Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA

Disusun oleh: Kelompok 2

Saifa Novidian (1201420074)

Ahmad Syamsul Arifin (4211420019)


Ryan Sulaiman (4211420033)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Kami
mengucapkan banyak terimakasih atas segala dukungan yang di berikan untuk
menyelesaikan makalah ini.

Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan


Kewarganegaraan tentang materi Hak Asasi Manusia. Selain itu tujuan dari
penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan
Hak Asasi Manusia. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Dewi Sulistianingsih, S. H., M. H. selaku dosen Pendidikan
Kewarganegaraan kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan
Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………... i

DAFTAR ISI……………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………… 1
B. Tujuan……………………………………………………………. 1
C. Rumusan Masalah………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………... 3

A. Pengertian Hak Asasi Manusia…………………………………... 3


B. Ciri-ciri Hak Asasi Manusia……………………………………... 3
C. Sejarah Hak Asasi Manusia ……………………………………... 4
D. Sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia………………………... 7
E. Hak Asasi Manusia Dalam Perundang-Undangan di Indonesia….7
F. Pelanggaran dan Peradilan Hak Asasi Manusia…………………. 13
G. Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia………………… 15

BAB III PENUTUP……………………………………………..……… 17


A. Kesimpulan……………………………..……………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………… 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang di dalam hidupnya tidak bisa
melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia sebagai makhluk
sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya
sebagai sarana untuk bersosialisasi. Manusia dikatakan mahluk sosial, juga
di karenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk
hidup berkelompok dengan orang lain. Seringkali didasari oleh kesamaan
ciri atau kepentingan masing-masing.
Dari kepentingan masing-masing ini lah setiap orang juga diberkati hak
asasi mulai sejak dilahirkan ke bumi. Yang pada hakikatnya hak asasi
manusia merupakan penghargaan terhadap segala potensi dan harga diri
manusia menurut kodratnya. Sehingga hak asasi manusia dapat diartikan
sebagai hak dasar yang melekat pada diri manusia sejak manusia
diciptakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dengan
memperhatikan norma-norma yang berlaku dan tidak dapat dilaksanakan
sebebas-bebasnya, karena ia berhadapan langsung dan harus menghormati
hak yang dimiliki orang lain.
Pengertian hak asasi manusia menurut para ahli:
1. Menurut Prof. Mr. Koentjoro Poerbapranoto, dalam buku Sistem
Pemerintahan Indonesia (2012) karangan Trubus Rahardiansyah yang
menjelaskan hak asasi manusia adalah hak yang bersifat asasi, artinya
hak- hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat
dipisahkan dari hakikatnya sehingga sifatnya suci.
2. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1, menyebutkan bahwa “Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia”.

B. Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan makalah ini
adalah:
1. Untuk memahami pengertian hak asasi manusia secara utuh.
2. Untuk memberikan bagaimana sejarah hak asasi manusia dapat
diakui secara global.
3. Untuk menambah pengetahuan mengenai undang-undang hak asasi
manusia.
4. Untuk menjelaskan ciri-ciri hak asasi manusia dalam pandangan
umum.

1
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka beberapa
permasalahan yang ingin kami bawakan yaitu:
1. Bagaimana pemahaman terkait pengertian hak asasi manusia?
2. Bagaimana gambaran lahirnya hak asasi manusia di dunia hingga
masuk ke Indonesia?
3. Bagaimana pandangan hak asasi manusia yang tertulis dalam
perundang-undangan?
4. Bagaimana ciri-ciri hak asasi manusia dimata peraturan yang tertulis?
Bagaimana pelanggaran hak asasi manusia dan contohnya dalam
kehidupan nyata?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia)


Hak asasi manusia merupakan sebuah konsep hukum normative
yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya
karena ia adalah seorang mausia. HAM pada prisnsipnya tidak dapat
dicabut dan juga tidak dapat dibagi-dibagi, saling berhubungan dan saling
bergantung.
Negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi HAM. Termasuk mencegah dan
menindaklanjuti pelangaran yang dilakukan oleh swasta.
Secara konseptual, HAM dapat dilaksanakan pada keyakinan
bahwa hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah oleh Tuhan.”
Sementara mereka yang menolak penggunaan unsur tersebut meyakini
bahwa HAM merupakan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Dari
sudut pandang internasional, HAM sendiri dapat dibatasi/dikurangi dengan
syarat-syarat tertentu. Pembatasan harus ditentukan oleh hukum dengan
tujuan yang sah.

