ANTON
Tuh kan. Lo nongkrongnya di perpus
mulu sih, Rain.

ERICK
Beda ama Clara ya, nongkrongnya di
Southbank. Ajeb-ajeb. Ajeb-ajeb.

CLARA
(ketus)
Eh, sori ya. Gue nongkrongnya di
kampus juga kok. Sama Dimas.

ANTON
Oh iya, yang sekampus sama Dimas
tuh elo ya Clar.

CLARA
Sekampus, sejurusan, sekelas,
setongkrongan.

ERICK
Tapi ternyata nggak sehati ya?

Clara diam, cemberut. Erick nengok ke Anton.

ERICK (CONT'D)
Ton, buruan ganti topik, Ton! Apa
kek. Ada yang cemberut. Salah
ngomong nih gue.

Raina dan Anton terlihat menahan tawa.

22 - EXT. DEPAN RUMAH RISA. MALAM

Mobil Dimas terparkir depan rumah Risa. Dimas sudah berdiri


di depan pintu, memencet bel berkali-kali. Tak ada yang
membukakan pintu. Dimas mengintip lewat jendela. Rumah Risa
terlihat gelap. Ia lalu mencoba mengetuk pintu.

DIMAS
Saaa.. Risa..

Tapi tetap tidak ada jawaban. Akhirnya Dimas mencoba


menggerakkan gagang pintu. Ternyata tidak dikunci. Dimas
mengerenyitkan dahinya, sebelum akhirnya masuk ke dalam.
22A - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM

Dimas memasuki ruang depan yang gelap gulita itu dengan


wajah khawatir.

DIMAS
Risa..? Riri..? Assalamualai--

Omongan Dimas dipotong oleh LAMPU MENYALA, diiringi:

SEMUANYA
SURPRISE!!!

Dimas kaget bukan main melihat festive-nya suasana ruang


depan itu. Balon dan kertas krep di mana-mana. Sembari
diiringi Riri, Erick, Clara dan Raina, Risa berjalan ke
arah Dimas sambil membawa KUE ULANG TAHUN.

Semua keceriaan ini diabadikan Anton dengan menggunakan


kameranya.

23 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Risa dll sedang makan


bersama di meja ruang tengah. Tapi tak ada Riri di situ.

DIMAS
Riri ke mana?

RISA
Belajar bareng di rumah temennya.

Anton muncul sambil mengarahkan kameranya ke Dimas.

ANTON
Jadi gimana perasaannya dapet
surprise ulang tahun?

DIMAS
Aslik seneng banget guys... sampe
terharu gini gue... gak bisa
berkata-kata pokoknya...

ANTON
(sok jadi sutradara)
Okeh, sekarang tinggal air
matanya--

Seisi ruangan tertawa.


DIMAS
Tapi serius, terima kasih temen-
temen semua, apalagi yang satu ini
nih--

Dimas menunjuk Risa. Seisi ruangan bersahutan, “cie-cie”.


Risa merasa malu, namun sempat menepuk pundak Dimas sebelum
melipir. “Cie-cie” jadi makin heboh.

ANGLE ON: Wajah Clara yang mencoba untuk tidak cemburu.

DIMAS
(ke Anton, malu)
Udah ah, Ton... cut-cut-cut…

Anton mengarahkan kamera ke tempat lain.

RAINA
Tapi untung lo muncul lho, Dim--

ERICK
Aselik! Hampir aja kita pulang!
Lama banget nungguin lo, dua jam
ada kali!

DIMAS
Jangan salahin gue.
(nunjuk Clara)
Salahin ibu produser yang ngasih
kerjaan banyak banget!

CLARA
Kan lo semua udah setuju mau bikin
Dimas bete sebelum di-surprise-in.
(ke Dimas)
Bukan salahku kan kalo kamunya
kerajinan?

DIMAS
(tersenyum)
Tapi aku seneng kok… tengkyu ya…

CLARA
(senyum manis)
Sama-sama, Dimastaaa...

ANGLE ON: Wajah Risa yang memerhatikan interaksi ini.

RISA
Siapa yang mau cake lagi?
ERICK
Nah kata-kata ini yang gue tunggu
dari tadi!!

MOMENTS LATER:

Risa, Dimas, Clara, Raina, Erick, dan Anton sedang


menikmati makan malam di meja persegi panjang sambil asik
mengobrol. Risa yang sedang makan lalu terdiam, dia tapi
mencoba tetap tenang. Dia lihat ada MOBIL AMBULANS MAINAN,
milik Hans.

Suasana yang cukup ramai membuat suara mobil mainan itu


tidak terdengar, tapi Risa melihat mobil itu mengarah ke
kolong meja. Sambil makan, Risa melirik ke arah lorong
menuju ke kamarnya. Dimas melihat Risa, tersenyum. Risa
tersenyum balik, pura-pura tidak terjadi apa-apa.

Sementara itu, di kolong meja, mobil ambulans tadi terlihat


berhenti di ujung dekat kaki salah satu dari mereka. Kaki
perempuan. Dan bukan kaki Risa.

24 - INT. LORONG DEPAN KAMAR RISA. MALAM

Risa berjalan ke arah kamarnya. Pintu kamarnya yang semula


tertutup rapat, tampak sudah terbuka. Risa terlihat kesal.
Ia tahu siapa yang melakukan itu. Risa sempat menoleh ke
arah ruang tengah, di mana Dimas dan yang lain-lain masih
mengobrol dan tertawa dengan seru.

Risa berhenti depan kamarnya, lalu menahan pintu. Dia lihat


di dekat pintu muncul wajah Peter, ada juga yang lain-lain,
yang bersembunyi di belakang.

RISA
Kan sudah kubilang, jangan ganggu.

HENDRICK
Kami hanya ingin bermain Risa.

RISA
Aku lagi nggak bisa bermain dengan
kalian.

HANS
Kamu sekarang tidak seru!
RISA
(ketus)
Ya udah, kalian cari aja teman
lain yang “seru”.

Peter cs terdiam mendengar perkataan Risa. Risa menutup


pintu kamarnya dengan kesal, lalu kembali ke ruang tengah.

25 - INT. DEPAN KAMAR MANDI RUMAH RISA. MALAM

Anton tengah berjalan di lorong menuju ke kamar mandi.


Sepanjang dinding lorong itu dipenuhi FRAME FOTO KELUARGA
RISA. Sambil jalan, Anton merekam vlog entry-nya.

ANTON
(ke kamera)
Guys kita masih di acara surprise
party-nya Dimas nih. Di rumah
pacarnya Dimas yang mantul, Risa
Larasati? Rasawati? Waras- Duh
siapa ya? Risa mantulwati!

Anton akhirnya tiba di depan kamar mandi. Pintu coba ia


buka, namun terkunci dari dalam. Karena kebelet pipis,
Anton menunggu di depan pintu itu. Ia tak sadar kameranya
MASIH MEREKAM.

Ketika Anton berdiri menunggu inilah, terdengar suara orang


bersenandung / humming dari alam kamar mandi. Anton
mendekatkan telinganya ke kamar mandi. Tak salah lagi, lagu
yang disenandungkan adalah lagu “Abdi Teh”.

Saat inilah:

ERICK (O.S.)
Ton!

Anton menoleh. Erick berdiri di ujung lorong.

ERICK
Rekam gue dong. Cuma gue doang
yang belum kasih testi nih.

ANTON
Ah, ngerekam elo mah ngabisin
batere doang!
ERICK
Kalo mau ngecas kan tinggal
colokin ke idung lo.

ANTON
Blegug siah maneh, emang idung
urang stop kontak?

ERICK
Pesekna mah mirip.

Anton berjalan ke arah Erick, kembali ke ruang tengah.


Sambil berjalan, kamera yang ia pegang masih juga merekam.
Kali ini arahnya ke belakang, ke pintu kamar mandi.

INSERT POV KAMERA: Pintu kamar mandi terbuka. Seseorang


keluar dari sana. Siapa orang itu? Kita belum tahu.

26 - EXT. DEPAN RUMAH RISA. MALAM

Pintu mobil Erick ditutup. Clara masuk terakhir, dia duduk


di jok belakang bersama Raina. Anton melambaikan tangan ke
Dimas dan Risa yang berdiri di teras.

ANTON & ERICK


Thank you, Risaaa!

ANTON
Ditunggu undangan makan-makan
berikutnya.

ERICK
Nggak mesti dalam rangka ulang
tahun lho. Malam kliwon, malam
satu suro juga boleh.

Lagi-lagi Risa tergelak mendengar celotehan dua rekan kerja


Dimas ini.

RISA
Hati-hati di jalan.

Dari balik jendela mobil yang terbuka, Clara menatap Dimas.

CLARA
Jangan pulang kemaleman ya, Dim,
besok siaran pagi.
DIMAS
(memberi tanda siap)
Siap, Bu Produser.

Clara tertawa. Mobil Erick lalu perlahan jalan, diiringi


lambaian tangan Dimas dan Risa. Setelah mobil Erick
menjauh, Dimas menatap Risa, lalu senyum-senyum.

RISA
Kenapa?

DIMAS
Nggak nyangka aja, ternyata kamu
bisa manis juga bikin surprise
gini.

Dimas memegang tangan Risa. Risa tampak malu-malu.

Risa masuk rumah sambil menahan senyum. Dimas berlari


mengejar Risa. Saat keduanya masuk ke dalam rumah inilah,
SUARA PETIR terdengar. Perlahan, HUJAN pun turun.

27 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Dimas sedang membantu berberes. Jam sudah menunjukkan pukul


10 malam. Risa tampak menelepon Riri.

RISA
Ya udah ati ati ya Ri, jangan
terlalu malam, hujan soalnya.

BRAAAAK! Ketika itu terdengar suara gaduh dari dalam kamar


Risa. Sambil mengakhiri panggilan telpon, Risa melirik ke
arah kamarnya. Ia lalu melihat ke Dimas yang masih beres-
beres. Risa berbicara sambil bergerak menuju kamar.

RISA (CONT'D)
Sebentar ya, Dim...

28 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Risa membuka pintu kamarnya. Kamar itu terlihat gelap dan


sepi. Peter cs duduk meringkuk. William mengetuk ngetuk
pinggir tempat tidur Risa. Mereka semua tampak ketakutan.
RISA
(suara pelan tapi marah)
Ssshh!! Jangan berisik! Masih ada
Dimas di luar.

PETER
Hujan deras Risa, kami takut.

RISA
Kalian cuma cari perhatian.

Tiba tiba terdengar SUARA PETIR yang menyambar, kencang


sekali. Hans dan Janshen langsung bersembunyi ke kolong
tempat tidur. JENDELA kamar Risa terbuka, dan terlihat
berayun. Risa langsung berjalan ke jendela itu. Hendrick
mencoba memegang tangan Risa.

HENDRICK
Kami sungguh takut. Nyanyikan lagu
pengusir hujan.

Bukannya menanggapi, Risa malah melepaskan tangannya dari


pegangan Hendrick, lalu menutup jendela.

Dari pantulan jendela terlihat wajah Risa yang semakin


marah. Ia menengok ke Peter cs dengan kesal. Suara petir
kembali terdengar, sangat kencang. Peter cs tampak kaget.

Risa lalu berjalan mengarah kembali ke pintu kamar.

PETER / HANS
Ayo Risa kita nyanyi lagu pengusir
hujan! / Betul, Risa!

WILLIAM / JANSHEN
Kita bernyanyi bersama, Risa! /
Seirama!

HENDRICK
Pasti hujannya akan pergi!

Suara Peter cs yang berisik baru terhenti saat Risa


berbalik badan dan menghardik mereka:

RISA
Ssshhh! Kalian denger aku nggak
sih? Aku bilang… di luar masih ada
Dimas. Aku minta kalian jangan
berisik.
BRAAK! Risa keluar kamar sambil menutup pintu kencang-
kencang. Peter cs kini terdiam. Suara petir kembali
terdengar. Mereka hanya bisa meringkuk, wajah mereka
semakin ketakutan.

29 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Saat Risa kembali ke ruang tengah, Dimas sudah membereskan


barang-barang. Semua sampah ia kumpulkan di dalam PLASTIK
BESAR. Sadar melihat ekspresi Dimas yang seakan berkata,
‘kenapa?’, Risa langsung berkata:

RISA
Anginnya kenceng banget. Jendela
kamarku sampe kebuka.

DIMAS
Oh.
(menunjuk plastik besar)
Ini semua sampah aku kumpulin di
sini ya.

Sambil tersenyum, Risa mengambil plastik besar tersebut.

RISA
Biar aku aja yang buang. Sini.

Risa pun pergi ke belakang sambil membawa plastik besar.


Kini Dimas sendirian di ruang tengah itu. Terasa sangat
kosong, kecuali beberapa balon di sana-sini. Dimas lalu
lanjut membereskan gelas-gelas yang masih ada di dekat
sofa.

30 - EXT. RUMAH RISA. MALAM

Lampu depan rumah Risa kini sudah menyala. Hujan turun


semakin deras.

