Anda di halaman 1dari 149

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR

VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) PADA PEMBELAJARAN DARING


MATERI STRUKTUR ATOM DI SMAN 1 TANJUNG PALAS UTARA

SKRIPSI

Oleh:

RADOH RINASIH HERMAWANI


NIM 1605025033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA BERDASARKAN GAYA BELAJAR
VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) PADA PEMBELAJARAN DARING
MATERI STRUKTUR ATOM DI SMAN 1 TANJUNG PALAS UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Kimia Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman

Oleh:

RADOH RINASIH HERMAWANI


NIM 1605025033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Gaya Belajar VAK


(Visual, Auditori, Kinestetik) Pada Pembelajaran Daring
Materi Struktur Atom di SMAN 1 Tanjung Palas Utara.
Nama Mahasiswa : Radoh Rinasih Hermawani
NIM : 1605025033
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan : Pendidian Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi : Pendidikan Kimia

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi pada hari Senin tanggal 08
Maret 2021 sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Mengesahkan,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hj. Nurlaili, M.P. Iis Intan Widiyowati, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19680428 199403 2 002 NIP. 19820911 201012 2 003

Tim Penguji
Penguji I Penguji II Penguji III

Prof. Dr. H. Mukhamad Nurhadi, M. Si. Prof. Dr. H, Muh. Amir M., M. Kes. Dr. H. Usman, S.Si., M.Si.
NIP. 19690415 199412 1 002 NIP. 19761026 20050 1 2 003 NIP. 19660311 199702 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman

Prof. Dr. H, Muh. Amir M., M. Kes.


NIP. 19601027
iii
iv
ABSTRAK

Radoh Rinasih Hermawani, 2020. Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan


Gaya Belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik)
Pada Pembelajaran Daring Materi Struktur Atom
di SMAN 1 Tanjung Palas Utara. Penelitian ini
dibimbing oleh Dr. Hj. Nurlaili, M. P. selaku
pembimbing I dan Iis Intan Widiyowati, S. Pd., M.
Pd selaku pembimbing II.
Gaya belajar siswa dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Hal
ini menyebabkan seorang guru perlu menyesuaikan proses pembelajaran dan
mengetahui gaya belajar siswanya, terutama pada masa pandemi virus corona yang
menyebabkan proses pembelajaran di Indonesia berubah menjadi pembelajaran
daring. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar
siswa berdasarkan gaya belajar VAK pada pembelajaran daring pada materi
struktur atom di SMAN 1 Tanjung Palas Utara tahun 2020. Jenis penelitian ini yaitu
penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik
sampling jenuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di
SMAN 1 Tanjung Palas Utara yang berjumlah 3 kelas. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas X MIPA berjumlah 23 orang, X IPS 1
berjumlah 26 orang dan X IPS 2 berjumlah 22 orang total sampel yang digunakan
adalah 71 orang. Teknik pengambilan data dilakukan melalui angket, post-test dan
ulangan harian. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa kelas X yang memiliki
gaya belajar visual memiliki hasil belajar 73.9 termasuk kategori cukup, siswa yang
memiliki gaya belajar auditori memiliki hasil belajar 70.7 termasuk kategori cukup,
gaya belajar kinestetik memiliki hasil belajar 73.7 termasuk kedalam kategori
cukup dan siswa yang memiliki gaya belajar lebih dari satu yaitu gaya belajar visual
dan kinestetik memiliki hasil belajar yaitu 79.5 nilai ini termasuk kedalam kategori
baik.

Kata kunci: Hasil belajar, Gaya Belajar, visual, auditori, kinestetik.

v
ABSTRACT

Radoh Rinasih Hermawani, 2020. Analysis of Student Learning Outcomes Based


on VAK Learning Styles (Visual, Auditory,
Kinesthetic) Through Online Learning on Atomic
Structure Material at SMAN 1 Tanjung Palas
Utara. This research was supervised by Dr. Hj.
Nurlaili, M. P. as supervisor I and Iis Intan
Widiyowati, S. Pd., M. Pd as mentor II.
Student learning styles can determine student success in learning. This causes
a teacher to adjust the learning process and know the learning styles of their
students, especially during the corona virus pandemic which caused the learning
process in Indonesia to turn into online learning. The purpose of this study was to
determine student learning outcomes based on VAK learning styles in online
learning on atomic structure material at SMAN 1 Tanjung Palas Utara in 2020. This
type of research is quantitative descriptive research. The sample technique used is
saturated sampling technique. The population in this study were all students of class
X at SMAN 1 Tanjung Palas Utara, amounting to 3 classes. The sample used in this
study were 23 students of class X MIPA, 26 students of X IPS 1 and 22 students of
X IPS 2. The total sample used was 71 people. The data collection technique was
carried out by means of a questionnaire, post-test and daily tests. The results showed
that class X students who have a visual learning style have learning outcomes 73.9
including enough categories, students who have auditory learning styles have
learning outcomes 70.7 including enough categories, kinesthetic learning styles
have learning outcomes 73.7 are included in the enough category and students who
have a style learning more than one, namely visual and kinesthetic learning styles
have learning outcomes that are 79.5 this score is included in the good category.

Keywords: learning outcomes, learning styles, visual, auditory, kinesthetic

vi
RIWAYAT HIDUP

Radoh Rinasih Hermawani lahir pada 2 maret 1998 di

Ciamis, Jawa Barat merupakan anak satu-satunya dari Bapak

Nasim dan Ibu Warti. Penulis memulai Pendidikan formal

pada tahun 2004 di SDN 1 Panyutran, Jawa barat dan lulus

pada tahun 2010. Kemudian pada tahun yang sama

melanjutkan sekolah di SMPN 3 Tanjung Palas Utara, dan pada tahun 2011 pindah

ke MTs. Makarti Utama kemudian lulus pada tahun 2013. Selanjutnya di tahun

yang sama masuk ke SMAN 1 Tanjung Palas Utara provinsi Kalimantan Utara dan

lulus pada 2016. Pendidikan selanjutnya di Perguruan Tinggi Negeri Universitas

Mulawarman di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan Program Studi

Pendidikan kimia pada tahun 2016 melalui program SNMPTN.

Selama perkuliahan penulis pernah menjadi anggota PK di HMPK selama

2 periode (2016-2018), anggota Departemen KKPD Gamadiksi (2017-2018),

Relawan Hijau Uncal 2018, Relawan Unjar 2018, anggota BUD LDKM MDU

(2017-2018), dan aktif menjadi asisten praktikum di laboratorium kimia FKIP

Universitas Mulawarman (2018-2020). Selain itu penulis pernah berpartisipasi

menjadi koordinator pembuat soal dalam kepanitiaan Chemist Fun Days X. Pada

tahun 2019 penulis mengikuti PPL yang terintegrasi KKN di SMAN 2 Samarinda.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Hasil

Belajar Siswa Berdasarkan Gaya Belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) Pada

Pembelajaran Daring Materi Struktur Atom di SMAN 1 Tanjung Palas Utara.”.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

dalam proses penyelesaian ini, baik dalam memberikan dukungan, motivasi,

bimbingan, maupun materil dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si. selaku Rektor Universitas Mulawarman;

2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Amir M., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman dan dosen penguji 2;

3. Bapak Prof. Dr.H. Mukhamad Nurhadi, M.Si. selaku ketua jurusan Pendidikan

MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman dan

dosen penguji 1;

4. Ibu Farah Erika, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman;

5. Ibu Dr. Hj. Nurlaili, M.P. dan ibu Iis Intan Widyoawti, M.Pd. selaku dosen

pembimbing I dan II, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis

dalam persiapan dan pengerjaan skripsi ini;


viii
5. Bapak Usman, M. Si selaku dosen penguji 3;

6. Bapak Sukemi, S. Pd., M. Sc, Ibu Ratna Kusumawardani, M. Si dan seluruh

dosen Program Studi Pendidikan Kimia yang telah banyak memberikan

bimbingan dan ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan;

7. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, nasehat, dukungan moril,

materi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

8. Teman-teman penulis dari Pendidikan kimia angkatan 2016-2017, sahabat-

sahabat tersayang: Bulan, Via, Nasma, Nurma, Asri, Bena, Dinda, Mita,

Radiah dan masih banyak sahabat terbaik lain yang belum disebutkan tetapi

telah banyak membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca

dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Atas perhatian dan sumbangan

pikirannya penulis mengucapkan terima kasih.

Samarinda, 02 Februari 2021

Radoh Rinasih Hermawani

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii


ABSTRAK .........................................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xx
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ........................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Gaya Belajar.................................................................................................. 7
B. Macam-macam Gaya Belajar ........................................................................ 8
C. Indikator Gaya Belajar ................................................................................ 13
D. Hasil Belajar................................................................................................ 15
E. Pembelajaran Daring .................................................................................. 18
F. Aplikasi Pembelajaran Daring .................................................................... 19
G. Materi Struktur Atom .................................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 35
A. Definisi Konsepsional ................................................................................. 35
B. Definisi Operasional ................................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 36
D. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 36
E. Jenis Penelitian............................................................................................ 36
F. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 37
G. Skema Penelitian ......................................................................................... 39
H. Teknik Pengambilan sampel ....................................................................... 40
I. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 40
J. Instrument Penelitian .................................................................................. 41
H. Teknik Pengolahan data .............................................................................. 43
x
K. Teknik Analisis Data................................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 48
A. Gambaran umum lokasi penelitian ............................................................. 48
B. Hasil Penelitian ........................................................................................... 48
C. Pembahasan................................................................................................. 53
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 74
A. Kesimpulan ................................................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 75
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Jumlah elektron maksimum tiap kulit dalam atom .......................... 32


Gambar 3. 1 Alur prosedur penelitian........... ....................................................... 39
Gambar 4. 1 Persentase gaya belajar siswa... ....................................................... 54
Gambar 4. 2 Nilai rata-rata post-test 1 ................................................................... 57
Gambar 4. 3 Power point materi pertemuan 1 slide 1 dan 2.................................. 58
Gambar 4. 4 Power point materi pertemuan 1 ....................................................... 59
Gambar 4. 5 Pembelajaran Zoom meeting pertemuan 1 ........................................ 63
Gambar 4. 6 Nilai rata-rata post-test 2 ................................................................... 65
Gambar 4. 7 Pembelajaran Zoom meeting pertemuan 2 ........................................ 67
Gambar 4. 8 Power point materi pertemuan 2 ....................................................... 68
Gambar 4. 9 Hasil belajar siswa............................................................................. 71

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Nilai Bilangan Kuantum Utama............................................................28


Tabel 2. 2 Nilai Bilangan Kuantum Azimut ..........................................................28
Tabel 2. 3 Hubungan Bilangan Kuantum Azimut dan Magnetik ..........................29
Tabel 2. 4 Jumlah Maksimum Elektron Pada Subkulit ..........................................30
Tabel 2. 5 Partikel Penyusun Atom .......................................................................31
Tabel 2. 6 Jumlah elektron maksimum dalam tiap-tiap kulit atom ........................32
Tabel 3. 1 Kisi-kisi angket gaya belajar ................................................................41
Tabel 3. 2 Kisi-kisi post-test .................................................................................. 49
Tabel 3. 3 Kisi-kisi ulangan harian .......................................................................43
Tabel 3. 4 Skala Kategori Kemampuan Hasil Belajar Siswa ................................47
Tabel 3. 5 Tafsiran Persentase Sebaran Siswa ...................................................... 47
Tabel 4. 1 Persentase Pengelompokan gaya belajar siswa .................................... 48
Tabel 4. 2 Nilai Rata-Rata Siswa berdasarkan gaya belajarnya ............................ 49
Tabel 4. 3 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Visual ................................ 50
Tabel 4. 4 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Auditori ............................. 51
Tabel 4. 5 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Kinestetik .......................... 52
Tabel 4. 6 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Visual-kinestetik ............... 53

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Gaya Belajar ......................................................................... 79


Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................. 82
Lampiran 3 . Pedoman Penskoran Post-test Pertemuan 1 ..................................... 89
Lampiran 4 . Pedoman Penskoran Post-test Pertemuan 2 ..................................... 89
Lampiran 5 . Pedoman Penskoran Ulangan Harian ............................................... 90
Lampiran 6. Kisi-Kisi dan Soal Post-test Pertemuan 1 ......................................... 91
Lampiran 7. Kisi-kisi dan soal Post-test pertemuan 2 ........................................... 96
Lampiran 8. Kisi-kisi dan soal Ulangan Harian................................................... 100
Lampiran 9. Gaya Belajar Dominan Siswa Kelas X MIPA ................................. 113
Lampiran 10. Gaya Belajar Dominan Siswa Kelas X IPS 1 ................................ 114
Lampiran 11. Gaya Belajar Dominan Siswa Kelas X IPS 2 ............................... 115
Lampiran 12. Hasil Belajar Gaya Belajar Visual ................................................. 116
Lampiran 13. Hasil Belajar Gaya Belajar Auditori............................................. 117
Lampiran 14. Hasil Belajar Gaya Belajar Kinestetik .......................................... 117
Lampiran 15. Hasil Belajar Gaya Belajar Visual dan Kinestetik ....................... 118
Lampiran 16. Perhitungan Persentase Gaya Belajar ............................................ 119
Lampiran 17. Perhitungan Persentase Sebaran Kemampuan Siswa .................... 121
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian di Sekolah ............................................... 133
Lampiran 19. Surat Keterangan Penelitian di Sekolah ........................................ 135

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan

manusia untuk menentukan masa depannya. Pendidikan menuntut keterampilan

seorang pendidik untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan

dapat mengembangkan potensi siswa baik dalam ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Dalam proses pembelajaran dapat dilakukan secara tatap muka

ataupun daring. Hal ini disesuaikan dengan keadaan dan kebijakan-kebijakan dari

lembaga pendidikan yang berlaku. Seperti halnya pada akhir tahun 2019 dunia

digemparkan dengan virus corona atau Corona virus disease 2019 (Covid-19)

(Velavan & Meyer, 2020).

Corona virus disease 2019 (Covid-19) menelan banyak korban jiwa dan cepat

berkembang kebeberapa negara termasuk Indonesia. Pada 2 maret 2020 terdapat

kasus pertama dan kedua yang telah dikonfirmasi oleh Pemerintah RI. Kemudian

pihak pemerintah menganjurkan warga Indonesia untuk mempraktikan social

distancing hal ini berdampak kepada proses pembelajaran. Pada 16 maret 2020

pemerintah Indonesia menganjurkan siswa-siswi untuk belajar dirumah dan

melakukan proses pembelajaran daring. Hal ini menuntut seorang guru untuk lebih

kreatif dan update terhadap aplikasi pembelajaran online. Anjuran ini berlaku untuk

semua jenjang Pendidikan termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) (Andini &

Widayanti, 2020).
2

Pada jenjang SMA siswa-siswi banyak mempelajari mata pelajaran yang

bersifat abstrak seperti halnya pelajaran kimia. Kebanyakan siswa sulit untuk

memahami konsep kimia karena konsep-konsep ini kebanyakan bersifat abstrak

(Magdalena, 2017). Beberapa materi kimia yang bersifat abstrak contohnya yaitu

materi struktur atom, sistem periodik unsur, dan beberapa materi lainnya (Hayati,

2014; Sari, 2017). Materi struktur atom merupakan materi dasar yang harus

dikuasai siswa agar dapat memahami materi selanjutnya (Rochani, 2009).

Materi struktur atom merupakan salah satu materi yang menekankan pada

konsep (Sari, 2017). Konsep materi yang abstrak menyebabkan siswa sulit

memahami konsep materi tersebut (Karjono, 2018). Hal ini dibuktikan dengan

rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil studi literatur nilai rata-rata siswa

pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur adalah 58,79 sehingga siswa

tidak tuntas dalam ulangan hariannya (Azis A, 2010). Dalam penelitian lain sebesar

65% siswa di SMAN 1 Tanjung Pinang mendapatkan nilai dibawah kriteria

ketuntasan minimum (KKM) pada materi struktur atom dengan rata-rata nilai rata-

rata 72 (Karjono, 2018). Penelitian Mawarni sebesar 80% siswa tidak tuntas dalam

materi struktur atom (Mawarni, 2017). Sedangkan dalam penelitan yang lain

menunjukan bahwa pada materi konfigurasi electron sebesar 47% siswa tidak

memahami konsep dan diperlukan tindakan remedial (Magdalena, 2017). Dari

beberapa penelitian tersebut membuktikan bahwa konsep yang abstrak dapat

membuat siswa sulit memahami konsep dasar kimia sehingga siswa mendapatkan

hasil belajar yang rendah (Sartika, 2016).


3

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah

ketidaksesuaian proses belajar dengan gaya belajar siswa (Rismawati, 2018).

Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu

dalam memproses informasi (perceptual modality) yaitu visual, auditori dan

kinestetik (VAK) (Rismawati, 2018). Sebagai guru harus memperhatikan gaya

belajar agar siswa dapat memperoleh informasi yang disampaikan guru secara

optimal dan mencapai tujuan belajar.

Gaya belajar siswa dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.

Berikut beberapa penelitian tentang persentase pengaruh gaya belajar terhadap hasil

belajar yaitu menurut penelitian Chandra (2015) gaya belajar berpengaruh sebesar

11,8% terhadap hasil belajar, dalam penelitian Widya (2013) sebesar 31,9 %, dalam

penelitian Ludjie (2014) sebesar 34,8%, dalam penelitian khoeron (2014)

berpengaruh sebesar 52%. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat

diketahui bahwa gaya belajar siswa memberikan sumbangan pengaruh terhadap

hasil belajar. Hal ini menyebabkan seorang guru perlu mengetahui gaya belajar

siswa untuk membantu siswa belajar menyesuaikan gaya belajarnya.

Gaya balajar siswa yang bervariasi mempengaruhi cara mengajar guru dalam

menyampaikan materi pelajaran (Imamah, 2015). Seorang guru perlu mengetahui

dan mengenal gaya belajar siswanya sehingga dapat dijadikan referensi untuk

proses belajar mengajar kedepannya. Seperti halnya di SMAN 1 Tanjung Palas

Utara, menurut wawancara guru kimia di sekolah ini belum mengetahui

kecendrungan gaya belajar siswa yang diajarnya terutama kelas X yang baru masuk

di sekolah. Pada proses belajar mengajar guru dapat mengkombinasikan ketiga gaya
4

belajar yaitu gaya belajar VAK untuk memberikan pengalaman belajar yang baik

bagi siswa.

Belajar dirumah dalam masa pendemi ini mengharuskan seorang guru

memanfaatkan aplikasi yang dapat menopang proses pembelajaran dan

mengusahakan dapat memberikan pengalaman belajar yang baik bagi siswa-

siswinya. Terdapat beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk membantu

pembelajaran daring seperti goggle classroom, WahtsApp, Zoom Meeting dan

berbagai aplikasi lainnya.

Google Classroom dapat tersedia di berbagai perangkat seperti iphone,

android ataupun laptop. Aplikasi ini juga dapat memudahkan seorang guru

mengelola dan meninjau tugas yang diberikan kepada siswanya. Pada aplikasi ini

terdapat fitur untuk mengatur waktu tugas dikumpulkan sehingga sangat membantu

guru melihat siswa yang benar-benar mengerjakan tugas tepat waktu atau tidak.

Selain goggle classroom terdapat aplikasi WahtsApp (WA), aplikasi ini dapat

digunakan oleh berbagai perangkat sehingga mempermudah guru dan siswa untuk

menjalin diskusi mengenai materi yang kurang dipahami.

