Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Radiologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran atau ilmu
pengobatan yang menggunakan sinar x, sumber suara dan magnet
untuk imaging pada bidang diagnostik dan radioterapi. Pada bidang
diagnostik memanfaatkan sinar-x untuk membantu menegakkan
diagnosa

dalam

bentuk

foto

(hasil

radiografi)

yang

bisa

didokumentasikan.
Diagnosa dapat dilakukan apabila gambaran radiografi yang
dihasilkan dapat menggambarkan semua struktur dari objek yang akan
didiagnosa serta memenuhi syarat pemeriksaan. Untuk mendapatkan
gambaran yang sesuai dengan apa yang diinginkan maka harus
mengetahui teknik radiografi (tata cara pemeriksaan).
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita
dapat diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras
media yang berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai
nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut
dapat didiagnosa.
Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua
bagian yaitu pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan
radiologi yang menggunakan bahan kontras. Dalam penyusunan
laporan

ini, penulis menyajikan salah satu pemeriksaan yang

menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan Oesophagus dan


Maag Deudenum (OMD). Pemeriksaan Oesophagus dan Maag
Duodenum

(OMD)

adalah

pemeriksaan

secara

radiologi

yang

menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan bahan


kontras negatif yaitu berupa gas (microbar-gas) dengan tujuan untuk
memvisualisasikan

keadaan

oesophagus

dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut.

dan

lambung

yang

Adapun teknik-teknik yang rutin dilakukan pada pemeriksaan


oesofhagus dan Maag Duedenum yaitu dengan menggunakan proyeksi
Antero Posterior (AP), Postero Anterior (PA), Lateral, Left Posterior
Obliq (LPO), dan Right Anterior Obliq (RAO). Dengan latar belakang di
atas, penulis tertarik untuk menyusun sebuah laporan akhir PKL II yang
berjudul TEKNIK PEMERIKSAAN OESOPHAGUS DAN MAAG
DUODENUM (OMD) PADA KASUS TUMOR GASTER.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur pemeriksaan radiologi Oesophagus Dan
Maag Duodenum (OMD) Pada Kasus Tumor Gaster di Unit Radiologi
Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

C. Tujuan
Untuk mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan radiologi
Oesophagus Dan Maag Duodenum Pada Kasus Tumor Gaster di Unit
Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.

D. Manfaat
1. Agar mahasiswa mampu menuliskan karya ilmiah hasil dari praktek
kerja lapangan.
2. Agar Institusi mendapatkan informasi tentang segala kegiatan
mahasiswa mengenai teknik pemeriksaan dan lain-lain, sehingga
institusi mampu mengsinkronkan kegiatan radiologi yang ada
dirumah sakit dengan teori-teori kuliah dikampus.
3. Agar masyarakat khususnya para pembaca mendapatkan informasi
secara umum tentang pemeriksaan oeshophagus dan maag
duodenum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKL


1. Sejarah Berdirinya RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Pada tahun 1947 didirikan Rumah Sakit dengan meminjam 2
(dua) bangsal Rumah Sakit Jiwa yang telah berdiri sejak tahun
1942 sebagai bangsal bedah dan penyakit dalam yang merupakan
cikal bakal berdirinya Rumah sakit Umum (RSU) Dadi.
Pada tahun 1957 RSU Dadi yang berlokasi di jalan Lanto Dg.
Pasewang No. 43 Makassar sebagai Rumah Sakit Pemda Tingkat I
Sulawesi Selatan dan pada tahun 1993 menjadi Rumah Sakit
dengan klasifikasi B. Pengembangan RSU dipindahkan ke Jl.
Perintis Kemerdekaan Km. 11 Makassar, berdekatan dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit
vertikal milik Departemen Kesehatan dengan nama Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Dr. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 540/SK/VI/1994 sebagai
Rumah Sakit kelas A dan sebagai Rumah Sakit Pendidikan serta
sebagai Rumah Sakit Rujukan tertinggi di Kawasan Timur
Indonesia.
Pada tanggal 10 Desember 1995 RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo ditetapkan menjadi Rumah Sakit unit Swadana dan
pada tahun 1998 dikeluarkan Undang-undang No. 30 tahun 1997
berubah menjadi Unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP).
Dengan terbitnya peraturan Pemerintah R.I. No. 125 tahun
2000, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo beralih status kelembagaan
menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), yang berlangsung selama
lima tahun dan berakhir pada tahun 2005.
Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun
2005 tentang pengelolaaan keuangan Badan Layanan Umum

(BLU),

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

1243/MenKes/SK/VII/2005 tanggal 11 agustus 2005 tentang


penetapan 13 Eks Rumah Sakit PERJAN menjadi UPT DEPKES
dengan penerapan pola PPK-BLU, dan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan

RI

Nomor

1677/MenKes/Per/XII/2005

tentang

Organisasi dan tata kerja RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar, maka sejak tahun januari tahun 2006 kelembagaan
RSWS berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis Depkes dengan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
2. Visi & Misi
VISI : Menjadi Rumah Sakit dengan layanan berstandar
Internasional
MISI :
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berkualitas yang

terintegrasi, holistik dan profesianal.


Menumbuhkembangkan sistem kerja yang aman, nyaman

dan produktif.
Menyelenggarakan

pendidikan

dan

penelitian

menunjang dan terintegrasi dengan pelayanan.


3.

Motto
Dengan budaya sipakatau kami melayani dengan hati.