B. Ciri-ciri HAM (Hak Asasi Manusia)


Ciri-ciri hak asasi manusia terdiri dari empat ciri pokok, yaitu hakiki,
universal, tetap, dan utuh.
1) Hakiki
Artiannya adalah hak tersebut telah dimiliki oleh manusia tersebut
sejak lahir. HAM merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhn untuk
manusia.
2) Universal
Berarti keberadaan HAM berlaku secara menyeluruh bagi setiap
manusi tidak terbatas oleh siapapun, apapun, dan tanpa pengecualian.
Setiap manusia berhak hidup dan memiliki hak yang sama dengan
manusia lainnya.
3) Tetap
Yang artinya HAM akan terus melekat pada diri seorang manusia
karena hak tersebut merupakan anugerah Tuhan yang membedakan
manusia degan makhluk hidup lainnya. Hak ini tidak dapat dihilangkan
atau diambil secara sepihak, akrena hak tersebut akan selalu ada.
4) Utuh
Artinya hak tersebut tidak dapat dibagi karena setiap manusia memiliki
hak yang utuh. Contohnya seperti hak sipil, pendidikan, politik, dan
lainya.

3
C. Sejarah Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia mulai berkembang di Eropa (Inggris) pada abad
ke 17. Hal itu diawali Ketika seorang filsafat dari Inggris, John Locke,
merumuskan sebuah gagasan hak alamiah yang dikenal dengan istilah
Natural Rights. Dalam gagasan tersebut, John Locke menyinggung tiga
hak yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak untuk hidup, hak
untuk mendapatkan kebebasan, dan hak untuk memiliki sesuatu. Hal itu
didasarkan pada kekesalannya terhadap hak warga setempat yang terbatas
pada golongan rakyat sipil dan politik.
Dari gagasan John Locke inilah yang kemudian membawa hakikat hak
asasi manusia mengalami perkembangan melalui tiga peristiwa penting
yang tercatat dalam sejarah sebagai cikal bakal perkembangan hak asasi
manusia, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.
1) Magna Charta (1215)
Magna Charta adalah piagam perjanjian yang ditanda tangani oleh
Raja Johm dari Inggris dengan para bangsawan disana. Jaminan itu
diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah
diberikan oleh para bangsawan untuk membiayai kerajaan. Jaminan itu
tercipta atas kesepakatan bangsawan dan raja Inggris guna menghapus
kebiasaa raja yang suka bertindak sesuka hati dengan hukum yang
telah dibuat sendiri yang tentu saja hanya menguntungkan pihak
kerajaan tanpa memperdulikan rakyat dibawahnya. Sejak saat itu,
jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem
konstitusional Inggris dan menjadi tonggak awal perkembangan hak
asasi manusia di dunia.
Isi Magna Charta: “Raja beserta keturunannya berjanji akan
menghormati kemerdekaan, hak, dan kebebasan Gereja Inggris. Raja
berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-
hak. Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati
hak-hak penduduk.”
2) Revolusi Amerika (1276)
Revolusi Amerika merupakan perang kemerdekaan rakyat Amerika
Serikat melawan penjajahan Inggris. Hasil dari perang kemerdekaan
ini adalah terciptanya deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat atas
penjajahan yang dilakukan oleh bangsa inggris dengan memasukan
hak asasi manusia kedalam perundang-undangan negara (7 Juli 1776).
Isi Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat: "Kami menganggap
kebenaran-kebenaran ini mutlak, bahwa semua orang diciptakan sama,
bahwa mereka oleh Tuhan dikaruniai beberapa hak tertentu yang tak
dapat diganggu gugat, bahwa di antaranya ialah hidup, kemerdekaan,
dan usaha mencapai kebahagiaan. Bahwa untuk melindungi hak-hak
itu, pemerintah harus didirikan oleh orang-orang yang menerima

