Anda di halaman 1dari 37

TEKNIK PEMERIKSAAN OESOPHAGUS MAAG DUODENUM (OMD)

DENGAN KLINIS GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE


DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ULIN
BANJARMASIN

Laporan Studi Kasus

Untuk Memenuhi Persyaratan

Kelulusan Praktik Kerja Lapangan III

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD IQBAL

713001S17030

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

CITRA INTAN PERSADA

BANJARMASIN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu radiologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat

dipisahkan dari bidang kesehatan. Dengan kemajuan ilmu teknologi dan

ilmu pengetahuan yang sangat pesat beberapa tahun ini radiologi

memberikan peran yang penting untuk menegakkan diagnosa kelainan

patologi pada organ anatomi tubuh tanpa harus dibedah terlebih dahulu.

Dalam hal penegakkan diagnosa salah satu penyakit yang sangat erat

keterkaitannya dengan radiologi adalah penyakit Gastroesophageal Reflux

Disease (GERD). Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah

kondisi yang ditandai dengan nyeri pada ulu hati atau sensasi terbakar di

dada akibat naiknya asam lambung menuju esofagus. GERD pada

umumnya disebabkan oleh tidak berfungsinya lower esophageal

sphinchter (LES). LES adalah lingkaran otot pada bagian bawah dari

esofagus. LES berfungsi sebagai pintu otomatis yang akan terbuka ketika

makanan atau minuman turun ke lambung. Setelah makanan masuk, LES

akan menutup untuk mencegah asam dan makanan yang ada di lambung

agar tidak naik kembali ke esofagus. Jika LES menjadi longgar dan tidak

menutup dengan baik, asam lambung bisa keluar dari perut dan

menyebabkan penyakit asam lambung. Penyebab penyakit asam lambung

biasanya terkait dengan faktor keturunan, stres, konsumsi obat-obat

tertentu,

1
2

kelebihan berat badan, hiatus hernia, keadaan hamil, gastroparesis, atau

konsumsi makanan yang mengandung banyak lemak. Gejala GERD yang

dirasakan adalah sensasi terbakar di bagian dada atau nyeri ulu hati.

Akibatnya, kita akan merasa tidak nyaman setelah mengonsumsi makanan.

Mulut serta kerongkongan juga akan terasa tidak enak. Kita juga akan

mengalami rasa sakit dan kesulitan menelan makanan. Perawatan serius

akan diperlukan jika gejala GERD muncul secara terus-menerus. Dalam

ilmu radiologi terdapat berbagai macam teknik pemeriksaan dalam sistem

pencernaan dengan berbagai indikasi yang ditemui. Salah satu contoh

pemeriksaan radiologi pada bagian sistem pencernaan adalah dengan

menggunakan media kontras yaitu pemeriksaan OMD. Pemeriksaan OMD

adalah pemeriksaan pada sistem pencernaan dengan melihat kelainan atau

penyakit pada bagian tubuh tersebut dengan memasukkan kontras media

melalui mulut dengan cara diminum. Hasil gambaran radiologi yang

diperoleh akan membantu diagnosa penyakit yang diderita oleh pasien

sehingga dapat ditentukan pengobatan selanjutnya yang tepat.

Dari uraian latar belakang diatas mendorong penulis untuk

mengangkat judul “Teknik Pemeriksaan Oesophagus Maag Duodeum

(OMD) dengan indikasi Gastritis Erosif di Instalasi Radiologi RSUD Ulin

Banjarmasin”.
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa

masalah diantaranya, sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi Oesophagus Maag

Duodenum (OMD) dengan indikasi Gastroesophageal Reflux Disease di

Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin?

2. Bagaimana kriteria gambaran radiograf yang terlihat dan apakah sudah

cukup untuk menegakkan diagnosa ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah studi kasus ini diantaranya :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana tata cara atau prosedur

pemeriksaan radiografi Oesophagus Maag Duodenum (OMD)

dengan indikasi Gastroesophageal Reflux Disease di Instalasi

Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana prosedur yang

biasa dilakukan saat pemeriksaan radiografi Oesophagus Maag

Duodenum (OMD) dengan indikasi Gastroesophageal Reflux

Disease di Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.