Zoom Meeting juga merupakan salah satu aplikasi yang dapat mendukung

proses pembelajaran melalui video conference sehingga siswa dapat belajar dan

berkomunikasi langsung dengan guru. Terdapat beberapa kelebihan dari aplikasi ini

yaitu memiliki kualitas video yang baik sehingga membantu siswa dengan gaya

belajar visual lebih optimal belajarnya, memiliki suara yang baik yang dapat

mendukung komunikasi proses belajar mengajar dengan baik terutama siswa yang

memiliki gaya belajar auditori, mendukung saat presentasi materi karena pemateri
5

dapat mencoret-coret file presentasi, selain itu pada aplikasi ini terdapat fitur

merekam sehingga selama pembelajaran berlangsung dapat direkam.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul analisis hasil belajar siswa berdasarkan gaya belajar VAK (visual, auditori,

kinestetik) pada pembelajaran daring materi struktur atom di SMAN 1 Tanjung

Palas Utara.

B. Identifikasi Masalah

1. Masa pendemi Covid-19 mempengaruhi proses belajar mengajar menjadi belajar

daring.

2. Guru belum mengetahui kecendrungan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa

kelas X di SMAN 1 Tanjung Palas Utara.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah hanya untuk mengetahui

hasil belajar siswa berdasarkan gaya belajar VAK pada pembelajaran daring materi

struktur atom di SMAN 1 Tanjung Palas Utara pada tahun 2020.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana hasil belajar siswa berdasarkan gaya

belajar VAK pada pembelajaraan daring materi struktur atom di SMAN 1 Tanjung

Palas Utara pada tahun 2020?


6

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa

berdasarkan gaya belajar VAK pada pembelajaran daring materi struktur atom di

SMAN 1 Tanjung Palas Utara pada tahun 2020.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi sekolah

Bagi sekolah, sebagai upaya dalam meningkatkan proses pembelajaran yang

sesuai dengan gaya belajar siswa agar tercapai tujuan pembelajaran sesuai

dengan kurikulum yang berlaku khususnya mata pelajaran kimia kelas X di

SMAN 1 Tanjung Palas Utara.

2. Manfaat bagi guru

Bagi guru, khususnya bidang studi kimia dapat memberikan informasi

mengenai gaya belajar siswa sehingga guru dapat memahami siswa-siswi yang

diajarnya.

3. Manfaat bagi siswa

Bagi siswa, dapat memberikan motivasi belajar terkhusus bagi siswa X SMAN

1 Tanjung Palas Utara tahun 2020.

4. Manfaat bagi peneliti

Bagi peneliti, untuk menambah pemahaman dalam penerapan ilmu

pendidikan didalam dunia nyata.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara termudah yang biasa dimiliki oleh individu dalam

menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya belajar

merupakan kunci keberhasilan siswa dalam belajar. Gaya belajar adalah cara belajar

yang disukai siswa dalam belajar untuk mempermudah memahami materi dengan

baik (Satri, 2017). Penerapan gaya belajar yang sesuai dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Gaya belajar merupakan suatu cara yang sering dilakukan oleh

seorang siswa dalam menangkap stimulus, informasi, berfikir, cara mengingat dan

memecahkan soal yang diberikan (Nasution, 2003). Gaya belajar sama dengan cara

belajar yang dilakukan siswa dijelaskan bahwa gaya belajar berhubungan dengan

cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar siswa dapat berubah

hal ini tergantung kepada aktifitas belajar siswa atau perubahan pengalaman dari

siswa tersebut. Namun pada saat gaya belajar berubah, siswa cenderung melakukan

hal itu sementara waktu saja yang kemudian dapat menjadi kebiasaan. Kebiasaan

belajar antar peserta didik belum tentu sama (Setianingrum, 2017).

Beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan

bahwa gaya belajar adalah suatu cara yang dipakai seseorang untuk belajar meliputi

bagaimana cara seseorang menangkap, mengatur, dan mengolah suatu informasi

yang diterima sehingga pembelajaran menjadi efektif. Oleh karena itu gaya belajar

setiap anak berbeda-beda, Hal ini menyebabkan setiap guru memiliki kewajiban
8

untuk mengenal gaya belajar dari setiap siswanya itu sendiri. Selain itu guru harus

memiliki kreatifitas untuk menyediakan fasilitas berupa media pembelajaran yang

cocok kepada siswa agar memudahkan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

Menurut Ulfa dalam (Susilo, 2006) bahwa gaya belajar dapat dipengaruhi

oleh 2 faktor yaitu:

1. Faktor alamiah merupakan factor bawaan yang tidak dapat diubah meskipun

dilatih. Hal ini meliputi intelegensi, kebiasaan, bakat, minat, modalitas belajar

(kemampuan dasar otak seseorang atau pikiran yang biasa digunakan untuk

memperoleh informasi baru dan menciptakan pengalamanya sendiri).

2. Faktor lingkungan merupakan faktor yang terdapat di luar individu itu sendiri,

yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar.

B. Macam-macam Gaya Belajar

Gaya belajar yang dimiliki tiap siswa bermacam-macam. Tanpa disadari

sebelumnya, setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri. Gaya belajar siswa

sangat perlu diketahui oleh setiap guru. Dengan mengenali gaya belajar siswa, guru

dapat membuat kegiatan belajar mengajar jauh lebih efektif. Menurut Hilda dalam

(Marno, 2010) mengemukakan terdapat tiga gaya belajar siswa yaitu (1) visual,

siswa dengan gaya belajar ini lebih mudah belajar dengan cara melihat gambar atau

tulisan kemudian diamati. (2) auditori, di mana siswa dengan gaya belajar ini lebih

mudah belajar dengan mendengarkan, dan yang ke-(3) kinestetik, Siswa dengan

gaya belajar ini lebih mudah belajar dengan melakukan.


9

Menurut Bobby De Porter dan M. Hernacki siswa-siswi memiliki gaya belajar

sendiri-sendiri. Gaya belajar ini merupakan cara seseorang menyerap, mengatur,

dan mengolah informasi yang diperolehnya. Gaya belajar tersebut adalah:

1. Gaya belajar visual

Menurut Bobby De Porter dan Mike Hernacki dalam (Setianingrum, 2017)

gaya belajar visual merupakan gaya belajar dengan cara melihat, mengamati,

memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini terletak pada indera

penglihatan. Siswa yang belajar menggunakan gaya belajar visual

mengutamakan penglihatan sehingga mata merupakan alat yang sangat peka

dalam menangkap stimulus (rangsangan) untuk belajar. Siswa dengan gaya

belajar ini biasanya suka melihat bahasa tubuh dan ekspresi guru untuk

mempermudah siswa memahami materi pelajaran. Hal ini membuat siswa ini

cenderung memilih duduk di meja depan agar melihat jelas. Mereka biasanya

lebnih suka berpikir menggunakan gambar di otak mereka dan lebih cepat belajar

menggunakan tampilan visual, sepertihalnya diagram-diagram, buku pelajaran

yang memilki banyak gambar, dan melalui video. Di dalam kelas, siswa visual

cenderung suka mencatat sampai sedetail mungkin untuk mempermudah

mengingat informasi. Kekurangan gaya belajar ini yaitu susah mengingat

informasi-informasi yang disampaikan secara lisan. Biasanya ketika mendapat

petunjuk siswa dengan gaya belajar ini akan melihat teman lainnya kemudian

siswa itu sendiri yang bertindak. Siswa ini cenderung tidak suka untuk berbicara

didepan kelompoknya sendiri dan tidak suka pula untuk mendengarkan orang

lain. Cenderung terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.


10

Bobby DePorter dan M. Hernacki dalam (Sundayana, 2016) menyatakan

ciri-ciri gaya belajar visual, yaitu: 1) Rapi dan teratur. 2) Berbicara dengan cepat.

3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik. 4) Teliti terhadap detail.

5) Siswa mementingkan penampilannya, seperti halnya pakaian ataupun

penampilan saat melakukan persentasi. 6) Siswa dapat mengeja dengan baik dan

membayangkan kata-kata dalam pikiran mereka. 7) Mengingat apa yang dilihat,

daripada yang didengar. 8) Mengingat dengan asosiasi visual. 9) Biasanya tidak

terganggu oleh keributan. 10) susah dalam mengingat instruksi verbal terkecuali

apabila ditulis dan cenderung suka meminta bantuan orang lain untuk

mengulanginya. 11) Pembaca cepat dan tekun. 12) Lebih suka membaca

daripada dibacakan. 13) Mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon

dan dalam rapat. 15) Terkadang suka lupa untuk menyampaikan pesan verbal

kepada orang lain. 16) Suka menjawab pertanyaan yang memilki jawaban

singkat seperti ya atau tidak. 17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada

berpidato. 18) Lebih suka seni daripada musik. 19) Tidak pandai memilih kata-

kata. 20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan.

2. Gaya belajar auditori

Menurut Bobby De Porter dan M. Hernacki dalam (Setianingrum, 2017)

Siswa yang memiliki gaya belajar auditori ini belajar melalui indera

pendengarannya. Semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran.

Siswa dengan gaya belajar ini mudah belajar, mudah untuk menangkap stimulus

atau rangsangan yang diberikan melalui indera pendengarannya (telinga).


11

Individu dengan gaya belajar ini cenderung memiliki kekuatan pada

pendengarannya. Individu ini dapat mengulangi kembali informasi yang

didengar dan dapat menirukan nada, dan warna suara yang didengarnya. Siswa

akan belajar lebih cepat mendengarkan apa yang guru katakan atau mampu

mengingat dengan baik penjelasan materi yang didiskusikan oleh kelompok.

Namun cenderung memiliki kesulitan dalam menyerap informasi yang

disampaikan dengan tulisan secara langsung.

Adapun ciri-ciri gaya belajar auditori (pendengaran) menurut Bobby De

Porter dan Mike Hernacki dalam (Hartati, 2015) adalah: 1) Berbicara kepada diri

sendiri saat bekerja. 2) Mudah terganggu oleh keributan. 3) Cenderung suka

menggerakkan bibirnya dan suka mengucapkan tulisan ketika membaca. 4)

Senang membaca keras dan mendengarkan. 5) Suka mengulangi dan menirukan

nada, dan warna suara yang didapatkan. 6) Individu ini kesulitan dalam menulis

suatu hal, tetapi lebih hebat dalam bercerita. 7) Berbicara dalam irama yang

terpola. 8) Biasanya pembicara yang fasih. 9) Lebih suka musik daripada seni.

10) Individu belajar dengan cara mendengarkan dan mengingat apa yang

didapatkan daripada yang dilihat. 11) Cenderung suka berbicara dalam diskusi

dan biasa menjelaskan suatu hal dengan panjang lebar. 12) terkadang

mempunyai kesulitann dalam pekerjaan yang melibatkan visualisasi 13)

Individu ini pandai dalam mengeja keras daripada menuliskannya. 14) Lebih

suka gurauan lisan daripada membaca komik.


12

3. Gaya belajar kinestetik

Menurut Bobby De Porter dan Mike Hernacki dalam (Setianingrum, 2017)

gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan

menyentuh. Gaya belajar ini mengutamakan indera perasaan dan gerakan fisik.

Seseorang dengan gaya belajar ini mudah menangkap pelajaran yang

disampaikan apabila disertai bergerak, meraba, ataupun mengambil suatu

tindakan. Kekurangan gaya belajar ini sulit berdiam diri karena selalu ingin

bergerak melakukan sesuatu. Seperti mengerjakan segala sesuatu yang

memungkinkan tangannya aktif. Salah satu contohnya yaitu pada saat seorang

guru menyampaikan pelajaran, siswa dengan gaya belajar ini mendengarkan

sambil asyik menggambar. Siswa dengan gaya belajar ini menyukai praktik

langsung, permainan, ataupun aktifitas fisik.

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik (gerakan) menurut Bobby DePorter dan

Mike Hernacki adalah sebagai berikut: 1) Berbicara dengan perlahan. 2)

Menanggapi perhatian fisik. 3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian

mereka. 4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang. 5) Berorientasi pada

kegiatan fisik dan suka bergerak 6) Mempunyai perkembangan otot-otot yang

besar. 7) Belajar melalui memanipulasi dan praktik. 8) Menghafal dengan cara

berjalan dan melihat. 9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.

10) Banyak menggunakan isyarat tubuh. 11) Tidak dapat duduk diam untuk

waktu lama. 12) Sulit mengingat geografi, kecuali apabila mereka pernah berada

di tempat tersebut. 13) Menggunakan kata yang mengandung aksi. 14) Suka

buku yang berorientasi yang mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat
13

membaca. 15) Kemungkinan tulisannya jelek. 16) Ingin melakukan segala

sesuatu. 17) Menyukai permainan yang menyibukkan.

C. Indikator Gaya Belajar

Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar menurut Bobby DePorter &

Mike Hernacki seperti yang diuraikan diatas maka dapat diketahui indikator-

indikator dari masing-masing gaya belajar sebagai berikut.

1. Indikator Gaya Belajar Visual

a) Belajar dengan cara melihat

Penglihatan mempunyai peranan penting dalam aktivitas belajar. Siswa

cenderung lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan dengan cara

melihat bahasa tubuh seseorang atau ekspresi muka guru atau orang yang

menyampaikannya, ataupun dengan cara membaca, menulis.

b) Mengingat dengan baik mengenai posisi, bentuk, angka dan warna

Siswa dengan gaya belajar ini lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat

dari pada yang didengar. Mereka dapat mengerti dengan baik mengenai posisi

atau lokasi, bentuk, angka, dan warna.

c) Rapi dan Teratur

Siswa dengan gaya belajar ini mementingkan penampilannya baik dalam hal

pakaian maupun kondisi lingkungan disekitarnya.

d) Tidak terganggu dengan keributan

Siswa dengan gaya belajar ini cenderung mengingat apa yang dilihat daripada

yang didengar, jadi terkadang mereka sering mengabaikan apa yang mereka

dengar.
14

e) Sulit menerima intruksi verbal

Siswa mudah lupa dengan suatu hal yang disampaikan secara lisan dan suka

meminta bantuan untuk mengulangnya.

2. Indikator Gaya Belajar Auditori

a) Belajar dengan cara mendengar

Siswa yang memilki gaya belajar auditori biasanya mengandalkan kesuksesan

belajarnya melalui telinga atau indera pendengaran. Mereka dapat belajar

lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang

dikatakan oleh guru.

b) Baik dalam aktivitas lisan

Siswa dengan gaya belajar auditori dapat berbicara dengan irama yang

terpola, biasanya pembicaranya fasih, suka berdiskusi Bersama temannya dan

suka menjelaskan segala sesuatu panjang lebar.

c) Memiliki kepekaan terhadap music

Siswa dengan gaya belajar ini mampu mengingat dengan baik informasi yang

didengar dan cenderung dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,

birama, ataupun warna-warna.

d) Mudah terganggu dengan keributan

Siswa dengan gaya belajar ini peka terhadap suara yang didengarnya,

Sehingga mudah terganggu apabila terdapat suara lain dalam aktivitas

belajarnya.

3. Indikator Gaya Belajar Kinestetik

a) Belajar dengan aktivitas fisik


15

Siswa dengan gaya belajar ini suka belajar melalui gerak, menyentuh, dan

melakukan. Cenderung tidak tahan duduk berlama-lama mendengarkan

pelajaran dan merasa lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik.

b) Peka terhadap ekspresi dan Bahasa tubuh

Siswa dengan gaya belajar ini mudah menghafal dengan cara melihat gerakan

tubuh atau fisik sambil berjalan mempraktikkan.

c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

Siswa biasanya mempunyai perkembangan awal dengan otot-otot yang besar,

suka menggunakan jarinya untuk penunjuk ketika membaca buku, cenderung

suka menggunakan insyarat tubuh, dan suka praktik.

d) Suka coba-coba dan kurang rapi

Siswa suka belajar mencoba-coba, praktik langsung dan kemungkinan

tulisannya jelek.

e) Lemah dalam aktivitas verbal

Siswa cenderung suka berbicara perlahan, sehingga perlu berdiri agak dekat

ketika hendak berbicara dengan orang lain.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya. Diawali dengan proses pembelajaran yang baik

seseorang akan mengalami perubahan mengarah ke hal-hal yang lebih baik dan

mendapatkan hasil belajar yang baik. (Mahananingtyas, 2017; Karjono, 2018).

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan internal.
16

Faktor eksternal yaitu guru, metode, media, lingkungan yang berkaitan

dengan pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah. Faktor internal antara lain

kecerdasan, bakat, motivasi berprestasi, kemampuan berpikir abstrak, gaya belajar,

dan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan minat dalam pembelajaran kimia

(Murtiningrum & Ashadi, 2013).

Banyak hal yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk

mencapai ketuntasan belajar siswa. Belajar yang dilakukan oleh individu akan

mengubah tingkat perkembangan mental yang terwujud pada tiga aspek yaitu

perkembangan aspek kognitif, perkembangan pada aspek afektif, dan

perkembangan pada aspek psikomotor (Mahananingtyas, 2017).

Hasil belajar secara garis besar dapat dibagi kedalam tiga ranah yaitu hasil

belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.

1. Hasil Belajar Kognitif

Menurut Benyamin S. Blomm, hasil belajar pada ranah kognitif

mencangkup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, analisis dan evaluasi

(Arikunto, 2016). Pengetahuan mencangkup ingatan untuk menumbuh

kembangkan kemampuan meretensi materi pelajaran yang diajarkan (Liriwati,

2018). 2) Pemahaman (Comprehension) mengacu pada kemampuan memahami

makna materi (Arikunto, 2016). Penerapan (Application) mengacu pada

kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada

situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Analisis

(Analysis) mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-

komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara


17

bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat

lebih dimengerti. Sintetis (Synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan

konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau

bentuk baru. Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan

pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu, mengevaluasi

dalam ranah kognitif menyangkut masalah benar atau salah yang didasarkan

dalil atau hokum, prinsip dan pengetahuan (Salmiyati, 2016; Arikunto, 2016).

2. Hasil Belajar Afektif

Kemampuan Afektif (The affective domain) adalah kawasan yang berkaitan

dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan

terhadap moral (Arikunto, 2016). Terdapat lima kategori utama afektif dari yang

paling sederhana sampai kompleks yaitu: penerimaan, tanggapan, penghargaan,

pengorganisasian, dan karakterisasi berdasarkan nilai-nilai atau internalisasi

nilai (Sukanti, 2011).

Penerimaan mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan

respon terhadap stimulasi yang tepat (Salmiyati, 2016). Tanggapan mengacu

pada kepatuhan respon sukarela untuk memiliki rasa kepuasaan dalam

melakukan apa yang dibutuhkan (Qadar, 2015). Penghargaan mengacu pada

penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek pada kejadian tertentu

dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak memperhitungkan

(Salmiyati, 2016). Pengorganisasian atau “konseptualisasi nilai” seseorang dapat

mengatur seperangkat nilai-nilai ke dalam sistem nilai yang digunakan untuk

menanggapi situasi yang beragam (Qadar, 2015). Karakterisasi berdasarkan


18

nilai-nilai atau internalisasi nilai terjadi ketika perilaku siswa konsisten dan

dapat diprediksi seolah-olah itu sebagai gaya hidup dan menjadi ciri-ciri

seseorang contohnya jika terdapat perbedaan dalam diskusi dan mengungkap

ide-ide baru dalam diskusi ia dapat mengungkapkan pendapatnya dalam

kelompok belajar, memberikan tanggapan kepada salah satu pendapat temannya

dan memperbaikinya (Qadar, 2015; Sukanti, 2011).

3. Hasil Belajar Psikomotorik

Kata psikomotor sangat erat kaitannya dengan kata “motor, sensorymotor

atau perceptual-motor”. Sehingga ranah psikomotorik juga sangat erat kaitannya

dengan kerja otot yang dapat menggerakan tubuh (Arikunto, 2016). Ranah

psikomotorik itu sendiri, berhubungan dengan hasil belajar berupa keterampilan

dan kemampuan bertindak yang terdiri atas gerakan refleks, ketrampilan gerakan

dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan komplek, dan gerakan ekpresif dan interpretative (Kusheny, 2010).

E. Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan

rangkaian elektronik dan jaringan internet untuk menyampaikan isi pembelajaran.

