Anda di halaman 1dari 2

TORSO UTERI

Torsio uteri adalah perputaran uterus yang sedang bunting pada poros
memanjangnya,sering di temukan pada hewan ternak seperti sapi, khususnya sapi perah,domba,
kambing, dapat juga terjadi pada anjing dan kucing. Jarang terjadi pada kuda dan babi. Kasus
torsio uteri pada saat menjelang kelahiran, mencapai 90% dan biasanya diikuti oleh kesukaran
melahiran (distokia). Menurut Robert (1971) torso uteri banyak terjadi pada hewan unipara
(beranak tunggal) yang selalu ada di dalam kandang, tetapi jarang terjadi pada hewan multipara
(beranak banyak). Apabila terjadi pada hewan multipara biasanya hanya satu cornua yang
menderita dan umumnya hanya satu fetus yang mengalami torsio uteri. Hewan yang sudah tua
dan telah beberapa kali melahirkan lebih sering menderita torsio uteri dibandingkan dengan
hewan yang baru pertama kali melahirkan. Torsio uteri sering terjadi pada saat tahap kebuntingan
berlangsung dan biasanya baru dapat didiagnosa pada bulan-bulan menjelang partus dan kasus
torsio uteri minimal terjadi di usia kebuntingan 7 bulan.

Berdasarkan derajatnya kelainan torso uteri dibagi menjadi dua, yaitu torso uteri
sempurna dan torso uteri tidak sempurna. Torsio uteri sempurna yaitu apabila perputaran uterus
yang bunting pada sumbu memanjang lebih dari 180°, dan torsio uteri yang tidak sempurna yaitu
apabila perputarannya kurang dari 180° dan torsio uteri yang sempurna ini jarang terjadi. Pada
torso uteri yang perputaran uterusnya mengandung lebih besar dari180° jalan kelahiran pada
waktu kalahiran menjadi tertutup rapat, sehingga servik dan fetus tidak dapat diraba melalui
pearabaan vaginal. Torsio uteri yang sempurna derajat perputaran lebih dari 180° dapat
mengakibat kematian fetus dan diikuti oleh proses mumifikasi, karena pada kematian fetus ini
tidak disertai infeksi bakteri , pendarahan atau masuknya udara ke dalam rongga uterus.

Adapun beberapa penyebab terjadinya torso uteri, yaitu sering terjadi pada kebuntingan
hewan tua yang diakibatkan kekurangannya cairan foetus ,hewan yang terpeleset atau terjatuh,
induk bunting yang terlalu lama berada di kandang. Torso uteri juga tejadi saat gerakan pada
waktu sapi berbaring yaitu dengan menumpukan kedua kaki depan terlebih dahulu dan
mengangkat kaki belakangnya terlebih dahulu pada waktu bangkit untuk berdiri sehingga setiap
kali hewan itu berbaring atau berdiri uterus bunting menggantung bebas di dalam rongga perut,
apabila hewan tiba-tiba terjatuh pada waktu berbaring atau berdiri dapat menyebabkan
menyebabkan torsio (Toelihere 1985), selain itu torso uteri terjadi karena tonus dinding uteri
yang kurang kuat.

gejala klinis yang terjadi pada kasus torso uteri ringan dengan derajat ringan biasnaya
tidak memperlihatkan gejala yang jelas, sering dijumpai pada waktu pemeriksaan rektal dan
biasanya dapat kembali pada posisi normal dengan sendirinya. Namun pada derajat yang berat
mungkin terjadi selama beberapa hari atau minggu tanpa gejala klinis yang jelas hingga
melahirkan dengan gejala distokia. Gejala torsio uteri pada waktu partus dapat menyebabkan
distokia yang sering tidak diketahui oleh perternak dan disangka bahwa hewan masih dalam
tahap pertama proses kelahiran. Hewan biasanya terlihat tidak tenang, memperlihatkan gejala
kolik dengan menendang perut dan mengibaskan ekorny, terjadinya konstipasi yang disebabkan
karena kontraksi rumen menjadi pelan dan lemah, denyut nadi menjadi cepat, pernapasan
menjadi cepat, badan menjadi lemah, depresi, suhu tubuh menurun sehingga menyebabkan
anggota badan badan menjadi terasa dingin (Jones 1980)

Anda mungkin juga menyukai