4. Struktur Organisasi

yang

Gambar 2.1
Struktur Organisasi
5. Peta Gedung

Gambar 2.2
Peta Gedung
B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi Dan Fisiologi
1. Anatomi dan fisiologi
1.1 . Oesophagus

Gambar 2.3. Oesofagus


Sumber : Merrils Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures

Oesophagus adalah sebuah saluran yang berbentuk tabung


berotot yang panjangnya 20-25 cm, diatas mulai dari faring sampai
pintu masuk kardiak lambung. Terletak di belakang trakea dan
didepan tulang pungung. Setelah melalui rongga thorax menembus
diafragma, lalu masuk ke dalam abdomen dan menyambung
dengan lambung.
Oesophagus mempunyai 4 lapis pada dindingnya. Disebelah
luar terdiri atas jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot
yang terdiri atas 2 lapisan serabut otot, yang satu berjalan
longitudinal dan yang lain sirkuler, sebuah lapisan submukosa dan
yang paling dalam terdapat selaput lendir.
Setelah makanan masuk faring maka palatum lunak naik
untuk menutup nares posterior, glotis menutup oleh kontraksi ototototnya, dan otot faring menangkap makanan dan mendorongnya
masuk ke oesophagus. Pada saat ini pernafasan berhenti, jika tidak
maka akan tersedak. Orang tidak dapat menelan dan bernafas
pada saat yang bersamaan. Gerakan menelan pada bagian ini
merupakan gerak peristaltic.
Makanan berjaan dalam oesophagus karena kerja peristaltik,
lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di
belakang makanan berkontraksi.

Maka gelombang peristaltik

mengantarkan bola makanan ke lambung. (Pearce,2006)


Fungsi utama dari oesophagus adalah untuk menghantarkan
makanan dari faring ke lambung dengan gerak peristaltic.
(Syaifudin, 1997)
1.2 . Anatomi dan fisiologi Lambung

Gambar 2.4. Lambung


Sumber : Merrils Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures
Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang
dapat meluas paling besar. Posisi utamanya pada bagian epigastrik
dan disebelah kiri daerah hipokardiak dan umbilical.
A. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu :
a) Cardia, bagian yang paling dekat dengan lubang yang ada
disebelah esophagus. Kelenjar dari cardia berbrntuk tubuler,
baik sederhana maupun bercabang dan mengeluarkan secret
mucus alkali.
b) Fundus, batang utama dengan bagian bawah yang horizontal.
Kelenjar dari fundus adalah kelenjar tubuler dan berisi berbagai
jenis sel. Beberapa sel (sel asam atau oxintik) menghasilkan
asam

yang

terdapat

dalam

getahlambung

dan

juga

menghasilkan musin.
c) Piloric, bagian lambung yang berhubungan dengan duodenum.
Kelenjar pyloric berbentuk tubuler dan menghasilkan mucus
alkali.(Kusrianto, 2004).
B. Fungsi Lambung
Lambung menerima makanan dan bekerja sebagai penampung
untuk jangka waktu yang pendek.

Semua makanandicairkan dan dicampurkan dengan asam


hydroklorida. Dan dengan cara ini disiapkan untuk dicerna oleh

usus halus.
Protein diubah menjadi pepton.
Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
Pencernaan lemak dimulai di dalam lambung.
Di lambung makanan diolah atau dicampur dengan cairan

lambung

dan

membentuk

bubur

(Pearce,2006:185)
C. Tipe Lambung

Gambar 2. 5. Body Habitus


1.3 . Anatomi dan fisiologi Duodenum

dinamakan

khyme.

Gambar 2.6. Duodenum


Sumber : Merrils Atlas of Radiographyc Possitioning and
Procedures
Duodenum adalah bagian pertama dari usus halus yang
panjangnya 25 cm. Berbentuk seperti sepatu kuda dan kepalanya
mengelilingi pancreas. Saluran empedu dan saluran pancreas
masuk ke dalam duodenum pada satu lubang yang disebut ampula
hepatopankreatika atau Ampula Vateri. Yang terletak 10 cm dari
pylorus (Pearce,2006:188)
2. Patologi
2.1 Oesophagus
1. Akhlasia
Disebut juga cardiospasme, disebabkan oleh kegagalan fungsi
motorik yang berupa hilangnya gerakan peristaltik dibagian
bawah oesophagus dan disebabkan oleh kegagalan sfinkter
kardiak untuk mengendor.
2. Anatomi Anomalies
Anatomi Anomalies dapat bersifat congenital atau disebabkan
oleh penyakit seperti kanker. Pasien penderita stoke juga
dapat diserang

penyakit

ini sehingga terganggu pada

mekanisme motoriknya.
3. Barrets Esofagus
Barrets Esofagus atau barrets syndrome adalah pergeseran
dari epithelium squamosa, pergeseran ini menyebabkan
striktura pada bagian distal esophagus.
4. Carcinoma Esofagus
Adenocarcinoma adalah salah satu keganasan yang sering
terjadi di oesofagus. Pasien sulit menelan, sakit dan berdarah

10

saat menelan, carcinosarcoma, yang dapat menghasilkan


polip yang besar dan irregular serta pseudocarcinoma.
5. Dysphagia
Kesulitan menelan yang dapat disebebkan karena congenital
atau kondisi yang didapat. Penyebab dysphagia adalah
jebakan bolus makanan, kelumpuhan otot faring atau
oesofagus dan penyempitan atau pelebaran oesofagus.
6. Oesofagus Reflux
Masuknya isi lambung ke dalam oesofagus, mengiritasi
dinding oesofagus dan lama-kelamaan keadaan ini dapat
menghasilkan oesofagogitis.
7. Oesofagogitis
Oesofagogitis atau radang oesofagus disebabkan oleh zat
korosif, uremi, tuberculosis, dan antinomycosys.
2.2 Lambung
1. Benzoar
Massa dari

material

yang

tidak

dapat

dicerna

dan

terperangkap di dalam lambung. Massa ini bisa terbuat dari


rambut, serat sayuraan tertentu / bahan yang terbuat dari
kayu. Material ini dapat menyebabkan obstruksi pada
lambung.
2. Diverticula
Terjadi karena perlemahan kantong dari dinding mukosa
yang dapat terjadi di lambung dan usus halus. Diverticula
lambung berukuran antara 1-2 cm dan diameternya sampai
dengan 8 cm. Jika diverticula ini tidak segera disembuhkan,
maka akan menimbulkan pervorasi.
3. Emesis
Emesis adalah keadaan muntah yang disertai dengan
keluarnya darah.
4. Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
sebabkan

oleh

makanan

atau

miuman

yang

dapat

menyebabkan iritasi pada selaput lendir lambung dan juga


infeksi akut.