4
kekuasaannya dengan persetujuan mereka yang diperintah, bahwa
manakala suatu pemerintah justru merusak tujuan-tujuan ini, maka
adalah hak rakyat untuk mengubah atau menghapusnya, dan
mendirikan suatu pemerintahan baru."
3) Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis
kepada raja Louis XVI yang telah bertindak sewenang-wenang
dan absolut. Dalam Revolusi Prancis ini dihasilkan Deklarasi Hak-hak
Manusia dan Warga Negara (Declaration des droits de I'homme et du
citoyen) yang memuat tiga hal, yaitu hak atas kebebasan (liberty),
kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite). Dan pada permulaan
abad ke 20, konsep hak asasi berkembang menjadi empat macam
kebebasan (The Four Freedoms) yang diperkenalkan oleh Presiden
Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt.Isi The Four Freedoms:
“Kebebasan untuk beragama (freedom of religion), kebebasan untuk
berbicara dan berpendapat (freedom of speech), kebebasan dari
kemelaratan (freedom from want), dan kebebasan dari ketakutan
(freedom from fear).”

Dari ketiga peristiwa penting diatas, kemudian terbentuklah tiga generasi


hak asasi manusia:
1) Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula di dunia
Barat (Eropa), contohnya, hak atas hidup, hak atas kebebasan dan
keamanan, hak atas kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan
berpikir dan berpendapat, hak beragama, hak berkumpul, dan hak
untuk berserikat.
2) Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang
diperjuangkan oleh Negara-negara sosialis di Eropa Timur, misalnya,
hak atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak membentuk
serikat pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak atas perumahan, hak
atas pendidikan, dan hak atas jaminan sosial.
3) Generasi ketiga adalah hak perdamaian dan pembangunan yang
diperjuangkan oleh negara-negara berkembang (Asia-Afrika).
Misalnya, hak bebas dari ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk
merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan hak mendapatkan
kedamaian.

Hak asasi manusia kini sudah diakui seluruh dunia dan bersifat
universal. Sekarang ini hak asasi manusia telah menjadi isu kontemporer
di dunia. Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB mencanangkan
Declaration Universal of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia) yang melambangkan komitmen moral dunia internasional pada

5
hak asasi manusia. Deklarasi universal ini kemudian dijadikan pedoman
dan standar minimum penegakan hak asasi manusia oleh negara-negara
yang tergabung dalam berbagai organisasi dan kelompok regional yang
diwujudkan dalam konstitusi serta undang-undang dasar setiap negara.
Isi Universal Declaration of Human Rights mencantumkan, bahwa setiap
orang mempunyai hak:
1. Hidup
2. Kemerdekaan dan keamanan badan
3. Diakui kepribadiannya
4. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum
untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti
diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti
yang sah
5. Masuk dan keluar wilayah suatu Negara
6. Mendapatkan suaka
7. Mendapatkan suatu kebangsaan
8. Mendapatkan hak milik atas benda
9. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
10. Bebas memeluk agama
11. Mengeluarkan pendapat
12. Berserikat dan berkumpul
13. Beristirahat dan bersantai
14. Mendapat jaminan sosial
15. Mendapatkan pekerjaan
16. Berdagang
17. Mendapatkan pendidikan
18. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
19. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
Hasil rumusan mengenai hak asasi manusia oleh negara-negara di dunia
dijabarkan dalam:

a. Declaration on The Rights of Peoples to Peace (Deklarasi Hak Bangsa


atas Perdamaian) oleh negara-negara Dunia Ketiga pada tahun 1984;
b. Bangkok Declaration, diterima oleh negara-negara Asia pada tahun
1993;
c. Deklarasi universal dari negara-negara yang tergabung dalam PBB
tahun 1993;
d. African Charter on Human and Peoples Rights (Banjul Charter) oleh
negara-negara Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU)
pada tahun 1981;
e. Declaration on The Rights to Development (Deklarasi Hak atas
Pembangunan) pada tahun 1986 oleh negara-negara Dunia Ketiga;

6
f. Cairo Declaration on Human Rights in Islam oleh negara-negara yang
tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.

