Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Ke-1 Hari/tanggal : Kamis, 30 Januari 2020

Teknik Dasar Dosen : Drh.Vetnizah Juniantito, PhD


Nekropsi Hewan Drh. Heryudianto Vibowo, MSi

SITUS VISCERUM KUCING

Oleh :

Kelompok 7

1. Faiq Aftah Khuzain J3P117032


2. Wahyu Dwi Utomo J3P118028
3. Yasma Yahdiani J3P118039
4. Satria Noor Faizi E. J3P118044
5. Trifania Kusumadewi J3P118045
6. Dita Khoirunnisa J3P118046
7. Yvette Rafi J3P118063
8. Muhammad Nurhudayanto J3P118080
9. Dyan Agustini J3P418101

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
` Kucing merupakan salah satu jenis hewan yang banyak dimanfaatkan
sebagai hewan peliharaan. Kucing merupakan salah satu hewan karnivora mutlak
atau obligat karnivora, artinya kebutuhan protein dalam tubuh dipenuhi
sepenuhnya dengan daging. Pencernaan kucing sangat mudah beradaptasi dengan
makanan berupa daging, namun terbatas beradaptasi dengan makanan
mengandung karbohidrat atau serat (Bradshaw 1993).
Populasi kucing di Indonesia pada saat ini mencapai angka 130.000 ekor.
Tingginya populasi membuat sebagian besar dari kucing-kucing tersebut tidak
terpelihara dengan baik sehingga dapat dengan mudah terjangkit penyakit dan
akhirnya mati. Untuk mengetahui jenis penyakit yang menyebabkan kucing
tersebut mati, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah nekropsi. Nekropsi atau
bedah bangkai merupakan teknik yang mendukung penegakkan diagnosa penyakit
(Damayanti 2012). Nekropsi adalah pemeriksaan postmortem atau pasca mati
pada hewan yang bertujuan untuk mengukuhkan atau meyakinkan hasil diagnosa
klinik. Pengukuhan diagnosa penyakit ini diperlukan dalam upaya pengendalian
maupun pemberantasan penyakit pada hewan terkait.
Sebelum memulai nekropsi, operator beserta asisten harus mengetahui
terlebih dahulu bagian-bagian tubuh, anatomi, serta situs viscerum dari hewan
yang akan di nekropsi. Situs viscerum merupakan letak dari bagian organ tubuh
atau organ dalam. Situs viscerum terbagi atas situs viscerum rongga dada dan
situs viscerum rongga abdomen.