11

5. Hiatal hernia
Kondisi dimana bagian lambung masuk ke dalam hiatus
diafragma. Hiatal hernia dapat terjadi karea oesofagus yang
pendek dan perlemahan otot sekitar hiatus diafragma.
6. Carcinoma lambung
Carcinoma lambung terdiri 70% dari seluruh neoplasma
lambung. Yaitu

dengan

filling

defect

irregular

dalam

lambung, dinding bertanda, kaku lambung dan luka pada


mukosa.
7. Tumor Gaster
Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas.
Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial
tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat
yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Perangai
tumor ini sulit diramalkan, dan sulit dibedakan antara tumor
ganas dan jinak berdasarkan kriteria histologis. Salah satu
gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang
kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak
ditemukan nekrosis (Underwood, 2000 : 439). Sedangkan
menurut Sjamsuhidayat (2005 : 555) tumor jinak yang
tersering ditemukan adalah polip dan leiomioma yang dapat
membentuk

adenomatosa

hiperplastik,

atau

fibroid.

Leiomioma yang merupakan tumor jinak otot polos lambung


tidak bersimpai sehingga sulit dibedakan dari bentuk yang
ganas (leiomiosarkoma) gambaran klinis dapat terjadi pada
semua kelompok umur dan umumnya tumor ini tidak
memberikan gejala klinis, kalaupun ada hanya berupa nyeri
yang tidak sembuh dengan antasid. Pemeriksaan fisik tidak
menemukan sesuatu kelainan, bila ditemukan kelainan perlu
dipikirkan adanya karsinoma.
a. Klasifikasi

12

Tumor Gaster dapat dibagi menjadi 2 Kelompok :


Tumor Jinak

Tumor Jinak Epitel


Tumor jinak epitel biasanya berbentuk polip dan
dapat dibagi atas :
a. Adenoma: terisolisasi, bagian dari adenoma generalisata
gastrointestinal.
Adenoma sering terdapat terbatas pada lambung,
tetapi

dapat

merupakan

bagian

polip

adenoma

generalisata pada saluran cerna. Didapatkan pada 1%


dari pasien yang dilakukan pemeriksaan radiologi dan
endoskopi. Terutama didapatkan pada pria, biasanya usia
dewasa. Biasanya berbentuk polip yang bertangkai,
dengan permukaan licin, besarnya hanya beberapa
centimeter. umumnya tanpa keluhan, kadang-kadang
timbul perdarahan yang dapat menyebabkan anemia.
Lokasi tumor yang tersering daerah pylorus dan antrum
(50%), fundus (20%), kurvatura minor (20%) dan kardia
(10%) (Sudoyo, 2007).
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan filling
defect dengan tepi teratur dan bertangkai. Pemeriksaan
Gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan
lokasinya terutama di daerah antrum dan angulus. Setiap
polip walaupun kelihatan jinak perlu dilakukan biopsy
untuk melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa
keluhan,
teratur.

sebaiknya
Jika

terlihat

dilakukan
adanya

pemantauan
komplikasi

secara

sebaiknya

dilakukan polipektomi (Sudoyo, 2007).

a. Adenoma Hiperplastik: polip sirkumskripta, difus.

13

Pada Gastritis atrofi kronis permukaan mukosa


dan alveolar, berubah menjadi hyperplasia. Bentuknya
dapat berupa sessile atau discrete (Sudoyo, 2007).
b. Adenoma

Heterotropik:

tumor

Pankreas

aberan,

bruninoma (Sudoyo, 2007).


1. Anomali pancreas paling sering didapatkan. Kira-kira
0,5% dari autopsy. Lebih sering ditemukan pada pria
antara umur 22-55 tahun. Lokasi terbanyak di daerah
antrum dan pylorus. Biasanya pancreas aberan ini
kecil (diameter 1 cm). Pemeriksaan radiologis dengan
kontras ganda sangat membantu diagnosis.
2. Bruninoma. Biasanya ditemukan di daerah bulbus
duodeni dan pada pemeriksaan radiologis didapatkan
polip multiple dan kadang-kadang didapatkan di
daerah pylorus dan antrum (Sudoyo, 2007).

Tumor Jinak Non Epitel


Tumor jinak non epitel ini penting karena sering
menimbulkan komplikasi berupa ulserasi dan perdarahan.
1. Tumor Neurogenik. Sering didapatkan Schwannoma
yang tumbuh dalam submukosa dan menonjol ke dalam
lumen. Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa cm,
dapat terjadi ulcerasi dan perdarahan.
2. Leiomioma. Sering didapatkan pada pasien dewasa pada
otopsi. Biasanya tunggal dengan diameter 2 cm di
daerah

antrum

dan

pylorus.

Dapat

menyebabkan

hipertrofi pylorus stenosis.


3. Fibroma. Biasanya kombinasi dengan tumor lain seperti
neurofibroma, miofibroma, lipofibroma dan lain-lain.
Fibroma

ini

lebih

jarang

ditemukan

daripada

14

schwannoma.

Gejala

yang

sering

timbul

adalah

perdarahan dan rasa nyeri.


4. Lipoma. Lipoma ini didapatkan pada autopsy lebih
kurang 0,03%. Lipoma tumbuh di dalam sub mukosa
dengan keluhan rasa nyeri dan kadang-kadang ada
perdarahan (Sudoyo, 2007).

Tumor Ganas

Early Gastric Cancer


Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi
dan pemeriksaan histopatologis dapat dibagi atas: (Sudoyo,
2007).
1. Tipe I (protruded type) : tumor ganas yang menginvasi
hanya terbatas pada mukosa dan submukosa yang
berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler, permukaan tidak
rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type) : dapat dibagi atas 3 subtipe:
a. Elevated type : tampak sedikit elevasi mukosa
lambung, hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi
serta dan lebih meluas dan melebar,
b. Flat type: tidak terlihat elevasi atau depresi pada
mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna
mukosa,
c. Depressed type: didapatkan permukaan yang ireguler
dan pinggir yang tidak rata (ireguler) hiperemis/
pendarahan
3. Tipe III (excavated type) : menyerupai Bormann II (tumor
ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti IIc + III
atau III + IIc dan IIa + IIc.