2. Mengetahui kriteria gambaran radiograf yang benar pada

pemeriksaan OMD di Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.


4

1.4 Manfaat Penulisan

Penulis berharap bahwa penulisan dan penyusunan makalah studi kasus ini

dapat bermanfaat.

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat menjadi

acuan untuk peningkatan pelayanan khususnya pada pemeriksaan

OMD (Oesophagus Maag Duodenum) di Instalasi Radiologi

RSUD Ulin Banjarmasin.

1.4.2 Bagi Institusi

Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat menjadi

bahan referensi di perpustakaan ATRO Citra Intan Persada yang

dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa, dosen dan semua yang

membutuhkan referensi tentang pemeriksaan Oesophagus Maag

Duodenum (OMD).

1.4.3 Bagi Pembaca

Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat

memberikan

informasi sehingga menambah pengetahuan dan keterampilan serta

memperluas wawasan kepada khalayak masyarakat mengenai

teknik pemeriksaan OMD dengan indikasi Gastroesophageal

Reflux Disease.
5

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada studi kasus ini dibagi dalam lima bab,

sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran sekilas bab demi bab

tentang studi kasus ini, diantaranya sebagai berikut

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Berisi tentang anatomi fisiologi dan patologi serta

teori teknik pemeriksaan Oesophagus Maag

Duodenum (OMD) dengan klinis Gastroesophageal

Reflux Disease dan proteksi radiasi.

BAB III : Metodologi Penelitian

Berisi tentang kerangka konsep, definisi operasional,

teknik pengumpulan data, studi kepustakaan, waktu

dan tempat penelitian, sample.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang kesimpulan dan saran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesawat Fluoroscopy

2.1.1 Pengertian Pesawat Fluoroscopy

Fluroscopy adalah cara pemeriksaan yang menggunakan

sifat tembus sinar rontgen dan suatu tabir yang bersifat

luminisensi bila terkena sinar tersebut. Fluoroscopy utamanya

diperlukan untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu

organ atau sistem tubuh seperti dinamika alat peredaran darah,

misalnya jantung, dan pembuluh darah besar, serta pernafasan

berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru – paru . (Sjahriar

Rasad,1998) .

6
7
8
9
10
2.1 Anatomi

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan

berhubungan bagian-bagiannya satu sama lain. ( Pearce, 2007).

Menurut Syaifudin (1997), Anatomi adalah ilmu yang mempelajari

bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian

serta hubungan alat tubuh satu dengan yang lainnya.

Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam manusia yang

berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan

energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang

bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses

tersebut dari tubuh.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan

(Sabota Jilid 2)

11
12
7

2.1.1 Oesophagus

Oesophagus merupakan saluran sempit berbentuk pipa yang

menghubungkan faring dengan lambung (gaster). Oesophagus dewasa

memiliki panjang 10 inci (25 cm) dengan diameter ¾ inci (2cm),

dindingnya terdiri dari 4 lapis mulai dari lapisan paling luar sampai dalam,

yaitu lapisan fibrous, lapisan muscular, lapisan submucosa, dan lapisan

mucosa Oesophagus terletak dibelakan trakea dan didepan tulang

punggung, setelah melalui thorax menembus diafragma masuk kedalam

abdomen menyambung dengan lambung.

Gambar 2.2 Anatomi Oesephagus

(Sabota Jilid 2)
8

2.1.2 Lambung

Lambung merupakan bagian yang lebar dan merupakan bagian

yang berbentuk kantung pada sistem pencernaan. Dinding lambung terdiri

atas 4 lapis, dimulai dari lapisan paling luar sampai ke dalam, yaitu sebuah

lapisan penutup yaitu serosa, lapisan muscular, lapisan submucosa, dan

sebuah lapisan tebal yaitu lapisan mucosal lunak yang masuk ke sejumlah

lipatan gastric saat organ berkontraksi.