Guru dan siswa dapat bertukar informasi melalui penggunaan teknologi guna

menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan. Proses pembelajaran secara

daring dapat mempersingkat waktu guru ataupun siswa karena tidak perlu datang

ke sekolah. Selain itu dalam proses pemebelajaran siswa dapat mengakses bahan

ajar secara berulang-ulang (Dewi, 2020).


19

F. Aplikasi Pembelajaran Daring

1. WhatsApp

WhatsApp merupakan aplikasi jejaring social yang dapat digunakan untuk

bertukar informasi. Dalam aplikasi ini dapat membuat grup untuk melancarkan

kita diskusi atau bertanya pada grup tersebut. Aplikasi ini sangat berguna

apalagi dalam masa pendemi covid-19. Banyak guru maupun siswa membuat

grup kelas dan berdiskusi mengenai mata pelajaran yang diajarkan (Naserly,

2020).

2. Google Classroom

Google classroom merupakan ruang kelas google yang dapat digunakan

untuk pembelajaran secara online. Aplikasi ini dapat memudahkan seorang guru

menyampaikan materi, tugas ataupun pertanyaan dengan mudah dan terstruktur.

Seorang guru dapat membuat ruang kelas dan mengundang guru atau siswa

dengan mudah. Siswa dapat diundang melalui kode yang telah di bagikan oleh

guru. Setiap file dalam kelas yang dibuat oleh seorang guru dapat diimpor ke

dalam google drive. Melalui aplikasi ini guru dapat memantau kemajuan setiap

siswa, menilai secara langsung tugas yang dikerjakan siswa dan terdapat kolom

komentar untuk memudahkan siswa dan guru berkomunikasi. Aplikasi ini dapat

digunakan oleh semua perangkat seluler android atau iOS. Selain itu aplikasi ini

dapat digunakan secara gratis (Naserly, 2020).

3. Zoom Meeting

Zoom Meeting atau Zoom Could Meeting merupakan sebuah aplikasi yang

dapat mendukung seseorang untuk berkomunikasi tanpa harus tatap muka


20

secara langsung. Aplikasi ini dapat digunakan untuk meeting, belajar mengajar,

webminar dan lain sebagainya. Kelebihan aplikasi ini dapat menampung

peserta sampai dengan 100, tersedia dalam berbagai perangkat, terdapat fitur-

fitur menarik seperti room chat, jadwal meeting, contact, recording, fitur on atau

off video dan suara, mendukung proses persentasi, memilki kualitas video dan

suara yang baik. Kelemahan dari zoom meeting tidak tersedia versi Bahasa

Indonesia, aplikasi zoom free hanya dapat melakukan conference selama 40

menit, boros kuota (Naserly, 2020).

G. Materi Struktur Atom

1. Perkembangan teori atom

a. Model Atom John Dalton

Lima abad sebelum masehi, Democritus (460-370 SM) dan beberapa

filsuf pada masa itu adalah orang-orang yang pertama kali mengemukakan

bahwa materi terbentuk dari partikel-partikel yang sudah tak tebagi yang

dinamai atom (yunani: atomos = tak terbagi). Namun Plato dan Aristoteles

mempunyai pendapat berbeda yaitu tidak ada yang tak terbagi lagi. Oleh

karena aristoteles termasuk orang yang sangat berpengaruh pada saat itu,

gagasan tentang atom memudar dan tidak mangalami perkembangan selama

berabad- abad.

Pemikiran tentang atom kembali muncul di eropa pada abad ke-17,

ketika ilmuan mencoba menjelaskan sifat-sifat gas. Meski tak terlihat, udara

terdiri atas sejenis partikel yang senantiasa bergerak. Kita dapat

merasakannya, misalanya ketika terjadi angin. Isaac Newton (1642- 1727),


21

seorang ilmuan yang sangan berpengaruh saat itu, mengemukakan

dukungannya tentang keberadaan atom. Pada abad ke-18 para ilmuan mulai

melakukan pengukuran massa zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Pada tahun

1774 Antoine Laurent Lavoisier menemukan bahwa dalam reaksi kimia tidak

terjadi perubahan massa, penemuan ini dikenal sebagai hukum kekekalan

massa. Kemudian pada tahun 1799, Joseph Louis Proust menyatakan bahwa

unsur-unsur bergabung dengan perbandingan tertentu, teori ini dikenal

dengan hukum perbandingan tetap. Kemudian john Dalton membuat postulat-

postulat tentang teori atom adalah sebagai berikut:

1) Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat

dibagi lagi.

2) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur

memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang

berbeda.

3) Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan

bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen

dan atom-atom oksigen.

4) Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau

penyusunan kembali dari atom atom, sehingga atom tidak dapat

diciptakan atau dimusnahkan.

Dari postulat diatas terdapat beberapa postulat yang kurang tepat

yaitu:

1) Ternyata atom bukanlah sesuatu yang tak terbagi, melainkan terdiri dari
22

berbagai partikel subatom.

2) Meskipun mempunyai sifat yang sama, tetapi atom dari unsur yang

sama dapat mempunyai massa yang berbeda.

3) Dalam reaksi nuklir, atom dari unsur lain dapat diubah atom unsur lain

4) Beberapa unsur-unsur tidak terdiri dari atom-atom melainkan molekul.

Portulat atom dalton yang diterima hingga sekarang yaitu atom adalah

unit pembangun dari segala macam materi, atom merupakan bagian terkecil

dari suatu unsur yang masih memiliki sifat yang sama dengan unsurnya,

dalam reaksi kimia atom-atom tidak dimusnahkan, tidak diciptakan, dan tidak

dapat diubah menjadi unsur lain. Reaksi kimia hanyalah penataan ulang

susunan atom-atom yang terlibat dalam reaksi.

Kelemahan dari teori atom Dalton yaitu tidak menerangkan dayah antar

arus listrik suatu materi, tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur

yang satu dengan atom unsur yang lainnya, tidak dapat menjelaskan cara

atom-atom saling berikatan.

b. Penemuan Elektron dan Model Atom J. J. Thomson

Elektron ditemukan oleh Jhoseph Jhon Thomson pada tahun 1900

dengan percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui tabung

hampa, gas pada tekanan normal bukanlah penghantar listrik. Pada

percobaan lebih lanjut menunjukkan bahwa sinar katode merupakan sinar

radiasi partikel yang bermuatan listrik negatif. Sifat dari sinar katode yaitu:

1) Sinar katode merambat lurus dari katode menuju anode

2) Sinar katode dapat memutar kincir yang menunjukkan bahwa sinar katode
23

adalah radiasi partikel

3) Sinar katode dibelokkan kekutub positif menunjukkan bahwa partikel

sinar katode mermuatan listrik negatif.

J.J. Thomson mengemukakan bahwa terdapat partikel subatom yang

disebut electron yang tersebar dalam atom. Teori atom ini terkenal dengan

Roti kismis Thomson.

c. Rutherford dan Partikel penyusun inti atom

Adanya partikel sinar alfa yang dipantulkan pada penembakan

lempang emas tipis dengan sinar alfa membuat Rutherord berfikir bahwa

partikel alfa tersebut pasti telah menabrak sesuatu yang sangat padat dalam

atom. Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti

atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh electron yang

bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat

partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak

saling tolak menolak.

Penghamburan sinar alfa oleh lempeng emas tipis dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Sebagaian besar partikel sinar alfa dapat tembus karena melalui daerah

hampa.

2) Partikel alfa yang mendekati inti atom akan dibelokkan karena

mengalami gaya tolak inti.

3) Partikel alfa yang menuju inti atom dipantulkan karena inti atom

bermuatan positif dan sangat pejal.


24

Kelemahan dari model atom Rutherford adalah Tidak dapat

menjelaskan mengapa electron tidak jatuh kedalam inti atom. Karena menurut

hukum fisika klasik, gerakan elektron mengitari inti disertai dengan

pemancaran energi berupa radiasi elektromagnetik. Olek kerena itu, energi

elektron akan semkin berkurang sehingga gerakannya akan melambat, jika

gerakannya lambat maka akan membentuk lintasan yang spiral yang

kemudian akan jatuh ke inti atom.

Goldstein melakukan suatu percobaan dengan tabung katode. Jika

tabung katode ditutup dengan rapat, ternyata gas di belakang katode tetap

gelap. Namun, apabila tabung katode diberi lubang, gas dibelakang katode

menjadi berpijar atau terang. Sinar ini disebut dengan sinar anode atau sinar

positif, Partikel yang terdapat dalam sinar tersebut kemudian disebut dengan

proton.

Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Tetapi

keberadaannya telah diduga oleh aston sejak tahun 1919. Aston menemukan

spekrtometer massa, yaitu alat yang dpat dugunakan untuk menentukan massa

atom atau molekul. Aston menemukan bahwa atom-atom dari unsur yang

sama dapat mempunyai massa yang berbeda yang disebut isotop. Selain itu

ditemukan juga bahwa massa suatu atom ternyata tidak sama dengan jumlah

protonnya. Banyak atom yang memiliki massa sekitar dua kali massa

protonnya. Hal ini mengitentifikasi bahwa adanya partikel netral dalam suatu

atom. Selanjutnya pada tahun pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Backer

menembaki inti berilium dengan partikel alfa dan permukaan suatu radiasi
25

partikel yang mempunyai daya tembus tinggi. Selanjutnya James Chadwick

membuktikan bahwa radiasi tersebut terdiri dari partikel netral yang massanya

hampir sama dengan massa proton. Oleh karena bersifat netral, partikel itu

dinamai Neutron. Percobaan lebih lanjut membuktikan bahwa neutron juga

merupakan partikel dasar penyusun inti atom. Beutron memiliki massa

1,6749544 × 10-24gram atau 1 sma.

d. Model Atom Niels Bohr

Pada tahun 1913, Niels Bohr mengajukan suatu model atom untuk

mengatasi kelemahan dari model atom Rutherford. Niels Bohr melalui

percobaannya tentang spektrum atom hydrogen berhasil memberikan

penjelasan bagaimana electron- electron berada di daerah sekitar inti atom.

Penjelasan Niels Bohr didasarkan pada dua postulat, yaitu:

1) Elektron mengelilingi inti atom pada lintasan yang stasioner yang disebut

orbit atau kulit. Walaupun electron bergerak cepat, tetapi electron tidak

memancarkan atau menyerap energy sehingga energy electron konstan.

Hal ini berarti elektron yang berputar mengelilingi inti atom mempunyai

lintasan tetap sehingga electron tidak jatuh keinti.

2) Elektron dapat berpindah dari kulit yang satu kekulit yang lain dengan

memancarkan atau menyerap energi.

3) ketiga diberi lambang K, L, M, dan seterusnya. Setiap kulit electron hanya

dapat ditempati oleh maksimum 2n2 elektron, dimana n adalah nomor kulit.
26

e. Model Atom Mekanika Kuantum

1) Hipotesis Louis de Broglie

Louis de Broglie adalah seorang ahli fisika dari prancis yang

mengemukakan gagasannya tentang gelombang materi. Gagasan ini

berkaitan dengan kesimetrian dan penerapan yang lebih luas dari

gagasan partikel cahaya yang dikemukakan oleh Max Planck- Eisnstein,

yaitu apabila cahaya memiliki sifat pertikel maka partikel juga memiliki

sifat gelombang. Menurut ketidakpastian tentang letak dan kecepatan

elektron. Keadaan ini dikenal dengan prinsip ketidakpastian Heisenberg.

Bentuk ruang dan energy dari gerakan electron ini disebut orbital. Orbital

merupakan tingkat energy dari suatu ruang yang mempunyai peluang

terbesar (kebolehjadian terbesar) untuk menemukan electron disekitar

atom Broglie, gerak partikel mempunyai siri gelombang. Hopotesis

Broglie kemudian terbukti kebenarannya ketika ditemukan bahwa

elektron menunjukkan sifat difraksi seperti halnya dengan sinar X.

2) Prinsip Ketidakpastian Werner Heisenberg

Berkaitan dengan sifat dualisme dari elektron Werner Heisenberg

menyimpulkan suatu keterbatasan dalam menentukan posisi dan

momentum elektron dalam atom. Kesimpulan ini dikenal sebagai

Ketidakpastian Werner Heisenberg. Elektron juga tidak dapat ditentukan

momentum dan posisinya secara bersamaan. Jika suatu percobaan

dirancang untuk memastikan posisinya, maka ketidakpastim

momentumnya akan semakin besar, begitu pula sebaliknya. Elektron


27

secara tidak pasti ada dimana, akan tetapi electron berada pada orbital

yaitu daerah disekitar inti dengan peluang terbesar menemukan elektron.

3) Teori atom mekanika kuantum

Teori yang penyempurnaan dari postulat Bohr yang menyatakan bahwa

electron memiliki keududukan dan tingkatan energi. Akan tetapi teori atom

Bohr tidak dapat menejelaskan mengapa atom-atom selain hydrogen

ternyata memiliki perilaku yang sama pula.

Hipotesis Louis de Broglie dan azas ketidakpastian dari Heisenberg

merupakan dasar dari model Mekanika Kuantum (Gelombang) yang

dikemukakan oleh Erwin Schrodinger pada tahun 1927, mengajukan

konsep orbital untuk menyatakan kedudukan electron dalam atom.

Persamaan gelombang (ψ=psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga

bilangan gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan

(tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital. Bilangan kuantum

adalah suatu value (nilai bilangan) yang menunjuk kankeadaan/kedudukan

electron dalam suatu atom. Adapun 3 (tiga) bilangan kuantum yang

diusulkan oleh Erwin Schrodinger adalah, yaitu Bilangan Kuantum Utama

(n), Bilangan Kuantum Azimut (l), dan Bilangan Kuantum Magnetik (m),

serta dari hasil ekperimen Otto Stern dan W. Gerlach ditemukanbilangan

kuantum spin (s).

2. Bilangan kuantum

a. Bilangan Kuantum Utama (n)

Bilangan kuantum utama menunjukkan tingkat energi elektron yang


28

oleh Bohr disebut kulit atom. Makin besar nilai n, makin besar ukuran orbital

yang dihuni elektron itu. Seperti dalam model atom Bohr, n dapat bernilai

1,2,3 dan seterusnya sampai tak berhingga. Hubungan bilangan kuantum

utama (n) dengan lambang kulit sebagai berikut.

Tabel 2. 1 Nilai Bilangan Kuantum Utama


Nama Kulit K L M N O P …
Bil. Kuantum Utama (n) 1 2 3 4 5 6 …

b. Bilangan Kuantum Azimut (l)

Bilangan kuantum ini menunjukkan pada subkulit dimana elektron

bergerak dan juga menunjukkan bentuk orbital sehingga sering disebut

dengan bilangan kuantum orbital. Bilangan kuantum azimut (l) dapat

memiliki nilai yang bergantung pada nilai n dengan proporsi l= 0,1,2,.. (n-1).

Setiap kemungkinan nilai bilangan l diberi nama sebagai berikut. Untuk l=0,

dinamakan s (sharp), untuk l=1 dinamakan p (principle), untuk l=2 dinamakan

d (diffuse), dan untuk l=3 dinamakan f (fundamental). Hubungan bilangan

kuantum utama (n) dengan bilangan kuantum azimut (l).

Tabel 2. 2 Nilai Bilangan Kuantum Azimut


Subkulit s p d f ......
Bilangan kuantum azimut 0 1 2 3 ......
c. Bilangan Kuantum Magnetik (m)

Bilangan kuantum ini menentukan kedudukan atau orientasi orbital,

atau juga menunjukkan adanya satu atau beberapa tingkat energi setingkat

yang merupakan penyusun suatu subkulit. Bilangan kuantum magnetik

mempunyai harga seperti pada Tabel 2.3


29

Tabel 2. 3 Hubungan Bilangan Kuantum Azimut dan Magnetik

Harga bilangan kuantum


Subkulit
Azimut Magnetik
s 0 0
p 1 -1,0,+1
d 2 -2,-1,0,+1,+2
f 3 -3,-2,-1,0,+1,+2,+3
d. Bilangan Kuantum Spin (s)

Bilangan kuantum spin menunjukkan arah (rotasi) elektron. Elektron

digambarkan berotasi menurut sumbunya pada saat dia bergerak

mengelilingi inti, sama halnya seperti bumi yang berotasi pada sumbunya

pada saat mengelilingi matahari. Terdapat 2 kemungkinan rotasi elektron,

sehingga bilangan kuantum yang menyatakan rotasi elektron yaitu s dapat

mempunyai 2 nilai yaitu

+1/2 = Searah jarum jam (↑)


↑↓
-1/2 = Berlawanan jarum jam (↓)
Pada tahun 1926, Wolfgang Pauli menyelidiki tidak adanya garis

pada spektrum pancaran yang seharusnya ada menurut teori yang berlaku.

Berdasarkan penyelidikannya, ia menyimpulkan bahwa tidak ada elektron

dalam sebuah atom yang boleh memiliki bilangan kuantum yang sama.

Kesimpulan itu selanjutnya dikenal dengan nama asas eksklusi Pauli.

Menurut asas ini, dua elektron dapat memiliki bilangan kuantum n, l, dan

m yang sama tetapi harus memiliki bilangan kuantum spin (s) yang berbeda.

Jadi asas ini membatasi jumlah elektron dalam tiap orbital. Tiap orbital

maksimum diisi oleh dua elektron dan keduanya harus memiliki rotasi yang
30

berlawanan. Jumlah maksimum elektron yang dapat ditempatkan pada

subkulit s, p, d, dan f sebagai berikut:

Tabel 2. 4 Jumlah Maksimum Elektron Pada Subkulit


Subkulit Jumlah orbital Jumlah elektron maksimum
s 1 2
p 3 6
d 5 10
f 7 14
Jumlah maksimum elekron disetiap tingkatan energi (kulit atom) dapat

diketahui dengan persamaan: jumlah maksimum elektron=2n 2

3. Partikel penyusun atom

Suatu atom memiliki sifat dan massa yang khas satu sama lain. Dengan

penemuan partikel penyusun atom dikenal istilah nomor atom (Z) dan nomor

massa (A). Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan

nomor massa. Di mana:

A
ZX

Keterangan:

X : lambang unsur A : nomor massa (p+n) Z : nomor atom (p=e)

Nomor atom suatu unsur menyatakan jumlah proton yang terdapat dalam

inti atom. Karena atom bersifat netral, jumlah proton (muatan positif) dalam

atom sama dengan jumlah elektron (muatan negatif). Oleh karena itu, nomor

atom juga menyatakan jumlah elektron yang terdapat dalam atomnya. Artinya,

atom-atom dari unsur yang sama mempunyai jumlah proton yang sama tetapi

berbeda dari ato unsur lain. Nomor atom unsur- unsur dapat dilihat pada tabel

sistem periodik. Oleh karena suatu atom bersifat netral, maka jumlah elektron
31

sama dengan jumlah proton. Jadi, nomor atom juga menyatakan junmlah

elektron dalam suatu atom.

Nomor atom = jumlah proton = jumlah electron

Proton dan neutron mempunyai massa yang sama, yaitu masing- masing

sekitar 1 sma (massa proton = 1,0073 sma; massa neutron = 1,0087 sma),

sedangkan mass sebuah elektron sangat kecil, yaitu 5,487 x 10 -4 sma. Oleh

karena itu, massa sebuah atom praktis hanya ditentukan oleh massa proton dan

neutronnya, sedangkan massa elektron dapat diabaikan. Jumlah proton dengan

neutron dalam suatu atom disebut nomor massa.

Nomor massa = jumlah proton + jumlah neutron

Tabel 2. 5 Partikel Penyusun Atom


Partikel Muatan Massa (gr) Lambang Penemu Letak
Proton +1 1,673 x 10-24 1
p1 Goldstein Inti atom
(1886)
J. Jhadwick Inti atom
-24
Neutron 0 1,675 x 10 0e
-1 (1932)

Electron -1 9,110 x 10-28 1


n0 Thomson Kulit
(1897) atom

a. Isotop: atom-atom dengan nomor atom sama, tetapi memiliki nomor massa

berbeda. Akibatnya jumlah proton dan electron sama, tetapi tetapi jumlah

neutron berbeda. Contoh: 126𝐶, 13 14


6𝐶 , 6𝐶

b. Isobar: atom-atom dengan nomor atom berbeda tetapi nomor massa sama.