31 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM (DUNIA LAIN)

DUNIA LAIN adalah dunia di mana Peter cs berada. Suasana


hampir sama, tapi tidak benar benar sama. Lebih gelap.
Lebih CREEPY dan MENYERAMKAN.

Diiringi suara hujan yang turun dengan deras, Peter cs


duduk meringkuk di ujung ruangan. Mereka terlihat
ketakutan. Mereka tidak suka hujan.
Saat inilah, terdengar SUARA LIRIH. Suara perempuan.
Menyanyikan lagu yang sudah begitu mereka kenal.

KARTIKA (O.S.)
Abdi teh.. Ayeuna.. Gaduh hiji
boneka..

Nyanyian itu terdengar semakin dekat dan dekat. Siapapun


yang menyanyikannya kini sedang berdiri di depan pintu.
Peter cs saling menatap, ketakutan. Rasa takut itu semakin
menjadi tatkala GAGANG PINTU bergerak. Seperti ada yang
hendak membukanya dari luar.

32 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM

Ruang depan itu kini sudah kosong. Lampu menyala, namun


tidak ada siapa-siapa di sana. Di tengah keheningan inilah,
tiba-tiba PINTU TERBUKA DENGAN SENDIRINYA.

Sesaat kemudian, di LANTAI, muncul JEJAK KAKI yang BASAH


oleh campuran air dan tanah yang kotor. Seperti ada orang
yang melangkah masuk, namun tak ada siapa-siapa di sana.
Karena pintu yang terbuka, suara hujan yang kencang
terdengar semakin jelas. Suasana creepy bukan main.

33 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Dimas meletakkan beberapa PIRING dan GELAS di atas NAMPAN,


memastikan tak ada yang tertinggal di dekat sofa. Saat
inilah ia mendengar suara DERIT PINTU. Dimas menoleh ke
arah DINDING yang membatasi ruang tengah dan ruang depan.

DIMAS
Sa…?

Tidak ada jawaban. Suasana hening, tidak ada siapa-siapa.


Dimas lalu mengangkat nampannya, hendak membawanya ke dapur
bersih yang menempel dengan meja makan.

Saat inilah lampu ruang tengah mati. Suasana langsung jadi


gelap gulita. Dimas tertegun.

Sesaat kemudian, ia lanjut berjalan ke arah dapur sambil


memegang nampan yang berisi piring dan gelas.

DAR! Dimas mendengar suara balon yang pecah. Ia kaget, lalu


menengok ke belakang. Tidak ada apa-apa di sana.
Masih ada banyak balon di sekitar Dimas. Anehnya, beberapa
balon terlihat bergerak. Seperti terbang. Seakan ada yang
menggerakkan mereka.

Saat Dimas lanjut melangkah… DAR! Satu balon kembali pecah.


Dimas kembali melangkah… DAR! Satu balon lagi-lagi pecah.

Karena perhatiannya teralihkan oleh balon-balon yang pecah,


Dimas tak melihat ada BEKAS AIR di lantai di hadapannya.

Pacar Risa itu pun terpeleset. Nampan di tangannya terlepas


dan terjatuh. Gelas dan piring pecah seketika menghantam
lantai. Pecahannya berhamburan. Salah satunya menggores
lengan dan kaki Dimas.

Saat inilah Risa datang. Ia menyalakan lampu, dan kaget


bukan main melihat Dimas sudah tergeletak kesakitan di
lantai. Risa langsung menghampiri Dimas. Ia makin miris
melihat luka yang timbul di lengan Dimas.

Sambil membantu Dimas, Risa menatap ke sekeliling. Melihat


balon-balon yang pecah, ia terlihat marah. Risa bisa
menduga ini perbuatan siapa.

34 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM

Hujan di luar masih turun. Risa sedang mengantar Dimas yang


hendak pulang. Tampak tangan Dimas sudah diperban.

RISA
Maaf ya...

DIMAS
(tersenyum)
Loh kok minta maaf? Aku nggak
papa. Bener.

Risa lalu tersenyum paksa.

RISA
Nanti jangan lupa diganti
perbannya.

Dimas memberikan tanda siap. Saat inilah, Riri muncul


sambil menutup PAYUNG.

RIRI
Selamat ulang tahun Kak Dimas!
(beat)
Loh itu kenapa diperban? Hadiah
ulang tahunnya perban?

Dimas cuman nyengir.

DIMAS
Makasih Riri, aku pulang dulu ya.
(menatap Risa, tersenyum)
Makasih buat hari ini.

Risa hanya bisa mengangguk. Dimas pun pamit, dan


meninggalkan rumah.

RIRI
Ka Dimas kenapa itu teh?

Risa tak menjawab. Dia terlihat bete.

RIRI (CONT'D)
Teteh kenapa?

Bukannya menjawab, Risa malah masuk ke dalam rumah.

RIRI
Yang satu tangannya diperban, yang
satu mukanya bete. Perayaan ulang
tahun yang aneh.

Suara petir terdengar, hujan turun semakin deras.

35 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Risa masuk ke kamarnya dengan tatapan marah.

RISA
Peter, William, Janshen, Hans,
Hendrick! Keluar kalian!!
(beat)
Aku tau itu ulah kalian. Keluar!

Risa mencari-cari Peter cs, tapi sia-sia. Mereka tak ada di


kamar itu.

Petir terdengar menyambar. Risa mulai menangis.

RISA (CONT'D)
Aku udah capek sama kalian! Aku
nggak peduli lagi sama kalian. Aku
nggak mau liat kalian lagi.
Risa yang tadinya berdiri, kini terduduk jatuh di dekat
jendela kamarnya. Dia mengepal tangannya yang gemetar,
bicara sambil terus menangis.

RISA (CONT'D)
Aku nggak mau liat kalian lagi…

Hujan di luar turun semakin deras. Suara petir yang


menyambar terdengar. Sendirian, Risa menangis di dekat
jendela kamarnya.

36 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM (DUNIA LAIN)

PETER CS meringkuk di ruang depan. Pintu tertutup rapat tak


bisa terbuka. Mereka terlihat sedih dan ketakutan. Suasana
gelap sekali di dunia itu.

37 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Risa tidur miring ke samping, membelakangi pintu kamar.


Walau wajahnya masih terlihat sedih, ia sudah menghapus air
matanya. Suasana terasa hening.

Saat inilah pintu kamarnya terbuka. Risa berpikir kalau itu


adalah Riri.

RISA
Langsung tidur ya Ri, teteh capek
banget.

Risa bisa mendengar seperti ada yang melangkah mendekat,


lalu naik ke tempat tidur, berbaring di sampingnya. Risa
pun memejamkan mata.

Ia tak tahu, kalau sebenarnya di sampingnya TIDAK ADA


SIAPA-SIAPA.

38 - INT. KAMAR RIRI. MALAM

Riri sudah tertidur di kamarnya. Entah kenapa tidurnya


terlihat tidak tenang. Di luar hujan, tapi Riri kepanasan.
Di satu titik, selimutnya bahkan sampai terjatuh akibat
gerakan kakinya.

Riri akhirnya terbangun. Ia melihat jam. Jam 2 pagi. Riri


menyadari dirinya mandi keringat. Ia hendak mencoba tidur
lagi, namun mendengar suara LANGKAH KAKI dari luar.
Riri melihat ke arah pintu.

RIRI
Teh Risa...

Tidak ada jawaban. Suara langkah masih terdengar, sayup-


sayup, menjauh. Takut, Riri keluar dari kamarnya sambil
memeluk dan membawa gulingnya.

39 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Pintu kamar Risa terbuka. Riri masuk kamar, lalu menutup


pintu. Kakaknya sudah tertidur pulas. Riri naik ke ranjang,
dan membaringkan diri di samping Risa.

40 - INT. RUANG SIARAN RADIO. SIANG

Dimas duduk di kursi di balik meja siaran. Ada Clara di


situ, membantu mengganti perban dan mengaplikasikan
antiseptik. Erick juga ada di situ, menatapi.

CLARA
Kok bisa sampai bengkak gini.
Kayaknya harus diperiksa yang
bener, Dim. Mungkin ada beling
yang masuk.

Dimas meringis.

ERICK
Bener, Dim. Mending lo periksa
sekarang. Sesuatu tuh kalau makin
dalem makin susah ilangnya. Kayak
perasaan. Betul nggak, Ra?

Dimas tertawa. Clara ikut tersenyum.

Saat inilah Raina masuk, membawa beberapa lembar SCRIPT &


GUIDE SIARAN untuk hari ini. Erick langsung mengambil dan
mempelajarinya.

Perhatian Raina beralih ke Dimas.

RAINA
Kenapa lo, Dim?

ERICK
Kepeleset cinta dia, Rain.
Raina tertawa, sementara Dimas memukul lengan Erick.

ERICK
Aw!

CLARA
(menatap luka Dimas)
Bener deh ini harus ke klinik. Aku
anter abis kamu siaran ya?

Dimas akhirnya mengangguk.

DIMAS
Sekalian otw miting ke Braga ya.

Clara mengangguk, sambil mengoleskan antiseptik di luka


Dimas. Melihat ini, Erick mendehem.

ERICK
Uuuuh, mau dong diperhatiin juga.
Dokter Clara, tenggorokanku sakit
nih--
(pura-pura batuk)
--kayaknya nggak bisa siaran deh.

Raina yang lagi menyiapkan ruang siaran tertawa. Clara


sudah selesai membantu Dimas. Dia berdiri dan keluar sambil
melempar perban ke Erick.

CLARA
Nih buat nyumpel tenggorokan lo!

Gantian Dimas dan Raina yang menertawakan Erick.

Dimas lalu mengambil HP-nya dan mengirim pesan ke Risa.

INSERT LAYAR HP DIMAS: “Hai, lagi apa?”

Tapi sayang tanda pesan sudah dibaca tak muncul juga.

41 - EXT. TAMAN. SORE

RISA (V.O.)
Apakah ucapanku semalam kepada
mereka salah? Apakah aku jahat
berkata begitu? Tapi keusilan
mereka telah mencelakakan orang
yang kusayang. Mungkin pertemanan
kami ini sejak awal memang hanya
sebuah celaka. Oh andai saja aku
bisa tidak melihat mereka lagi.
Andai saja gerbang dialog ini bisa
kututup rapat.

Kata-kata ini terucap diiringi suara KETIKAN KEYBOARD.


Rupanya Risa sedang mengetik di LAPTOPNYA. Ia berada di
sebuah taman, duduk di BANGKU, dekat sebuah POHON BESAR.

Risa menghela napas, lalu mulai mengetik lagi.

RISA (V.O.)
Aku hanya ingin hidup normal.
Bisakah?

Di titik ini, seorang perempuan duduk di samping Risa.


Namun Risa terlalu konsen untuk menyadari hal ini.

Risa berhenti mengetik. Wajahnya tampak sedih bukan main.

KARTIKA (O.S)
Bisa.

Risa kaget. Ia baru sadar kalau di sampingnya ada orang


lain. Seorang perempuan. Cantik. Rambutnya panjang terurai.
Inilah KARTIKA. Ia tersenyum dan memperkenalkan diri.

KARTIKA (CONT'D)
Namaku Kartika.

Sesaat, Risa tampak ragu untuk menjawab, namun akhirnya:

RISA
A--aku Risa.

KARTIKA
Yang kamu tulis. Itu keinginanmu?
Isi hatimu?

RISA
Itu yang aku rasakan sekarang.

Kartika mendekatkan diri ke Risa, lalu berbisik ke


telinganya:

KARTIKA
(berbisik)
Kalau kamu tidak mau melihat
mereka lagi, kamu bisa menutupnya.
Risa menatap Kartika dengan lebih seksama. Ada sesuatu yang
aneh dengan perempuan ini--namun keinginan Risa untuk
terbebas dari Peter cs juga sudah memuncak.

RISA
Menutup…

KARTIKA
Gerbang dialog.

Risa diam, mengerenyitkan dahi. Namun ia juga tak


menghentikan Kartika ketika perempuan itu kembali
mendekatkan diri ke telinganya.

KARTIKA (CONT'D)
(berbisik)
Ikuti aku... Abdi ngagaleuh tinu
sanes. Masrahkeun nyawa sabab
poekna--

Risa mendengarkan mantra Kartika baik-baik, dan seperti


terhipnotis, Risa mengikuti ucapan tersebut.

RISA
Abdi ngagaleuh tinu sanes.
Masrahkeun nyawa sabab poekna--

Mendengar ini, Kartika tersenyum, lalu lanjut berbisik.

KARTIKA
(berbisik)
--bedasna angin bajra--

RISA
--bedasna angin bajra--

Suara Risa dan suara Kartika terdengar bersahutan, tumpang


tindih, yang semakin menambah surreal suasana.

KARTIKA
(berbisik)
--tiisna tirta--

RISA
--tiisna tirta--

Di titik ini, musik menjadi semakin intens. Suara sekitar


tak lagi terdengar. Perhatian Risa hanya terpusat pada
mantra yang diucapkan Kartika.
Semakin intens--

KARTIKA
(berbisik)
--ka’asih anjeun nu puguh--

RISA
--ka’asih anjeun nu puguh--

--dan intens--

KARTIKA
(berbisik)
--cinta urang nu regas.