15

Advanced Gastric Cancer


Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas:
(Sudoyo, 2007).
1. Bormann I: bentuknya berupa polipoid karsinoma yang
sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di
sekitar tumor atrofi dan ireguler
2. Bormann II: merupakan non infiltrating carcinomatous
ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya
menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrosis dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah
kehitaman.

Mukosa

sekitar

ulkus

tampak

sangat

hiperemis
3. Bormann III: berupa infiltrating carcinomatous ulcer,
ulkusnya mempunyai dinding dan terlihat adanya infiltrasi
progresif dan difus
4. Bormann IV: berupa bentuk diffuse infiltrating type, tidak
terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada
seluruh mukosa.
b. Etiologi
Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1078)
penyebab tumor gaster dimulai dari gastritis kronis menjadi
atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna,
telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah
mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H. pylori
dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama
menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi
asam secara bertahap. Menurut Underwood (2000 : 440)
yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi
makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat
meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain
yang

berhubungan

dengan

insiden

kanker

lambung

16

mencakup

inflamasi

lambung,

anemia

pernisiosa,

aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan


golongan darah A.
2.3 Duodenum
1. Malabsorbsi
Keadaan dimana terdapat gangguan absorbsi mukosa usus
terhadap satu atau banyak zat gizi yang mengakibatkan ekskresi
zat-zat tersebut ke dalam feses.
2. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan
komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran
dari organ-or gan abdomen.
3. Congenital (prrimer)
Adalah penyakit yang disebabkan kelemahan setempat pada
dinding

duodenum

dan

ditemukan

pada

tempat-tempat

pembuluh darah yang masuk ke dalam dinding.


4. Diverticula
Biasanya pada duodenum bagian pertama dan biasanya sekitar
bekas luka tukak peptic. Bila banyak disebut divertikulosis.
C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan
1) Definisi pemeriksaan OMD
Teknik radiografi OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi
saluran pencernaan terdiri dari organ oesofagus, maag, dan
duodenum menggunakan media kontras barium sulfat / barium
meal, kemudian diamati dengan fluoroskopi (Bryan, 1979).
2) Tujuan pemeriksaan OMD
Teknik radiografi OMD bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan
pada organ esofagus, maag, dan duodenum.
3) Persiapan pemeriksaan OMD :

Persiapan pasien
Persiapan pasien sebelum pemeriksaan yaitu :
a. Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan

17

b. Pasien puasa selama 5 jam sebelum dilakukan pemeriksaan


Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan
yang mengandung substansi radioopaque seperti steroid, pil
kontrasepsi (Bryan, 1979)

Persiapan alat dan bahan


a. Persiapan alat
-

Pesawat sinar x

Kaset ukuran 24 x 30 cm, 35 x 35 cm

Film ukuran 24x 30 cm, 35 x 35 cm

Gelas

Sendok

Tissue

Bengkok

Baju pasien

Marker R atau L

Pencucian film terdiri dari developer, fixer, rinsing


(Balinger, 1999)

b. Persiapan bahan

Media kontras barium sulfat (BaSO4)


Kontras

media

adalah

suatu

bahan

yang

dapat

digunakan dalam pemeriksaan radiologi yang bertujuan


untuk

memberikan

perbedaan

densitas

organ

disekitarnya. Kontras media dibagi menjadi dua macam


yaitu kontras media positif dan kontras media negatif.
Kontras media positif adalah kontras media yang memiliki
nomor atom tinggi, contohnya barium sedangkan kontras
media negatif yaitu kontras media yang memiliki nomor
atom rendah, contohnya udara (Ballinger, 1999).

Pemeriksaan OMD dengan menggunakan media kontras


dibagi menjadi 5 macam yaitu :

18

1. Barium

swallow

adalah

pemeriksaan

radiologis

oesofagus dengan cara menelan media kontras


2. Barium meal adalah pemeriksaan radiologis lambung
dan duodenum dengan cara meminum media kontras
3. Barium follow through adalah pemeriksaan radiologis
usus halus dengan meminum media kontras yang
merupakan kelanjutan dari pemeriksaan barium meal
yang memerlukan waktu beberapa jam untuk dapat
sampai ke proses pencernaan makanan

Cara pemberian media kontras


Kontras

positif

yang

biasanya

digunakan

dalam

pemeriksaan radiologis saluran pencernaan

adalah

BaSo4. Bahan ini merupakan sutu garam berwarna putih,


mempunyai berat atom yang besar dan tidak larut dalam
air. Bahan diaduk dengan air dalam perbandingan
tertentu, sehingga menjadi suspensi (bukan larutan).
Suspensi tersebut harus diminum oleh pasien dalam
pemeriksaan oesofagus maag duodenum (Kartoleksono,
1999).
Apabila persiapan pasien sudah dianggap baik, maka
untuk pemeriksaan oesofagus, pasien diberi suspensi
barium kurang lebih 2-3 sendok makan. Kontras barium
dikulum di dalam mulut setelah itu pasien diinstruksikan
untuk menelan. Pembuatan radiograf dilakukan setelah
kurang

lebih

1-5

detik

setelah

barium

diminum.

Sedangkan untuk lembung dan duodenum setelah


pasien diberi suspensi barium kurang lebih 200 ml, atau
kurang lebih satu gelas kemudian pasien disuruh
berbaring di atas meja pemeriksaan dan diminta untuk
memutar badan ke kiri dan ke kanan sebanyak 2-3 kali
(berguling-guling) dengan maksud agar suspensi barium

19

sulfat dapat melapisi dinding lambung dan duodenum


secara merata, setelah itu segera dilakukan pengambilan
radiograf. Radiograf diambil setelah kurang lebih 3-5
menit post media kontras (Kertoleksono, 1999)
4) Teknik pemeriksaan OMD
Teknik pemeriksaan OMD yang pertama kali dilakukan adalah
pasien datang ke radiologi kemudian pasien diminta untuk ganti
baju, setelah itu kita mempersiapkan media kontras yang akan
dipakai

yaitu

membuat

campuran

antara

barium

dan

air.