Akibatnya jumlah proton, electron dan neutron berbeda. Contoh:


14 14
6C dengan 7N

c. Isoton: atom-atom dengan nomor atom dan nomor massa berbeda tetapi
32

jumlah neutronnya sama. Contoh: 31


15P dengan
32
16S

4. Konfigurasi elektron

Konfigurasi Elektron merupakan susunan elektron suatu atom

berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Terdapat elektron yang berperan dalam

reaksi pembentukkan ikatan kimia dan dalam reaksi kimia yaitu elektron pada

kulit terluar atau elektron valensi. Jumlah elektron valensi suatu atom ditentukan

berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari konfigurasi elektron

atom tersebut. Kulit atom dapat terisi elektron maksimum dengan rumus:

∑ 2(n2)

∑ = jumlah maksimum elektron pada suatu kulit

n = nomor kulit

Gambar 2.1 Jumlah elektron maksimum tiap kulit dalam atom

Tabel 2. 6 Jumlah elektron maksimum dalam tiap-tiap kulit atom


Kulit Nomor Kulit Rumusan 2n2 Elektron Maksimum
K 1 2(1)2 2.(1) = 2
L 2 2(2)2 2.(4) = 8
2
M 3 2(3) 2.(9) = 18
Terdapat dua cara untuk menyatakan konfigurasi elektron yaitu konfigurasi

electron berdasarkan kulit dan subkulit. Pertama konfigurasi elektron

berdasarkan kulit (konfigurasi bohr bury), konfigurasi ini biasanya berlaku untuk
33

golongan utama. Pengisian elektron pada kulit dimulai dari kulit yang paling

dekat dengan inti atom yaitu kulit yang memiliki energi paling rendah yaitu kulit

K (kulit-1), dan dilanjutkan kekulit selanjutnya yaitu kulit L (kulit-2), M (kulit

ke-3) dst. Jumlah kulit menunjukan periode dan electron valensi (EV)

menunjukan golongan dari unsur tersebut.

Aturan-aturan dalam pengisian konfigurasi elektron:

a. Pengisian dimulai dari tingkat energi paling rendah ketingkat energi paling

tinggi dari kulit K, L, M dan seterusnya.

b. Jika jumlah elektron yang tersisa ≤ 8 di tempatkan pada kulit berikutnya.

c. Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar adalah 8.

Contoh:

Tentukan konfigurasi elektron unsur Mg yang memiliki nomor atom 12.

Jawaban:

Dari konfigurasi disamping menunjukan bahwa


12Mg = 2, 8, 2
Mg mempunya kulit K yang berisi 2 elektron, L

Elektron valensi berisi 8 elektron, M berisi 2 elektron (3 kulit) yang

menunjukan bahwa Mg termasuk periode 3. Mg

memiliki electron valensi 2 yang berarti Mg termasuk kedalam golongan IIA

Kedua yaitu dengan cara subkulit atau konfigurasi menurut bilangan

kuantum. Penulisan konfigurasi ini berdasarkan prinsif Aufbau, aturan Hund dan

larangan pauli. Prinsif Aufbau menyatakan bahwa “pengisian elektron di mulai

dari lantai (subkulit) yang paling bawah diteruskan ke lantai yang lebih tinggi”

Urutannya adalah 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p.


34

Aturan Hund menerangkan “Kamu harus mengisi tiap orbital dengan jumlah

elektron yang sama dan arah spin yang sama. Setelah itu ulangi dengan arah spin

yang berbeda. Pengisian electron – electron pada orbital s tidak sulit karena s

hanya memiliki sebuah kotak. Kesulitan baru muncul ketika electron – elktron

mengisi orbital p, d dan f. Contohnya, orbital 3p yang di tempati tiga electron.

Ada dua kemungkinan pengisian electron pada orbital p, yaitu:


↑↓ ↑ Atau ↑ ↑ ↑

(a) (b)

Menurut Kaidah Hund, diagram orbital yang sesuai untuk 3p3 adalah (b)

Larangan Pauli melarang menempatkan elektron-elektron yang punya keempat

bilangan kuantum yan sama. Contoh:

Tentukan nilai bilangan kuantum yang mungkin untuk electron yang pada

keadaan dasar menempati orbital dengan tingkat energy tertinggi pada atom 16S

Jawab:

16S: 1s2 2s2 2p6 3s3 3p4

Orbital yang memiliki tingkat energy tetinggi, yaitu orbital 3p. Orbital ini

memiliki empat electron dengan energy yang sama. Nilai bilangan kuantum yang

mungkin untuk setiap electron pada orbital 3p, yaitu:

n = 3 (nomor kulit terbesar)

l = 1 (subkulit p memiliki nilai l = 1)

m= -1, 0, +1 (electron terakhir berada pada -1)


1 1
s = + 2 atau − 2
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah definisi dalam bentuk abstrak atau fenomena

yang belum bisa diukur. Definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).

2. Hasil belajar merupakan suatu pengetahuan yang diperoleh siswa yang diperoleh

pada akhir pembelajaran melalui suatu tes yang menyangkut bahan dalam

kegiatan belajar umumnya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

(Thobroni & Arif, 2013).

3. Gaya belajar adalah cara belajar yang paling disukai siswa dalam belajar,

sehingga siswa dapat menangkap dan memahami materi yang dipelajari dengan

baik (Satri, 2017).

4. Materi struktur atom merupakan materi dasar yang perlu dipahami siswa kelas

X. Materi ini menekankan pada konsep dan mempelajari susunan atom yang

terdiri atas partikel fundamental (Sudarmo, 2016)

B. Definisi Operasional

Definisi opeasional adalah suatu definisi yang berhubungan dengan variabel

dengan cara memberikan suatu arti atau mendefinisikan yang di perlukan untuk

mengukur variabel tersebut yaitu:

1. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa yang

diperoleh dari nilai post-test dan ulangan harian setelah diajar menggunakan
36

zoom meeting dan google classroom. Soal post-test dan ulangan harian disusun

berdasarkan indikator pembelajaran.

2. Gaya belajar VAK dikelompokan kedalam tiga jenis yaitu visual (penglihatan),

auditori (pendengaran), dan kinestetik (gerakan). Data gaya belajar diperoleh

melalui angket gaya belajar yang disusun berdasarkan indikatornya.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMAN 1

Tanjung Palas Utara yang berjumlah 3 kelas.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 kelas yaitu siswa

kelas X MIPA berjumlah 23 orang, X IPS 1 berjumlah 26 orang dan X IPS 2

berjumlah 22 orang total sampel yang digunakan adalah 71 orang.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 2020 di sekolah SMA Negeri

1 Tanjung Palas Utara jalan Kemuning Desa Karang Agung Kecamatan Tanjung

Palas Utara Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara.

E. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini

mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas X di SMAN 1 Tanjung Palas Utara

berdasarkan gaya belajar VAK pada pembelajaran daring materi struktur atom pada

tahun 2020.
37

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap

pelaksanaan, (3) tahap penyelesaian. Tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti pada

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Peneliti melakukan observasi pada pembelajaran kimia di SMA Negeri 1

Tanjung Palas Utara.

b. Peneliti merumuskan masalah.

c. Peneliti melakukan analisis solusi yaitu dengan menentukan pokok bahasan

materi, merumuskan studi pustaka tentang silabus, kompetensi inti,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, serta perhitungan waktu

yang diperlukan untuk pembelajaran pada materi yang akan diajarkan yaitu

materi struktur atom.

d. Peneliti membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk penelitian

yaitu:

1) Angket gaya belajar untuk mengetahui gaya belajar siswa.

2) Soal post-test dan soal ulangan harian yang digunakan untuk mengetahui

bagaimana hasil belajar siswa.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

e. Peneliti membuat link soal post-test, link soal ulangan harian dan link angket

gaya belajar.

f. Peneliti menyusun proposal


38

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti masuk ke classroom setiap kelas yang akan diteliti

b. Peneliti melaksanakan tes gaya belajar di kelas X SMAN 1 Tanjung Palas

Utara dengan membagikan link angket gaya belajar melalui google

classroom.

c. Setiap satu jam sebelum pembelajaran berlangsung peneliti membagikan link

zoom meeting kepada siswa.

d. Peneliti melaksanakan proses belajar mengajar kimia secara daring pada

materi struktur atom.

e. Setelah selesai pembelajaran guru membagikan link soal post-test kemudian

mengintruksikan siswa untuk mengerjakannya dengan tenggat waktu yang

telah ditentukan.

f. Setelah siswa menyerahkan jawaban soal post-test guru menilai hasil kerja

siswa dan langsung dikembalikan.

3. Tahap Penyelesaian

a. Pengelohan Data

Data kuantitatif diperoleh dari nilai post-test dan ulangan harian yang diolah

secara statistik.

b. Pembahasan hasil pengolahan data

Data yang telah diolah secara statistik dianalisis secara mendalam untuk

mendapatkan suatu temuan berdasarkan rumusan masalah yang telah

diajukan.
39

c. Penarik Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah mendapatkan suatu temuan dari

data yang telah dianalisis.

G. Skema Penelitian

Skema penelitian dapat dilihat pada Gambar berikut:

SMAN 1 Tanjung Palas Utara Observasi

Merumuskan masalah

Masalah

Menganalisis solusi

Solusi

Membuat Instrumen Penelitian


Instrumen Penelitian
Melaksanakan

Pembelajaran secara daring

Melaksanakan

Tes
Menganalisis data

Data

Dibahas

Pembahasan Hasil Penelitian


Membuat
Kesimpulan

Gambar 3. 1 Alur prosedur penelitian


40

H. Teknik Pengambilan sampel

Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh dikarenakan

semua populasi dijadikan sampel.

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Survey

Survey adalah suatu Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan

pertanyaan pada responden. Alat yang digunakan adalah angket. Angket adalah

daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus direspon oleh responden. Angket

digunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang gaya belajar siswa.

Gaya belajar siswa diperoleh melalui teknik interview terstruktur yaitu

menggunakan angket gaya belajar. Angket ini terdiri dari 30 butir pernyataan

yang berisi indikator gaya belajar siswa (auditori, visual, kinestetik).

2. Teknik tes

Teknik tes digunakan untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang terdiri

dari nilai post-test dan nilai ulangan harian.

a. Post-test untuk mengukur pemahaman siswa selama proses pembelajaran

berlangsung dan dilaksanakan pada setiap pertemuan diakhir pembelajaran.

Soal post-test berjumlah 10 Soal Pilihan Ganda yang dibuat berdasarkan

indikator setiap pertemuannya.

b. Ulangan Harian

Ulangan harian yaitu tes yang dilakukan setelah seluruh sub materi yang

diajarkan. Bentuk soal ulangan harian adalah soal pilihan ganda yang dibuat

berdasarkan seluruh indikator yang ingin dicapai pada materi struktur atom.
41

J. Instrument Penelitian

1. Angket Gaya Belajar

Indikator dalam angket gaya belajar pada penelitian mengacu pada teori

dan ciri-ciri gaya belajar menurut Bobby de Poter dan Mike Hernacki. Berikut

merupakan kisi-kisi angket gaya belajar:

Tabel 3. 1 Kisi-kisi angket gaya belajar


Gaya Indikator Nomor Nomor Jumlah
belajar Pernyataan Pernyataan Pernyataan
Positif Negatif
Visual 1. Belajar dengan 19,30 11, 29 4
cara melihat
2. Mengingat 13 1
dengan baik
mengenai posisi,
bentuk, angka
dan warna
3. Rapi dan Teratur 10 18 2
4. Tidak terganggu 16, 23 20 3
dengan keributan
5. Sulit menerima 28 1
intruksi verbal
Auditori 1. Belajar dengan 2, 14,15 27 4
cara mendengar
2. Baik dalam 6 21 2
aktivitas lisan
3. Memiliki 4 24 2
kepekaan
terhadap music
4. Mudah terganggu 5 1
dengan keributan
Kinestetik 1. Belajar dengan 1, 8 7 3
aktivitas fisik
2. Peka terhadap 9 25 2
ekspresi dan
Bahasa tubuh
3. Berorientasi pada
fisik dan banyak 17 12, 22 3
bergerak
4. Suka membuat
note-note kecil- 3 26 2
42

Gaya Indikator Nomor Nomor Jumlah


belajar Pernyataan Pernyataan Pernyataan
Positif Negatif
kecilan,
menyukai
praktek.
Jumlah Pertanyaan 30
2. Post-test

Post-test yang dilakukan mengacu pada materi kelas 1 buku erlangga yaitu

materi struktur atom. Indikator materi seperti pada tabel berikut:

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Post-test


Post No Nomor
Indikator
-test indikator soal
Menjelaskan awal mula perkembangan
1 1 teori atom, postulat Dalton, Kelemahan 1,2
dan kelebihan model atom Dalton.
Menjelaskan perkembangan model atom
2 J.J. Thomson, kelemahan dan kelebihan 3,4
model atom Thomson.
Menjelaskan perkembangan model atom
Rutherford, partikel penyusun inti atom,
3 5,6
kelemahan dan kelebihan model atom
Rutherford.
Menjelaskan perkembangan model atom
4 Niels Bohr, kelemahan dan kelebihan 7,8
model atom Bohr.
Menjelaskan perkembangan model atom
5 Mekanika Gelombang 9,10

Menentukan jumlah proton, elektron, dan


1 neutron suatu atom unsur berdasarkan 1,2
nomor atom dan nomor massanya
2
Menentukan isotop, isobar, dan isoton
2 3,4,5,6
beberapa unsur.
Menentukan empat jenis bilangan
3 7
kuantum pada suatu unsur atom
4 Membedakan orbital-orbital s, p, d dan f 8
5 Menentukan konfigurasi electron 9,10
43

3. Ulangan Harian

Ulangan harian terdiri atas 30 soal yang disesuaikan dengan indikator

materi yang diberikan. Berikut merupakan kisi-kisi ulangan harian:

Tabel 3.3 Kisi-kisi ulangan harian


No indikator Indikator Nomor soal
Menjelaskan awal mula perkembangan teori
1 atom, postulat Dalton, Kelemahan dan 1,2,3
kelebihan model atom Dalton.
Menjelaskan perkembangan model atom J.J.
2 Thomson, kelemahan dan kelebihan model 4,5,6
atom Thomson.
Menjelaskan perkembangan model atom
Rutherford, partikel penyusun inti atom,
3 kelemahan dan kelebihan model atom 7,8,9
Rutherford.
Menjelaskan perkembangan model atom Niels
4 Bohr, kelemahan dan kelebihan model atom 10,11,12
Bohr.
Menjelaskan perkembangan model atom
5 Mekanika Gelombang 13,14,15
Menentukan jumlah proton, elektron, dan
neutron suatu atom unsur berdasarkan nomor
6 atom dan nomor massanya 16,17,18

Menentukan isotop, isobar, dan isoton


7 beberapa unsur. 19,20,21
Menentukan empat jenis bilangan kuantum
8 pada suatu unsur atom 22,23,24
Membedakan orbital-orbital s, p, d dan f
9 25,26,27

10 Menentukan konfigurasi elektron 28,29,30

H. Teknik Pengolahan data

1. Angket Gaya Belajar

Adapun langkah-langkah dalam mengolah lembar angket untuk gaya

belajar siswa adalah sebagai berikut:


44

a. Menjumlahkan skor pernyataan yang dipilih siswa pada lembar angket, yang

terdiri atas tiga aspek gaya belajar (visual, auditorial, kinestetik). Dimana,

penentuan gaya belajar siswa ditentukan dari jumlah paling banyak yang

dipilih untuk setiap kategori gaya belajar baik visual, auditori, atau

kinestetik. Setelah penjumlahan dapat dilihat kecendrungan gaya belajar

yang dominan dipakai oleh siswa tersebut. Contoh penentuan gaya belajar

dominan yang dipakai X01 dalam angket gaya belajar X01 menjawab dengan

skor 32 visual, 25 auditori, 26 kinestetik berarti gaya belajar dominan X01

adalah visual. Apabila terdapat skor tertinggi yang sama dalam dua gaya

belajar maka siswa tersebut memiliki gaya ganda. Contoh X02 memiliki skor

30 visual, 23 auditori dan 30 kinestetik maka siswa X02 memiliki gaya

belajar dominan visual dan kinestetik.

b. Menghitung persentase untuk masing-masing kategori gaya belajar pada

kelas X. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif.

Persentase dibuat berdasarkan jumlah sampel yang memilih pada indikator

pernyatan lembar angket. Analisis angket gaya belajar bertujuan untuk

mengetahui jenis gaya belajar siswa kelas X di SMAN 1 Tanjung Palas Utara

berdasarkan persentase yang diperoleh dari ketiga aspek gaya belajar yang

digunakan oleh siswa dalam pembelajaran kimia dengan kalimat berbentuk

kualitatif. Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase adalah:


n
% (V atau A atau K) = X 100
N (V,A dan K)
45

Keterangan:
n = Jumlah siswa yang diperoleh pada satu kategori gaya belajar (Visual, atau
Auditorial, atau Kinestetik)
N = Jumlah siswa yang diperoleh dari ketiga kategori gaya belajar (Visual,
Auditorial dan Kinestetik)
% = Persentase gaya belajar siswa (Visual, atau Auditorial, atau Kinestetik X
SMA Negeri 1 Tanjung Palas Utara pada pembelajaran Kimia.
2. Post-test

Untuk mengolah hasil post-test yaitu soal essay sebanyak 10 soal, menggunakan

rumus berikut:

Skor
P= x 100
Jumlah skor maksimum

3. Ulangan harian

Untuk mengolah hasil ulangan harian dengan jenis soal pilihan ganda yang

berjumlah 30 soal digunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah Jawaban benar


UH= X 100
30

4. Hasil Belajar siswa

Hasil belajar siswa diperoleh dari`teknik tes menggunakan soal post-test

dan ulangan harian. Nilai akhir siswa diambil melalui hasil post-test siswa untuk

setiap kali pertemuan dan hasil evaluasi terakhir (hasil ulangan harian) pokok

bahasan struktur atom. Pada penelitian ini digunakan presentase pengambilan

nilai untuk setiap kali pertemuan yaitu masing-masing 25% untuk tes tertulis

(post-test) pada pertemuan I dan II dan 50% untuk tes akhir (ulangan harian).

Data tersebut diolah menggunakan rumus dari (Rismawati, 2018), sebagai

berikut:
46

HB = (25% x P1) + (25% x P2) +(50% x UH)

Keterangan:
HB = Hasil Belajar
P = Post-test
UH = Ulangan harian
K. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yang

sebelumnya telah diolah berdasarkan teknik pengolahan data. Data pertama adalah

lembar angket gaya belajar yang diisi oleh siswa yang bertujuan untuk mengetahui

gaya belajar siswa. Kemudian data penelitian dianalisis dengan menggunakan

analisis persentase dengan rumus yang terdapat pada teknik pengolahan data.

Analisis angket gaya belajar bertujuan untuk mengetahui jenis gaya belajar siswa

kelas X di SMA Negeri 1 Tanjung Palas Utara berdasarkan persentase yang

diperoleh dari aspek gaya belajar yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran

Kimia.