--hingga akhirnya kita SMASH CUT TO:

42 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

RISA (CONT’D)
--cinta urang nu regas.

Risa berdiri di ruang tengah, berdiri agak jauh dari sofa.


Dia menutup mata dengan kedua tangannya. Di belakang,
samar-samar di dekat sofa, terlihat laptopnya yang terbuka.

Risa menurunkan kedua tangannya, lalu menatap ke


sekeliling. Dari jendela terlihat bahwa hujan masih turun
dengan deras. Jam menunjukkan sudah hampir jam 6 sore.
Rumahnya tampak gelap. Suasana begitu sepi. Saking sepinya,
suara detak jam rumah sampai terdengar.

Risa pun mulai berjalan menelusuri ruang tengah itu.

RISA (CONT'D)
Peter..

Tidak ada jawaban sama sekali. Risa lalu berjalan menuju


kamarnya.

43 - INT. KAMAR RISA. SORE

Risa masuk ke dalam kamarnya. Kamar itu tampak begitu


kosong dan sunyi. Ia beringsut menuju kotak mainan yang
tergeletak di ujung kamar, lalu mengambil salah satu mainan
Peter cs, sebuah BOLA KECIL. Sambil memegang bola itu, Risa
kembali menatap ke sekeliling kamar.
RISA
William.. Janshen..

Lagi-lagi tidak ada jawaban.

44 - INT. LORONG RUMAH RISA. SORE

Risa diam, dia melihat ke sekeliling.

RISA
Hans.. Hendrick..

Masih tidak ada jawaban. Risa lalu mencoba sesuatu. Ia


menggelindingkan bola ke ujung lorong. Ia menunggu, apakah
teman-temannya ini akan muncul?

Bola menggelinding melewati lorong, hingga tiba di ruang


tengah. Risa menunduk, memperhatikan posisi bola tersebut.
Bola itu tidak berpindah tempat, apalagi bergerak.

Risa menatap ke sisi lorong yang terdapat ruang shalat--


semua kosong. Ia melihat ke arah ruang tengah-- juga
kosong. Peter cs tidak ada.

Yang ada hanya Risa. Sendirian. Di tengah keheningan.

RISA (V.O.)
Aneh. Inikah rasanya normal? Aku
belum terbiasa. Terlalu sepi.
Bagai alam kesunyian.
(beat)
Inikah yang dinamakan “Sunyaruri”?

45 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Jam di ruang tengah berdentang tujuh kali. Dari jendela


terlihat di luar hujan masih turun deras. Risa sedang duduk
di balik meja makan, menikmati makan malam sambil melamun.
Pikirannya masih belum bisa lepas dari Peter cs.

Saat inilah, Riri masuk rumah, dia baru pulang les. Dia
masih memakai seragamnya, agak basah.

46 - EXT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM

ESTABLISH: Hujan masih turun dengan deras di rumah Risa.


47 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM (DUNIA LAIN)

Di dunia lain, di ruang depan, Peter cs duduk di bawah


pintu depan, berusaha menahan pintu tersebut.

JANSHEN
Aku takut...

Di dunia itu, suara hujan terdengar jelas. Air hujan


merembes dari plafon, menetes dan membasahi rumah di begitu
banyak titik. Suara petir menambah seram suasana.

WILLIAM
Dia tidak bisa ke sini.

HANS
Tapi Risa bagaimana?

Sambil gemetar menahan takut, Peter menengok ke arah lorong


yang mengarah ke kamar Risa. Ia teringat akan Risa.

48 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Risa duduk di depan MEJA RIAS, menghadap CERMIN. Ia melihat


lebih dekat ke wajahnya. MATANYA agak BENGKAK. Risa tekan-
tekan, tapi tidak sakit.

Panggilan VIDEO CALL masuk dari Dimas. Risa lalu


mengangkatnya.

INSERT LAYAR HP RISA: Ada Dimas, yang sedang berada di


ruang siarannya (SCENE 48A). Ia melambaikan tangan ke Risa.

DIMAS (O.S.)
Hei, lagi ngapain?
(melihat mata Risa)
Lho Sa, itu mata kamu bengkak
kenapa?

RISA
Nggak tau nih.

DIMAS (O.S.)
Coba dikompres ya.

RISA
Iya. Kamu tadi jadi ke rumah
sakit?
Dimas mengangguk.

DIMAS (O.S.)
Jadi. Sama Clara tadi.

RISA
(sedikit cemburu)
Clara nganterin?

DIMAS
Iya. Sekalian meeting di Braga.
Ya udah, sok dikompres matanya.
Langsung ya.

RISA
(becanda)
Siap bos.

DIMAS
Aku puterin lagu untuk nemenin
tidur ya. Bang Rhoma, mau?

RISA
Itu sih kamu yang joget. Daahhh…

DIMAS
Sweet dreams…

DI RADIO (SCENE 48A): Dimas menutup telepon. Ternyata


sedari tadi ada Erick di sampingnya menguping. Erick
berlagak tersipu dengan ucapan manis Dimas dan hendak
mencium Dimas.

DI RUMAH RISA: Risa mengambil kapas dan cairan, hendak


mengompres dan mengempeskan bengkak matanya.

Saat inilah Riri masuk, berjalan menuju ke tempat tidur.

RIRI
Teh alarm-ku jangan dimatiin kayak
kemarin dong, nanti buru-buru
lagi.

RISA
Ya abis kasian kamu masih nyenyak.
Nanti ganggu tidur.

Risa lalu terdiam. Dia jadi teringat Peter cs. Ia lalu


membawa kapas dan cairannya ke tempat tidur, lalu berbaring
di samping Riri.
Sambil berbaring terlentang, Risa mengompres kedua matanya
dengan KAPAS yang sudah dibasahi cairan. Di tengah
keheningan, Risa bisa mendengar suara hujan.

RISA (CONT'D)
Ri..

Riri tidak menjawab. Dia sudah tidur.

RISA (CONT'D)
Ri, Teteh kayaknya baru ngelakuin
hal yang bodoh banget. Tapi Teteh
marah sama mereka Ri.

Riri masih juga tak menjawab.

Sambil terlentang, dengan mata masih tertutup kapas basah,


Risa bisa melihat, samar-samar, ada WAJAH SESEORANG tepat
di depan matanya.

Karena kaget, Risa langsung membuka kapasnya. Tidak ada


siapa-siapa di atasnya. Risa menoleh. Di sampingnya, Riri
sudah tertidur pulas.

Risa membuang kapasnya di tempat sampah dekat situ, lalu


kembali berbaring. Tak butuh waktu lama, ia tertidur.

Sesaat kemudian, di tengah keheningan ini: TES.. TES..


TES.. Terdengar suara air yang jatuh dari langit-langit
kamar Risa. Air terus menetes, membasahi kamar Risa.

49 - INT. KAMAR RISA. SUBUH

Suara DERING HP RISA terdengar. Jam menunjukkan pukul 5.00


pagi, tapi suasana rumah Risa masih agak gelap. Di luar,
hujan masih turun dengan deras.

Suara HP Risa terus terdengar. Di layar terlihat kalau yang


menelpon adalah Dimas. Risa terbangun. Dalam kondisi
setengah mengantuk, tangannya bergerak mencari-cari HP-nya.

RISA
Peter.. HP-ku kalian pindahin lagi
ya?

Namun berbeda dengan adegan yang serupa di awal film, kali


ini Risa bisa langsung menemukan HP tersebut. Posisi HP-nya
masih sama. Risa tertegun, teringat kalau tidak ada lagi
Peter cs yang sering memindahkan HP-nya.
Risa lalu mengangkat HP-nya.

RISA (CONT'D)
Hai, udah bangun kok ini. Kamu
udah subuh? Iya, untung kamu
bangunin. Oke. Daah.

Risa lalu mematikan HP dan menaruhnya. Dia menoleh ke


jendela kamarnya; di luar hujan sangat deras. Risa beranjak
dari tempat tidurnya, dan menginjak GENANGAN AIR di lantai.
Ia lalu mendongak ke langit-langit: ada bekas bocor, dan
air masih netes. Risa keluar kamar untuk kemudian masuk
kembali sambil membawa BASKOM untuk menadah air bocor.

Seusai meletakkan baskom di bawah tetesan air, tiba-tiba


suara ALARM HP RIRI yang berbunyi. Risa kaget bukan main.
Alarm itu ia matikan, dan Risa pun membangunkan Riri.

RISA (CONT'D)
Ri, bangun Ri. Subuh dulu.

Riri bergerak, menggeliat, dan membuka matanya. Risa


kemudian berjalan keluar kamarnya.

50 - INT. KANTOR RADIO. SIANG

Dimas sedang duduk di kubikelnya. Ada Anton juga di sana.


Anton baru saja memberikan VIDEO ULTAH DIMAS tempo hari
dalam FLASH DISK. Dimas memindahkan file video itu ke
LAPTOPNYA. Selagi proses transfer terjadi:

DIMAS
Ini udah diedit Ton?

ANTON
(nyengir)
Gak sempet Dim. Aslik. Elo aja ya
yang edit?

DIMAS
Yee. Ini mah namanya bukan hadiah,
malah ngasih kerjaan.

ANTON
Kalau lo yang ngedit kan pasti
penuh cinta.

Dimas hanya bisa tersenyum kesal dan kembali duduk di depan


komputernya.
MOMENTS LATER: File video sudah berhasil dipindahkan ke
komputer Dimas. Ia lalu memakai HEADSET, dan mulai menonton
videonya.

Dimas sedang fokus melihat video itu, ketika wajah Clara


muncul di samping wajahnya. Dimas kaget bukan main.

DIMAS
Aduh, bikin kaget aja Clar.

CLARA
Serius amat. Apaan sih?

DIMAS
Video ulang tahun kemarin.

Clara tampak tak excited mendengar jawaban ini, berbeda


dengan Raina yang muncul di belakang Clara:

RAINA
Eh, liat dong!

Raina ikut menonton. Clara sempat melirik, tepat saat layar


menunjukkan wajah Risa.

CLARA
(ketus)
Tolong dong, yang bukan kerjaan
jangan dikerjain pas jam kantor.

Clara melengos pergi. Dimas diam, dia menatap Raina dengan


ekspresi yang bilang, ‘kenapa tuh anak?’.

RAINA
Tadi pas di kosan masih adem, baru
sekarang kumat ketusnya.

Tak lama kemudian terdengar suara teriakan Clara dari ruang


siaran:

CLARA
Rainnnn! Ayo briefing!

RAINA
(ke arah ruang siaran)
Okeeee!
(ke Dimas)
Nanti gue liat videonya ya.
Dimas memberi tanda oke, dan Raina pun buru-buru ke ruang
siaran. Perhatian Dimas kembali terarah ke komputernya. Ia
menekan kembali tombol “play”.

INSERT VIDEO ULTAH (SC 21): Kini Anton sudah merekam di


ruang tengah rumah Risa. Tampaknya bagian ini tidak sengaja
terekam ketika Anton sedang menge-charge baterai kameranya.

Saat inilah PANGGILAN VIDEO CALL dari Risa menutupi layar


laptop Dimas. Dimas menekan tombol jawab, dan layar laptop
langsung menunjukkan Risa yang sedang duduk di ruang
tengah. Dimas memakai EARPHONE, lalu melambaikan tangan.

DIMAS
Hai, lagi ngapain?

51 - INT. RUANG TENGAN RUMAH RISA. SORE

Risa duduk di karpet, dan tubuhnya menyender ke sofa.

Laptopnya ia letakkan di atas coffee table--menunjukkan


wajah Dimas.

RISA
Abis nulis. Kamu siaran jam
berapa?

DIMAS (O.S.)
Aku dapat midnight hari ini.
(menyadari sesuatu)
Mata kamu masih bengkak? Dikompres
nggak nolong?

RISA
Iya nih.
(menenangkan Dimas)
Tapi nggak sakit sih.

DIMAS (O.S.)
Oh.. Semoga gak tambah parah ya.
Nggak mau ke dokter?

Risa menggeleng.

RISA
Mau sih tapi males, dari kemarin
hujan deres nggak berhenti, rumah
bocor.
DIMAS (O.S.)
Hah, ujan? Di sini terang
benderang.

Saat inilah Risa mengerenyitkan dahi. Rupanya ia kebelet


pipis. Risa lalu beranjak agak buru-buru.

RISA
Eh eh, aku kamar mandi bentar ya.

DIMAS
Oke, aku juga mau ngambil minum
dulu nih.

Risa lalu beranjak dari tempat duduknya, mengarah ke kamar


mandi. Laptop ia biarkan terbuka.

52 - INT. KUBIKEL KANTOR DIMAS. SORE (CUT TO CUT W/ RUANG


TENGAH RUMAH RISA)

Dimas meninggalkan meja kubikelnya untuk mengambil air di


dispenser, tak jauh dari situ. Sama seperti Risa, laptop ia
tinggalkan dalam keadaan terbuka.