D. Sejarah Hak Hak Asasi di Indonesia


Awal mula HAM mendapatkan perhatian dalam dunia
Internasional, yaitu ketika PBB membentuk komisi untuk HAM pada
1946. Kemudian penegakan HAM semakin nyata dengan dikeluarkannya
”Universal Declaration of Human Rights” oleh majelis umum PBB pada
10 Desember 1948. Hal ini mendorong Indonesia untuk turut memberi
perhatian pada HAM dengan dibentuknya Komnas HAM pada 7 Juni 1993
dan membuat berbagai undang-undang yang mengatur tentang HAM.
Moh. Hatta merupakan orang yang paling vocal dalam
menyuarakan HAM di awal kemerdekaan. Indonesia telah ikut bersama
negara lain untuk memperjuangkan HAM, memasukkan rasa kemanusiaan
dalam perundangan, karena hal tersebut merupakan fundamental.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sepenuhnya mendukung dan
menjunjung tinggi penegakan HAM di Indonesia. Pada saat Indonesia
sedang memperjuangkan haknya sebagai bangsa harus melalui beberapa
fase, seperti pembentukan organisasi yang mewadahi banyak orang untuk
merasa sadar memiliki hak-hak yang harus diperjuangkan.
Berikut ini adalah contoh 2 organisasi yang dibangun untuk
memperjuangkan hak-hak masyarakat untuk menghapus kolonialisme di
tanah Indonesia.
1. Budi Oetomoe
Memperjuangkan hak melalui petisi-petisi dan surat yang disampaikan
kepada Kolonial Belanda
2. Sarekat Islam
Berusaha memeperjuangkan hak kemanusiaan dan menghilangkan
diskriminasi secara rasional.

E. Hak Asasi Manusia dalam Perundang-undangan di Indonesia.


Hukum dasar tertulis sebagai dasar bagi penyelenggaraan kenegaraan di
Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang mencakup Pembukaan
dan Batang Tubuh. Pengaturan hak asasi manusia berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945 dapat dilihat dari ketentuan dalam Pembukaan dan
pasal-pasal dalam Batang Tubuh setelah amandemen. Berikut beberapa
ketentuan mengenai hak asasi manusia yang tertulis dalam perundang-
undangan di Indonesia:

7
1. Piagam Jakarta dan Pembukaan UUD 1945
HAM baru dikenal secara internasional setelah deklarasi HAM oleh
PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Sedangkan Indonesia telah
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun demikian para pendiri negara dan bangsa ini sadar betul akan
hakekat HAM tersebut, sehingga, ketika menyiapkan naskah piagam
untuk kemerdekaan Indonesia (yang kemudian dikenal dengan Piagam
Jakarta 22 Juni 1945), dengan tegas pada alinea pertama naskah
tersebut menyatakan,
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapus-kan,
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”.
Rumusan Piagam Jakarta inilah yang dengan beberapa perubahan
dijadikan Pembukaan UUD 1945. Piagam Jakarta tidak hanya menjadi
bagian mutlak daripada UUD 1945, tetapi menjiwai dan merupakan
suatu rangkaian kesatuan dengan UUD 1945. Selain kalimat yang
tertuang pada alinea pertama dari Piagam Jakarta maupun Pembukaan
UUD 1945 tersebut yang memuat hak manusia yang paling mendasar
yaitu hak atas kemerdekaan, maka pada alinea keempat dari kedua
naskah tersebut memuat dasar-dasar negara yang dirumuskan kedalam
Pancasila. Pancasila terdiri dari lima dasar yang tidak terpisahkan
dalam struktur ketatanegaraan kita, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijak-sanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Konstitusi Negara (Undang-Undang Dasar 1945)
Di dalam UUD 1945 sebelum diamandemen hanya ada lima pasal
yang mengandung HAM, yaitu pasal 27-31. Setelah amandemen kedua
pada tanggal 18 Agustus 2000, khusus tentang HAM ditambahkan
dalam satu Bab khusus yaitu Bab X A Pasal 28 A-J.
Bunyi Pasal 27
1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
2) Tiap_tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.