Data kedua adalah hasil belajar siswa yaitu hasil belajar kognitif siswa yang

diperoleh dari nilai post-test 1, post-test 2 dan ulangan harian. Soal-soal yang

diberikan disusun berdasarkan indikator materi struktur atom. Nilai akhir atau hasil

belajar siswa merupakan pengakumulasian nilai post-test 1, post-test 2 dan ulangan

harian. Data yang diperoleh dari pengolahan hasil belajar siswa dikategorikan

berdasarkan skala kategori kemampuan dengan 4 kategori yaitu sangat baik, baik,

cukup, kurang, dan sangat kurang. Adapun skala kategori kemampuan menurut

Arikunto (2016) dalam Tabel sebagai berikut:


47

Tabel 3. 4 Skala Kategori Kemampuan Hasil Belajar Siswa


Nilai Siswa (Skala 100) Keterangan
85≤ NS ≤100 Sangat Baik
75≤ NS <84 Baik
60≤ NS <74 Cukup
40≤ NS <59 Kurang
0≤ NS <39 Sangat Kurang

Dari data yang telah dikategorikan kedalam skala kategori kemampuan hasil

belajar dapat dihitung persentase sebaran kemampuan siswa untuk masing-masing

tipe gaya belajar kemudian ditafsirkan sebaran tersebut menggunakan kriteria yang

dikemukakan oleh Koentjaraningrat sebagai berikut:

∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
Keterangan:
∑X = jumlah siswa pada setiap kategori hasil belajar
∑Y = jumlah total siswa
Tabel 3.5 Tafsiran Persentase Sebaran Siswa
Persentase (%) Tafsiran Kualitatif
0 Tidak Ada
0 – 25 Sebagian Kecil
26 – 49 Hampir Separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian Besar
76-99 Hampir Seluruhnya
100 Seluruhnya
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Tanjung Palas Utara yang berakreditasi

A dan terletak di jalan Kemuning Desa Karang Agung Kecamatan Tanjung Palas

Utara Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. Bangunan sekolah ini

berdiri diatas tanah seluas 30.000 M2 dengan jumlah bangunan sebanyak 12

bangunan. Prasarana sekolah ini berjumlah 30 ruangan yaitu 12 ruang kelas, 1

laboratitum fisika, 1 laboratorium kimia, 1 laboratorium biologi, 1 laboratorium

computer,1 dapur sekolah, 8 kamar mandi, 1 gudang sekolah,1 perpustakaan, 1

ruang uks, 1 ruang koperasi, 1 ruang pertemuan. Jumlah siswa disekolah ini

sebanyak 258 siswa dan jumlah tenaga kependidikan sebanyak 30 orang.

B. Hasil Penelitian

1. Gaya Belajar Siswa

Pada dasarnya terdapat tiga gaya belajar siswa berdasarkan modalitas

seseorang mendapatkan sebuah informasi yaitu gaya belajar visual, auditori dan

kinestetik. Adapun rangkuman dan persentase dari pengelompokan Gaya belajar

siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4. 1. Persentase Pengelompokan Gaya Belajar Siswa


No Gaya Belajar Frekuensi Persen (%)
1 Visual (V) 35 49.3
2 Auditori (A) 6 8.5
3 Kinestetik (K) 18 25.3
4 Visual dan Kinestetik (VK) 12 16.9
49

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan hasil belajar kognitif yang

diperoleh dari hasil post-test 1, post-test 2 dan ulangan harian. Siswa yang

mendapatkan hasil belajar dengan nilai tertinggi yaitu siswa dengan gaya belajar

visual-kinestetik, kemudian diikuti oleh siswa yang memiliki gaya belajar visual

dan siswa dengan gaya belajar kinestetik sedangkan hasil belajar terendah

diperoleh siswa dengan gaya belajar auditori. Nilai rata-rata hasil belajar dapat

dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4. 2 Nilai Rata-Rata Siswa berdasarkan gaya belajarnya


No Tipe Gaya Belajar Post test 1 Post test 2 UH HB
71.7 73.7 75.1 73.9
1 Visual (V)
Cukup Cukup Baik Cukup
68.3 70 72.2 70.7
2 Auditori (A)
Cukup Cukup Cukup Cukup
71.7 76.7 73.2 73.7
3 Kinestetik (K)
Cukup Baik Cukup Cukup
Visual dan Kinestetik 78.3 79.2 80.2 79.5
4
(VK) Baik Baik Baik Baik

Nilai siswa dapat dikategorikan kedalam kategori belajar sangat baik,

baik, cukup, kurang sangat kurang dan dilihat sebaran kemampuan siswa

berdasarkan nilai post-test dan ulangan harian tersebut. Berdasarkan gaya belajar

siswa dalam penelitian ini terdapat 4 gaya belajar yaitu gaya belajar

visual, auditori, kinestetik, dan visual-kinestetik. Sebaran dari keempat gaya

belajar tersebut dapat dilihat pada pembahasan berikut.

Siswa dengan gaya belajar visual pada pertemuan 1 terdapat sebagian kecil

siswa mendapatkan nilai post-test 1 dengan kategori sangat baik dan kategori
50

baik, dan sebagian besar siswa mendapatkan nilai dengan kategori cukup. Pada

pertemuan 2 hampir separuh siswa mendapatkan nilai post-test 2 dengan

kategori baik dan sebagian besar siswa mendapatkan nilai dengan kategori

cukup. Pada ulangan harian sebagian besar siswa mendapatkan nilai dengan

kategori cukup dan hampir separuh siswa mendapatkan nilai dengan kategori

baik. Berikut merupakan sebaran kemampuan siswa berdasarkan gaya belajar

visual:

Tabel 4. 3 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Visual


Nilai Kategori Belajar
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
Baik Kurang
P1 5 orang 7 orang 21 orang 2 orang 0 orang
14.3% 20.0% 60.0% 5.7% 0%
Sebagian Sebagian Sebagian Sebagian Tidak Ada
Kecil Kecil Besar Kecil
P2 5 orang 10 orang 20 orang 0 orang 0 orang
14.3% 28.6% 57.1% 0% 0%
Sebagian Hampir Sebagian Tidak Ada Tidak Ada
Kecil Separuhnya Besar
UH 4 orang 10 orang 21 orang 0 orang 0 orang
11.4% 28.6% 60.0% 0% 0%
Sebagian Hampir Sebagian Tidak Ada Tidak Ada
Kecil Separuhnya Besar

Siswa dengan gaya belajar auditori pada pertemuan 1 sebagian kecil siswa

menjawab soal dengan kategori baik dan sebagian besar siswa menjawab soal

dengan kategori cukup. Pada pertemuan 2 hampir separuhnya siswa dapat

menjawab soal dengan kategori baik dan sebagian besar siswa menjawab soal

dengan kategori cukup. Pada ulangan harian hampir seluruh siswa dapat

menjawab soal dengan kategori baik dan sebagian besar nilai siswa termasuk
51

kategori cukup. Berikut merupakan sebaran kemampuan siswa berdasarkan gaya

belajar auditori:

Tabel 4. 4 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Auditori


Nilai Kategori Belajar
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
Baik Kurang
P1 0 1 orang 5 orang 0 orang 0 orang
0% 16.7% 83.3% 0% 0%
Tidak Sebagian Hampir Tidak Ada Tidak Ada
Ada Kecil Seluruhnya
P2 0 2 orang 4 orang 0 orang 0 orang
0% 33.3% 66.7% 0% 0%
Tidak Hampir Sebagian Tidak Ada Tidak Ada
Ada Seluruhnya Besar
UH 0 2 orang 4 orang 0 orang 0 orang
0% 33.3% 66.7% 0% 0%
Tidak Hampir Sebagian Tidak Ada Tidak Ada
Ada Seluruhnya Besar

Siswa dengan gaya belajar kinestetik pada pertemuan 1 terdapat sebagian

kecil siswa mendapatkan nilai post-test 1 dengan kategori sangat baik, hampir

separuh siswa mendapatkan nilai dengan kategori baik, dan sebagian besar siswa

mendapatkan nilai dengan kategori cukup. Pada pertemuan 2 hampir separuh

siswa mendapatkan nilai post-test 2 dengan kategori sangat baik, sebagian kecil

siswa mendapatkan nilai dengan kategori baik dan sebagian besar siswa

mendapatkan nilai dengan kategori cukup. Pada ulangan harian sebagian besar

siswa mendapatkan nilai dengan kategori cukup, sebagian kecil siswa

mendapatkan nilai dengan kategori sangat baik dan kategori baik. Berikut

merupakan sebaran kemampuan siswa berdasarkan gaya belajar kinestetik:


52

Tabel 4. 5 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Kinestetik


Kategori Belajar
Nilai Sangat Sangat
Baik Cukup Kurang
Baik Kurang
0
2 orang 5 orang 11 orang 0 orang
orang
P1 11.1% 27.8% 61.1% 0% 0%
Sebagian Hampir Sebagian Tidak
Tidak Ada
Kecil Separuhnya Besar Ada
0
6 orang 2 orang 10 orang 0 orang
orang
P2 33.3% 11.1% 55.6% 0% 0%
Hampir Sebagian Sebagian Tidak
Tidak Ada
Separuhnya Kecil Besar Ada
0
4 orang 3 orang 11 orang 0 orang
orang
UH 22.2% 16.7% 61.1% 0% 0%
Sebagian Sebagian Sebagian Tidak
Tidak Ada
Kecil Kecil Besar Ada
Siswa dengan gaya belajar visual-kinestetik pada pertemuan 1 terdapat

sebagian kecil siswa mendapatkan nilai post-test 1 dengan kategori sangat baik,

separuh siswa mendapatkan nilai dengan kategori baik, dan hampir separuh

siswa mendapatkan nilai dengan kategori cukup. Pada pertemuan 2 sebagian

kecil siswa mendapatkan nilai post-test 2 dengan kategori sangat baik,

separuhnya siswa mendapatkan nilai dengan kategori baik dan sebagian kecil

siswa mendapatkan nilai dengan kategori cukup. Pada ulangan harian hampir

separuhnya siswa mendapatkan nilai dengan kategori sangat baik, sebagian kecil

siswa mendapatkan nilai dengan kategori baik dan hampir separuh siswa

mendapatkan kategori cukup. Berikut merupakan sebaran kemampuan siswa

berdasarkan gaya belajar visual-kinestetik:


53

Tabel 4. 6 Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Visual-Kinestetik


Nilai Kategori Belajar
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
P1 2 orang 6 orang 4 orang 0 orang 0 orang
16.7% 50.0% 33.3% 0% 0%
Sebagian Separuhnya Hampir Tidak Tidak Ada
Kecil Separuhnya Ada
P2 3 orang 6 orang 3 orang 0 orang 0 orang
25.0% 50.0% 25.0% 0% 0%
Sebagian Separuhnya Sebagian Tidak Tidak Ada
Kecil Kecil Ada
UH 4 orang 3 orang 5 orang 0 orang 0 orang
33.3% 25.0% 41.7% 0% 0%
Hampir Sebagian Hampir Tidak Tidak Ada
Separuhnya Kecil Separuhnya Ada

C. Pembahasan

1. Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar adalah cara termudah yang dimiliki seseorang untuk

menyerap, mengatur kemudian mengolah informasi yang diterima. Terdapat tiga

gaya belajar yang biasa digunakan yaitu visual, auditori dan kinestetik. Setiap

siswa cenderung mempunyai ketiga gaya belajar tersebut. Namun siswa

biasanya memiliki salah satu gaya belajar dominan tapi tidak menutup

kemungkinan siswa tersebut memiliki gaya belajar lebih dari satu (Mar'ah,

2016). Hal ini tergantung kepada kebiasaan siswa yang sering digunakan untuk

menangkap sebuah informasi ataupun cara termudah untuk belajar. Misalnya,

siswa X02 cenderung suka belajar dengan gambar dan praktikum langsung atau

belajar sambil bergerak berarti siswa tersebut memiliki gaya belajar lebih dari

satu yaitu gaya belajar visual dan kinestetik. Untuk hasil penelitian ini dapat

dilihat dari persentase gaya belajar yang terdapat di kelas X.


54

Persetase kategori gaya belajar siswa kelas X di SMAN 1 Tanjung palas

Utara yang ada pada Tabel 4.1 dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

VK,16.9
%

K,25.3%
V,49.3%

A,8.5%

Gambar 4. 1 Persentase gaya belajar siswa


Siswa-siswi dalam kelas X di SMAN 1 Tanjung Palas Utara pada tahun

2020 sesuai dengan Gambar 4.1 terlihat lebih banyak menggunakan gaya

belajar visual (V) yang berarti sebagian besar siswa kelas X lebih suka belajar

dengan cara menggunakan indra penglihatannya. Siswa yang cenderung belajar

menggunakan indra penglihatan lebih suka belajar dengan cara melihat gambar,

grafik, symbol, poster, slide atau peta konsep selama proses pembelajaran.

Selain itu siswa dengan gaya belajar visual lebih suka membaca sendiri. Sebuah

slide yang berisikan materi berbentuk teks dan berisikan gambar-gambar yang

mendukung materi yang dipelajari dapat membantu siswa visual belajar dengan

mudah (Sari A. K., 2014).

Siswa dengan gaya belajar visual cenderung mempunyai penampilan yang

rapi dan teratur, tidak terganggu dengan keributan, dan selama pembelajaran

berlangsung lebih suka membuat catatan atau mencoret-coret dikertas

(Wulandari, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan bahwa
55

banyak siswa visual terlihat mencatat materi pada saat pembelajaran

berlangsung dan memiliki penampilan yang rapi.

Gaya belajar kinestetik (K) mempunyai urutan kedua terbanyak di kelas X

ini. Sebagian siswa kelas X disekolah SMAN 1 Tanjung Palas Utara

menggunakan gaya belajar ini yang berarti sebagian siswa di kelas X suka

belajar dengan cara bergerak atau mengutamakan indera perasa. Pada penelitian

ini dilakukan pembelajaran secara daring menggunakan zoom meeting dimana

siswa bebas bergerak mencari posisi ternyaman untuk digunakan pada saat

belajar. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik cenderung belajar dengan

gerakan dan sentuhan. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah

menangkap materi pembelajaran apabila belajar sambil bergerak, meraba,

ataupun mengambil tindakan (Rismawati, 2018).

Gaya belajar Visual-Kinestetik (VK) mempunyai urutan ketiga terbanyak

di kelas X ini yang berarti sebagian kecil siswa kelas X dominan memiliki cara

belajar dengan indra penglihatan dan indra perasa. Pada penelitian ini siswa

diberikan materi berupa teks dan gambar yang dapat membantu siswa untuk

mempermudah memahami materi yang diberikan. Proses pembelajaran dalam

penelitian ini dilakukan secara daring melalui zoom meeting sehingga dapat

memberikan kebebasan siswa untuk bergerak. Hal tersebut dapat memberikan

kenyamanan pada saat siswa belajar untuk memahami materi yang diberikan.

Gaya belajar Auditori paling sedikit digunakan siswa kelas X disekolah

ini. Siswa dengan gaya belajar ini belajar dengan mengutamakan indra

pendengarannya. Pada penelitian ini guru memberikan penjelasan lisan melalui


56

audio yang dapat didengarkan sehingga membantu siswa yang memiliki gaya

belajar auditori untuk belajar dengan cara mendengarkan audio tersebut. Hal ini

dapat mempermudah siswa auditori belajar dengan baik. Hal ini karena siswa

yang cenderung menggunakan gaya belajar auditori menyukai pembelajaran

dengan cara mendengarkan guru berbicara, berdiskusi selama pembelajaran, dan

suka penjelasan panjang lebar (Ophilia, 2016).

Siswa yang cenderung dominan memiliki gaya belajar auditori belajar

dengan cara mendengarkan materi yang disampaikan melalui room zoom

meeting. Bagi mereka telinga merupakan alat indra yang berperan penting dalam

belajar. Telinga terdiri atas daun telinga, lubang telinga, gendang pendengar,

palu pendengar, paron, dan sanggurdi. Gendang pendengar dapat menyampaikan

sebuah informasi melalui getaran pada tulang pendengar atau palu, paron,

sanggurdi. Telinga itu sendiri berlika-liku, terdapat rumah siput dan tiga buah

kanal berbentuk setengah lingkaran. Alat telinga ini dapat menyampaikan

perangsang suara pada kulit otak yang kemudian dapat diterima otak dan diolah

menjadi sebuah informasi (Ludjie, 2014).

2. Hasil Belajar berdasarkan gaya belajar

a. Pertemuan 1

Pada pertemuan pertama siswa belajar mengenai perkembangan teori

atom. Materi ini merupakan materi yang mempelajari tentang sejarah mula-

mula teori atom mulai terbentuk hingga teori atom yang terbaru pada saat ini

yaitu teori atom modern. Materi ini merupakan materi yang menekankan pada

hapalan atau ingatan seseorang dan tidak terdapat perhitungan. Sehingga


57

untuk mendapatkan hasil belajar yang baik siswa perlu fokus pada materi dan

mengingatnya. Hasil belajar siswa pada pertemuan ini dapat dapat diperoleh

dari nilai rata-rata post-test 1. Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat nilai rata-rata

post-test 1 yang dapat dilihat lebih jelas dalam Gambar 4.2 berikut ini:

80 78.3
78
Nilai rata-rata post-test 1

76
74
71.7 71.7
72
70 68.3
68
66
64
62
Visual Auditori Kinestetik Visual-Kinestetik

Gambar 4. 2 Nilai rata-rata post-test 1


Nilai rata-rata post-test 1 siswa kelas X sesuai dengan Gambar 4.2

terlihat gaya belajar visual-kinestetik memiliki nilai rata-rata lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa lain yaitu 78.3. Diurutan kedua terdapat siswa

dengan gaya belajar visual dan siswa dengan gaya belajar kinestetik yang

mendapatkan nilai rata-rata yang sama yaitu 71.7. Pada urutan ketiga

diperoleh siswa dengan gaya belajar auditori dimana siswa ini mendapatkan

nilai rata-rata 68.3.

Siswa dengan gaya belajar visual memiliki nilai rata-rata 71.7 nilai ini

termasuk kategori cukup. Hal ini dapat dilihat pada sebaran kemampuan siswa

visual sebagian besar siswa mendapatkan nilai post-test 1 dengan kategori

cukup. Berarti Sebagian besar siswa visual mendapatkan nilai pada post-test

1 pada rentang nilai 60 sampai dengan 74. Meskipun sebagian besar siswa
58

mendapatkan nilai dengan kategori cukup tetapi terdapat sebagian kecil siswa

yang mendapatkan nilai dengan kategori sangat baik dan kategori baik. Hal

ini berarti terdapat siswa visual yang dapat menjawab soal dengan baik dan

juga terdapat siswa yang belum bisa menjawab soal dengan baik. Nilai yang

didapatkan siswa tidak lepas dari pengaruh proses pemahaman siswa dalam

menangkap informasi materi yang diberikan yaitu pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

Pada proses pembelajaran daring melalui room zoom meeting telah

mengakomodir siswa visual untuk belajar melalui power point yang berisikan

gambar materi. Slide pada power point ini bermaksud untuk memfokuskan

pandangan siswa terhadap layar hp sehingga tidak mudah terganggu dengan

keadaan di tempat belajar siswa. Materi pada pertemuan 1 merupakan materi

yang banyak memahami teori-teori yang telah ada. Terdapat 5 model atom

yang dipelajari dimana pada saat pembelajaran siswa dapat melihat power

point berisikan gambar kelima model atom tersebut. Gambar dalam power

point tersebut seperti dibawah ini:

Gambar 4.3 Power point materi pertemuan 1 slide 1 dan 2


59

Pada Gambar 4.3 slide pertama terdapat gambar dan tulisan yang

mewakili apersepsi mengarahkan siswa mulai masuk kedalam materi yang

akan dipelajari. Hal ini mulai memfokuskan siswa gaya belajar visual untuk

fokus terhadap materi atau gambar di layar hanphone (hp). Pada slide kedua

terdapat gambar ringkasan perkembangan teori atom. Hal ini membantu siswa

memvisualisasikan ringkasan materi dengan jelas pada pertemuan 1. Belajar

dengan cara melihat gambar merupakan cara termudah siswa visual untuk

mengingat urutan materi pertemuan 1. Seseorang yang memiliki gaya belajar

visual perlu peta konsep atau ringkasan berupa suatu gambar untuk

memberikan gambaran materi secara keseluruhan (Sari A. K., 2014).