INSERT LAYAR LAPTOP DIMAS: Ada seorang PEREMPUAN yang


muncul. Rambutnya PANJANG dan lepek karena BASAH. Ini
adalah KARTIKA. Kartika duduk di sofa. Wajahnya tak
terlihat jelas karena kepalanya yang menunduk.

Saat inilah Risa muncul di layar. Ia kembali duduk di atas


karpet, menghadap laptopnya. Ia tidak sadar kalau di
belakangnya sedang duduk Kartika.

RISA (O.S.)
Dim...

53 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Risa menatap layar laptopnya.

INSERT LAYAR LAPTOP RISA: Dimas muncul kembali sambil


membawa gelas berisi air.

DIMAS (O.S.)
Hadir!
(meletakkan gelas di meja)
Sampe di mana tadi?
RISA
Sampe aku hampir ngompol.

CUT TO WIDE: Di sofa belakang Risa, sosok Kartika sudah


tidak ada!

INT. KUBIKEL KANTOR DIMAS. SORE

Dimas tertawa.

DIMAS (CONT’D)
Tapi seriusan di tempat kamu ujan
deres Sa? Padahal di sini--

Omongan Dimas terpotong oleh kemunculan Clara.

CLARA
Dim, yuk briefing siaran.
(sadar Dimas lagi vieo call)
Eh, sori ganggu.

Sesaat Clara mengintip. Dia mengerenyitkan dahinya, lalu


cabut. Dimas lalu pamit ke Risa:

DIMAS
Aku balik kerja dulu ya.

RISA (O.S.)
Oke. Daah.

Dimas melambaikan tangan, menutup laptopnya, lalu pergi.

54 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Risa menyudahi video call, lalu membuka FILE NOVELNYA. Risa


membuka halaman terakhir yang ia tulis. Halaman 40-an. Ia
kepikiran sesuatu, lalu scrolling untuk melihat HALAMAN-
HALAMAN SEBELUMNYA.

Risa menoleh ke tumpukan PRINT OUT NOVEL yang ia letakkan


di laci bawah coffee table. Print out itu ia keluarkan.
Setelah membuka beberapa halaman, Risa sadar ada beberapa
halaman yang hilang dari tumpukan itu. Halaman 1 ada, namun
2 tidak. Begitu pula BEBERAPA HALAMAN LAIN, tidak ada. Risa
mengerenyitkan alis. Ia tampak berpikir keras, lalu menoleh
ke arah kolong sofa. Tak ada apa-apa di situ.
Saat inilah Risa merasakan sesuatu, terutama di spot
Kartika tadi duduk. Risa memegang spot itu yang ternyata
BASAH BUKAN MAIN! Risa lalu mendongakkan kepalanya, melihat
ke langit langit, namun tak ada bekas bocor di sana.

Risa melihat ke sekeliling: tak ada apa-apa. Ia lalu


kembali mencium bau yang begitu familiar baginya: danur.

Secara reflek, Risa langsung menutup hidungnya. Bau itu


namun masih saja tercium. Ia tak sadar kalau bau danur itu
muncul dari tubuhnya sendiri!

RISA
(mulai ketakutan)
Peter.. Kalian disini..?

Risa tidak merasakan apa-apa. Semua tampak sepi dan kosong.


Risa menyadari sesuatu yang tidak beres akan terjadi.

55 - INT. KAMAR RISA. SORE

Risa membuka lemarinya, mencari Peter cs.

RISA
Peter.. William..

Tidak ada siapa-siapa di dalam lemari itu. Risa lalu


melihat ke setiap sudut kamarnya.

RISA (CONT'D)
Janshen.. Hans.. Hendrick..

Risa mencari ke kolong tempat tidur, ke balik gorden, tapi


percuma: Peter cs tidak tampak.

Risa melihat ke sekeliling. Dari ekspresinya tampak jelas


kalau ia masih mencium bau danur, tapi Risa tidak tahu
darimana asalnya.

Risa menghentikan langkah tatkala mendengar suara air


bergejolak dari BASKOM yang subuh tadi ia letakkan di
lantai, untuk menadahi tetesan air.

Perlahan, Risa menoleh ke baskom itu. Ia lalu mendekatinya.

Risa mendekatkan kepalanya ke permukaan air. Ia bisa


melihat sisa GEJOLAK air di dalam baskom itu.

Risa terus mendekat--


--dan mendekat--

--dan saat inilah dari dalam baskom keluar SEBUAH TANGAN


PEREMPUAN yang mencekik leher Risa!

Tangan itu hendak menarik Risa ke dalam air! Risa melawan,


dan akhirnya berhasil melepaskan cengkeraman tangan demonik
itu, hingga dirinya pun terpelanting ke lantai.

Risa menoleh ke baskom dengan tatapan penuh kengerian:


tangan itu sudah hilang!

Sambil tersengal-sengal, Risa menendang baskom itu hingga


air tumpah ke mana-mana. Tak ada apa-apa di sana.

56 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Risa tampak sedang duduk di sofa sambil berpikir keras. Ia


memberanikan diri untuk membuka draft novel sudah ia print.
Ia tersadar: HALAMAN YANG HILANG kini sudah LEBIH BANYAK.
Dengan panik, ia mulai membandingkan halaman yang hilang
dengan apa yang sudah ia tulis di laptop.

Risa membaca halaman pertama yang hilang.

INSERT LAYAR LAPTOP: "Peter. William. Janshen. Hans. Dan


Hendrick. Lucu rasanya kelima anak Belanda ini menyukai
lagu Sunda. Tapi lagu inilah yang kami sering nyanyikan
bersama sejak aku kecil. Kata mereka itu mengingatkan
mereka ke masa-masa mereka masih hidup.”

Di halaman tersebut tampak ada lirik lagu “Abdi Teh”.

Saat inilah, Riri pulang masih memakai seragam sekolahnya.

RIRI
(ngedumel)
Ini hujan di rumah kita awet pisan
dari kemarin. Kata temen-temen
Riri di rumah mereka nggak ada
yang ujan, di sekolah juga nggak.
Aneh kan Teh?

Risa tampak tak terlalu mendengarkan Riri. Ia hanya fokus


dengan draft novelnya yang sebagian hilang.

RISA
(menunjuk ke print out)
Ri, kamu buka-buka ini ga?
Riri menggeleng.

RIRI
Gak. Kenapa Teh?

Risa kembali membandingkan halaman yang hilang dengan yang


tertera di laptop. Kali ini halaman 7.

INSERT LAYAR LAPTOP: "Mereka tidak suka hujan, setiap hujan


datang, kami menyanyikan sebuah lagu pengusir hujan."

Risa terdiam dan menoleh ke jendela: di luar masih saja


hujan deras. Ia pun beralih ke Riri.

RISA
Tadi kamu bilang cuma rumah kita
yang hujan Ri?

RIRI
Iya, Riri jadi diketawain bawa jas
hujan sendirian.

57 - INT. KAMAR RISA. MALAM (FLASHBACK SCENE 28)

Di luar, hujan turun dengan deras.

PETER
Hujan deras Risa, kami takut.

RISA
Kalian cuma cari perhatian.

HENDRICK
Kami sungguh takut. Nyanyikan lagu
pengusir hujan.

PETER / HANS
Ayo Risa kita nyanyi lagu pengusir
hujan! / Betul, Risa!

WILLIAM / JANSHEN
Kita bernyanyi bersama, Risa! /
Seirama!

HENDRICK
Pasti hujannya akan pergi!
58 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM (PARALEL)

Risa menoleh ke arah rak buku yang ada di ruang tengah. Di


sana tampak ada KUMPULAN BONEKA PENGUSIR HUJAN. Risa
mengambil boneka-boneka itu lalu mulai menggantungnya di
sekitaran jendela.

ANGLE ON: Riri yang melihat apa yang kakaknya lakukan. Adik
Risa itu mulai merasa sedikit takut.

Risa tampak teringat sesuatu...

59 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE (FLASHBACK) (PARALEL)

Risa sedang menyiapkan gantungan boneka pengusir hujan.


Saat inilah Peter cs datang dan menarik-narik baju Risa.

HANS
Ayo, Risa.

PETER
Cepat gantung, agar hujan segera
pergi.

Risa tersenyum. Ia lalu bangkit, dan mulai menggantungkan


boneka pengusir hujan itu di DEPAN JENDELA.

RISA
Betul begini?

WILLIAM
Dulu Nippon melakukan ini untuk
mengusir hujan.

RISA
Ada-ada aja orang Jepang.

Risa selesai menggantungkan boneka-boneka tersebut.

RISA
Tapi aku juga tau lagu untuk
mengusir hujan. Ikuti aku ya.

60 - INT. KAMAR RISA. MALAM (PARALEL)

Risa menggantungkan boneka hujan itu di jendela di


kamarnya. Sambil menggantungkan, ia bernyanyi sendirian:
RISA
(bernyanyi)
Hujan hujan, pergilah, datang lagi
lain hari...

61 - INT. KAMAR RISA. SORE (FLASHBACK) (PARALEL)

Risa menyanyikan lagu yang sama, namun kali ini bersama


Peter cs.

PETER CS & RISA


(bernyanyi)
Hujan hujan, pergilah, datang lagi
lain hari...

Rupanya menyanyikan lagu ini berhasil membuat ketakutan


Peter cs mereda. Mereka sudah bisa tersenyum. Mereka terus
bernyanyi dalam suasana penuh kehangatan. Sungguh berbeda
dengan suasana di scene sebelumnya.

62 - INT. KAMAR RISA. MALAM

Di luar, hujan masih turun dengan deras. Risa duduk di


pinggir tempat tidur, menatap ke boneka pengusir hujan yang
tergantung di jendela. Saat inilah Risa merasa mendengar
suara Peter cs bernyanyi

PETER CS
Hujan-hujan, pergilah, datang lagi
lain hari...

Risa terbangun dari lamunannya. Rupanya ia hanya sendirian.


Matanya pun mulai berkaca-kaca.

Masuk Riri. Sudah mengenakan baju tidur.

RIRI
Teh. Ada apa sih?

Risa melihat Riri.

RISA
Kamu bilang di tempat lain gak
hujan... Dimas juga bilang gitu,
ini pasti bukan hujan biasa…

RIRI
Maksudnya?
RISA
Teteh juga belum tau pasti.

Riri melihat Risa yang duduk di pinggir tempat tidurnya.


Dia duduk di tempat tidur di dekat Risa.

RIRI
Kenapa nggak minta bantuan temen-
temen kecil Teteh kalo Teteh
merasa ada yang aneh?

Risa diam, dia terlihat menyenderkan tubuhnya ke ranjang


tempat tidur.

RISA
Teteh nutup mata batin Teteh, Ri.
Teteh nggak bisa liat mereka lagi.
Tapi justru sekarang Teteh takut.
Tadi Teteh cium bau danur, padahal
mereka udah nggak ada.

Risa kepikiran sesuatu. Ia lalu mengambil draft novelnya


dan menunjukkan halaman-halaman yang hilang kepada Riri.

RISA
Liat Ri, ini banyak halaman di
novel Teteh yang ilang, dan
semuanya yang menceritakan tentang
Peter cs.

RIRI
(mulai takut)
Siapa yang ambil Teh?

63 - INT. KAMAR RIRI. MALAM

Risa duduk di pinggir tempat tidur. Dia menatap ke


gantungan boneka pengusir hujan yang tergantung di jendela
kamar Riri. Di dekat tempat tidur tampak kotak yang berisi
draft novel. Laptop Risa juga tergeletak di dekat situ.

64 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Hanya lampu ruang tengah


dan laptop Risa yang terbuka menerangi ruangan itu. Tampak
Risa tertidur di sofa, dekat kertas-kertas yang berserakan.
INSERT LAYAR LAPTOP: Ada tulisan Risa yang belum selesai.
"Peter maafkan aku, aku masih bisa mencium bau danur, tapi
aku tidak bisa melihat kalian… Kalian di mana? Aku..."

Tiba-tiba: TES... Ada tetesan air yang mengenai kaki Risa.

TES.. sekali lagi air menetes. Kali ini mengenai perut


Risa.

TES.. Kali ini tetesan air mengenai wajah Risa.

Risa membuka matanya.

Betapa kagetnya Risa melihat wajah KARTIKA, tepat di atas


wajahnya!

RISA
(berteriak histeris)
AAAAAAARGH!!!

65 - INT. KAMAR RIRI. MALAM

RISA (O.S.)
(berteriak histeris)
AAAAAAARGH!!!

Riri terbangun dengan panik. Dia bergegas keluar kamar.

66 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Riri berlari ke ruang tengah dengan panik. Ia menghentikan


langkahnya ketika melihat Risa sudah berdiri, dan hendak
berjalan ke kamarnya. Anehnya, Risa kini sudah tenang.

RIRI
Teh Risa kenapa?

RISA
Gak papa.

Risa lalu beranjak ke kamar Riri, meninggalkan Riri yang


kebingungan. Lampu ruang tengah dimatikan oleh Risa.