Lambung dibedakan menjadi 4 bagian yaitu cardiac, fundus, body,

dan bagian pylorik.

Gambar 2.3 Anatomi Lambung

(Sabota Jilid 2)
9

2.1.3 Duodenum

Gambar 2.4 Anatomi Duodenum

(Sabota jilid 2)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong

(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari

usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum

Treitz. Panjangnya sekitar 2 cm, diameternya 5 cm.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari

yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

2.2 Fisiologi

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja tubuh

manusia dalam keadaan normal. (Pearce, 2007)


10

Menurut Syaifudin (2007), fisiologi adalah ilmu yang mempelajari

pekerjaan dari tiap-tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat-alat tubuh dan

sebagainya.

Oesophagus merupakan saluran yang berfungsi menghubungkan

tekak dengan lambung, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak

dibawah lambung.

Lambung berfungsi menerima makanan dari oesophagus melalui

orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun sementara, sedangkan

kontraksi otot mencampur makanan dengan getah lambung. Gelombang

peristaltik dimulai di fundus, berjalan berulang-ulang setiap menit tiga kali

dan merayap perlahan-lahan ke pylorus.

Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang berfungi mencerna dan

mengabsorbsi zat-zat makanan, mengemulsikan lemak dengan bantuan

lipase.

2.3 Patologi

Patologi adalah ilmu atau studi mengenai penyakit. Patologi juga

merupakan spesialis klinis pada kedokteran manusia. Patologi menekankan

pada aspek-aspek penyakit yang dapat diukur seperti perubahan struktur-

struktur sel, jaringan dan organ-organ (makroscopik dan mikroscopik) serta

temuan-temuan laboratorium. (Price, 2002).


11

Beberapa patologi yang dapat terjadi dalam sistem pencernaan

yaitu:

a. Disfagia

Disfagia adalah keadaan terganggunya peristiwa deglutasi (menelan).

Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot

menelandan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke

lambung. Disfagia umumnya merupakan gejala dari kelainan atau

penyakit di orofaring dan oesophagus.

b. Akhalasia Oesophagus

Akhalasia oesophagus merupakan kelainan neomuskular yang

menyebabkan kegagalan gerak peristaltik di bagian bawah oesophagus

dan kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor.

c. Varises Oesophagus

Varises Oesophagus adalah pelebaran pembuluh darah vena pada

oesophagus.

d. Striktura Oesophagus

Striktura Oesophagus merupakan penyempitan oesophagus.

e. Diverticulitis

Diverticulitis adalah terbentuknya kantong-kantong kecil pada dinding

oesophagus yang mengarah ke bagian luar.

f. Carsinoma

Carsinoma yaitu adanya tumor pada gaster dan duodenum.

g. Gastritis
12

Gastritis yaitu istilah tidak spesifik untuk menggambarkan proses

inflamasi di lambung. Gastritis merujuk pada peradangan dinding

mukosa gaster.

f. Gerd

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah kondisi yang ditandai

dengan nyeri pada ulu hati atau sensasi terbakar di dada akibat naiknya

asam lambung menuju esofagus. Esofagus yang juga dikenal sebagai

kerongkongan adalah bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan mulut dan lambung. Penyakit asam lambung

merupakan masalah kesehatan yang cukup umum terjadi di masyarakat.

2.4 OMD (Oesophagus Maag Duodenum)

2.4.1 Definisi

OMD (Oesophagus Maag Duodenum) merupakan suatu teknik

pemeriksaan radiografi untuk memeriksa oesophagus, maag, dan

duodenum dengan menggunakan media konras (biasanya barium sulfat).

Pemeriksaan bisa dilakukan dengan single kontras (hanya barium sulfat

saja), dan bisa juga double kontras (menggunkan barium dan udara).