8
Bunyi Pasal 28
"Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan sebagainya di tetapkan dengan undang undang"
Pasal 28 A
Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupan nya.
Pasal 28 B
1) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
2) Hak anak untuk kelangsungan hidup,tumbuh,dan berkembang serta
hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
1) Hak untuk mengembangjkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasar nya,Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,seni,dan budaya.
2) Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan hak nya secara
kolektif.
Pasal 28 D
1) Hak atas pengakuan,jaminan perlindungan dan kepastian hukum
yang adil dan perlakuan yang sama di depan hukum.
2) Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.
3) Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
4) Hak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E
1) Hak untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama
nya,memilih pekerjaannya,kewarganegaraan,memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,serta berhak untuk
kembali.
2) Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan,menyatakan pikiran
dan sikap sesuai hati nuraninya.
3) Hak kebebasan untuk berserikat,berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28 F
1) Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
Pasal 28 G
1) Hak atas perlindungan diri
pribadi,keluarga,kehormatan,martabat,dan harta benda,hak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi manusia.
2) Hak untuk bebas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia.

9
Pasal 28 H
1) Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin ,bertempat tinggal ,dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.
2) Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna
mencapai persamaan dan keadilan.
3) Hak atas jaminan sosial.
4) Hak atas milik pribadi yang tidak boleh di ambil alih sewenang
wenang oleh siapa pun.
Pasal 28 I
1) Hak untuk tidak di tuntut atas dasar hukum yang berlaku surut
(retroaktif).
2) Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan
berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif
tersebut.
3) Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional.
Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
2) Dalam menjalankan dan melindungi hak asasi dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
di tetapkan dengan undang undang dengan maksud semata mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
kebebasan orang lain ,dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral,nilai nilai agama,keamanan dan
ketertiban umum.
Pasal 29
1) Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing masing dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaan nya itu.
Pasal 30
1) Tiap tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan kepolisian Negara Republik
Indonesia,sebagai kekuatan utama,dan rakyat,sebagai kekuatan
pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,Angkatan
Laut,Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas

10
mempertahankan ,melindungi,dan memelihara,keutuhan,dan
kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi,mengayomi,melayani masyarakat,serta menegakkan
hukum.
5) Susunan dan Kedudukan Tentara Nasional Indonesia ,Kepolisian
Republik Indonesia,hubungan kewenangan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia di dalam
menjalankan tugas nya,syarat syarat keikutsertaan warga negara
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara;serta hal hal yang
terkait dengan pertahanan dan keamanan di atur dengan Undang
Undang.
Pasal 31
1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintahan wajib membiayainya.
3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa,yang diatur dengan undang undang.
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
3. Ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998
Sejalan dengan kebijakan politik di era Orde Lama maupun Orde Baru
yang lebih mengedepankan kekuasaan dijamannya masing-masing,
maka HAM seolah terabaikan keberadaannya. Oleh karena itu setelah
peralihan kekuasaan pemerintahan di era reformasi yang lebih
mengedepankan hukum dan keterbukaan, MPR menerbitkan Ketetapan
MPR No, XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam
ketetapan ini MPR menegaskan bahwa hak-hak asasi manusia sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia,
bersifat kodrati, universal dan abadi berkait dengan harkat dan
martabat manusia.
Isi Ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998:
Pasal 1 - Menugaskan kepada Lembaga-lembaga Tinggi Negara dan
seluruh Aparatur Pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan

11
menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada
seluruh masyarakat.
Pasal 2 - Menugaskan kepada Presiden Republik Indonesia dan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk meratifikasi berbagai
instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak asasi Manusia,
sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pasal 3 - Penghormatan, penegakan, dan penyebarluasan hak asasi
manusia oleh masyarakat dilaksanakan melalui gerakan
kemasyarakatan atas dasar kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai
warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pasal 4 - Pelaksanaan penyuluhan, pengkajian, pemantauan, penelitian
dan mediasi tentang hak asasi manusia, dilakukan oleh suatu komisi
nasional hak asasi manusia yang ditetapkan dengan Undang-undang.
Pasal 5 - Untuk dapat memperoleh kebulatan hubungan yang
menyeluruh maka sistematika naskah Hak Asasi Manusia disusun
sebagai berikut: (1) Pandangan dan sikap bangsa indonesia terhadap
hak asasi manusia. (2) Piagam hak asasi manusia.
Pasal 6 - Isi beserta uraian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5,
terdapat dalam naskah Hak Asasi Manusia yang menjadi bagian tak
terpisahkan dari Ketetapan ini.
Pasal 7 - Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan (13
November 1998).
Karena substansi ketetapan MPR ini sudah ditindaklanjuti dengan
keluarnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan UUD 1945 juga
sudah di amandemen dengan menambahkan Bab X A tentang Hak
Asasi Manusia, maka keberadaan Ketetapan MPR No,
XVII/MPR/1998 dianggap sudah tidak valid lagi, sehingga telah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi berdasarkan pasal 1 angka 8
Ketetapan MPR No. I/MPR/2003.

4. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Sebagai tindaklanjut dari Ketetapan MPR No, XVII/MPR/1998, maka
pada tanggal 23 September 1999 pemerintah bersama DPR
menetapkan UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM.
Isi Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 dapat diakses pada link
berikut.
https://www.komnasham.go.id/files/1475231474-uu-nomor-39-tahun-
1999-tentang-%24H9FVDS.pdf

12
5. Ratifikasi Ketentuan-Ketentuan HAM Lainnya.
Di samping telah meresepsi esensi HAM dari Deklarasi Universal
tentang Hak-hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human
Right) ke dalam peraturan perundangan di Indonesia, beberapa
ketentuan tentang HAM yang lainnya juga telah di ratifikasi ke dalam
undang-undang, antara lain Kovenan Internasional tentang Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic,
Social and Cultural Right) serta Kovenan Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political
Right) berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB 2200 A (XXI)
tanggal 16 Desember 1966.
Untuk Indonesia, Kovenan ini telah diratifikasi pada 28 Oktober 2005
melalui UU No 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International
Covenan on Civil and Political Rights. Terhadap Kovenan
ini, Indonesia melakukan Deklarasi terhadap Pasal 1 Kovenan
Internasional Hak Sipil dan Politik dengan menyatakan: “Dengan
mengacu pada Pasal 1 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik, Pemerintah Republik Indonesia menyatakan bahwa, sesuai
dengan Deklarasi Pemberian Kemerdekaan kepada Negara dan Rakyat
Kolonial, dan Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional tentang
Hubungan Persahabatan dan Kerja Sama Antar Negara, dan paragraf
yang relevan dari Deklarasi Wina dan Program Aksi 1993, kata-kata
‘hak untuk menentukan nasib sendiri’ yang muncul dalam artikel ini
tidak berlaku untuk sebagian orang dalam sebuah negara merdeka
yang berdaulat dan tidak dapat ditafsirkan sebagai mengizinkan atau
mendorong tindakan apa pun yang akan memecah belah atau merusak,
secara keseluruhan atau sebagian, integritas teritorial atau kesatuan
politik negara-negara yang berdaulat dan merdeka.”

F. Pelanggaran dan Peradilan Hak Asasi Manusia


Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan setiap individua
atau sekelompok orang yang terikat kedalam suatu peraturan hak asasi
manusia yang dengan disengaja maupun tidak telah melanggar, melawan,
menghalangi, membatasi, dan bahkan merebut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok lain yang telah dijamin oleh undang-undang.
Bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang biasa terjadi dalam
kehidupan, yakni :
1) Diskriminasi, adalah pembatasan secara langsung maupun tidak
langsung didasarkan pada pembedaan latar belakang yang selanjutnya
berimbas pada pengurangan hak asasi manusia baik secara individu,
maupun secara menyeluruh di dalam berbagai aspek kehidupan.