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui posisi atau letak organ-organ situs viserum
pada hewan kucing.
BAB II
PEMBAHASAN
Situs viserum adalah letak organ-orang dalam tubuh. Situs viserum terbagi
menjadi beberapa bagian, yaitu situs viscerum torachis (rongga dada), situs
viscerum abdominis (dalam perut), antara rongga dada dan rongga perut dibatasi
oleh sekat bernama diafragma.
Pada situs viscerum thoracis (rongga dada), terdapat sistem respirasi atau
pernapasan yang berawal dari trakea letaknya vertikal dengan esofagus yang
merupakan saluran yang disokong oleh ari-ari rawan. Pangkal trakea disebut
laring dan bronkus merupakan cabang dari trakea. Dindingnya disokong oleh
cincin-cincin rawan yang masuk paru-paru yang bercabang menjadi bronkoli
setelah itu pleura sebagai selaput pembungkus paru-paru. Pembagian lobus paru-
paru kucing pada bagian kiri terdapat 3 lobus, yaitu lobus cranialis pars cranialis,
lobus cranialis pars caudalis, dan lobus caudalis. Sedangkan pada paru-paru
bagian kanan terdapat 4 lobus, yaitu lobus cranialis, lobus medius, lobus caudalis,
dan lobus accesorius.
Situs viscerum yang kedua adalah situs viscerum abdomen. Organ yang
terdapat pada situs viscerum abdomen diantaranya lambung, usus halus ( Jejenum,
duodenum, Ileum ), usus besar ( Sekum dan kolon ), Hati, Pankreas dan ginjal.
Lambung kucing berada di kranial abdomen, kaudal diafragma dan hati (Kealy
dan McAlister 2000). Lambung memiliki 3 fungsi utama yaitu tempat
penyimpanan makanan sementara, memecah dan mengaduk makanan, serta
mencerna dan menghancurkan makanan dengan bantuan enzim. Pankreas
merupakan kelenjar yang relatif kecil dan berhubungan dengan duodenum di
dorsal rongga abdomen (Noviana et al 2012).
Pankreas normal merupakan struktur yang hipoekoik homogen dikelilingi
dengan jaringan lemak yang hiperekoik. Pankreas dapat dilihat dengan sonogram
di bagian kaudal lambung dan medial duodenum. Duodenum kucing dapat
ditemukan dengancara menelusuri pylorus. Posisi duodenum konsisten dengan
dinding abdomen dari kanan (Burk dan Feeney 2003). Apabila dilihat dengan
menggunakan sonogram, duodenum memiliki lapisan yang terlihat seperti lapisan
pada lambung yaitu mukosa, submukosa, muskularis mukosa, dan serosa.
Duodenum merupakan salahsatu bagian dari usus halus. Pada usus haslus ini
dapat terjadi berbagai macam gangguan atau penyakit. Salah satu penyakitnya
adalah Felin infectious peritonitis (FIP). Usus besar kucing pada dasarnya
menghubungkan usus kecil ke anus. Usus besar lebih besar memiliki diameter
lebih besar daripada usus kecil. Fungsi utamanya adalah untuk menyarap air dari
tinja yang diperlukan, sehingga menjaga tingkat hidrasi tubuh yang konstan.fungsi
lainnya adalah untuk menyimpan bagian kotoran yang akan dikeluarkan dari
tubuh.
Ginjal memiliki fungsi utama adalah sebagai organ eksresi dan non
eksresi. Fungsi eksresi ginjal meliputi prngaturah pH, konsetrasi ion mineral,
komposisi cairan darah, eksresi produk akhir nitrogen dari metabolisme protein
dan sebagai jalur eksretori untuk sebagian besar obat (Prise dan Wilson 2005).
Fungsi non eksresi adalah pengaturan tekanan darah, produksi eritrosit dan
konversi vitamin D menjadi bentuk aktif (D3 atau 1-25-dihydroxycholealciferol)
(Polzin dkk 209). Hati merupakan organ asesoris sistem pencernaan dan termasuk
kelenjar terbesar yang ada dalam tubuh dan terletak disebelah kanan lambung.
Hati memiliki 4 lobus yaitu, lobus dextra, lobus sinistra, lobus quadratus dan
lobus caudatus (Akers dan Denbows 2008). Sebagai organ yang sangat vital hati
mempunyai beberapa fungsi yaitu pertama, metabolisme karbohidrat, menjaga
kadar glukosa dalam darah, dan merubah glukosa menjadi glikogen
(glikogenesis). Kedua metabolisme lemak termasuk kolesterol yang digunakan
untuk membentuk garam empedu. Ketiga, sebagai metabolisme protein. Keempat,
detoksifikasi produk buangan seperti antibiotik dan alkohol serta memsintesis
garam empedu yang berasal dari lemak di dalam usus halus dan sebagai
penyimpanan vitamin A, D, E, K dan mineral.
Feline infectious peritonitis (FIP) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Feline Coronavirus (FCoV), yang termasuk ke dalam golongan
virus RNA yang mudah bermutasi. FCoV memiliki dua tipe, yaitu Feline Enteric
Coronavirus (FECV) dan Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV). Sekitar 80-
90% dari populasi multi cat-environment. Gejala klinis pada kucing yang
terinfeksi virus FIP adalah demam, kurang nafsu makan, kelemahan, penurunan
berat badan, inkoordinasi, serta ascites. Penularan FIP umumnya melalui per oral.
Selanjutnya Feline corona Virus bereplikasi pada sel-sel enterosit beberapa bagian
usus halus dan kolon (Kiper, 2010). FCoV yang bereplikasi pada sitoplasma epitel
usus halus menyebabkan kerusakan pada epitel mukosa usus halus sehingga
mengakibatkan diare pada kucing. kemampuan untuk menginfeksi sel sel
makrofag disebabkan oleh virulensi dari FcoV. Kerusakan pembuluh darah yang
disebabkan oleh virulensi tinggi dari FCoV mengakibatkan akumulasi fibrin yang
berlebihan pada permukaan organ dan cairan eksudat serous berwarna kekuningan
yang terdapat pada rongga thoraks dan abdomen
Vaksin untuk FIP belum ditemukan , maka pengobatan yang dilakukan
pada kucing yang terinfeksi hanya sebagai suporting terapi, yakni dengan infus
agar tidak dehidrasi, oprasi untuk mengambil cairan pada rongga abdomen.
BAB III
SIMPULAN
Dari hasil diatas mahasiswa dapat mengetahui situs viscerum pada kucing.
Situs viscerus pada kucing dapat dibagi menjadi dua yaitu situs viscerum thoraks
dan situs viscerum abdomen. Selain mengetahui situs viscerum, mahasiswa juga
telah mengetahui contoh penyakit pada kucing yaitu Feline Infections Peritonitis
yang berhubungan dengan situs viscerum kucing.
DAFTAR PUSTAKA

Akers RM dan Denbow DM. 2008. Anatomy and Phisiology of Domestic Animals.
Lowa: Blackwell Publishing
Buletin Veteriner. BBVet Denpasar. Vol. XXVI, No. 85. Desember 2014 ISSN :
0854-901XX
Burk R dan Feeney D. 2003. Small Animal Radioogy and Ultrasonography A
Diagnostic Atlas and Text. USA: Elsevier Science.
Damayanti Y, Ida B, dan Mas D R. 2012. Evaluasi Penyakit Virus Pada Kadaver
Broiler Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi Di Rumah
Pemotongan Unggas. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. 1(3): 417-427.
Kipar, A., Meli, M.L., Babtiste, K.E., Bowker, L.J dan Lutz, H. (2010) Site of
Felline Corona Virus Presistence in Healthy Cats.
Kealy JK dan McAllister. 2000. Diagnostic Radiology and Ultrasonographyof the
Dog and Cat 3rd Ed. Philadelphia: W.B Saunder Company.
Noviana et al. 2012. Diagnosis Ultrasonografi pada Hewan Kecil. Bogor(ID):
IPB Press
Prise, SA dan Wilson LM. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Vol 2. Diterjemahkan oleh Pemdit B. U. Hartanto H.
Wulansari P. Mahani DA. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ressang, A.A (1988). Peritonitis Menular pada Kucing. Universitas Indonesia.
[ID].

Anda mungkin juga menyukai