67 - EXT. RUMAH RISA. PAGI

ESTABLISH: Terlihat rumah Risa terus diguyur hujan deras


petir terdengar menyambar.
68 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. PAGI

Rumah Risa terlihat masih gelap. Terdengar suara radio.


Dimas rupanya sedang siaran. Risa sedang duduk di sofa
sambil selimutan dan dikompres oleh Riri. Tak seperti
biasanya, pagi itu Riri tak memakai seragam sekolah.

RIRI
Teteh yakin ga mau ke dokter?

Risa menggelengkan kepala.

RIRI
Teteh bener gak papa?

Wajah Risa terlihat semakin pucat. Riri memperhatikan MATA


RISA yang SEMAKIN BENGKAK. Ia lalu menaruh bekas
kompresannya dan memegang kening kakaknya itu.

RIRI
Teh, badan Teteh dingin. Bengkak
di mata juga makin membesar.
Takutnya infeksi lho.
(meninggalkan sofa)
Riri telepon mama ya, siapa tau
mama tau mata Teteh musti dikasih
obat apa.

Riri akhirnya meninggalkan Risa sendirian di ruang itu.


Suasana jadi hening.

Namun, tiba-tiba, terdengar SUARA MAINAN MOBIL AMBULANS


memecah keheningan. Mainan itu melaju dari arah lorong
rumah ke dalam ruang tengah.

Risa diam saja. Mobil ambulans pun bergerak memutar terus-


menerus di ruang tengah, tidak jauh dari sofa.

Risa hanya menoleh, tanpa melakukan apapun. Mobil ambulans


itu terus berputar-putar di satu titik.

69 - INT. LORONG RUMAH RISA. PAGI (DUNIA LAIN)

Di lorong itu, di dunia lain. Peter cs terpaku. Mereka


lihat Risa hanya terdiam dan membiarkan mobil ambulans itu
terus berbunyi. Padahal, ambulans itu sengaja Hans lepas
sebagai tanda kalau mereka butuh bantuan.
70 - INT. LORONG RUMAH RISA. PAGI

POV PETER CS: Terlihat Risa yang duduk di sofa, dan


membiarkan mobil ambulans Hans berputar tidak jauh dari
lorong.

71 - INT. LORONG RUMAH RISA. PAGI (DUNIA LAIN)

Di dunia lain, terlihat Peter cs yang berdiri. Janshen,


pemilik mobil mainan itu, terlihat hendak menghampiri Risa,
tapi Peter menahanannya sambil menggelengkan kepala.

72 - INT. KAMAR RIRI. SORE

Risa tidur terlentang di kamarnya Riri. Di meja kecil


samping tempat tidur Risa terlihat ada obat-obat yang Riri
berikan. Suara Riri shalat terdengar:

RIRI
Samiallahulimanhamidah...

Riri shalat menghadap ke tempat tidur. Dia seperti


menghadap ke Risa yang lagi tidur. Jadi terlihat seperti
sedang menyolati Risa. Riri tampak shalat dengan khusyuk,
jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.

Riri masih shalat mahgrib, tiba-tiba di rakaat terakhir,


setelah sujud terakhir, Riri melihat di tempat tidur,
posisi Risa sudah DUDUK (pinggang ke bawah) tapi pinggang
ke atas hingga kepala DIJATUHKAN ke samping, di atas
ranjang. Matanya MELOTOT ke arah Riri.

Risa kemudian bersenandung lirih.

RISA
Abdi teh.. Ayeuna.. Gaduh hiji
boneka.. Teukinten.. Saena..
Sareng lucuna..

73 - INT. LORONG RUMAH RISA. SORE (DUNIA LAIN)

RISA (O.S.)
Ku abdi.. Diacukeun, acukna sae
pisan.. Cik mangga, tingali boneka
abdi..
Nyanyian Risa terdengar lirih-lirih. Di ujung lorong itu,
PETER CS terlihat duduk, bersembunyi. Hans melihat ke arah
lorong yang kosong. Yang lebih menyeramkan, suara Risa
TUMPANG TINDIH dengan suara perempuan yang menyeramkan.
SUARA KARTIKA.

Hans yang mengintip, hampir mau bergerak keluar dari tempat


persembunyian. Tapi Peter menahannya sambil menggelengkan
kepala. Lagu “Abdi Teh” yang begitu menyeramkan itu
memenuhi lorong yang kosong.

74 - INT. KAMAR RIRI. SORE

Riri menyelesaikan shalatnya, lalu menghampiri Risa,


berusaha menyadarkan kakaknya itu.

RIRI
Teh.. Teh Risa..

Riri menggoyangkan pundak Risa berkali-kali, sambil membaca


doa. Risa menatap Riri dengan wajah bingung.

RIRI (CONT'D)
Teteh kenapa?

Risa menggelengkan kepala. Riri menatap Risa, dengan


tatapan yang juga sama bingungnya. Suara petir kembali
terdengar.

75 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RISA. MALAM

Riri duduk sendirian. Dia melihat ke HP-nya.

INSERT LAYAR HP: Ada NOMOR TELPON DIMAS, siap untuk di-
dial.

Riri teringat omongan Risa:

RISA (O.S.)
Teteh cuma nggak mau Dimas jadi
kayak yang lain Ri. Kayak kamu
dulu. Nggak mau nerima Teteh yang
aneh, yang suka ngomong sendiri,
yang punya teman tapi hantu.

Riri menatap ke sekeliling rumahnya yang kosong, lalu


menghela nafas. Ia sempat terlihat mau menekan tombol
telepon Dimas, tapi mengurungkan niatnya. Jam kemudian
terdengar berdentang, tanda tengah malam.

76 - INT. RUANG SIARAN. MALAM

Sebelum mulai siaran lagi, Dimas melihat HP-nya.

INSERT LAYAR HP DIMAS: Ada WhatsApp yang dikirim ke Risa,


berbunyi, “Hai, lagi ngapain?” Tapi Risa tidak membalasnya.
Membacanya pun belum.

77 - INT. KAMAR RIRI. MALAM

Notifikasi pesan masuk dari Dimas terlihat di layar HP


Risa. HP itu diletakkan di meja belajar Riri, jauh dari
posisinya Risa. Jam di HP itu menunjukkan pukul 12 malam.

Lampu kamar Riri sudah dimatikan, hanya ada lampu tidur


yang menyala. Riri dan Risa sudah tidur. SUARA HUJAN DERAS
masih terdengar. Boneka pengusir hujan yang tadinya
tergantung di jendela, kini tergeletak jatuh di lantai.

Riri terlihat sudah tidur dengan gelisah, kakinya bergerak,


posisi tidurnya berubah-ubah. Posisi Riri yang tadinya
tidur miring ke samping menghadap ke arah pintu kamar, kini
berbalik, jadi menghadap ke arah Risa di sampingnya.

Ketika Riri menghadap ke Risa, Riri terbangun. Matanya


terbuka--dan tepat di depan Riri yang terlihat tidur bukan
Risa, melainkan WAJAH KARTIKA yang menyeramkan.

Riri terbangun dengan kaget. Ia langsung menyalakan lampu,


kemudian melihat lagi ke tempat tidur. Ternyata yang tidur
masih Risa. Riri terdiam, napasnya tersengal. Wajah Kartika
yang menyeramkan masih membayang.

78 - INT. KANTOR RADIO (KUBIKEL DIMAS). SIANG

Dimas duduk di kubikelnya sambil mengedit VIDEO ULTAH.

INSERT LAYAR LAPTOP DIMAS: Video menunjukkan bagian Anton


berjalan ke kamar mandi. Suara senandung / humming lagu
“Abdi Teh” terdengar dari arah kamar mandi.

Namun Dimas tidak memperhatikan hal ini. Ia sibuk menatap


HP-nya, mengecek apakah Risa sudah membaca pesannya.
Ternyata belum. Dimas pun mencoba menelpon Risa. Yang
terdengar malah NADA TIDAK AKTIF.

Dimas mengerenyitkan dahi. Ia menatap ke JAM DINDING. Sudah


pukul 3. Dimas mencari nomor Riri. Begitu dapat, langsung
ia dial. Syukurlah, Riri mengangkat pada panggilan kedua.

RIRI
Halo…

Anehnya, suara Riri terdengar di belakang Dimas. Dimas


menoleh, dan menemukan Riri sedang berjalan ke arahnya.

79 - INT. RUANG TENGAH KANTOR RADIO. SIANG

Kantor sudah sepi. Dimas dan Riri duduk di ruang tengah.

DIMAS
Ri.. Ada apa sih?

Riri tidak langsung menjawab pertanyaan Dimas. Ketika


akirnya ia bicara, ia bicara dengan suara pelan:

RIRI
Ada yang mau Riri ceritain.

Dimas menatap Riri, penasaran.

RIRI (CONT'D)
Kak Dimas percaya hantu?

80 - EXT. RUMAH RISA. SORE

ESTABLISH: Rumah Risa masih gelap. Hujan turun deras.

81 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Risa sendirian di ruang tengah, duduk di depan PIANO.


Tatapan mata Risa kosong. Bengkak di matanya juga semakin
menjadi. Risa membuka penutup tuts pianonya, lalu mulai
memainkan lagu “Abdi Teh”.

RISA
(lirih)
Abdi teh.. Ayeuna gaduh hiji
boneka..
Rupanya Kartika menggunakan tubuh Risa untuk memanggil
Peter cs!

82 - INT. RUANGAN GELAP (DUNIA LAIN).

Peter cs terlihat meringkuk ketakutan, sambil menutup


telinga. Janshen bergerak untuk menghampiri arah suara,
namun dihentikan oleh Peter.

PETER
Jangan, itu bukan Risa..

Mereka terus menahan diri, wajah mereka semakin pucat. Di


dunia ini, lagu “Abdi Teh” yang dinyanyikan oleh
Risa/Kartika terdengar aneh. Creepy dan menyeramkan.

83 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE

Risa berhenti memainkan lagu “Abdi Teh”.

Tubuhnya perlahan mulai bergerak dengan aneh, seperti


digerakkan secara paksa oleh kekuatan supernatural
Kartika.

Tiba-tiba saja, dengan kasar Kartika MEMBENTURKAN KEPALA


RISA ke TUTS PIANO. Serentetan NADA ACAK membahana dengan
kencangnya.

KARTIKA (O.S.)
(suara menyeramkan)
PANGGIL MEREKA!

Anehnya, setelah kepalanya dijedukkan ke tuts piano, Risa


menemukan dirinya terbebas. DARAH mengucur dari hidungnya,
akibat membentur piano tadi. Ia pun bangkit dari duduknya,
dan segera kabur dari situ.

84 - INT. TEMPAT SHALAT RUMAH RISA. MALAM

Risa sedang shalat dengan khusyu. Tidak ada yang aneh.

MOMENTS LATER: Risa sudah selesai shalat. Sambil duduk di


sajadah dan memegang tasbih, ia berdoa dengan gemetaran.
Risa selesai berdoa. Semuanya terasa hening. Air mata Risa
pun menetes.

Di tengah keheningan ini, Risa mendengar samar-samar:


PETER (O.S)
Risa..

RISA
(bergumam pelan)
Peter?

WILLIAM/JANSHEN/HANS/HENDRICK (O.S)
Risa..

Terdengar pelan Peter cs bergantian memanggil nama Risa.


Risa gemetar mendengar suara mereka.

RISA
(bergumam pelan)
Aku bisa dengar suara kalian.

PETER (O.S.)
Kami masih di sini Risa.

Risa melihat ke sekelilingnya. Tak ada siapa-siapa. Suasana


sangat sepi.

RISA
Tapi aku tidak bisa melihat
kalian.

Risa belum juga melihat apa-apa.

JANSHEN (O.S.)
Kami bersembunyi dari dia.

RISA
Siapa?

HANS/HENDRICK (O.S.)
Pergi Risa.

WILLIAM (O.S.)
Selamatkan dirimu.

Risa perlahan kembali menangis. Tangannya masih memegang


tasbih dengan gemetar.

RISA
Maafkan aku. Maafkan aku menutup
mata batinku.

Tiba tiba terdengar suara Peter berbisik:


PETER (O.S)
Tidak Risa. Dia menipumu.

Jemari Risa yang menggerakkan butir tasbih berhenti ketika


mendengar suara Peter. Risa melihat ke sekeliling. Masih
tak ada apa-apa. Perhatiannya lalu tertuju ke lorong menuju
ruang tengah.

85 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Risa lari ke depan laptopnya, dan membaca tulisan di layar.


INSERT LAYAR LAPTOP: "Taman sore itu, tampak seperti taman
yang sering kulihat. Aku duduk sendirian, berharap aku
terlahir sebagai perempuan yang normal."

Risa pun menatap ke lukisan di tembok.

CAMERA SLOWLY TRACK CLOSER TO: Lukisan itu. Menunjukkan


SEBUAH TAMAN. Ada BANGKU di situ. Dan di dekatnya, sebuah
POHON BESAR. SAMA PERSIS dengan taman di scene 41.