2.4.2 Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan OMD bertujuan untuk memperlihatkan gambaran

radiografi dari saluran pencernaan meliputi oesophagus, maag, dan

duodenum dengan cara menggunakan kontras media positif dan negatif.


13

2.4.3 Persiapan Pasien

1. Pasien dianjurkan makan-makanan yang rendah serat dan rendah

lemak 1 hari sebelum pemeriksaan dilakukan.

2. 6 jam sebelum pemeriksaan pasien dianjurkan puasa.

3. Pasien dianjurkan untuk sedikit bicara dan tidak merokok.

2.5 Teknik Pemeriksaan

Pemeriksaan radiologi OMD dapat dibagi atas 2 golongan yaitu

single contrast (kontras positif) dan double contrast (kontras positif dan

negatif). (Rasad, 2009)

1. Single Contrast (kontras positif)

Pada pemeriksaan kontras tunggal oesophagus pasien diminta

minum suspensi barium sulfat kental (BaSO4). Bahan ini adalah suatu

garam berwarna putih, berat ( karena barium mempunyai berat atom

besar), dan tidak larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air dalam

perbandingan tertentu sehingga terjadi suspensi (bukan larutan).

Suspensi tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan

oesophagus. Tujuan suspensi tersebut untuk melihat saluran pada

oesophagus pasien.

2. Double Contrast (kontras positif dan negatif)


14

Pemeriksaan dimulai dengan peminuman suspensi barium sulfat

yang telah dicampur dengan soda. Pasien akan merasa lambungnya terisi

oleh gas.

Langkah berikutnya, pasien dipersilahkan untuk tiduran diatas meja

pemeriksaan dan diinstruksikan untuk merubah posisi dari supine –

oblique – prone. Tujuan dari gerakan ini agar suspense barium sulfat

melapisi seluruh mukosa lambung.

Teknik radiografi yang dipakai menurut Ballinger (1995) yaitu

sebagai berikut :

a. Proyeksi Antero Posterior (AP)

Gambar 2.5 Proyeksi AP Oesophagus

a. Posisi Pasien :

Posisikan pasien dalam keadaan supine.

b. Posisi Objek :

1. Letakkan lengan disisi tubuh

2. Pusatkan median sagital plane terhadap grid.


15

3. Lemaskan bagian kepala untuk mempermudah minum media

kontras barium sulfat.

c. Central Ray :

Sinar vertikal, tegak lurus film

d. Central Point :

Pada pertengahan film di daerah vertebrae thoracal 5-6

e. Kriteria Gambaran :

Media kontras mengisi oesophagus yang tergambar dari bagian

bawah leher sampai dengan oesophagogastric junction yang mana

batas terakhir dari oesophagus adalah lambung.

b. Proyeksi Lateral kiri atau kanan

Gambar 2.6 Proyeksi Lateral Oesophagus

1. Posisi Pasien :

Posisikan tubuh pasien secara lateral.


16

2. Posisi Objek :

a. Tempatkan lengan pasien ke arah depan.

b. Pusatkan median coronal plane terhadap grid.

3. Central Ray :

Sinar vertikal, tegak lurus film

4. Central Point :

Pada pertengahan film di daerah vertebrae thoracal 5-6

5. Kriteria Gambaran :

Media Kontras mengisi oesophagus yang tergambar dari bagian

bawah leher sampai dengan oesophagogastric junction yang mana

batas terakhir dari oesophagus adalah lambung.

c. Proyeksi Postero Anterior Oblique (Posisi Right Anterior Oblique)

Gambar 2.7 Proyeksi RAO Gaster dan Duodenum


17

a. Posisi Pasien :

Posisi pasien recumbent.

b. Posisi Objek :

1. Instruksinak pasien untuk mengistirahatkan kepala ke arah kanan

dan tempatkan lengan kanan pada sisi tubuh.

2. Pasien menghadap ke arah kiri dengan tangan kiri sebagai alat

untuk menyokong tubuh dan flexikan lutut kiri.