Sehingga siswa visual sangat memerlukan ringkasan materi tersebut. Selain

terdapat gambar ringkasan materi pada pertemuan 1 terdapat beberapa gambar

lain dalam proses pembelajaran langsung yang dapat mempermudah siswa

untuk mempelajari materi tersebut. Sebagai contoh gambar dibawah ini

merupakan salah satu materi pertemuan 1:

Gambar 4.4 Power point materi pertemuan 1


60

Pada saat siswa melihat slide seperti Gambar 4.4 dapat membantu

siswa mevisualisasikan percobaan Rutherford dan dapat melihat bentuk atom

secara dua dimensi. Siswa visual lebih mudah mencerna materi pembelajaran

dengan cara belajar melihat gambar (Ludjie, 2014). Proses pembelajaran yang

telah disusun dapat membantu siswa untuk belajar melalui indra penglihatan.

Penelitian telah dirancang membantu siswa untuk belajar dengan

mudah namun terdapat beberapa kendala yang diluar dugaan pada saat

pertengahan pertemuan 1 berlangsung. Terdapat beberapa siswa yang

memiliki gangguan pada jaringan sehingga membuat siswa lambat untuk

melihat gambar yang diberikan atau gambar yang ditampilkan di layar

handpone mereka pecah-pecah. Hal ini dapat memecahkan konsentrasi siswa

visual pada saat penerimaan materi. Sehingga secara tidak langsung dapat

mempengaruhi proses pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hal

ini dapat menjadi salah satu faktor siswa dengan gaya belajar visual

mendapatkan nilai lebih rendah dari yang diharapkan.

Siswa dengan gaya belajar kinestetik memiliki nilai rata-rata 71.7

termasuk kedalam kategori cukup. Pada pertemuan pertama materi yang

disampaikan berupa teori-teori tentang perkembangan atom. Dimana dalam

materi ini banyak diceritakan proses-proses perkembangan atom dan beberapa

percobaan yang dilakukan oleh beberapa ilmuan tersebut. Pada materi ini

tidak terdapat praktikum ataupun benda yang dapat disentuh mewakili materi

yang disampaikan. Pada penelitian ini semua materi disampaikan melalui

visualisasi dan melalui audio. Pembelajaran pada penelitian ini dilakukan


61

secara daring maka secara tidak langsung siswa diberi kebebasan untuk

bergerak mencari posisi ternyaman untuk digunakan pada saat menerima

informasi tersebut. Pada penelitian (Wulandari, 2011) siswa kinestetik

cenderung susah untuk berdiam diri sehingga perlu kebebasan bergerak dalam

proses pembelajarannya. Hal ini berarti pada pembelajaran daring yang

dilakukan mendukung siswa kinestetik untuk bebas bergerak mencari posisi

ternyaman untuk digunakan pada saat belajar.

Sebagian besar siswa kinestetik mendapatkan nilai post-test 1 dengan

kategori cukup. Hal ini dapat disebabkan karena pada pembelajaran

pertemuan 1 lebih menekankan konsep pada gambar dan cerita melalui audio

zoom meeting sehingga siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik atau

mengutamakan gerakan susah untuk mengingat materi yang diberikan.

Sehingga siswa dengan gaya belajar kinestetik belum mampu belajar secara

maksimal. Tetapi bisa dilihat dari sebaran kemampuan siswa kinestetik

terdapat sebagian kecil siswa kinestetik dapat mendapatkan nilai dengan

kategori sangat baik dan hampir separuh siswa kinestetik mendapatkan nilai

dengan kategori baik. Berarti dalam pembelajaran daring ini terdapat siswa

kinestetik yang mampu memahami materi yang disampaikan. Pembelajaran

daring ini dapat membantu siswa kinestetik mencari posisi ternyaman untuk

digunakan pada saat belajar sehingga sedikit membantu siswa dalam

menerima informasi walaupun tidak secara signifikan membantu nilai siswa

menjadi lebih baik.


62

Pada pendemi covid-19 pembelajaran daring yang dilakukan ini dapat

sedikit membantu siswa gaya belajar visual dan siswa dengan gaya belajar

kinestetik untuk mempelajari materi kimia. Secara tidak langsung juga dapat

mendukung siswa dengan gaya belajar lebih dari satu yaitu siswa yang

memiliki gaya belajar visual-kinestetik untuk belajar materi dengan mudah

karena dalam proses pembelajarannya siswa dapat belajar dengan cara

melihat gambar atau bahkan menunjuk tulisan yang terdapat dalam layar hp.

Dalam pembelajaran untuk siswa visual dapat melalui pemberian gambar dan

siswa kinestetik dapat memberikan bahan bacaan sehingga mahasiswa dapat

menunjuk bacaan yang ada, untuk memberikan pengalaman belajar yang baik

bagi mahasiswa yang memiliki gaya belajar lebih dari satu maka dapat

menggabungkan beberapa karakteristik gaya belajar tersebut (Sari A. K.,

2014). Hal ini berarti apabila terdapat siswa dengan gaya belajar gabungan

visual-kinestetik cenderung menggunakan kedua karakteristik gaya belajar

tersebut untuk memperoleh informasi.

Siswa yang belajar dengan gaya belajar visual-kinestetik pada

penelitian ini memiliki nilai rata-rata yaitu 78.3 nilai ini termasuk kedalam

kategori baik. Bisa dilihat dalam sebaran kemampuan siswa dimana separuh

siswa dengan gaya belajar visual-kinestetik mendapatkan nilai pada

pertemuan 1 dengan kategori baik. Hal ini berarti separuh siswa visual-

kinestetik mampu menjawab soal post-test 1 dengan baik dan memahami

materi yang telah disampaikan. Dalam pembelajaran yang dilakukan secara

daring telah mengakomodir siswa yang memiliki gaya belajar visual-


63

kinestetik sehingga dapat membantu proses penyampaian materi keotak dan

memudahkan siswa mengingat materi yang telah disampaikan. Secara

keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan berhasil membuat siswa

dengan gaya belajar ini belajar dengan mudah. Hal ini dibuktikan dengan hasil

belajar siswa yang mendapatkan kategori baik dan sesuai dengan yang

diinginkan.

Gambar 4.5 Pembelajaran zoom meeting pertemuan 1

Penyampaian materi yang dilakukan melalui zoom meeting seperti

contoh pada Gambar 4.5 terlihat siswa wajib mengaktifkan fitur video dan

menonaktifkan audio. Hal ini bertujuan untuk melihat keberadaan siswa pada

saat belajar. Siswa boleh mengaktifkan audio hanya pada saat siswa ingin

bertanya. Dalam penyampaian materi guru mengaktifkan fitur audio sehingga

dapat menjelaskan materi secara langsung melalui audio di room zoom

meeting. Hal ini membantu siswa yang memiliki gaya belajar auditori untuk

belajar dengan cara mendengarkan melalui audio pada room zoom meeting

tersebut. Sesuai dengan penelitian (Ludjie, 2014) siswa auditori lebih mudah
64

belajar dengan cara mendengarkan. Hal ini berarti dalam penelitian yang

dilakukan telah mendukung siswa dengan gaya belajar auditori untuk belajar

dengan mudah.

Siswa yang memiliki gaya belajar auditori pada penelitian ini memiliki

nilai rata-rata 68.3 termasuk kategori cukup. Terlihat pada sebaran

kemampuan siswa sebesar hampir seluruh siswa auditori mendapatkan

kategori belajar cukup. Hal ini berarti hampir seluruh siswa mendapatkan nilai

dengan rentang 60 sampai dengan 74. Nilai tersebut didapatkan karena siswa

belum mampu menjawab soal pada post-test 1 secara keseluruhan dengan

baik. Sebagian kecil siswa auditori dalam penelitian ini mendapatkan kategori

belajar baik. Hal ini menandakan bahwa terdapat siswa auditori yang dapat

mengerjakan soal post-test 1 dengan baik. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi proses pemahaman siswa auditori terhadap materi yang

disampaikan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa auditori

dalam penelitian ini yaitu faktor lingkungan siswa. Pada saat proses

penjelasan materi terdapat percakapan singkat salah satu siswa auditori

dengan salah satu keluarganya. Hal ini dapat memecahkan fokus siswa

terhadap materi yang disampaikan. Banyak siswa yang belum mengetahui

fitur record dalam zoom meeting, sehingga siswa auditori tidak dapat

mengulang-ulang materi yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu masih

terdapat kemungkinan siswa auditori terganggu dengan suara-suara yang

terdapat lingkungan belajar mereka. Dimana siswa yang memiliki gaya


65

belajar auditori mudah sekali terganggu fokusnya oleh suara musik atau

keributan yang ada disekitarnya. Sesuai dengan penelitian (Ludjie, 2014)

bahwa siswa dengan gaya belajar auditori mudah sekali terganggu dengan

keributan. Walaupun proses pembelajaran yang diberikan sudah

mengakomodir siswa auditori untuk belajar melalui fitur audio pada room

zoom meeting tetapi masih terdapat faktor yang mempengaruhi proses

penyerapan informasi materi yang disampaikan. Sehingga tidak bisa

dipungkiri bahwa materi yang disampaikan belum tentu dapat diserap

sepenuhnya oleh siswa tersebut sehingga siswa mendapatkan nilai 68.3.

b. Pertemuan 2

Pada pertemuan kedua materi yang dipelajari yaitu konfigurasi

elektron, bilangan kuantum, isotop, isobar, isoton. Pada pertemuan ini siswa

perlu menggunakan nalar untuk memahami materi pembelajaran. Untuk

mengetahui pemahaman siswa dalam materi pertemuan kedua dapat dilihat

nilai rata-rata post-test 2. Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat nilai rata-rata post-

test 2 yang dapat dilihat lebih jelas dalam Gambar 4.6 berikut ini:

80 79.2
78 76.7
Nilai rata-rata post-test 2

76
73.7
74
72
70
70
68
66
64
Visual Auditori Kinestetik Visual-Kinestetik

Gambar 4.6 Nilai rata-rata post-test 2


66

Berdasarkan Gambar 4.6 siswa yang memiliki gaya belajar visual-

kinestetik mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yaitu 79.2 nilai ini termasuk

kategori baik. Diurutan kedua terdapat siswa dengan gaya belajar kinestetik

mendapatkan nilai rata-rata 76.7 nilai ini termasuk kedalam kategori baik.

Selanjutnya siswa dengan gaya belajar visual mendapatkan nilai rata-rata 73.7

dan gaya belajar auditori dengan nilai rata-rata 70.0 kedua nilai tersebut

termasuk kedalam kategori cukup.

Siswa dengan gaya belajar visual mendapatkan nilai dengan kategori

cukup. Dilihat dari sebaran kemampuan siswa visual pada pertemuan kedua

sebagian besar siswa visual mendapatkan kategori belajar cukup. Artinya

sebagian besar siswa visual belum mampu menjawab soal dengan baik. Tetapi

terdapat sebagian kecil siswa visual dapat menjawab soal dengan sangat baik

dan hampir separuhnya dapat menjawab soal dengan baik. Hal ini berarti

terdapat beberapa siswa visual yang memahami materi secara baik dan masih

terdapat siswa visual yang masih kurang memahami materi pertemuan kedua

dengan baik. Pemahaman materi pembelajaran dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor salah satunya yaitu proses pembelajaran. Berikut merupakan

salah satu proses pembelajaran pada pertemuan kedua:


67

Gambar 4.7 Pembelajaran zoom meeting pertemuan 2

Pada saat proses pembelajaran terjadi tanya jawab mengenai soal yang

ditanyakan siswa kepada gurunya seperti terlihat pada Gambar 4.7 guru

menanyakan kepada siswa yang lain apakah terdapat siswa yang bisa

menjawab pertanyaan temannya sehingga terjadi diskusi mengenai materi

yang sedang dipelajari. Penjelasan materi dilakukan melalui tulisan dalam

kertas, memakai fitur video dan audio sehingga siswa mendapatkan

penjelasan langsung. Selain itu pada proses penjelasan materi dilakukan

melalui power point. Sehingga pembelajaran berlangsung dengan melihat

gambar melalui slide yang diberikan dan dapat juga melihat video cara guru

mengajar karena guru juga mengaktifkan fitur video saat mengajar. Hal ini

bermaksud untuk membantu siswa yang belajar dengan gaya belajar visual

memusatkan perhatian kepada slide yang berisi gambar dan tulisan sehingga

dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi ataupun gerakan

guru saat mengajar. Belajar dengan cara memandangi dan mengamati suatu
68

gambar atau tulisan dapat mempermudah siswa visual dalam memahami

informasi yang diberikan (Nengsih, 2017). Berikut merupakan salah satu

contoh gambar pada saat penjelasan materi:

Gambar 4.8 Power point materi pertemuan 2

Siswa dapat melihat gambar curah hujan konfigurasi electron seperti

pada Gambar 4.8 ini ditunjukan bagi siswa yang suka melihat gambar dalam

mengingat materi yang diberikan supaya mempermudah mengingat urutan

konfigurasi elektron. Selain itu dibawahnya terdapat cara kilat untuk

menuliskan urutan konfigurasi elektron, ini ditunjukan bagi siswa yang suka

melihat dan mengingat tulisan. Dari gambar-gambar yang diberikan sangat

mendukung siswa yang memiliki gaya belajar visual untuk belajar secara

maksimal. Jadi dalam pembelajaran daring ini siswa dapat melihat gambar

dalam power point, melihat guru mengajar dan sekaligus mendengarkan

penjelasan langsung melalui audio pada room zoom meeting.

Video saat guru mengajar dapat membantu merangsang dan mengajak

siswa kinestetik untuk bergerak sehingga dapat belajar membuat konsep

materi melalui kertas yang ada dihadapannya. Pada pertemuan kedua siswa

diberikan penjelasan konfigurasi elektron dimana dalam pembelajarannya


69

terdapat beberapa urutan gerakan yang harus diingat untuk mengurutkan

konfigurasi elektron sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru. Hal ini

sedikit membantu siswa kinestetik untuk mempelajari konfigurasi elektron

dengan cara mengingat arah gerakan yang diberikan untuk menulis urutan

konfigurasi elektron. Walaupun tidak terdapat praktikum ataupun media

pembelajaran yang disentuh siswa kinestetik dalam pembelajaran ini dapat

bergerak dengan menuliskan pata konsep materi sehingga terdapat aktifitas

fisik mengenai materi untuk mempermudah mengingat materi tersebut. Pada

pertemuan kedua ini siswa kinestetik mendapatkan nilai post-test 2 dengan

kategori baik yang berarti siswa yang memiliki gaya belajar ini mampu

menjawab soal dan memahami materi dengan baik. Terdapat siswa visual dan

siswa kinestetik dalam pertemuan ini dapat belajar dengan baik melalui

pembelajaran daring ini. Hal ini secara tidak langsung siswa visual-kinestetik

juga dapat belajar dengan dengan baik.

Pada pertemuan kedua siswa dengan gaya belajar visual-kinestetik

mendapatkan kategori belajar yang baik. Hal ini didukung dengan sebaran

kemampuan siswa visual-kinestetik terdapat separuh siswa mendapatkan

kategori belajar baik. Hal ini berarti separuh dari siswa dengan gaya belajar

visual-kinestetik mampu menjawab soal post-test 2 dengan baik. Siswa yang

menjawab soal dengan baik berarti telah memahami materi yang diberikan

pada pertemuan kedua. Siswa yang memiliki gaya belajar visual-kinestetik

lebih suka belajar dengan cara melihat sambil bergerak bebas atau belajar

dengan bergerak langsung dalam pembelajaran (Ludjie, 2014). Pada materi


70

konfigurasi elektron dan bilangan kuantum terdapat gambar dan pada

pembelajaran terdapat interaksi siswa dan guru untuk menyelesaikan soal.

Melihat gambar mampu memfokuskan siswa pada materi dan menyelesaikan

suatu soal membantu siswa untuk bergerak menuliskan urutan konfigurasi,

serta menyelesaikan soal dengan cara mengerjakan dibuku masing-masing.

Hal ini dapat membantu siswa yang mempunyai gaya belajar visual-kinestetik

lebih mudah mengingat materi yang disampaikan pada proses pembelajaran

ini. Pada pembelajaran ini siswa visual-kinestetik mampu mendapatkan nilai

dengan kategori yang baik dilihat dari sebaran kemampuan separuh siswa

visual-kinestetik pada pertemuan kedua mendapatkan kategori belajar yang

baik berarti pembelajaran pada pertemuan kedua berhasil membuat siswa

visual-kinestetik belajar dengan mudah.

Pada pembelajaran pertemuan kedua berhasil membuat siswa dengan

gaya belajar visual-kinestetik, visual, kinestetik belajar lebih baik

dibandingkan dengan siswa auditori hal ini dibuktikan dengan nilai siswa

pada gaya belajar tersebut mendapatkan nilai diatas nilai siswa auditori. Siswa

auditori pada pertemuan kedua mendapatkan nilai 70 nilai ini termasuk

kategori cukup. Dilihat dari sebaran kemampuan siswa auditori pada

pertemuan kedua sebagian besar siswa auditori mampu mendapatkan kategori

belajar cukup yang artinya sebagian besar siswa ini belum mampu menjawab

soal secara keseluruhan dengan baik. Tetapi hampir separuh siswa auditori

mampu menjawab soal dengan baik yang artinya masih terdapat siswa yang

memahami dan dapat menjawab soal dengan baik.


71

Pada proses pembelajaran guru mengaktifkan fitur audio hal ini

dilakukan untuk mengakomodir proses belajar siswa auditori belajar melalui

indra pendengarannya. Pada saat proses penyampaian materi oleh guru siswa

auditori mudah terganggu dengan suara-suara disekitar lingkungannya

sehingga lebih mudah terpecah konsentrasi dalam belajarnya dibandingkan

dengan siswa yang memilki gaya belajar lainnya. Selain itu dalam

pembelajaran ini tidak terdapat pengulangan penyampaian materi sehingga

dapat mempersulit siswa mengingat materi yang disampaiikan. Hal ini dapat

menjadi faktor utama yang dapat membuat siswa auditori kurang memahami

materi yang diberikan pada pertemuan kedua. Siswa auditori perlu

mengulang-ulang informasi yang didapatkan agar lebih mudah mengingat dan

siswa auditori juga mudah sekali terpecah perhatiannya (Sari A. K., 2014).

c. Hasil belajar

Secara keseluruhan nilai siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang

didapatkan. Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat nilai rata-rata hasil belajar yang

dapat dilihat lebih jelas dalam Gambar 4.9 berikut ini:

82
79.5
80
Nilai rata-rata HB

78
76
73.9 73.7
74
72 70.7
70
68
66
Visual Auditori Kinestetik Visual-Kinestetik

Gambar 4.9 Hasil Belajar Siswa


72

Hasil belajar siswa terlihat pada Gambar 4.9 siswa dengan gaya

belajar visual-kinestetik memiliki hasil belajar yang lebih tinggi pada semua

pertemuan dibandingkan dengan siswa dengan gaya belajar yang lain yaitu

79.5. Hal ini sejalan dengan nilai rata-rata siswa yang didapatkan disetiap

pertemuan dimana siswa dengan gaya belajar ini mendapatkan kategori yang

baik dalam semua pertemuan. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki

dominan gaya belajar visual-kinestetik dapat belajar melalui gambar dan

gerakan sehingga lebih banyak kesan yang dapat diingat siswa dalam belajar.

Urutan kedua hasil belajar siswa gaya belajar visual memiliki hasil

belajar 73.9 termasuk kategori cukup. Diurutan ketiga terdapat siswa yang

memiliki gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar 73.7 termasuk kedalam

kategori cukup. Siswa yang memiliki gaya belajar auditori memiliki hasil

belajar 70.7 termasuk kategori cukup.