SLOWLY DISSOLVE TO:

FLASHBACK SC. 41 (EXT. TAMAN - DAY)

Risa sedang duduk di bangku, mengetik di laptopnya. Rupanya


ia berada di TAMAN YANG SAMA dengan di lukisan itu!

CUT TO:

86A - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE (FLASHBACK)

Risa duduk di depan TV sambil melamun. Pandangannya


mengarah ke lukisan taman itu. Di atas coffee table, laptop
Risa dalam kondisi terbuka. Risa lalu mengetik sesuatu di
laptop tersebut.

INSERT LAYAR LAPTOP: "Seorang perempuan cantik datang


menghampiriku. Dia menawarkan untuk menutup gerbang
dialogku dengan meraka. Lalu dia membacakan sebuah
mantra..."

CUT TO:
FLASHBACK SC. 41 (EXT. TAMAN - DAY)

Risa menemukan Kartika sedang duduk di sebelahnya. Kartika


mulai mengajaknya bicara.

KARTIKA
Yang kamu tulis. Itu keinginanmu?
Isi hatimu?

RISA
Itu yang aku rasakan sekarang.

Kartika mendekatkan diri ke Risa, lalu berbisik ke


telinganya:

KARTIKA
(berbisik)
Kalau kamu tidak mau melihat
mereka lagi, kamu bisa
menutupnya..

CUT BACK TO:

86B - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. SORE (FLASHBACK)

Rupanya, di dunia nyata, Kartika sedang duduk di sofa,


tepat di samping Risa. Kartika dalam wujud sebenarnya.
Kartika bukanlah perempuan cantik. Wajahnya sangat
menyeramkan, rambutnya panjang terurai, lepek dan basah.

Dia berbisik di telinga Risa:

KARTIKA
Abdi ngagaleuh tinu sanes.
Masrahkeun nyawa sabab poekna,
bedasna angin bajra, tiisna tirta
ka’asih anjeun nu puguh, cinta
urang nu regas..

Perlahan, mulut Risa mulai bergumam mantra yang sama.

87 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Risa sontak kaget. Dia menatap lukisan itu dengan ekspresi


ketakutan. Saat inilah, lampu ruang tengah mendadak mati.
Suara tetesan air terdengar dimana-mana.
Dari arah piano terdengar suara piano dimainkan. Lagu “Abdi
Teh”! Perlahan, sangat perlahan, Risa menoleh ke arah piano
tersebut. Ia melihat betapa banyaknya bagian rumah yang
bocor. Namun bukan itu yang membuatnya gemetar. Di sana,
duduk di depan piano, adalah seorang perempuan. Kartika.

Risa berdiri. Ia menatap ke Kartika.

RISA
Kartika...

KARTIKA
Panggil mereka!

PRANG!!! Kaca-kaca di rumah itu--mulai dari LAMPU, JENDELA


hingga LEMARI KACA--pecah berkeping-keping akibat jeritan
Kartika yang mengerikan.

Secara refleks Risa langsung menutupi kepala dan matanya,


berusaha melindungi wajahnya dari pecahan tersebut.

Selagi Risa melindungi wajah inilah, sebuah KURSI KAYU


mulai MELAYANG. Dengan kekuatan supernaturalnya, Kartika
melayangkan kursi tersebut tepat ke arah Risa.

Syukurlah Risa menurunkan tangan tepat sebelum kursi itu


menghantamnya. Risa menghindar, dan--BLAM! Kursi itu malah
menghantam dinding di belakangnya, HANCUR berkeping-keping.

Risa berusaha lari menjauhi Kartika, namun di tengah jalan


ia berhenti. Badannya FREEZE, tak bisa bergerak. Lagi-lagi
kekuatan supernatural Kartika menguasai tubuhnya.

Perlahan, Risa mulai MELAYANG secara vertikal ke atas.

KARTIKA
Panggil mereka!

Kartika melemparkan tubuh Risa, tepat ke arah LEMARI KACA.


BLAM! Lemari itu hancur terhantam tubuh Risa. PECAHAN
KACANYA menggores tubuh Risa di mana-mana.

Risa terjatuh ke lantai. DARAH mulai mengucur dari luka-


luka di sekujur tubuhnya.

KARTIKA
Panggil mereka!

RISA
Nggak!
Tubuh Risa mulai TERSERET di lantai, bergerak menuju ke
arah Kartika yang masih duduk di balik piano!

88 - EXT. DEPAN RUMAH RISA. MALAM

Hujan masih turun dengan deras. Pintu tiba-tiba terbuka,


dan tubuh Risa melayang dari dalam, hingga akhirnya
terjatuh ke tanah dengan hebatnya!

Sambil menahan sakit luar biasa, Risa mulai merangkak


menjauhi rumah. Saat inilah ada sesuatu yang memegang
tangannya. Rupanya Peter! Tampak juga ada Hendrick,
William, Hans dan Janshen di situ.

RISA
Peter, pergi! Pergi!

Peter memegang wajah dan mata Risa yang menangis.

PETER
Tapi kami harus menyelamatkan kamu
Risa.

RISA
Maafkan aku.. Maafkan aku..

Peter mendekati Risa lalu memeluknya. William, Hans,


Janshen, dan Hendrick ikut memeluk.

Di dalam rumah, Kartika membanting jarinya ke tuts piano.


Berbalik badan lalu berteriak kencang.

Tiba tiba Peter CS tertarik satu persatu dengan kasar ke


dalam rumah. Pintu rumah ketutup kencang.

RISA (CONT'D)
Jangaaaaannn!!!

Risa lalu menangis, bersamaan dengan berhentinya hujan.


Suasana langsung jadi hening. Yang terdengar hanya isak
tangis Risa. Rasa takut, rasa bersalah, dan rasa sakit
akibat lukanya bercampur aduk.

RISA (CONT'D)
(meracau)
Peter, maafkan aku, maafkan aku..

Saat inilah SEBERKAS CAHAYA terang menyoroti diri Risa.


Mobil Dimas telah tiba! Dimas dan Riri langsung turun.
Walau sempat shock melihat kondisi Risa, keduanya langsung
menolong kakak Riri itu.

89 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Risa duduk di sofa. Dimas panik kebingungan.

DIMAS
Sa, kamu kenapa?

Risa tidak menjawab. Mulutnya terus bergumam pelan,


menyanyikan lagu “Abdi Teh” seolah berharap Peter cs akan
kembali.

Datang Riri membawa HANDUK BESAR. Riri menyelimuti kakaknya


yang masih basah kuyub. Risa hanya terus bernyanyi lagu
“Abdi Teh” dengan lirih. Semakin desperate.

Saat inilah, Dimas tersadar akan sesuatu.

DIMAS
Aku pernah dengar lagu itu.

Risa menengok ke Dimas, menatap Dimas dengan tajam.

90 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Dimas mengarahkan LAPTOPNYA ke Risa dan Riri.

Risa yang masih gemetar mendekatkan wajahnya ke laptop. Ia


dan Riri mulai menonton video hasil rekaman Anton saat
acara ulang tahun Dimas.

INSERT VIDEO ULTAH (SC 25): Anton sedang menunggu di depan


pintu kamar mandi. Terdengar suara orang bersenandung /
humming dari dalam kamar mandi. Tak salah lagi, lagu yang
disenandungkan adalah lagu “Abdi Teh”.

ERICK (O.S.)
Rekam gue dong. Cuma gue doang
yang belum kasih testi nih.

Anton bergerak menuju Erick. Kamera yang ia bawa masih


terus merekam, namun kali ini arahnya ke belakang, ke pintu
kamar mandi.

Pintu kamar mandi terbuka. Seseorang keluar dari sana.


Tangannya memegang mobil-mobilan ambulans milik Hans.
ORANG ITU ADALAH RAINA.

INSERT VIDEO ULTAH (SC 21): Video sedang di-rewind. Saat di-
play kembali, video menunjukan suasana ruang tengah,
mengarah ke sofa. Raina duduk di sofa. Anton tak terlihat
di kamera. Rupanya ia meletakkan kamera di konsol TV,
sembari di-charge, mengarah ke sofa dan coffee table.

Raina kemudian menengok ke laci bawah coffee table. Ia


menemukan print out novel Risa. Raina mengambil print out
itu, dan mulai membacanya. Saat inilah video berhenti.

91 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. MALAM

Rupanya Risa yang menghentikan videonya. Ia menoleh ke


Dimas.

RISA
Raina...

92 - INT. RUANGAN RUMAH RAIN. MALAM

Ruangan itu gelap. Penerangan begitu minim. Tampak lembab,


tidak terurus, dengan dinding yang kusam dan mulai
mengelupas. Di tengah ini semua, terdapat sebuah PIANO.

Di balik piano itu duduk Raina. Ia memainkan piano tersebut


sambil menyanyikan lagu “Abdi Teh” dengan lirih. Saat kita
akhirnya melihat wajah Raina, ekspresinya tampak begitu
menyeramkan. Seperti orang kesetanan.

93 - INT. LORONG RUMAH RISA. MALAM (FLASHBACK)(SC 25)

Raina keluar dari kamar mandi sambil memegang mobil-mobilan


ambulans. Tidak ada siapa-siapa di lorong. Raina terus
berjalan. Setelah beberapa langkah, ia mendengar:

HANS (O.S.)
Itu mainanku.

Raina menghentikan langkahnya. Tersenyum.

Lalu dia berputar badan dan menemukan dirinya berhadapan


dengan Hans. Raina kemudian berjongkok, agar matanya
selevel dengan hantu cilik itu.
RAINA
Iya, aku tau.

Raina memberikannya ke Hans, tapi kemudian menariknya


kembali, meledek.

RAINA (CONT'D)
Kalian mau jadi teman aku?

Hans diam.

Raina memberi gestur agar Hans mendekat. Begitu dituruti,


ia berbisik ke telinga Hans:

RAINA (CONT'D)
Risa kan sudah punya teman lain
sekarang. Kalian jadi teman aku
saja.

Hans menjauhkan diri dari Raina.

HANS
Kami tidak akan pernah
meninggalkan Risa.

Hans berlari masuk ke kamar.

94 - INT. LORONG DEPAN KAMAR RISA. MALAM (FLASHBACK)(SC 24)

Ketika Risa sedang memarahi Peter cs, menyuruh Peter cs


bersembunyi, Raina sebenarnya tengah mengintip dari ruang
tengah. Ia tersenyum melihat hubungan antara Risa dengan
Peter cs yang sedang tidak baik.

95 - INT. RUANGAN RUMAH RAIN. MALAM

Raina masih memainkan lagu “Abdi Teh” di tengah ruangan di


rumahnya yang tidak terawat itu.

Perlahan, kamera pun TILT UP, untuk memperlihatkan LANGIT-


LANGIT RUANGAN yang begitu tinggi. Di sana, di tengah
langit-langit tersebut, Peter cs tampak MELAYANG, seakan
tergantung oleh tali yang tak terlihat.

Raina terus memainkan pianonya, sambil tertawa menyeramkan.


Di dekatnya, ada Kartika yang sedang bersimpuh.
96 - INT. RUMAH RISA. MALAM (FLASHBACK) (SC 32 & 33)

Ketika hujan deras pertamakali turun di rumah Risa, pintu


depan terbuka. Kartika pun berjalan masuk. Ketika ini
terjadi, lampu di dalam mati. Tiap jejak langkah Kartika
meninggalkan genangan air di lantai. Dan tiap ia melangkah
juga, balon yang tergantung mulai pecah satu per satu.

Saat inilah Dimas kaget dan kakinya menginjak genangan air


yang ditinggalkan oleh Kartika. Dimas terpeleset. Piring
dan gelas kotor di nampan yang dipegang Dimas berjatuhan
pecah.

97 - EXT. JALANAN. MALAM

Mobil Dimas melewati jalanan yang berliku.

98 - INT. KANTOR RADIO. MALAM

Clara di kantor sendirian, sedang bicara di telepon.

CLARA
(khawatir)
Raina nggak ada di kosan, Dim. Aku
tanya yang lain juga nggak ada
yang tau. Dari kemarin nggak masuk
kerja kan dia.

99 - INT. MOBIL DIMAS. MALAM

Dimas menelpon Clara sambil menyetir. Risa duduk di


sampingnya.

DIMAS
Kamu punya alamat rumahnya, Clar?

100 - INT. KANTOR RADIO. MALAM

Clara kepikiran sesuatu. Ia bergegas jalan ke kubikelnya,


lalu membuka LEMARI BERKAS. Ia tarik keluar satu MAP.
Isinya lamaran kerja Raina bersama surat identitas
pelengkapnya.

CLARA
(membaca KTP Raina)
Alamat di KTP-nya alamat kosan…
Aku fotoin alamat yang di kartu
keluarga ya!

DIMAS (O.S.)
Oke!

Clara menutup telpon, lalu memfoto kartu keluarga Raina.

101 - EXT. JALANAN DEKAT RUMAH RAINA. MALAM

Mobil Dimas melaju dengan sangat cepat, melewati jalanan


yang berliku. Saat inilah hujan turun dengan derasnya.