Pemeriksaan oesofagus dapat menggunakan 2 perbandingan yaitu


dengan perbandingan 1 : 1 posisi pasien dalam keadaan berdiri
(Clark K.C, 1973) atau perbandingan 1 : 4 posisi pasien dalam
keadaan tiduran (Bontrager, 1991). Pada pemeriksaan maag
duodenum perbandingan campuran yang digunakan adalah 1 : 4
(Bontrager, 1999)
5) Proyeksi pemeriksaan OMD
1. Oesofagus
Proyeksi AP / PA

Posisi Pasien : supine atau prone diatas meja pemeriksaan.

Posisi Obyek : MSP pada pertengahan kaset / meja.

CR : vertikal kaset.

CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5


cm inferior jugular notch

FFD : 100 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium.


Pasien

menelan

diekspose

Gambar :

2/3

sendok

barium

kental

kemudian

20

Gambar 2.7. Proyeksi AP/PA Oesophagus

Kriteria radiograf :
-

Struktur : Oesophagus terisi barium

Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint


simetris )

Kolimasi

Seluruh

Oesophagus

masuk

pada

lap.penyinaran
Proyeksi Lateral

Posisi Pasien : pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan.

Posisi Obyek : True lateral ditunjukan dari superposisi kosta


Posterior. Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus.
Oesophagus terisi media kontras.

CR : vertikal kaset.

CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5


cm inferior jugular notch

FFD : 100 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium.


Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose

Gambar :

21

Gambar 2.8. Proyeksi Lateral Oesophagus

Kriteria radiograf : Oesophagus terisi barium, terlihat diantara


C.Vertebra dan jantung.

Proyeksi PA Obliq (RAO)

Posisi Pasien : prone diatas meja pemeriksaan.

Posisi Obyek : Rotasi yang cukup akan menampakkan


oesophagus diantara Columna Vertebra dan Jantung, jika
oesophagus superimposed diatas spina, rotasi perlu ditambah.
Bahu

pasien

tidak

superposisi

dengan

oesophagus.

Oesophagus terisi media kontras.

CR : vertikal kaset.

CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5


cm inferior jugular notch

FFD : 100 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium.


Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose

Gambar :

22

Gambar 2.9. Proyeksi RAO Oesophagus

Kriteria radiograf :
Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan
jantung.

Proyeksi AP Obliq (LPO)

Posisi Pasien

Posisi Obyek : Bahu pasien tidak superposisi dengan

: prone diatas meja pemeriksaan.

oesophagus, esophagus terisi media kontras.

CR : vertikal kaset.

CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T 5-6 ) / 7,5


cm inferior jugular notch

FFD : 100 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium.


Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose

Gambar :

23

Gambar 2.10. Proyeksi LPO Oesophagus

Kriteria radiograf : Oesophagus terisi barium terlihat diantara


sekitar hilus paru dan Columna Vertebra.

2. Maag Duodenum
Proyeksi AP

Posisi Pasien : supine

Posisi Obyek : MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak
ada rotasi

CR : vertikal kaset.

CP : pada L1 ( diantara xypoid dan batas bawah costae )


-

Stenik : L1

Asthenic : 2 inchi di bawah L1

Hiperstenic : 1 inchi di atas L1

FFD : 100 cm

Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas.

Gambar :

Gambar 2.11. Proyeksi AP Maag Duodenum

Kriteria Gambar :

24

Struktur

ditampakkan

lambung

dan

duodenum,

diafragma dan paru-paru bagian bawah


-

Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi

Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi /


kelainan

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

Proyeksi PA

Posisi Pasien : supine atau prone diatas meja pemeriksaan.

Posisi Obyek : MSP pada pertengahan kaset / meja.

CR : vertikal kaset.

CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.


-

Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae


dan 1 inchi kekiri dari C. Vertebrae

Astenic : 2 inchi dibawah L2

Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum

FFD : 100 cm.

Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas.

Gambar :

25

Gambar 2.12. Proyeksi PA Maag Duodenum

Kriteria Gambar :
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum
-

Body dan pylorus tercover

Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari


lambung dan duodenum

Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan


patologi yang ada

Proyeksi PA Oblique (RAO)

Posisi Pasien : recumbent, prone

Posisi Obyek : Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk


sudut 40 70 derajat dengan tepi depan MSP, lengan tangan
sebelah kiri flexi ke depan, knee joint flexi.

CR : vertikal kaset.

CP : daerah bulbus duodeni


-

Stenik : 1-2 inch dari L2

Asthenic : 2-5 inchi di bawah L2

Hiperstenic : 2-5 inchi di atas L2

FFD : 100 cm

Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas

Gambar :

26

Gambar 2.13. Proyeksi RAO Maag Duodenum

Kriteria Gambar :
-

Struktur ditampakkan : daerah lambung dan lengkung


duodenum membentuk huruf C

Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi

Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi /


kelainan

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

Proyeksi AP Obliq (LPO)

Posisi Pasien : recumbent

Posisi Obyek : dari posisi supine dirotasikan 30 60 derajat


dengan bagian kiri menempel meja, tungkai difleksikan untuk
menopang.

Batas atas : Proc. xyphoideus. Batas bawah : SIAS

CR : vertikal kaset.

CP : pertengahan crista iliaca


-

Stenik : L1

Astenic : 2 inchi dibawah L1 mendekat mid line

Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1

FFD : 100 cm

Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas

Gambar :

27

Gambar 2.14. Proyeksi LPO Maag Duodenum

Kriteria Gambar :
-

Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum,


bulbus duodenum tanpa superposisi dengan pylorus

Fundud tampak tertempeli BaSO4

Pada double kontras tampak batas body dan pylorus


dengan batas udara

Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung


dan duodenum

Proyeksi Lateral

Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan
tangan mengikuti kemiringan pasien.

Posisi Obyek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral,


batas atas xyphoid, batas bawah crista iliaka

CR : vertikal kaset.

CP : bulbus duodenum pada L1


-

Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane

Astenic : 2 inchi dibawah L1

Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1

FFD : 100 cm

Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas

Gambar :

28

Gambar 2.15. Proyeksi Lateral Maag Duodenum

Kriteria Gambar :
-

Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum


tercover celah retrogastric, pylorus dan lengkung duodenum
akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic

Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1

Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada pada


gaster

Proyeksi PA Axial

Posisi Pasien : Prone diatas meja pemeriksaan.