13
2) Penyiksaan, adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja sehingga
menimbulkan rasa sakit baik jasmani maupun rohani pada seseorang.
Dalam suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia, maka proses terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi karena 2 hal, yaitu karena
negara secara aktif melakukan tindakan yang secara langsung
menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia, serta pelanggaran hak asasi
dapat terjadi karena kelalaian negara dalam menjamin maupun melindungi
hak asasi suatu individu maupun sekelompok orang. Yang kemudian
secara umum terdapat 2 jenis pelanggaran hak asasi manusia, yaitu:
1) Pelanggaran hak asasi manusia yang ringan.
Yakni pelanggaran hak asasi manusia yang tidak mengancam jiwa
manusia, namun berbahaya apabila tidak segera ditanggulangi.
Pelanggaran ini dapat bersifat sepeti kelalaian dan pelecehan yang
dapat mencemarkan nama baik seseorang maupun serangan secara
fisik namun tidak sampai merenggut jiwa korbannya. Contoh
pelanggaran hak asasi manusia yang ringan dapat ditemukan di
lingkungan terdekat. Namun bukti nyatanya sukar dipastikan karena
pelanggaran ini bersifat relatif terhadap kebiasaan setempat karena
dapat dianggap sebagai sesuatu yang wajar.
2) Pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Yakni pelanggaran ham yang bersifat berbahaya, dan mengancam
nyawa manusia, hak hidup, hak kemerdekaan, serta hak kebahagiaan
yang merupakan bentuk penghinaan terhadap harkat dan martabat
manusia. Menurut undang-undang ri nomor 26 tahun 2000 tentang
pengadilan ham, pelanggaran ham yang berat dapat diklasifikasikan
menjadi 3, yakni:
a) Kejahatan genosida – kejahatan yang dilakukan dengan maksud
menghancurkan atau memusnahkan seluruh maupun sebagian
kelompok, ras, bangsa, maupun agama.
b) Kejahatan kemanusiaan – tindakan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang telah diketahui
bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil.
c) Kejahatan apartheid - kejahatan dengan system pemisahan ras
yang diterapkan oleh suatu kelompok maupun pemerintahan yang
bertujuan untuk hak istimewa (pribadi) dari suatu rasa tau
kelompok.
Pelanggaran hak asasi manusia yang berat memiliki karakteristik yang
berbeda dengan tindak pidana biasa. Pelanggaran hak asasi manusia
yang berat tergolong sebagai ‘ordinary crime’ yang pada umumnya
dilakukan secara “sistimatis, meluas, korbanya penduduk sipil etnis
tertentu atau ras atau agama tertentu, menimbulkan korban cukup

14
banyak”. Kekhususan dalam penanganan pelanggaran hak asasi
manusia (ham) yang berat adalah:
1. Diperlukan penyidikan dengan pembentukan tim ad hoc, penyidik
ad hoc, penuntut umum ad hoc dan hakim ad hoc;
2. Diperlukan penegasan bahwa penyelidikan hanya dilakukan oleh
komisi nasional hak asasi manusia
3. Diperlukan kepastian mengenai tenggang waktu tertentu untuk
melakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan;
4. Diperlukan ketentuan mengenai perlindungan korban dan saksi;
5. Diperlukan ketentuan yang menegaskan tidak ada kadaluarsa bagi
pelanggaran hak asasi manusia yang berat;
6. Diperlukan ketentuan mengenai kewajiban untuk tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dalam undang-undang;
7. Lingkup tugas pengadilan ham dalam memeriksa dan memutus
perkara pelanggaran ham berat meliputi pula penyelesaian perkara
yang menyangkut kompensasi, restitusi dan rehabilitasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hukum acara pidana bertujuan agar masyarakat luas dapat menghayati
hak dan kewajibannya, dan pada sisi lain pembinaan sikap para
pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang
masing-masing kearah tegak dan mantapnya hukum keadilan dan
perlindungan terhadap keluhuran harkat dan martabat manusia,
ketertiban dan kepastian hukum.

G. Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia


1. Kasus tragedi PKI (1965-1966)
Pembunuhan sejumlah jendral dalam peristiwa 30 September 1965
yang disebabkan oleh partai komunis Indonesia pun ditindaklanjuti
dengan dibubarkannya organisasi tersebut, dan melakukan razia pada
simpatisannya. Operasi itu pun dikenal dengan operasi pembersihan
PKI. Komnas HAM memperkirakan 500.000 hingga 3 juta warga
tewas dibunuh saat itu, dan ribuan lainnya diasingkan dan hidup
dibawah bayang-bayang ‘cap PKI’ selama bertahun-tahun.
2. Kasus penembakan misterius (Petrus) tahun 1982-1985.
Penembakan ini digelar oleh mantan Presiden Soeharto dengan dalih
mengatasi tingkat kejahatan yang begitu tinggi. Operasi ini berupa
penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap
mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat.

Selain kedua contoh diatas juga terjadi pelanggaran lain seperti kasus
tragedi Trisakti, Semanggi I, II, penculikan aktivis tahun 1997/1998,
kasus Talangsari (di Lampung), hingga kasus Waisor, Wamena di

15
Papua termasuk dengan 12 berkas perkara dengan terdakwa 18 orang
dengan 5 kasus tentang kasus Timor Timur HAM berat yang telah
selesai diselidiki oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) tanpa kunjung tiba penyelesaiannya.
Selain di Indonesia terjadi juga kasus pelanggaran hak asasi manusia di
dunia seperti Rezim Adolf Hitler di Jerman, Konflik Israel dan
Palestina, perang sipil di Bosnia, Kasus Apartheid di Afrika Selatan,
dan kekerasan terhadap Etnis Rohingya Myanmar.

16
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang telah
melekat sejak ia dalam kandungan yang telah dianugerahkan oleh tuhan dan
bersifat universal, tetap dan utuh.

HAM telah diatur dan dilindungi oleh negara dalam perundang-undangan RI,
dimana setiap pelanggaran akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM

Banyaknya kasus pelanggaran HAM yang terjadi seharusnya menjadikan kita


pribadi yang lebih baik dan menjunjung tinggi HAM sehingga dapat mengurangi
banyaknya pelanggaran HAM.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rares, Jootje jafet. 2013. Penyelesaian Perkara Pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) Berat Pajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Vol.1/No.3.
Tukiran Tnuredja, dan Tim Nasional Dosen Pendidikan. Pendidikan
Kewarganegaraan. Edited by 2. Bandung: Alfabeta, 2011.
Joeniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Edited by 1. Jakarta: Bina
Aksara, 1982.
Sunoto. Mengenal Filsafat Pancasila. 2nd ed. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII,
1983.
El Muhtaj, Majda. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia: Dari
UUD1945 Sampai Dengan Perubahan UUD1945 Tahhun 2002 (edisi ke-2).
Jakarta : Kencana, 2009
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang Undang Hukum
Pidana. Jakarta : Sinar GRafika, 2013.
Septy Rahmadi, dan Tim. Makalah Hak Asasi Manusia (HAM). Jurusan Sistem
Informasi. Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Medan, 2019.
Perubahan ke-tiga Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Jakarta, Indonesia: www.mpr.go.id
Undang Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah.
Jakarta, Indonesia: www.mpr.go.id
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta,
Indonesia : www.mpr.go.id
Tunggal, Hadi Setia. Deklarasi Universal Tentang Hak – Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Right). Jakarta : Harvarindo, 2002.
Komnasham.go.id. UU No.39 tahun1999 – Komnas HAM.
https://www.komnasham.go.id/files/1475231474-uu-nomor-39-tahun-1999-
tentang-%24H9FVDS.pdf
Wikipedia Indonesia. Hak Asasi Manusia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

18
Kompasiana.com. November, 14 2017. HAM di Indonesia.
https://www.kompasiana.com/helenaokta/5a0b1733ade2e1792a6bd712/ham-di-
indonesia#:~:text=Awal%20mula%20HAM%20mendapat%20perhatian,PBB%20
pada%2010%20Desember%201948.
99.co. Desember, 8 2020. Pengertian, Ciri – cirri, Contoh, dan Dasar hukum
HAM.
https://www.99.co/blog/indonesia/pengertian-hak-asasi-/manusia

19

Anda mungkin juga menyukai