102 - EXT. DEPAN RUMAH RAINA. MALAM

Rumah itu gelap gulita. Ukurannya besar, namun tidak


terawat. Dindingnya kusam. Rumput liar tumbuh di mana-mana.
Mobil Dimas sudah terparkir di depannya. Risa dan Dimas
turun dari mobil, menerobos hujan, menuju pintu depan.

Risa mencoba untuk membuka pintu tersebut. Tidak berhasil.


Tidak terkunci, tapi seperti seret. Dimas mendorong pintu
itu dengan sekuat tenaga. Berhasil--pintu terbuka!

Risa melangkah masuk duluan. Dimas baru saja hendak


menyusul ketika--BRAK!--pintu tertutup dengan kasar dan
mengunci dengan sendirinya.

RISA (O.S.)
Dimas!!!

DIMAS
Risa!!!

Dengan panik Dimas berusaha membuka pintu itu, namun sia-


sia. Pintu itu terkunci rapat!

103 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RAIN. MALAM

Risa juga berusaha membuka pintu tersebut, namun hasilnya


sama: pintu tak mau bergerak.

104 - EXT. DEPAN RUMAH RAINA. MALAM

Dimas berhenti mencoba membuka pintu. Saat inilah


pandangannya terarah ke bagian samping rumah.
DIMAS
Sa, aku coba cari pintu lain!

105 - INT. RUANG DEPAN RUMAH RAIN. MALAM

DIMAS (O.S.) (CONT’D)


Tungguin ya! Jangan ke mana-mana!

RISA
Dimas, hati-hati!

DIMAS (O.S.)
Iya! Sebentar lagi aku masuk.
Aku janji!

Risa bisa mendengar Dimas berlari meninggalkan pintu depan.

Perlahan, Risa menengok ke belakang. Yang ia temukan adalah


sebuah rumah yang sangat besar. Walau suasana gelap, ia
bisa melihat betapa tidak terawatnya rumah tersebut.

Samar-samar Risa bisa mendengar SUARA PIANO “BONEKA ABDI”


dimainkan dari arah dalam rumah.

RISA (CONT'D)
Peter.

Risa mengambil HP-nya, lalu menyalakan FITUR SENTER. Ia pun


mulai berjalan masuk, mencari Peter cs.

106 - EXT. HALAMAN RUMAH RAINA. MALAM

Dengan basah kuyup, sambil diterangi oleh SENTER HP-nya,


Dimas tiba di samping rumah. Ia melihat sebuah PINTU BESI,
tertutup POHON MERAMBAT yang cukup lebat. Nampaknya sudah
lama tidak dilewati orang.

Dengan susah payah Dimas menyingkirkan pohon merambat


tersebut, hingga akhirnya ada cukup ruang baginya untuk
masuk. Dimas membuka pintu tersebut. Di baliknya, ia dapat
melihat sebuah TANGGA yang menuju ke dalam.

107 - INT. RUANGAN RUMAH RAIN. MALAM

Seluruh scene ini akan menggunakan POV RISA (FIRST PERSON


POV), ala video game. Yang kita lihat hanya TANGAN RISA
yang mengarahkan senter HP. Suara NAPAS RISA juga terdengar
secara lebih intens. Risa was-was membaca ayat.

RISA (O.S.)
Innaladzina taqouidza
massahutomifgu…
Minnasyaitonnitadzakkuro
faidzhummudsirun…

Dengan menggunakan POV ini, kita ikuti perjalanan Risa


dalam menelusuri rumah Raina. Kondisi begitu gelap,
ditambah dengan banyaknya BARANG dan PERABOT yang sudah
usang, semakin menambah creepy suasana.

Risa tiba di depan pintu ruangan pertama. Ia mengarahkan


senternya ke dalam ruangan tersebut. Sepertinya sebuah
RUANG KERJA. Tidak ada apa-apa di sana.

Risa melanjutkan perjalanannya, hingga akhirnya tiba di


depan pintu ruangan kedua. Ia mengarahkan senternya ke
dalam. Sebuah KAMAR TIDUR, lengkap dengan FOUR POSTER BED.

Dalam kegelapan, sekilas Risa bisa melihat ada SOSOK yang


sedang duduk di atas tempat tidur itu! Namun saat senter
diarahkan ke situ, tidak ada siapa-siapa di sana.

Risa melanjutkan perjalanannya. Selagi berjalan di lorong


inilah… BLAM! Sebuah bunyi dentuman terdengar dengan keras
dari belakang. Risa menjatuhkan HP-nya! Suasana langsung
jadi GELAP GULITA sama sekali.

RISA (O.S.)
Astaghfirullah… Astaghfirullah…

Sambil istighfar, dengan tangan gemetar, Risa menunduk ke


lantai, mencari-cari HP-nya yang terjatuh. Proses ini tidak
mudah, karena berlangsung di tengah kegelapan.

Bacaan istighfar Risa semakin intens. Ia merasa akan ada


SOSOK KARTIKA yang muncul di sampingnya, sosok yang BISA
MUNCUL KAPAN SAJA.

Syukurlah, saat ketegangan memuncak, saat itulah Risa


berhasil menemukan kembali HP-nya. Senter kembali Risa
nyalakan. Saat inilah, di ujung ruangan, ia seperti melihat
ada orang yang lewat.

RISA (CONT'D)
Raina.
Risa mengejar Raina.

108 - INT/EXT. PINTU RAHASIA RUMAH RAINA. MALAM

Sambil menggunakan senter HP sebagai penerang, Dimas


berjalan menuruni tangga rahasia. Tangga itu kotor sekali.
Penuh sampah, sesekali dilewati tikus warok yang besar-
besar. Akhirnya ia tiba di ujung tangga. Di sana, Dimas
kembali menemukan sebuah pintu.

Dengan susah payah Dimas mendorong pintu itu. Sia-sia.


Dimas melihat ke sekeliling, dan menemukan SEBATANG BESI di
lantai tangga. Batang besi itu dikerubungi segerombolan
tikus warok. Dimas harus menendang dulu tikus-tikus itu
sebelum bisa mengambilnya. Besi itu Dimas tancapkan di
celah pintu, lalu dengan sekuat tenaga ia tarik. Setelah
berjuang beberapa saat, akhirnya pintu bisa terbuka.

109 - INT. LORONG RUMAH RAINA. MALAM

Masih dengan menggunakan POV Risa, kita lihat perjalanan


Risa mengarahkan senternya ke lorong panjang, ada sosok
seperti Raina di ujung lorong.

RISA (O.S.)
(bergumam pelan)
Rain..?

Sosok Raina menoleh ke arah Risa, mulutnya mengumandangkan


lagu “Abdi Teh” dengan lirih.

RAINA
Abdi teh.. Ayena.. Gaduh hiji
boneka..

Di titik ini, POV Risa berakhir. Kita kembali switch ke POV


ketiga, seperti biasanya. Kita lihat wajah Risa, dengan
ekspresi gabungan takut dan penasaran.

Tiba-tiba saja, Raina berlari kencang ke arah Risa. Sambil


berlari, Raina melewati satu SPOT GELAP, yang tidak
mendapat cahaya sama sekali.

Begitu keluar dari spot gelap itu, Raina sudah BERUBAH


MENJADI KARTIKA yang menyeramkan!

RISA
AAARGH!!!
Kartika menerjang Risa. Keduanya pun OUT OF FRAME.

110 - INT. RUANG BAWAH TANAH RUMAH RAINA. MALAM

Dimas berhasil masuk ke ruang bawah tanah.

Ruangan itu gelap dan sangat berantakan. AIR MENGGENANG


setinggi sebetis orang dewasa. Dimas kaget. Dia mencoba
tetap berjalan. Dia memegang senternya dan mengarahkan
senternya. Dia terus berjalan masuk semakin dalam mencari
pintu yang menuju ke dalam rumah.

Dimas kaget tatkala kakinya menabrak sesuatu. Ia langsung


mengarahkan senternya, dan menemukan sebuah KOTAK KAYU
PERSEGI PANJANG. Seperti PETI JENAZAH, tapi bukan peti
jenazah pada umumnya. Peti besar yang hampir terendam air
oleh air yang terus menetes dari langit-langit.

Dengan tangan gemetaran, Dimas memberanikan diri untuk


membuka peti itu. Betapa kagetnya Dimas ketika melihat isi
peti itu: JENAZAH KARTIKA yang MASIH UTUH. Begitu tidak
natural, begitu menyeramkan. Jenazah itu tampak diawetkan,
dengan SATU MATA yang BOLONG. Dimas juga menemukan di dalam
peti ada benda-benda seperti BUNGA-BUNGA yang sudah tua dan
membusuk, KERIS yang sudah karatan, dan di dekat bagian
kaki ada kotak kecil seperti KOTAK CINCIN yang terbuka.

Begitu menakutkannya pemandangan ini, tangan Dimas jadi


gemetar. Ia pun berusaha menutup peti tersebut. Selagi
melakukan hal ini, karena gemetar, Dimas menjatuhkan HP-nya
ke dalam peti mati, di sela-sela jenazah Kartika!

DREAD BUILDING: Dimas berusaha meraih HP-nya. Tangannya


merogoh-rogoh SELA-SELA jenazah Kartika dan peti yang
membungkusnya. Jarak antara wajah Dimas dan wajah mayat
Kartika begitu dekat.

DREAD BUILDING: Sambil merogoh mencari HP, Dimas sebisa


mungkin berusaha tak menatap wajah mayat Kartika. Ia takut,
setiap saat mayat itu akan membuka mata dan menerkamnya.
Proses ini berjalan dengan begitu menegangkan dan creepy.

TENSI AGAK TURUN: Setelah beberapa saat, Dimas akhirnya


berhasil mendapatkan HP-nya kembali. Sekelibat, Dimas
menatap mayat Kartika. Syukurlah, hal yang ia takutkan tak
terjadi. Mayat itu tetap pada posisinya. Dimas segera
menutup peti.
Dimas pun menyalakan senter HP-nya, lalu mengarahkannya ke
dinding di seberang peti itu: ada banyak KLIPING KORAN dari
tahun 2002 yang tertempel di sana secara acak. Dimas pun
mulai membaca beberapa artikel-artikel koran tersebut.

Satu artikel, tampaknya yang paling tua, headline-nya


berbunyi “KORBAN SANTET HUJAN TERUS BERTAMBAH”; dengan
subhead “SEMUA KORBAN MATI TANPA MATA, DIIRINGI HUJAN”.
Satu artikel lagi, tertanggal beberapa bulan kemudian,
headline-nya berbunyi: “DUKUN SANTET HUJAN TEWAS DIAMUK
MASSA”; dengan subhead “ANAK TUNGGALNYA SELAMAT, DIBAWA
DINAS SOSIAL”.

Dimas memperhatikan di beberapa artikel itu terdapat FOTO


ANAK PEREMPUAN, usianya sekitar 7 tahun. Anak itu berdiri
bersama seorang LELAKI yang matanya tertutup PERBAN. Lelaki
tersebut memakai sebuah KALUNG BERBANDUL.

Dimas langsung teringat sesuatu. Ia membuka sebuah FOTO di


HP-nya. Foto Erick, Raina, Anton, Clara dan dirinya pada
satu acara off air. Dimas zoom-in ke foto Raina: KALUNG
YANG SAMA sedang bertengger di leher Raina!

DREAD BUILDING: Tanpa Dimas sadari, selagi ia membuka foto-


foto di HP, di belakangnya, peti mati PERLAHAN TERBUKA
dengan sendirinya.

Dimas menengok. Ia kaget bukan main melihat peti itu sudah


dalam kondisi terbuka. Dimas hendak menutup peti itu
kembali…

JUMP SCARE! Kartika muncul dari balik pintu peti yang


terbuka. Ia menyeringai ke Dimas, seram sekali, sambil
menutup pintu peti tersebut.

DIMAS
AAARGH!!!

Dimas pun segera kabur dari situ.

111 - INT. RUANGAN RAINA. MALAM

Risa tengkurap di lantai dengan mata terpejam. Ia perlahan


membuka matanya. Samar-samar dia mendengar “Abdi Teh”
dimainkan dengan piano.

Risa menemukan dirinya sudah di ruangan tempat Raina main


piano. Betapa kagetnya Risa ketika melihat Peter cs
melayang di langit-langit ruangan itu.
RISA
Peter!!!

Saat inilah, terdengar suara piano yang ditekan secara


asal, suaranya begitu mengganggu dan menyeramkan.

Risa melihat Raina duduk di depan piano itu. Dia mulai


tertawa dengan seram sambil menatap Risa.

RISA (CONT'D)
Kenapa Rain? Kenapa??!

Tuts piano kembali ditekan dengan sembarangan. Risa dengan


segala kekuatannya mencoba untuk berdiri, namun gagal.
Seperti ada kekuatan supernatural yang menghalanginya.

RAINA
Kamu belum ingat juga?
(beat)
Kamu terlalu sombong, Risa.

112 - INT. KANTOR RADIO. SIANG (FLASHBACK)

Dimas muncul bersama Risa sambil melambaikan tangan ke


Raina, si anak baru. Raina senyum ke arah mereka.