Pada pembelajaran kimia khususnya pada materi struktur atom

menekankan konsep yang abstrak sehingga butuh visualisasi materi untuk

mempelajarinya. Pada pembelajaran daring menggunakan zoom meeting ini

sudah terdapat visualisasi materi yang diberikan oleh guru sehingga

membantu siswa visual untuk memahami dan mengingat materi yang

diberikan. Selain itu sehari sebelum pembelajaran berlangsung materi yang

akan dipelajari telah dibagikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa

mempelajari materi sebelum pembelajaran berlangsung. Tetapi dalam

pembelajaran pada masa covid-19 terdapat beberapa faktor yang dapat


73

mempengaruhi hasil belajar siswa salah satunya yaitu siswa perlu

menyusaikan diri.

Pembelajaran daring ini baru diberlakukan di sekolah sehingga

banyak siswa yang perlu menyusaikan diri dengan proses pembelajaran yang

tidak dilakukan secara tatap muka. Siswa yang mempunyai gaya belajar

berbeda-beda membutuhkan perhatian lebih dari seorang guru. Pembelajaran

tatap muka yang telah berlangsung sekian lama di Indonesia dapat menjadi

kebiasaan siswa dalam belajar. Biasanya siswa dalam pembelajaran bergerak

aktif bersama teman, bekerjasama secara langsung ataupun menyentuh bahan

pembelajaran yang digunakan untuk mendukung persentasi materi yang biasa

digunakan di kelas.

Pembelajaran daring merupakan hal yang baru di siswa SMAN 1

Tanjung Palas Utara sehingga banyak siswa yang mengeluh karena kurang

terbiasa belajar secara daring. Tidak menutup kemungkinan banyak siswa

yang perlu belajar secara mandiri apabila dalam berlangsungnya

pembelajaran secara daring siswa kurang paham dalam materi yang

disampaikan. Selain itu dalam materi struktur atom tidak terdapat kegiatan

praktikum yang dapat mengaktifkan siswa untuk bergerak sehingga siswa

dengan gaya belajar kinestetik tidak dapat mengekspresikan diri.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar berdasarkan gaya belajar siswa visual-kinestetik memiliki

rata-rata hasil belajar tertinggi yaitu 79.5 sedangkan siswa dengan gaya belajar

visual memiliki rata-rata hasil belajar 73.9 siswa dengan gaya belajar kinestetik

memiliki rata-rata hasil belajar 73.7 dan yang terakhir siswa dengan gaya

belajar auditori memiliki nirai rata-rata 70.7.

B. Saran

Sebagai akhir penulisan dari penelitian inii, penulis mengemukakan saran

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dirujukan sebagai bahan informasi bagi guru

mengenai gaya belajar yang digunakan oleh siswa.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi guru untuk mengatasi

ketidak tertarikan siswa terhadap pembelajaran kimia.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Azis A. (2010). Efektivitas Media Dakron (Dakon Elektron) Pada Materi
Konfigurasi Elektron Terhadap Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI
MA Futuhiyyah 2 Mranggen Kabupaten Demak. Semarang: Institut Agama
Islam Negeri Walisongo.
Chandra, I. (2015). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Sma
Negeri Pajang Surakarta. Jurnal Kependidikan, 2, 1.
De Porter, B., dan Hernacki, M. (2012). Quantum Learning. Jakarta: KAIFA.
Dewi, W. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring
Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan.
Hartati, L. (2015). Pengaruh Gaya Belajar dan Sikap Siswa pada Pelajaran. Jurnal
Formatif, 3.
Hayati, D. K. (2014). Pengembangan Kerangka Kerja TPACK pada Materi Koloid
untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran dalam Mencapai HOTS
Siswa. Edu Sains.
Imamah. (2015). Efektivitas Model Pembelajaran Somatic-Auditory-Visual-
Intelectual (SAVI) Terhadap Pemahaman Konsep Dasar Kimia dan Self-
Efficacy Siswa Kelas X Semester Genap. Yogyakarta: Pendidikan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga.
Karjono, M. T. (2018). Penggunaan Tabel MT Kuantum Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Struktur Atom dan Sistem Periodik di
Kelas X MIPA 5 SMAN 1 Tanjungpinang. Zarah, 6(1), 7.
Koentjaningrat. (1990). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Kusheny, W. (2010). Penerapan Model Pembelajaran SAVI Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa dlam Mata Pelajaran Hitungan Statika Bangunan
Kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negri % Surakarta. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Kusuma, E. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Berbasis SAVI Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Laju Reaksi. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 2, 216.
Liriwati, F. Y. (2018, Januari). Keberadaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
dalam Mendorong Sinergitas Kontribusi Pendidikan Tinggi Keagamaan
76

Islam (PTKIS) Menuju Generasi Indonesia Emas 2045. Indragiri Journal,


1(4).
Ludjie, B. A. (2014). Pengaruh Gaya Belajar Visual, Auditorial, Dan Kinestetik
Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Kependidikan, 44, 168.
Magdalena, Z. (2017). Penerapan Metode Simulasi Berbantuan Media Bongkar
Pasang Konfigurasi Elektron Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Konfigurasi Elektron dan Sistem Periodik Unsur
di Kelas XI IPA MAN 2 Paringin. Quantum (Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains), 5, 1.
Mahananingtyas. (2017). Hasil Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor Melalui
Penggunaan Jurna Belajar Bagi Mahasiswa PGSD. Prosisding Seminar
Nasional HDPGSDI Wilayah IV, (p. 192).
Mar'ah, A. (2016). Gaya Belajar dan faktor pengaruhnya terhadap pencapaian
prestasi belajar IPA terpadu siswa kelas VIII Mts Sultan Fatah Gaji Guntur
Denak Tahun Pelajaran 2015/2016. Demak.
Marno. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran : Menciptakan Keterampilan
Mengajar yang Efektf. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mawarni, I. (2017). Deskripsi kesalahan Siswa SMAN 3 Pontianak dalam
Menyelesaikan Soal Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur. Artikel
ilmiah, 2, 1.
Murtiningrum, dan Ashadi, M. S. (2013). Pembelajaran Kimia Dengan Problem
Solving Menggunakan Media E-Learning dan Komik ditinjau dari
kemampuan berpikir Abstrak dan kreativitas Siswa. Jurnal Inkuiri, 2(3).
Nasution. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nengsih, R. (2017). Penerapan Pendekatan Somatis, Auditori, Visual dan
Intelektual dalam Pembelajaran Matematika di Kelas XI-IPS SMA
Pembangunan Laboratorium UNP Padang. Jurnal Pendidikan, 8, 44.
Ophilia, P. J. (2016). Identifikasi Gaya Belajar Mahasiswa. Jurnal Psikologi Undip,
56-63.
Purba, M. N. (2016). efektifitas discovery learning pada materi koloid dalam
meningkatkan keterampilan mengelompokan dan mengkomunikasikan.
Jurnal pendidikan dan pembelajaran kimia, 5, 40.
Qadar. (2015). Mengakses Aspek Afektif dan Kognitif pada Pembelajarn Optika
dengan Pendekatan Demonstrasi Interaktif. Jurnal Inovasi dan
Pembelajaran Fisika, 2, 2.
77

Rismawati. (2018). Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Gaya Belajar


Menggunakan Model Pembelajaran REACT dengan Pendekatan SAVI
Pada Pokok Bahasan Larutan Penyangga di SMA Negeri 5 Samarinda
Tahun Ajaran 2017/2018. Samarinda: Skripsi Pendidikan kimia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman.
Rochani, S. (2009). Penggunaan Pendekatan CTL Dilengkapi Media Poster untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok
Sistem Periodik Unsur Kelas X Semester Gasal di SMAN 1 Jakenan Pati
Tahun Pelajarran 2009/2010. FKIP Universitas Sebelas Maret.
Salmiyati, R. (2016). Pengaruh Strategi Pengajaran Terbalik (Reciproad
Teaching) dan Keterampilan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas XI MIA SMA Negeri 1 Samarinda Tahun Ajaran 2015/2016 Pokok
Bahasan Koloid. Samarinda: Universitas Mulawarman.
Sari A, D., Arisa S, N., & Khaldun. (2015). Pengembangan media ular tangga pada
materi koloid untuk kelas XI sekolah menengah atas. Jurnal pendidikan
MIPA, 5(3), 22.
Sari, A. K. (2014). Analisis Karakteristik Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial,
Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan Informatika Angkatan 2014. Jurnal
Ilmiah Edutic.
Sari, Y. C. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team
Asissted Individualization) Berbantuan Video terhadap Hasil Belajar Siswa
pada Sub Materi Konfigurasi Elektron Kelas X SMA Negeri 5 Pontianak.
Ar-Razi Jurnal Ilmiah, 5(2), 299.
Sartika. (2016). Peningkatan pemahaman siswa pada materi koloid menggunakan
model siklus belajar 5E kelas XI SMAN 2 pontianak. Jurnal Pendidikan
Matematika dan IPA, 7(2), 32.
Satri, P. M. (2017). Pengaruh Fasilitas Belajar, Gaya Belajar Dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Iis Sma
Negeri 1 Seyegan. Vol.6(5), 443-452.
Setianingrum, M. (2017). Penggunaan Variasi Media Ajar Terhadap 3 Gaya Belajar
Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Jepang. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran Bahasa Jepang, 2.
Sudarmo, U. (2016). Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Surakarta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.
Sukanti. (2011). Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akuntansi. 9, 75.
78

Sundayana. (2016). Kaitan antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, dan. Jurnal
Mosharafa, 5.
Susilo, J. (2006). Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta: PINUS.
Thobroni, M., & Arif, M. (2013). Belajar dan Pembelajaran (Pengembangan
Wacan dan Praktik Pembelajaran dalam pembangunan Nasional).
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Widayanti, F. D. (2013). Pentingnya mengetahui gaya belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. ERUDIO, 2(1), 8.
Widya, A. (2013). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
Mengelola Peralatan Kantor Terhadap Hasil Belajar. Jurnal UNESA, 2, 13.
Wulandari, R. (2011). Hubungan Gaya Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Semester IV Program Study D Kebidananan Universitas Sebelas Maret.
Jurnal Resmadaska.
79

Lampiran 1. Angket Gaya Belajar

ANGKET GAYA BELAJAR

MODALITAS BELAJAR (Auditori, Visual, Kinestetik)

I. Identitas Diri
Nama :
Kelas :
Tanggal :

II. Petunjuk
1. Isilah dengan tanda (√) untuk pernyataan yang sesuai dengan diri anda:
TP = Tidak pernah;
P = Pernah
KK = Kadang-kadang;
S = Sering
SS = Sangat sering
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, semua pilihan adalah benar,
harus diisi dengan sejujurnya.
3. Setelah selesai angket dapat dikumpulkan kembali.
No Pernyataan TP P KK S SS

1 Saya lebih gampang mengingat materi


yang disampaikan guru jika saya
menuliskannya.
2 Saat guru menjelaskan saya lebih suka
mendengarkan dengan seksama
semua yang dikatakan oleh guru.
3 Untuk mempermudah saya untuk
belajar, saya suka membuat note kecil
4 Pada saat belajar, saya lebih suka
merekamnya kemudian
mendengarkan materi yang saya
rekam.
5 Saya tidak bisa belajar apabila dalam
keadaan rebut atau berisik.
6 Lebih baik ditanya secara lisan
daripada harus menuliskannya.
7 Jika akan menghadapi ulangan saya
tidak suka menghafal materi ulangan
dengan cara bergerjalan sambil
bergerak mempraktekan materi yang
sedang dipelajari.
80

No Pernyataan TP P KK S SS

8 Mengerjakan praktikum lebih


menyenangkan daripada
mendengarkan guru menjelaskan di
dalam kelas.
9 Saya lebih suka melihat ekspresi guru
sedang menjelaskan dari pada
mendengarkan materi.
10 Catatan saya sangat rapi.

11 Saya susah memahami materi


pelajaran dengan melihat contoh yang
dituliskan dipapan tulis daripada
hanya mendengarkan penjelasan dari
guru.
12 Saya sulit mempraktikan secara
langsung apa yang saya lihat
13 Pada saat diminta oleh guru untuk
mengerjakan soal kedepan kelas, saya
bisa menjumlahkan dengan cepat di
luar kepala.
14 Saya sangat mudah mengingat materi
yang diucapkan oleh guru saat
menjelaskan pelajaran.
15 Saya mengalami masalah dalam
mengingat materi pelajaran kecuali
dengan mendengarkan audio yang
berisikan materi pembelajaran.
16 Sewaktu ulangan, saya
membayangkan tulisan yang ada di
buku catatan saya dalam pikiran.
17 Saat guru menjelaskan materi, tangan
saya tidak bisa diam memainkan
balpoin atau benda yang ada di sekitar
saya.
18 Tulisan saya tidak beraturan.

19 Saat guru menerangkan materi, saya


merasa lebih bisa berkonsentrasi
kalau menatap wajahnya.
20 Saya tidak suka keributan dan lebih
mudah mengingat apa yang dilihat
dari pada hanya mendengarkan
materi.
81

No Pernyataan TP P KK S SS

21 Dalam suatu diskusi saya tidak suka


banyak bicara dan menjelaskan
Panjang lebar.
22 Saya tidak dapat duduk diam ketika
sedang berdiskusi dalam kelompok
belajar

23 Saya merasa lebih mudah memahami


materi dengan membaca buku
pelajaran yang memiliki banyak
gambar dan juga berwarna
24 Saya tidak dapat mengulangi kembali
atau menirukan nada music yang saya
dengarkan.
25 Saya tidak suka belajar dengan
melihat ekspresi dan Bahasa tubuh
seseorang.
26 Saya tidak suka membuat note
pelajaran
27 Saya lebih senang belajar
mendengarkan teman menjelaskan
materi daripada membaca buku
catatan sendiri.
28 Apabila kelas sedang ribut saya tidak
bias konsen untuk belajar.
29 Saya sulit mengingat apa yang saya
lihat.
30 Saya lebih suka membaca sendiri
daripada harus dibacakan.
82

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 1 Tanjung Palas Utara


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : X / Ganjil
Materi Pokok : Struktur Atom
Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban lain
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
disekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
Pertemuan 1
Kompetensi Dasar dari KI 3
3.2 Menganalisis perkembangan model atom dari model atom Dalton, J.J.
Thomson, Rutherford, Niels Bohr, dan Mekanika Kuantum
Indikator Pencapaian Kompetensi

3.2.1 Menjelaskan awal mula perkembangan teori atom, postulat


Dalton, Kelemahan dan kelebihan model atom Dalton.
3.2.2 Menjelaskan perkembangan model atom J.J. Thomson,
kelemahan dan kelebihan model atom Thomson.
3.2.3 Menjelaskan perkembangan model atom Rutherford, partikel
penyusun inti atom, kelemahan dan kelebihan model atom
Rutherford.
3.2.4 Menjelaskan perkembangan model atom Niels Bohr, kelemahan dan
kelebihan model atom Bohr.
3.2.5 Menjelaskan perkembangan model atom Mekanika Gelombang
83

Pertemuan 2
Kompetensi Dasar dari KI 3
3. 3 Menjelaskan konfigurasi elektron dan pola konfigurasi elektron terluar
untuk setiap golongan dalam tabel periodik.
Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3.1 Menentukan jumlah proton, elektron, dan neutron suatu atom unsur
berdasarkan nomor atom dan nomor massanya
3.3.2 Menentukan isotop, isobar, dan isoton beberapa unsur.
3.3.3 Menentukan empat jenis bilangan kuantum pada suatu unsur atom
3.3.4 Membedakan orbital-orbital s, p, d dan f
3.3.5 Menentukan konfigurasi elektron.

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
1. Siswa dapat menjelaskan perkembangan teori atom.
2. Siswa dapat menjelaskan kelemahan dan kelebihan dari masing-masing
teori atom
Pertemuan 2
1. Siswa dapat menentulan keempat bilangan kuantum.
2. Siswa dapat menentukan jumlah proton, electron dan neutron suatu atom.
3. Siswa dapat menentukan isotop, isobar, dan isoton beberapa unsur.
4. Siswa dapat membedakan orbital-orbital s, p, d dan f
5. Siswa dapat menentukan konfigurasi elektron berdasarkan teori atom
Bohr dan teori atom modern menurut aturan penulisannya.

D. Materi Pembelajaran
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. Teori atom Dalton. 1. Partikel penyusun atom
2. Teori atom Thomson. 2. Isotop, isobar, dan isoton
3. Teori atom Rutherford. 3. Bilangan kuantum
4. Teori atom Niels Bohr. 4. Konfigurasi elektron
5. Teori atom Mekanika
Kuantum.

E. Strategi Pembelajaran
Metode: Tanya jawab dan diskusi
84

F. Media dan Sumber Pembelajaran


1. Media Pembelajaran
Zoom meeting, google Clasroom dan Whatsapp (WA)
2. Alat dan Bahan
Bahan ajar, Handphone atau Laptop/PPT (Power Point)
3. Sumber Belajar
a. Internet
b. Kimia Kelas XI karangan Unggul Sudarmo, Penerbit Erlangga (2013)
c. Kimia Kelas XI karangan Michael Purba, Penerbit Erlangga (2006)
d. Buku Sentot Budi Rahardjo. 2012. Kimia Berbasis Eksperimen kelas
X, PT. Tiga serangkai: Solo
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Deskripsi Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pendahuluan Guru membagikan link zoom Peserta didik login ke aplikasi 10


meeting di grup WA zoom meeting melalui link menit
yang telah diberikan melalui
WA.
Guru melakukan pembukaan Siswa menjawab salam yang
dengan mengucapkan salam diucapkan oleh guru
pembuka.
Guru meminta kepada salah Ketua kelas memimpin
seorang siswa yaitu ketua kelas temannya untuk berdoa
untuk memimpin doa. Bersama
Guru menyiapkan kondisi Siswa berada dalam keadaan
siswa agar siap untuk siap untuk menerima pelajaran.
melakukan kegiatan belajar
Guru memeriksa kehadiran Siswa memperhatikan guru.
siswa dengan mengabsen
siswa.
Guru memberikan motivasi Siswa mendengarkan motivasi
kepada siswa. yang diberikan oleh guru.
85

Guru memberikan apersepsi Siswa memperhatikan apersepsi


mengenai pokok bahasan yang yang diberikan oleh guru.
akan dibahas “Ditoko
bangunan pasti kalian
menemukan banyak peralatan
dari bahan besi. Coba kalian
sebutkan karakteristik dari
besi? Bagaimana jika besi
dipotong-potong hingga
menjadi butiran yang sangat
kecil seperti butiran gula?
Apakah butiran tersebut dapat
dipotong menjadi lebih kecil
lagi? Kapan butiran tersebut
tidak bisa dipotong lagi?”
Guru menyampaikan subtopik Siswa memperhatikan subtopik
bahasan yang akan dipelajari yang akan dibahas oleh guru.
yaitu: Teori atom Dalton,
Thomson, Rutherford, Niels
Bohr, Mekanika Kuantum.