Posisi Obyek : MSP pada pertengahan kaset / meja.

CR : 35-45 caudal.

CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.


-

Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae


dan 1 inchi kekiri dari C. Vertebrae

Astenic : 2 inchi dibawah L2

Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum

FFD : 100 cm.

Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas.

Gambar :

35-45

29

Gambar 2.16. Proyeksi PA Axial Maag Duodenum

Kriteria Gambar :
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum
-

Body dan pylorus tercover

Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari


lambung dan duodenum

BAB III
METODE PEMERIKSAAN
A. Tempat Dan Waktu Pemeriksaan
a. Tempat Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, Kamar 3.
b. Waktu Pemeriksaan

Hari / Tanggal
Pukul

: Kamis / 3 Juli 2014


: 08:46:21 WITA

B. Kronologis Riwayat Pasien


Pasien datang dari ruang perawatan Lontara 1 Atas depan
diantarkan dengan anaknya dengan memakai rosture, di tangan kanan

30

pasien terpasang infuse. Kondisi umum pasien kooperatif dengan


keadaan bisa berdiri .
Keluhan pasien sehingga dilakukan pemeriksaan OMD adalah sakit
perut bagian kiri atas tembus kebelakang selama 1 tahun.
Pasien diberi Informed Consent oleh dokter dan ditandatangani
oleh anaknya.
C. Persiapan Alat Dan Bahan
1. Pesawat sinar x
Merk
Unit
Type
S/N

:
:
:
:

Villa s.m
General X-Ray
6100 RAD 50 KW
Am 13920 K10

2. Barium Sulfat (BaSO4)


3. Microbar-gas 4 grm
4. Air
5. Pipet
6. Sendok
7. Gelas
8. Tissue
D. Prosedur Kerja
1. Prosedur administrasi
Pasien atau keluarga pasien membawa formulir permohonan
pemeriksaan radiologi OMD di isi dan di tanda tangani oleh
dokter pengirim dan di sertai keterangan klinis dari pasien
tersebut, selanjutnya di terima di bagian radiologi.
sebelum pemeriksaan keluarga pasien mendaftarkan pasien ke
loket radiologi dengan membawa surat pengantar dari dokter.
Petugas loket mencari data tentang pasien dengan
memasukkan nomor RM pasien pada monitor komputer.
Kemudian petugas memilih pemeriksaan OMD, lalu data
disimpan kemudian bukti registrasi pasien dicetak dan diberikan
ke pasien.

31

Petugas loket memberitahukan

kepada pasien

dan/atau

keluarga pasien untuk menuju ke kamar 3 agar melakukan


jadwal terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dilakukan.
Pasien dan keluarga pasien membawa bukti registrasi atau
surat pengantar dan diberikan ke petugas kamar 3.
2. Persiapan pasien
Hari I
Pagi : Makan bubur+telur rebus+minum air putih sebanyak
mungkin
Siang : Makan bubur+telur rebus+minum air putih sebanyak
mungkin
Malam: Makan bubur+telur rebus+minum air putih sebanyak

mungkin,tidak boleh pakai sayur & ikan.


Hari II
Pagi masih bisa makan bubur saja, siang-sore hanya minum
susu/minuman lain saja jam 21.00 (jam 9 malam) minum
garam inggris 1 bungkus + gelas air putih. Kemudian boleh
minum air putih sampai jam 23.00 (jam 11 malam). Mulai jam
24.00 PUASA: Kurangi bicara, tidak merokok sampai

selesai foto.
Hari III
Jam 08.00 (pagi) : datang ke radiologi (rumah sakit) untuk
difoto.

3. Prosedur pemeriksaan
Single Kontras
ii. Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto
thoraks dan foto Polos Abdomen.
iii. Dibuat foto thoraks dan abdomen polos .
iv. Pasien diberi media kontras 1 gelas

dengan

perbandingan 1:1 posisi pasien dalam keadaan berdiri


,pada pemeriksaan oesofagus
v. Pasien diinstruksikan minum 2 3 teguk media
kontras lalu di tahan di dalam mulut.

32

vi. Eksposi di lakukan pada saat operator memberi


perintah kepada pasien untuk menelan media kontras
(BaSO4).
vii. Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi AP Erect
dan RPO.

Double Kontras
1. Setelah minum media kontras positif, pasien di
posisikan supine dan diberi

bubuk carbonat untuk

menghasilkan efek gas.


2. Pasien

diberi

media

kontras

gelas

dengan

perbandingan 1:4 pada pemeriksaan maag duodenum.


3. Pasien diinstruksikan minum 2 3 teguk media
contrast lalu di tahan di dalam mulut.
4. Eksposi di lakukan pada saat operator memberi
perintah kepada pasien untuk menelan media kontras
BaSO4
5. Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi AP
Supine, Prone, Obliq(RPO), dan AP Erect.
E. Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus
1. Plain foto
Proyeksi AP Thoraks
Posisi Pasien: Pasien dalam keadaan AP erect .
Posisi Objek
:
- MSP tubuh ditengah garis stand kaset
- Pasien AP, menghadap tube
- Tangan diletakkan disamping tubuh
FFD
: 100 cm
CR
: Horizontal tegak lurus bidang film
CP
: selevel thorakal IV.
Faktor eksposi
:

33

kVp : 75
mA : 400
ms : 63

Gambar :

Gambar 3.1. Proyeksi AP Thoraks

Proyeksi AP Abdomen Polos


Posisi Pasien
: Pasien erect di depan stand kaset
Posisi Objek
:
- Objek di letakkan didepan stand kaset
- Pasien AP, menghadap tube
- Tangan diletakkan disamping tubuh
- MSP tubuh ditengah garis stand kaset
FFD
: 100 cm
CR
: Horizontal tegak lurus bidang film
CP
: Selevel L1 atau Tiga jari diatas Umbilicus
Faktor eksposi
:
- kVp : 75
- mA : 400
- ms : 63

Gambar :

34

Gambar 3.2. Proyeksi AP Abdomen polos (Plain foto)


2. Oesofagus
Proyeksi AP (Pemasukan bahan kontras)
Posisi Pasien
: Pasien erect di depan stand kaset
Posisi Objek
:
- Objek di letakkan didepan stand kaset
- Pasien AP, menghadap tube
- Tangan diletakkan disamping tubuh
- MSP tubuh ditengah garis stand kaset
- Pastikan Oeshophagus terisi media kontras
FFD
: 100 cm
CR
: Horizontal tegak lurus bidang film
CP
: selevel thorakal IV.