DIMAS
Sa, kenalin nih scriptwriter baru
kita. Satu angkatan sama kamu di
kampus loh.

Raina tersenyum, sambil mengangguk penuh semangat. Namun


Risa seperti masih berusaha mengingat.

RISA
Masa? Kok nggak pernah ketemu
ya di kampus?

Mendengar ini, raut wajah Raina berubah. Tapi Risa tidak


menyadari perubahan ini.

RAINA (V.O.)
Padahal kita pernah ketemu…

113 - INT. POJOKAN KAMPUS. SORE (FLASHBACK)

Risa sedang duduk di TEMPAT PERSEMBUNYIAN FAVORITNYA, di


pojokan kampus, dekat perpus. Ia sedang mengerjakan tugas.
Selain BEKAL makan siangnya, di dekat Risa juga ada
beberapa CEMILAN--biskuit, coklat, permen--dan MAINAN.

114 - INT. SUDUT DEKAT POJOKAN KAMPUS. SORE (FLASHBACK)

Di sudut lain, dari sebuah ruangan, tampak Raina sedang


mengintip Risa.

POV RAINA: Risa sedang mengerjakan tugas. Namun ia tak


sendirian. Ada PETER CS disana. Mereka sedang memakan
cemilan yang Risa sediakan.

Melihat ini semua, Raina tersenyum. Di titik ini, senyumnya


masih SENYUMAN TULUS. Senyuman orang yang merasa akan
mendapat teman-teman baru.

115 - INT. POJOKAN KAMPUS. SORE (FLASHBACK)

Peter cs sudah selesai makan. Kini mereka mulai


‘mengganggu’ Risa yang lagi mengerjakan tugas, mengajaknya
bermain. Akhirnya Risa luluh. Tugasnya ia kesampingkan
sejenak. Ia lalu bermain bersama Peter cs. Suasana begitu
hangat dan bahagia.

116 - INT. POJOKAN KAMPUS. SORE (FLASHBACK)

Risa sedang berjalan menuju pojok favoritnya. Di sana,


duduk di pojok favorit tersebut, adalah Raina. Di samping
Raina ada CEMILAN seperti permen, coklat, biskuit dan juga
MAINAN anak-anak seperti mobil-mobilan dan lain sebagainya.

Datang Risa. Dari jarak yang tidak begitu jauh, Risa dan
Raina bertatapan. Risa bingung melihat Raina dan
‘perlengkapannya’. Raina tersenyum dengan manis kepada
Risa.

Muncul Peter cs dari belakang Risa. Raina pun melihat


mereka.

PETER
Kita ke tempat lain saja Risa.

Risa pun mengikuti permintaan Peter cs. Ia berbalik, lalu


pergi ke tempat lain, meninggalkan Raina.
RAINA (O.S.)
Aku hanya ingin berteman dengan
kalian, tapi kalian terlalu
sombong...

Melihat kepergian Risa dan teman-temannya, Raisa tampak


begitu sedih. Ia menunduk. Air matanya menetes.

117 - INT. RUANGAN RAINA. MALAM

Risa masih tengkurap. Ia menatap Raina dengan ekspresi


kaget dan bersalah.

RISA
Maafin aku, Rain..

Raina tidak menjawab. Ia berdiri dari kursi piano, lalu


mulai berjalan ke arah Risa.

RISA
Maafin aku… Maafin mereka…

RAMBUT RISA mulai berdiri perlahan, lalu ditarik ke atas.


Risa dijambak oleh sosok tak terlihat.

RISA
Aargh!!!

Saat inilah, kita reveal bahwa yang menjambak Risa adalah


Kartika. Kartika berdiri di belakang Risa yang sekarang
dalam posisi berlutut menghadap Raina.

118 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RAINA. MALAM

Dimas berhasil masuk dan merusak langit-langit ruang bawah


tanah yang langsung nembus ke ruang tengah, Dimas keluar.
Dia langsung berlari, dia dengar suara teriakan Risa yang
kesakitan. Dimas panik, dia lari ke tangga dan menaiki
tangga.

117 - INT. RUANGAN RAINA. MALAM

Dimas masuk ruangan. Ia kaget melihat Risa. Dari POV Dimas,


tidak ada Kartika di situ. Yang ia lihat hanya Risa yang
sedang kesakitan luar biasa, berlutut dengan rambut
tertarik ke atas.
Pandangan Dimas lalu terarah ke Raina yang sedang berdiri
dekat situ sambil tersenyum sadis.

Insting Dimas mendorongnya untuk berlari ke arah Raina.


Dengan sekuat tenaga, ia menerjang teman sekantornya itu.
Mereka pun tersungkur ke lantai dengan hebatnya.

Melihat itu, Kartika berteriak dengan suara yang


menyeramkan. Begitu kuatnya jeritan Kartika, Dimas sampai
terhempas jauh. Pacar Risa itu pun tersungkur, seakan
pingsan.

RISA
(sambil tertelungkup)
DIMAS!!!

Raina menatap Dimas yang tersungkur sambil tersenyum puas.


Ia lalu gantian menatap Risa yang masih tertahan oleh
Kartika. Anehnya, ketika menatap Risa, senyum di wajahnya
hilang, berganti dengan tangisan.

RAINA
Ini semua gara-gara kamu..

118 - INT. RUANG BAWAH TANAH RUMAH RAINA. SIANG (FLASHBACK)

Raina masuk ke dalam ruang bawah tanah. Ia membuka kembali


PETI MATI berisi mayat Kartika. KALUNG BANDUL yang dulu
biasa digunakan oleh almarhum ayahnya masih tergantung di
leher mayat Kartika.

RAINA (O.S.)
Kamu yang bikin aku jadi seperti
bapak..

Raina mengambil dan memakai kalung itu.

119 - INT. RUANGAN RAINA. MALAM

Masih dalam posisi berlutut, Risa bisa melihat Raina


berhenti menangis.

RAINA (O.S.)
Dan sekarang, seperti korban-
korban bapak, kamu juga akan mati.
Raina mengarahkan tangan ke lehernya, maksudnya hendak
memegang kalung peninggalan ayahnya. Namun Raina tertegun.
KALUNG ITU SUDAH TIDAK ADA.

Raina menoleh ke arah Dimas. Kekasih Risa itu sudah


bangkit. Tangannya memegang KALUNG RAINA.

BLAM! Kalung itu dibanting pecah ke lantai.

Ketika ini terjadi, Kartika dan Raina sama-sama menjerit


kesakitan.

Kartika menjerit sambil meregangkan pegangannya ke Risa,


cukup bagi Risa untuk melepaskan diri.

Raina menjerit sambil memegang MATA KIRINYA.

Kartika pun hilang, berubah menjadi air yang tumpah


membasahi lantai.

Mata kiri Raina PECAH, darah dan cairan kornea muncrat ke


mana-mana.

Risa yang sudah berhasil bangkit segera mendekati Dimas.

Sementara itu, dengan kondisi sakit luar biasa, dengan


tatapan yang blurry, Raina bisa melihat Risa hendak
berjalan ke arah Dimas.

Dengan kesetanan, Raina hendak menerjang Risa. Namun ada


sesuatu yang menahannya. Sesuatu itu adalah Peter cs!

PETER
Jangan lukai teman kami!

Raina marah luar biasa. Peter cs berlari mengelilingi


Raina. Raina dengan penuh amarah berusaha menangkap Peter
cs. Tapi ketika hendak menangkap yang satu, yang satu
memukul dari belakang. Begitu seterusnya, anak-anak itu
kelewat gesit bagi Raina yang sudah terluka.

RAINA
AAAARGH!

Raina akhirnya terjatuh. Peter cs melangkah pelan


menghampiri Raina di tengah-tengah mereka, seolah ingin
memberi pelajaran sekali lagi.

RISA (O.S.)
Peter!
Kelima sahabat kecil Risa menengok.

RISA
Cukup. Maafkan dia.

Peter mendekati Risa, lalu mengusap wajahnya. Risa


menangis. Yang lain juga mendekati Risa.

RISA
(menangis)
Maafkan aku... maafkan aku..

Peter cs memeluk Risa.

PETER
Kami tidak akan meninggalkanmu
Risa.

RISA
(sambil memeluk)
Terima kasih Peter. William.
Janshen. Hans. Hendrick.

Di pojokan ruangan, Dimas melihat Risa hanya sendirian.


Peter cs tak nampak dari sudut pandangnya.

Sambil memeluk Peter cs, Risa menatap Dimas, lalu berkata


tanpa suara:

RISA (CONT'D)
Makasih, Dim.

Dimas tersenyum. Ia membiarkan Risa menjalani waktu reuni


bersama teman-temannya yang tak kasat mata.

120 - EXT. RUMAH RISA. PAGI

ESTABLISH: Rumah Risa sudah kembali normal.

121 - INT. RUANG TENGAH RUMAH RISA. PAGI

Risa duduk di karpet, menghadap coffee table. Ia sedang


mengetik sesuatu di laptopnya. Di dekatnya, Dimas sedang
membaca print out tulisan Risa tentang Peter cs.

Risa berhenti mengetik, dan menatap layar laptop.


RISA
Kamu tau dari mana arti mantra
ini?

DIMAS
(mata ke tulisan Risa)
Dari Nini-ku. Nini-ku sampe
bingung aku dapet dari mana mantra
ginian. Aku bilang: dari pacar.
Trus Nini-ku nanya: kamu pacaran
sama dukun? Aku bilang aja: iya.

RISA
Nggak lucu ah!

Akhirnya Dimas selesai membaca tulisan Risa.

DIMAS
Sa. Tulisan kamu ini… HARUS
diterbitin! Kudu! WAJIB! Abis itu
dibikin filmnya. Aku minta bantuan
Clara ya, dia ada kenal penerbit.

RISA
Harus Clara banget yang bantuin?

DIMAS
(tersenyum)
Eh ada yang cemburu ya?

Risa pura-pura ngambek. Namun begitu dirangkul Dimas dari


samping, ia kembali tersenyum.

RISA
Sedikit doang kok. Aku kan
perempuan normal.

Dimas menatap Risa. Kali ini wajahnya serius.

DIMAS
Nah itu Sa.. Kemaren Riri cerita
banyak ke aku. Soal kekhawatiran
kamu. Soal kamu pengen hidup
“normal”.
(beat)
Aku cuma mau bilang, kamu nggak
perlu khawatir. “Normal” nya orang
beda-beda Sa. Nggak bisa disamain.
(beat)
Kalo ini-
(memegang kertas draft novel)
-“normal”-nya kamu, sok aku siap.
Aku senang kamu punya teman-teman
seperti mereka.

Risa terharu. Lalu tersenyum.

RISA
Jangan keras-keras. Nanti mereka
ge-er.

Dimas melihat ke sekeliling, penasaran.

DIMAS
Mereka ada di sini?

Risa menggeleng.

RISA
Mau ketemu?

122 - INT. LORONG RUMAH RISA. SORE

Dimas berjalan sendirian di lorong menuju kamar Risa.


Wajahnya masih tampak ragu. Ia menengok ke belakang. Di
sana, di ujung lorong, Risa menyuruh Dimas untuk terus
berjalan, lalu berkata tanpa suara:

RISA
Nyanyi..

DIMAS
(becanda)
Nyanyi apa? Lagu Bang Rhoma?

RISA
(tersenyum, menyanyi)
Abdi teh..

Dimas lanjut berjalan, sambil melanjutkan bernyanyi pelan:

DIMAS
Ayena.. Gaduh hiji boneka..

Saat inilah pintu kamar Risa terbuka. Dari dalamnya keluar


mobil-mobilan ambulans milik Hans. Mobil itu meluncur dan
berhenti tepat di kaki Dimas.
Dimas berjongkok dan mengambil mobil-mobilan itu. Dengan
mobil-mobilan di tangan, Dimas berjalan memasuki kamar.

Pintu kamar pun menutup perlahan dengan sendirinya.

Risa tersenyum.

RISA (V.O.)
Dimas betul. Ternyata normal
buatku adalah hidup bersama
kalian. Peter. William. Janshen.
Hans. Hendrick. Tuhan, terima
kasih telah memberikanku bukan
hanya satu, tapi lima sahabat
sekaligus. Aku sungguh beruntung.

Risa melanjutkan mengetik di laptopnya.

INSERT: LAYAR LAPTOP

YANG TERLIHAT HANYA LAYAR LAPTOP RISA. DAN TULISAN DI LAYAR


LAPTOP ITU.

“ABDI NGAGALEUH TINU SANES, MASRAHKEUN NYAWA SABAB POEKNA,


BEDASNA ANGIN BAJRA, TIISNA TIRTA KA’ASIH ANJEUN NU PUGUH,
CINA URANG NU REGAS.”

Inilah mantra yang Kartika bisikkan ke telingaku.

Yang ternyata artinya adalah…

Ketikan di layar laptop berjalan:

“Saya menutupnya dari yang lain. Menyerahkan jiwa pada


kelam malam, pada angin kencang, pada dinginnya air. Hanya
kamu yang kuat, saya yang rapuh.”

Anda mungkin juga menyukai