3. Atur bagian tubuh yang oblique tepat pada garis tengah grid.

c. Central Ray :

Vertikal tegak lurus kaset

d. Central Point :

Pada daerah antara vertebrae dan abdomen yang terangkat kurang

lebih pada lumbal 1-2.

e. Kriteria Gambaran :

Pada proyeksi ini menampilkan lambung dan keseluruhan dari

putaran duodenum.

d. Proyeksi Antero Posterior Oblique ( Posisi left posterior oblique)


18

Gambar 2.8 Proyeksi LPO

a. Posisi Pasien :

Posisi pasien supine.

b. Posisi Objek :

1. Pasien harus mengabduksikan lengan kiri dan tempatkan tangan

dekat kepala

2. Tempatkan lengan kanan disisi tubuh bagian kanan.

3. Tubuh pasien bagian kiri menjadi penopang tubuh bagian kanan.

4. Flexikan lutut kanan pasien dan rotasikan ke arah kiri untuk

menahan tubuh.

5. Letakkan sponge di belakang pasien untuk menghindari

pergerakan.

6. Atur pertengahan kaset pada titik tubuh baggian lumbal 1-2

7. Menahan napas pada saat pengeksposan.

c. Central Ray :

Vertikal tegak lurus kaset

d. Central Point :

Pada daerah lumbal 1-2.


19

e. Kriteria Gambaran :

Proyeksi ini menampilkan fundic portion dari lambung. Karena efek

dari gaya gravitasi bumi maka pyloric canal dan duodenal bulb tidak

terisi dengan kontras.

2.6 Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang

perlu di berikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap

kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion, sementara

kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih

tetap dapat dilakukan. ( Batan, 1985).

Proteksi radiasi dimaksudkan agar orang yang berada di dalam

maupun di luar ruang pemeriksaan terhindar dari bahaya radiasi. Adapun

Di Indonesia besarnya Nilai Batas Dosis (NBD) diatur dalam buku

Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, dengan Surat Keputusan Dirjen

Batan No. PN 03/160/DJ/89 diperkuat dengan Surat Keputusan Kepala

Bapeten No. 08 tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi Dalam

Penggunaan Pesawat Sinar-x dan Intervensional, NBD yang ditetapkan

yaitu:

2.6.1 Proteksi Radiasi untuk Petugas Radiasi

1. Dosis efektif sebesar 20 mSv tiap tahunnya, dirata-ratakan`


20

selama 5 tahun berturut-turut.

2. Dosis efektif sebesar 50 mSv untuk satu tahun.

3. Dosis ekivalen pada lensa sebesar 150 mSv dalam satu tahun.

4. Dosis ekivalen pada ekstremitas (tangan dan kaki) atau kulit

sebesar 500 mSv dalam satu tahun (nilai batas dosis ekivalen pada

kulit dirata-ratakan untuk luas 1 cm2 dari daerah kulit yang

memperoleh penyinaran tertinggi).

Untuk siswa dan magang yang berusia antara 16 sampai 18

tahun yang mengikuti latihan untuk pekerjaannya yang

menggunakan penyinaran radiasi, dan untuk siswa yang berusia

antara 16 sampai 18 tahun yang menggunakan sumber radiasi dalam

studinya, penyinaran radiasi harus diawasi sehingga nilai batas

berikut tidak dilampaui:

1. dosis efektif sebesar 6 mSv dalam satu tahun,

2. dosis ekivalen pada lensa mata sebesar 50 mSv dalam satu tahun

3. dosis ekivalen pada ekstremitas atau kulit sebesar 150 mSv dalam

satu tahun.

Usaha-usaha yang harus dilakukan guna mencegah radiasi

yang berlebih dan tidak melewati nilai batas yang ditentukan adalah :

Menggunakan alat pencatat dosis radiasi perorangan.

Radiografer tidak diperbolehkan untuk memegang pasien pada

saat dilakukannya penyinaran, kecuali pada pemeriksaan tertentu itu

pun harus memakai proteksi radiasi dengan standar ketentuan.