Eksposi
: Pasien menelan 2/3 sendok barium
kental kemudian diekspose.
Faktor eksposi :
- kVp : 75
- mA : 400
- ms : 63

Gambar :

Gambar 3.3. Proyeksi AP Oesophagus


Proyeksi RPO (Right Posterior Oblique)

Posisi Pasien

Posisi Obyek

Pasien erect miring di depan stand kaset

35

Pasien dirotasikan 30 60 derajat dengan bagian kanan


menempel stand kaset,

Pastikan Oesophagus terisi media kontras.

CR

: Horizontal tegak lurus bidang film.

CP

: selevel thorakal IV.

FFD

: 100 cm

Eksposi

: Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian

diekspose

Faktor eksposi :
- kVp : 75
- mA : 400
- ms : 63

3. Maag Duodenum
Proyeksi AP Supine

Posisi Pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan

Posisi Obyek:
-

MSP pada mid line meja,

pastikan tubuh tidak ada rotasi

Pastikan Maag Duodenum terisi media kontras.

CR : vertikal kaset.

CP : Selevel L1 atau Tiga jari diatas Umbilicus

FFD : 100 cm

Faktor eksposi :
kVp : 75
mA : 400
ms : 63
Gambar :

36

Gambar 3.4. Proyeksi AP Supine Maag Duodenum


4. Proyeksi PA Prone

Posisi Pasien : Pasien prone diatas meja pemeriksaan.

Posisi Obyek : MSP pada pertengahan kaset / meja.

CR : vertikal kaset.

CP : Selevel L1 atau Tiga jari diatas Umbilicus

FFD : 100 cm.

Faktor eksposi :
- kVp : 75
- mA : 400
- ms : 63

Gambar :

Gambar 3.5. Proyeksi PA Prone Maag Duodenum


5. Proyeksi RPO (Right Posterior Obliq)

Posisi Pasien : Pasien Supine diatas meja pemeriksaan

Posisi Obyek :
-

Dari posisi supine dirotasikan 30 60 derajat dengan


bagian kanan menempel meja,

MSP pada pertengahan kaset / meja.

CR : vertikal kaset.

CP : Selevel L1 atau Tiga jari diatas Umbilicus

FFD : 100 cm

37

Faktor eksposi :
- kVp : 75
- mA : 400
- ms : 63

6. Proyeksi AP Tegak

Posisi Pasien : Pasien erect di depan stand kaset

Posisi Obyek:
-

Objek di letakkan didepan stand kaset


Pasien dalam keadaan true AP, menghadap tube
Tangan diletakkan disamping tubuh
MSP tubuh ditengah garis stand kaset

CR : Horizontal tegak lurus bidang film

CP : Selevel L1 atau Tiga jari diatas Umbilicus

FFD : 100 cm

Faktor eksposi :
- kVp : 75
- mA : 400
- ms : 63

38

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus
a. Biodata Pasien
1) Inisial Pasien
: Tn. K
2) Umur
: 54 THN
3) Jenis kelamin
: Laki-Laki
4) Tanggal foto
: Kamis, 3 Juli 2014
5) Nomor RM
: 668755
6) Alamat
: DSN Rante Pulio
7) Klinis
: Suspek Tu. Gaster
b. Hasil Radiografi
1. Plain foto
1. AP Thoraks

Gambar 4.1. Hasil Radiografi AP Thoraks

39

Kriteria gambar :
Batas atas apex paru
Batas bawah sinus costophrenicus
Dinding lateral tidak terpotong
Diafragma mencapai iga IX
Tampak kedua sinus.
Vertebra superposisi dengan cor
Foto simetris
2. AP Abdomen Polos

Gambar 4.2. Proyeksi AP Abdomen Polos


Kriteria gambar :

Simpisis pubis hingga bagian atas abdomen masuk


dalam area film.

Columna vertebralis berada pada pertengahan film.

Tampak diafargma dan vertebra thoracal XII sebagai


batas atas. Sedangkan batas bawah adalah simphisis
pubis

Tampak udara pada usus halus

40

3. Oesofagus
1. AP Erect

Gambar 4.3. Oesofagus Proyeksi AP Erect

Kriteria gambar :

Oesofagus terisi barium

Tidak ada rotasi

Oesofagus superposisi dengan vertebra

Seluruh oesofagus masuk pada lapangan


penyinaran

Tampak kedua sinus

Tampak apex paru

41

2. RPO

Gambar 4.4. Oesofagus Proyeksi RPO

Kriteria gambar :

Oesofagus terisi barium

42

Clavicula superposisi dengan costa

Oesofagus superposisi dengan vertebra

Seluruh oesofagus masuk pada lapangan


penyinaran

Tampak humerus

Tampak kedua sinus

Tampak apex paru

4. Maag Duodenum
1. AP Supine

Gambar 4.5. Proyeksi AP Supine Maag Duodenum


Kriteria gambar :

43

Tampak bagian bagian dari lambung bebas


superposisi

Tampak bagian fundus lambung terisi media kontras.

Tampak vertebra

Tampak gambaran radiolusen pada loop asendens.

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan

2. PA Prone

Gambar 4.4. Proyeksi PA Prone


Maag Duodenum
Kriteria gambar :

Daerah lambung dan lengkung duodenum membentuk


huruf C

Tampak bagian bagian dari lambung bebas


superposisi

44

Lambung terisi penuh dengan media kontras.

Tampak media kontras sudah masuk pada usus halus

Tampak vertebra

Tampak gambaran radiolusen pada loop


asendens,desendens, dan rectum.

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

Foto simetris.

3. Righ Posterior Obliq (RPO)

Gambar 4.5. Proyeksi RPO Maag Duodenum


Kriteria gambar :

Daerah lambung dan lengkung duodenum membentuk


huruf C

Tampak bagian bagian dari lambung bebas


superposisi

Lambung terisi penuh dengan media kontras.

45

Tampak media kontras sudah masuk pada usus halus

Tampak duodenum terisi barium dan superposisi


dengan vertebra.

Tampak gambaran uadara pada loop


asendens,desendens.

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

Foto tidak simetris.

4. AP tegak

Gambar 4.6. Proyeksi AP Tegak Maag Duodenum


Kriteria gambar :

Tampak bagian bagian dari lambung bebas


superposisi

Tampak udara pada bagian fundus lambung

Di bagian bawah dari fundus lambung terdapat asam


lambung

Lambung terisi barium.

usus halus terisi media kontras

46

Tampak duodenum terisi barium dan superposisi


dengan vertebra.

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

Foto simetris.

c. Hasil Baca
Foto Thorax PA
- Corakan bronchovascular dalam batas normal.
- Tidak tampak proses spesifik aktif dan lesi-lesi noduler pada
-

kedua paru.
Cor: CTI dalam batas normal.
Kedua sinus dan diafragma baik.
Tulang-tulang intak.

Foto Esofagografi
- Kontras barium sebanyak 80 cc diminum, tampak kontras
-

mengisi esophagus hingga lambung region cardia.


Mukosa dan caliber esophagus dalam batas normal.
Tidak tampak filling defect maupun additional shadow.

Foto BNO
- Udara usus terdistribusi sampai ke distal colon.
- Tidak tampak dilatasi loop-loop usus maupun gambaran
-

herring bone.
Kedua psoas line dan preperitoneal fat line intak.
Tulang-tulang intak.

Foto Maag Duodenum


- Kontras sebanyak 200cc melewati lambung memasuki
-

bulbus duodenum.
Tampak filling defect antrum gaster, tepi irregular yang

memberikan gambaran apple core.


Tampak gambaran three layer density pada posisi erect.

Kesan
- Tumor antrum gaster
- Gastritis

47

Dokter
- Dokter Konsulen
-

(K)
Dokter Baca

: Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp. Rad


: dr. Mufida

B. Pembahasan Laporan Kasus


Terdapat perbedaaan teknik pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum
pada buku merrils dengan teknik pemeriksaan yang di lakukan di
instalasi radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yakni:
A.
Teknik pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum pada buku
merrils
1. Teknik pemeriksaan oesofagus menggunakan proyeksi:
Antero Posterior (AP)
Postero Anterior (PA)
Obliq (RAO & LPO)
Lateral
2. Teknik pemeriksaan Maag Duodenum menggunakan

B.

proyeksi :
PA
PA Axial
Obliq (RAO & LPO)
Lateral
Teknik pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum di instalasi
radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo:
1. Teknik pemeriksaan Oesofagus menggunakan proyeksi :
AP Erect
Obliq (RPO)
2. Teknik pemeriksaan Maag Duodenum menggunakan proyeksi:
AP Supine
PA Prone
Obliq (RPO)
AP Erect
Terdapat dua proyeksi yang di gunakan untuk pemeriksaan
oesofagus di instalasi radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
yaitu AP erect dan RPO, sedangkan untuk pemeriksaan Maag
Duodenum hanya menggunakan empat proyeksi yaitu AP Supine,
PA Prone,Obliq,dan AP Erect. PA Prone dapat memperlihatkan
polip, divertikul, gastritis, pada badan pylorus lambung, sedangkan

48

proyeksi obliq(RPO) dengan menggunakan double kontras akan


dapat memperlihatkan dengan jelas batas antara udara dengan
dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk GASTRITIS.
karena proyeksi tersebut sudah dapat memvisualisasikan dengan
jelas kelainan pada gaster dan sesuai dengan klinis maka proyeksi
Lateral dan PA Axial tidak di gunakan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik pemeriksaan Oesofagus Maag Duedonum (OMD) dengan
kasus Tumor Gaster di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar adalah sebagai berikut :
1. Persiapan pasien harus puasa 6-8 jam sebelum dilakukan periksaan
dilakukan.
2. Proyeksi radiografi menggunakan proyeksi AP Erect, Obliq (RPO),
AP Supine, dan Prone.
3. Media kontras yang digunakan adalah barium sulfat (BaSO4). Untuk
pemeriksaan oesofagus menggunakan single kontras, sedangkan
pemeriksaan Maag duodenum menggunakan double kontras.
4. Pasien diberi media kontras 1 gelas dengan perbandingan 1:1 pada
pemeriksaan oesofagus posisi pasien dalam keadaan berdiri dan
1:4 pada pemeriksaan maag duodenum.

49

B. Saran
1. Sebelum melakukan kegiatan radiografi sebaiknya petugas dapat
memastikan pesawat dalam keadaan yang baik.
2. Petugas radiologi mengambil keputusan yang
meminimalkan atau meniadakan

tepat

untuk

kesalahan agar tidak terjadinya

pengeksposan ulang.
3. Dalam pemeriksaan OMD, petugas harus memilih factor eksposi
yang tepat agar pasien mendapatkan dosis yang kecil namun hasil
yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ballinger PW. 1986. Merills Atlas Of Radiographic Position and radiologic
Procedure, 10th. Ed. Volume 2, Princeton; CV. Mosby Co.
Hanifa Ayu Purwanita. 2013. Teknik Radiografi OMD (Oesophagus Magh
Duodenum) (online) http://hanifah-ayufk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-87498-%20Radiografi-Teknik
%20Radiografi%20OMD%20%28Oesophagus%20Magh
%20Duodenum%29.html. Diakses tgl 7 juli 2014
Kumpulan Sore. 2014. Teknik Pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum (
OMD )(online) http://kumpulsore.blogspot.com/2014/02/teknikpemeriksaan-oesofagus-maag.html. Diakses tgl 7 juli 2014

50

Anda mungkin juga menyukai