21

Radiografer harus berada di ruangan yang dindingnya dilapisi

PB atau proteksi radiasi pada saat dilakukannya penyinaran.

Radiografer harus mengikuti prosedur pemeriksaan atau protap

yang sudah ditentukan demi menjaga keamanan dari radiasi.

2.6.2 Proteksi Radiasi untuk Penderita

Adapun tindakan proteksi radiasi yang bisa dilaksanakan pada

penderita adalah : ( Ballinger, 1995 )

1. Collimation (kolimasi)

Kolimasi adalah pengaturan pembatasan lapangan sinar – x

yang mencapai objek yang diperiksa, kolimasi ini sangat

penting untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien.

Lapangan sinar – x haarus selalu dibatasi sesuai dengan

objek yang akan diperiksa, semakin lebar kolimasi semakin

besar dosis yang diterima pasien.

2. Shielding khusus

Gonad Shield adalah suatu alat yang digunakan untuk

proteksi radiasi pada bagian organ reproduksi yang berupa

gonad.(Ballinger, 1995)

a. Ketika pasien pada masa eproduksi.

b. Ketika gonad berada dekat pada daerah yang akan

mendapat paparan sinar – x.


22

c. Penggunaan gonad shield dapat mengurangi dosis gonad

mendekati nol.

3. Image Receptor ( Film)

Kecepatan flim dapat berpengaruh besar pada dosis

pasien, rare earth-flim kombinasi, merupakan suatu teknik

untuk mempercepat bayangan pada flim, sehingga dapat

mengurangi dosis pasein hingga 25%.(Chesney, 1976)

4. Teknik radiografi

Teknik radiografi yang dipilih harus tepat, karena bukan

hanya mempengaruhi kualitas gambaran tapi juga berpengaruh

besar pada dosis pasien. Semakin tinggi kV (teganggan tabung)

maka dosis diterima pasien bisa berkurang, akan tetapi bila

mAs ( arus dan waktu penyinaran) yang dipergunakan tinggi

maka akan meningkatkan dosis pasien.(Ballinger, 1995)

2.6.3 Proteksi Radiasi untuk Masyarakat Umum

Dosis radiasi yang diberikan terhadap masyarakat umum

adalah 1/10 dari pekerja radiasi sebesar 2 mSv per tahun. ( Badan

Tenaga Atom Nasional, 1985 )

Usaha-usaha yang harus dilakukan adalah :

1. Orang yang tidak berkepentingan dilarang berada di dalam

kamar pemeriksaan.
23

2. Arah penyinaran diusahakan ke bawah dan apabila penyinaran

ke arah samping atau menyudut maka diusahakan tidak mengarah

ke pintu.

3. Pada saat melakukan penyinaran, pintu harus selalu ditutup.

Adapun prinsip – prinsip proteksi radiasi meliputi :

a. Menggunakan pelindung ( shielding)

Penggunaan perisai pelindung berupa apron pelapis Pb,

glove Pb,kaca mata Pb, dan sebagainya yang merupakan sarana

proteksi radiasi individu. Proteksi terhadap lingkungan terhadap

radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang radiografi

menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses

radiografi.

b. Menjaga jarak

Radiasi dipancarkan dari sumber ke segala arah. Semakin

dekat tubuh kita dengan sumber radiasi maka paparan radiasi yang

kita terima akan semakin besar. Pancaran radiasi sebagian akan

menjadi pancaran hamburan saat mengenai materi. Radiasi

hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang diterima.

Untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak

pada tingkat yang aman dari sumber radiasi.


24

c. Mempersingkat waktu paparan

Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama

berada di dekat sumber radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk

mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar. Pengaturan mAs

yang tepat, dengan waktu paparan 0,0... detik lebih baik daripada 1

detik.
BAB III

METODELOGI

3.1 Kerangka Konsep

OUTPUT
INPUT PROSES
Hasil akhir
pasie Dilakukan
1. pemeriksaan
n pemeriksaan
radiografi
radiografi
2. Persi Oesophagus Maag
Oesophagus Maag
apan Duodenum dengan
Duodenum dengan
Pemeriksaan indikasi
indikasi
Zat Gastroesophageal
3. Gastroesophageal
Reflux Disease di
Kontras Reflux Disease di
Instalasi Radiologi
4. Film Instalasi Radiologi
RSUD Ulin
X-Ray RSUD Ulin
Banjarmasin.
5. Kaset Banjarmasin.
Film
6. Pesa
wat Sinar-X
7. Proce Definisi Operasional
ssing Film Berdasarkan alur skema di atas maka dapat di uraikan

sebagai berikut :

25
3.2.1 Input

1. Pasien adalah objek yang kita periksa dengan pemeriksaan

Oesophagus Maag Duodenum (dalam laporan PKL III ini dengan

indikasi Gastroesophageal Reflux Disease

26
27

2. Persiapan pasien sebelum pemeriksaan untuk di instruksikan 1

hari sebelum pemeriksaan agar melakukan puasa 8 jam sebelum

pemeriksaan, mengurangi makanan berserat dsb.

3. Zat kontras disiapkan agar hasil pemeriksaan pada radiograf

terlihat jelas.

4. Film adalah pencatat bayangan radiograf yang peka terhadap

sinar-x dan cahaya.

5. Kaset adalah suatu kotak tahan cahaya yang berisi 2 buah

intensifying screen yang memungkinkan untuk dimasukkan film

rontgen diantara keduanya dengan mudah.

6. Pesawat sinar-x adalah mesin yang memproduksi atau penghasil

sinar-x untuk keperluan diagnosa.

7. Processing film adalah alat yang digunakan untuk mencuci film.

3.2.2 Proses

Proses dari penelitian ini adalah dilakukannya pemeriksaan

radiografi Oesophagus Maag Duodenum (OMD) dengan indikasi

Gastritis Erosif di Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.

Kemudian hasil radiograf tersebut dikonsultasikan kepada radiolog

yang akhirnya dapat ditarik kesimpulan manfaat dari pemeriksaan

radiografi Oesophagus Maag Duodenum (OMD).


28

3.2.3 Output

Output dari penelitian ini adalah hasil akhir dari

pemeriksaan radiografi Oesophagus Maag Duodenum (OMD)

dengan indikasi Gastroesophageal Reflux Disease di Instalasi

Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin.

3.3 Sumber Data


Dalam rangka menyusun laporan studi kasus ini, penulis

menggunakan beberapa metode dalam mendapatkan dan mengumpulkan

data. Diantaranya Melakukan observasi langsung dengan melakukan

wawancara dengan radiografer dan pihak-pihak yang terkait.

Dengan membaca berbagai macam literature yang berhubungan

dengan judul laporan ini yaitu mengenai pemeriksaan Oesophagus Maag

Duodenum, termasuk mengambil bahan dari materi perkuliahan serta

bertanya langsung kepada pembimbing.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian.

Waktu : 5 Desember 2019

Tempat : Instalasi Radiologi RSUD Ulin Banjarmasin


29

3.5 Alat dan Bahan

Dalam pemeriksaan Oesophagus Maag Duodenum memerlukan beberapa

alat dan bahan yang sangat berkaitan erat , diantaranya :

a. Pesawat Rontgen

Jenis : Fluoroscopy

Merk : Siemens

Gambar 3.1 : Pesawat Rontgen Fluoroscopy

b. Control Panel

Gambar 3.2 : Control Panel


30

C. Processing Film

Merk : Carestream

Produksi : Printer Processing

Gambar 3.3 Printer Processing

D. Bahan kontras barium sulfat, gelas plastik, sendok dan sprite

Gambar 3.4 Bahan Kontras dan Sprit

Anda mungkin juga menyukai