Kegiatan inti Guru menyampaikan tujuan Siswa menyimak tujuan


pembelajaran yaitu: Siswa dapat pembelajaran yang sedang
menjelaskan perkembangan disampaikan oleh guru.
teori atom. Siswa dapat
menjelaskan kelemahan dan
kelebihan dari masing-masing
teori atom. 105
Guru menampilkan slide berisi Siswa mengamati gambar menit
gambar model atom model atom
Guru menyampaikan beberapa Siswa mendengarkan
konsep materi yang berkaitan penjelasan dari guru dan
materi hari ini mengamati gambar yang
ditampilkan.
kegiatan Guru meminta siswa untuk Siswa yang kurang memahami 20
Penutup mengajukan pertanyaan atas materi bertanya menit
materi yang kurang dipahami.
Guru memberikan link google Siswa menerima link posstest
form berisi soal posttes melalui
google classroom dan
mengintruksikan untuk
mengerjakan soal posttets
materi yang sudah dipelajari
dikerjakan secara individu
86

setelah pertemuan di zoom


meeting ditutup

Guru memberitahukan materi Siswa menyimak informasi yang


yang diajarkan untuk pertemuan diberikan oleh guru.
berikutnya untuk dipelajari
dirumah
Guru meminta salah satu atau Siswa menyimpulkan materi
dua siswa untuk menyimpulkan yang dipelajari hari ini bersama
materi pelajaran yang sudah dengan guru.
yang disampaikan atau diajarkan
Guru menginstruksikan siswa Siswa berdoa.
untuk berdoa (doa selesai
belajar)
Guru mengucapkan salam Siswa menjawab salam.
135
Total
menit

Pertemuan 2
Kegiatan Deskripsi Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Waktu
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pendahuluan Guru membagikan link zoom Peserta didik login ke aplikasi 10


meeting di grup WA zoom could meeting melalui menit
link yang telah diberikan
melalui grup WA sebelumnya.
Guru melakukan pembukaan Siswa menjawab salam yang
dengan mengucapkan salam diucapkan oleh guru
pembuka.
Guru meminta kepada salah Ketua kelas memimpin
seorang siswa yaitu ketua kelas temannya untuk berdoa
untuk memimpin doa. Bersama
Guru menyiapkan kondisi Siswa berada dalam keadaan
siswa agar siap untuk siap untuk menerima pelajaran.
melakukan kegiatan belajar
Guru memeriksa kehadiran Siswa memperhatikan guru.
siswa dengan mengabsen
siswa.
87

Guru memberikan motivasi Siswa mendengarkan motivasi


kepada siswa. yang diberikan oleh guru.
Siswa memperhatikan apersepsi
Guru memberikan apersepsi yang diberikan oleh guru.
mengenai pokok bahasan
yang akan dibahas
“Apakah kalian masih ingat
partikel penyusun atom yang
ditemukan oleh beberapa ahli
kimia yang kita pelajari
dipertemuan sebelumnya?
Hayo, apa aja kah itu? Apakah
setiap atom memiliki jumlah
partikel penyusun yang sama?
Hal ini akan kita pelajari pada
hari ini”

Guru menyampaikan subtopik Siswa memperhatikan subtopik


bahasan yang akan dipelajari yang akan dibahas oleh guru.
yaitu: Partikel penyusun atom,
Isotop, isobar, isoton,
bilangan kuantum dan
konfigurasi electron.
Kegiatan inti Guru menyampaikan tujuan Siswa menyimak tujuan
pembelajaran yaitu: pembelajaran yang sedang
a. Siswa dapat menentukan disampaikan oleh guru.
jumlah proton, electron dan
neutron suatu atom.
b. Siswa dapat menentukan
isotop, isobar, dan isoton
beberapa unsur.
c. Siswa dapat menentukan
keempat bilangan kuantum.
d. Siswa dapat membedakan
105
orbital-orbital s, p, d dan f
menit
e. Siswa dapat menentukan
konfigurasi elektron
berdasarkan teori atom Bohr
dan teori atom modern
menurut aturan
penulisannya.

Guru menampilkan sebuah Siswa mengamati gambar


gambar beberapa jenis atom dan
mengintruksikan siswa untuk
mengamati dan membedakan
88

jumlah proton dan elektron


yang ada pada gambar tersebut.
Guru menjelaskan beberapa Siswa mendengarkan
materi yang akan dijelaskan penjelasan dari guru dan
yaitu: mengamati gambar yang
a. Partikel penyusun atom ditampilkan.
b. Isotop, isobar, isoton
c. bilangan kuantum
d. Konfigurasi electron.
kegiatan Guru meminta siswa untuk Siswa yang kurang memahami 20
Penutup mengajukan pertanyaan atas materi bertanya menit
materi yang kurang dipahami.
Guru memberikan link google Siswa menerima posstest
form berisi soal post-test
melalui google classroom dan
mengintruksikan untuk
mengerjakan soal post-test
materi yang sudah dipelajari
dikerjakan secara individu
setelah pertemuan di zoom
meeting ditutup.
Guru memberitahukan materi Siswa menyimak informasi yang
yang diajarkan untuk pertemuan diberikan oleh guru.
berikutnya untuk dipelajari
dirumah
Guru meminta salah satu atau Siswa menyimpulkan materi
dua siswa untuk menyimpulkan yang dipelajari hari ini bersama
materi pelajaran yang sudah dengan guru.
yang disampaikan atau diajarkan
Guru menginstruksikan siswa Siswa berdoa.
untuk berdoa (doa selesai
belajar)
Guru mengucapkan salam Siswa menjawab salam.
135
Total
menit

I. Penilaian Hasil Belajar


Teknik Test Bentuk Instrumen
Soal Post-test Terlampir
Ulangan Harian Terlampir
89

Lampiran 3 . Pedoman Penskoran Post-test Pertemuan 1


No. Soal Jawaban Skor No.Soal Jawaban Skor
1 Benar : e 10 6 Benar : c 10
2 Benar : d 10 7 Benar : c 10
3 Benar : a 10 8 Benar : c 10
4 Benar : c 10 9 Benar : c 10
5 Benar : b 10 10 Benar : a 10
Jumlah Skor : 100
Perhitungan akhir dimulai dari skala 0-100

Jumlah Skor yang diperoleh


Nilai akhir yang diperoleh = x100
Jumlah total skor

Lampiran 4 . Pedoman Penskoran Post-test Pertemuan 2

No. Soal Jawaban Skor No.Soal Jawaban Skor


1 Benar : d 10 6 Benar : b 10
2 Benar : a 10 7 Benar : b 10
3 Benar : c 10 8 Benar : e 10
4 Benar : e 10 9 Benar : e 10
5 Benar : a 10 10 Benar : c 10
Jumlah Skor : 100
Perhitungan akhir dimulai dari skala 0-100

Jumlah Skor yang diperoleh


Nilai akhir yang diperoleh = x100
Jumlah total skor
90

Lampiran 5 . Pedoman Penskoran Ulangan Harian

No Jawaban Skor No Jawaban Skor No Jawaban Skor

1 C 4 11 A 4 21 C 4

2 B 4 12 B 4 22 E 4

3 A 4 13 A 4 23 B 4

4 D 4 14 D 4 24 C 4

5 C 4 15 B 4 25 A 4

6 C 4 16 B 4 26 C 4

7 B 4 17 C 4 27 E 4

8 B 4 18 D 4 28 C 4

9 C 4 19 E 4 29 A 4

10 D 4 20 E 4 30 D 4

Jumlah Skor 120

Perhitungan akhir dimulai dari skala 0-100

Jumlah Skor yang diperoleh


Nilai akhir yang diperoleh = x100
Jumlah total skor
91

Lampiran 6. Kisi-Kisi dan Soal post-test Pertemuan 1

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

1 Menjelaskan awal 1 Hal-hal yang berhubungan dengan teori atom pada zaman Demokritus, kecuali E
mula perkembangan
a. Tanpa data hasil eksperimen
teori atom, postulat
Dalton, Kelemahan b. Penggunaan logika filsafat
dan kelebihan model c. Dinyatakan pada massa Yunani kuno
d. Opini logika filsuf
atom Dalton.
e. Berhubungan dengan penemuan listrik
2 Suatu atom tergolong ke dalam materi. Hal ini didasarkan kepada …. D

a. Atom itu padat


b. Atom tidak dapat dibagi lagi
c. Ukurannya sangat kecil
d. Punya massa dan volume
e. Memiliki sifat yang sama seperti materi dan bahannya
2 Menjelaskan 3 Bagaimana cara Thomson membuktikan sinar katoda adalah partikel yang bergerak….. A
perkembangan a. Menempatkan plat logam positif dan negative pada sisi tabung
model atom J.J. b. Menempatkan plat logam positif dan negative pada belakang elektroda
Thomson, c. Melakukan variasi tegangan
kelemahan dan
d. Melakukan variasi gas yang mengisi tabung
kelebihan model
atom Thomson. e. Melakukan pengamatan dengan merendam tabung katoda dalam air raksa
92

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

4 Thomson menguji sinar katoda dengan menempatkan plat logam bermuatan negative c
dan positif, hasil percobaan adalah….

a. Sinar katoda ditarik oleh plat negative dan ditolak oleh plat positif
b. Sinar katoda bisa ditarik oleh plat positif dan bisa ditarik oleh plat negative
c. Sinar katoda ditolak oleh plat positif dan ditarik oleh plat negative
d. Sinar katoda tidak terpengaruh plat positif tetapi ditarik oleh plat negative
3 Menjelaskan 5 Perhatikan partikel berikut! b
perkembangan model
1. Proton 2. Neutron 3. Electron
atom Rutherford,
partikel penyusun inti Menurut konsep atom Chadwick, manakah yang termasuk kedalam partikel inti atom?
atom, kelemahan dan a. 1
kelebihan model atom b. 1 dan 2
Rutherford. c. 1,2 dan 3
d. 1 dan 3
e. 2 dan 3
6 Perhatikan pernyataan berikut: c

1. Atom merupakan bagian terkecil yang tidak dapat terbagi lagi


2. Atom terdiri dari inti atom yang ukurannya sangat kecil dibandingkan ukuran
atom itu sendiri
3. Atom bermuatan positif dan negative yang tersebar merata
93

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

4. Sebagian besar bagian dari atom adalah ruangan kosong


Yang merupakan teori atom Rutherford adalah …

a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 4
d. 1 dan 4
e. 3 dan 4
4 Menjelaskan 7 Kelemahan dari teori atom Niels Bohr adalah … C
perkembangan
model atom Niels a. Tidak dapat menjelaskan spektrum unsur hidroogen
Bohr, kelemahan dan b. Bertentangan dengan hokum -hukum fisika klasik Maxwell
c. Tidak dapat menentukkan posisi electron dengan pasti
kelebihan model
atom Bohr. d. Bertentangan dengan teori atom Dalton bahwa atom-atom suatu unsur identic
e. Tidak dapat menentukan perubahan energi pada perpindahan electron dalam
atom
8 Perhatikan pernyataan berikut … c

1. Atom merupakan bagian terkecil yang tidak dapat dibagi lagi


2. Atom terdiri dari inti atom yang ukurannya sangat kecil dibandingkan ukuran
atom itu sendiri
3. Atom bermuatan positif dan negative yang tersebar merata
94

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

4. Elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti pada lintasan tertentu dengan
tidak memancarkan energi
Yang merupakan teori atom Niels Bohr adalah….

a. 1,2 dan 3
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 4
e. 1,2,3,4
5 Menjelaskan 9 Menurut salah satu ilmuan ada yang menyatakan bahwa tidak mungkin menentukan c
perkembangan model posisi dan momentum electron secara akurat berbarengan. Elektron dapat memiliki
atom Mekanika momentum karena….
Gelombang
a. Memiliki massa dan muatan
b. Memiliki muatan dan bergerak dengan kecepatan
c. Memiliki massa dan bergerak dengan kecepatan
d. Memiliki muatan dan berukuran kecil
e. Memiliki massa dan bermuatan kecil
10 Kulit-kulit atom bukan merupakan kedudukan yang pasti dari suatu electron, melainkan A
hanya suatu kebolehjadian ditemukannya electron. Pernyataan ini dikemukakan oleh …

a. Werner Heisenberg
b. Niels Bohr
95

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

c. Rutherford
d. Thomson
e. Goldstein
96

Lampiran 7. Kisi-kisi dan soal post-test pertemuan 2


No Indikator Soal No Soal Jawaban
Soal
1 Menentukan jumlah proton, 1 Diagram orbital untuk unsur X yang merupakan unsur logam dan unsur d
elektron, dan neutron suatu atom Y yang merupakan unsur non logam sebagai berikut:

unsur berdasarkan nomor atom dan


X: [Ne] ↑
nomor massanya
Y: [Ne] ↑↓ ↑ ↑ ↑

Berapakah nomor atom dari unsur X?


a. 1
b. 5
c. 10
d. 11
e. 12
2 Atom nikel mempunyai massa atom sebesar 58 gr/mol dan nomor atom A
28. Berapa banyak electron yang tidak berpasangan?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
2 Menentukan isotop, isobar, dan 3 Pasangan unsur dibawah ini yang merupakan isotop adalah … C
97

isoton beberapa unsur. a. 23 24


11𝑁𝑎 dengan 12𝑀𝑔
b. 32 35
15𝑆 dengan 16𝑆
c. 238 235
92𝑈 dengan 92𝑈
d. 31 24
15𝑃 dengan 12𝑀𝑔
e. 123 123
51𝑆𝑏 dengan 52𝑇𝑒
4 Pasangan unsur dibawah ini yang merupakan isobar adalah …. E
a. 23 24
11𝑁𝑎 dengan 12𝑀𝑔
b. 32 35
15𝑆 dengan 16𝑆
c. 238 235
92𝑈 dengan 92𝑈
d. 31 24
15𝑃 dengan 12𝑀𝑔
e. 123 123
51𝑆𝑏 dengan 52𝑇𝑒
5 Pasangan unsur dibawah ini yang merupakan isoton adalah … a
a. 23 24
11𝑁𝑎 dengan 12𝑀𝑔
b. 32 35
15𝑆 dengan 16𝑆
c. 238 235
92𝑈 dengan 92𝑈
d. 31 24
15𝑃 dengan 12𝑀𝑔
e. 123 123
51𝑆𝑏 dengan 52𝑇𝑒
6 Jika suatu isotop terdiri atas 25 elektron, 30 neutron maka lambang b
isotop tersebut adalah …
a. 25
30𝑀𝑛
b. 55
25𝑀𝑛
c. 50
25𝑀𝑛
d. 30
25𝑀𝑛
98

e. 58
12𝑀𝑛
3 Menentukan empat jenis bilangan 7 Perhatikan deretan bilangan kuantum dibawah ini! b
1
kuantum pada suatu unsur atom 1. n=3; l=0; m=0; s=+2
1
2. n=3; l=1; m=0; s=+2
1
3. n=3; l=0; m=0; s=-2
1
4. n=3; l=2; m=0; s=+2
Manakah deretan bilangan kuantum yang sesuai dengan electron 3p?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 1 dan 2
e. 1 dan 3

4 Membedakan orbital-orbital s, p, d 8 Perhatikan gambar dibawah ini! e


dan f
1 2 3
Dari gambar diatas manakah yang termasuk kedalam orbital d?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 1 dan 2
e. 2 dan 3
99

5 Menentukan konfigurasi elektron 9 Bilangan kuantum electron terakhir unsur X adalah n=3; l=2; m=-2; s=- c
1
maka konfigurasi untuk X adalah ….
+3
2
a. 1s2 2s2 2p6 3s23p63d94s2
b. 1s2 2s2 2p6 3s23p63d5
c. 1s2 2s2 2p6 3s23p63d6
d. 1s2 2s2 2p6 3s23p63d9
e. 1s2 2s2 2p6 3s23p63d64s2

10 Konfigurasi electron dari Mangan dengan nomor atom 25 dan electron e


valensi 5 adalah ….
a. 25Mg= 1s2 2s2 2p6 3s23p6 4s2 3d5
b. 5Mg=1s2 2s2 2p1
c. 25Mn=1s2 2s2 2p6 3s23p63d7
d. 25Mg=1s2 2s2 2p6 3s23p63d7
e. 25Mg=1s2 2s2 2p6 3s23p63d34s2
100

Lampiran 8. Kisi-kisi dan soal Ulangan Harian

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

1 Menjelaskan awal 1 Perkembangan teori atom dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satu C
mula perkembangan penemuan ilmu pengetahuan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan teori
teori atom, postulat atom adalah penemuan ….
Dalton, Kelemahan
dan kelebihan model a. Bola lampu
b. Magnet
atom Dalton.
c. Listrik
d. Mesin diesel
e. Mesin uap
2 Prinsip dasar atom menurut Demokritus sesuai dengan pernyataan dibawah ini, kecuali.. B

a. jenisnya sangat banyak


b. spesifik sesuai dengan materi yang disusunnya
c. bersifat abadi
d. tidak dapat dihancurkan
e. tidak dapat dispesifikan
3 Hukum yang dikembangkan Dalton berdasarkan teorinya yaitu …. A

a. Hokum perbandingan ganda


b. Hokum perbandingan bilangan
c. Hokum dasar atom
101

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

d. Hokum dasar dari reaksi-reaksi kimia


e. Hokum dasar struktur kimia
2 Menjelaskan 4 J.J. Thomson merupakan seseorang yang bersejarah dalam perkembangan teori atom. Isi D
perkembangan dari teori tersebut adalah adalah ….
model atom J.J.
a. Atom terdiri dari electron yang tersebar rata
Thomson,
kelemahan dan b. Electron sebagai penyusun utama atom
kelebihan model c. Atom sebagai bola yang berisikan electron, proton dan elektron
d. Atom sebagai bola masif bermuatan positif yang didalamnya tersebar electron
atom Thomson.
sehingga keseluruhannya bersifat netral
e. Proton dan electron adalah bagian penyusun atom yang keduanya saling
meniadakan
5 Berikut ini yang merupakan kelebihan dari teori atom Thomson adalah … C

a. dapat menjelaskan mengapa electron tidak jatuh inti atom


b. dapat menjelaskan spektrum garis atom
c. dapat menemukan muatan negative dalam atom
d. dapat menjelaskan kestabilan inti atom
e. dapat menentukan massa atom
6 Yang merupakan kelemahan dari teori atom Thomson adalah … C

a. Tidak dapat menjelaskan adanya muatan listrik dalam atom


b. Tidak dapat mmenjelaskan kestabilan inti atom
102

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

c. Ditemukan inti atom yang bermuatan positif tersebar merata


d. Tidak dapat menjelaskan spektrum garis atom
e. Tidak dapat menjelaskan mengapa electron tidak jatuh inti atom
3 Menjelaskan 7 Ernest Rutherford melakukan percobaan dengan menghamburkan sinar alfa pada B
perkembangan lempeng emas yang sangat tipis, hasil dari percobaan itu adalah …
model atom
Rutherford, partikel a. Muatan sinar alfa berubah menjadi negative
penyusun inti atom, b. Terdapat sesuatu yang keras bermuatan positif
c. Sebagian besar atom terdiri darii ruang kosong
kelemahan dan
kelebihan model d. Ada tarikan terhadap partikel alfa
atom Rutherford. e. Terdapat bagian kecil yang lunak pada atom
8 Apa perbedaan penting dari eksperimen Rutherford dengan Philip Lenard yang B
mengilhaminya?

a. Lempeng logam tipis yang digunakan


b. Partikel yang ditembakan
c. Detektor yang digunakan
d. Metode yang digunakan
e. Ukuran alat dan bahan yang digunakan
9 Seorang ilmuan menemukan spektrum garis dari eksperimennya. Hal ini membuktikan C
kelemahan atom Rutherford pada …
103

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

a. Ketidakmampuan menjelaskan letak electron


b. Ketidakmampuan menjelaskan rotasi electron
c. Ketidakmampuan menjelaskan kenapa electron tidak jatuh ke inti
d. Ketidakmampuan menjelaskan orbit electron
e. Ketidakmampuan menjelaskan letak muatan positif
4 Menjelaskan 10 Berikut ini yang tidak termasuk poin penting teori atom Bohr yaitu … D
perkembangan
model atom Niels a. Electron bergerak mengelilingi inti pada lintasan tertentu
b. Electron level energi tinggi mengemisikan radiasi saat berpindah ke level lebih
Bohr, kelemahan dan
kelebihan model rendah
atom Bohr. c. Electron level energi rendah mengemisikan radiasi saat berpindah ke level lebih
tinggi
d. Electron kulit tertentu dapat berpindah lintasan
e. Electron yang bergerak pada lintasanya tidak menyerap atau memancarkan energi
11 Kelemahan teori atom Bohr yang ditunjukan oleh heseinberg yaitu … A

a. Electron memiliki jari-jari kulit


b. Electron mengelilingi inti atom
c. Tingkat energi kulit stasioner
d. Level energi kulit bergantung pada ukuran atom
e. Emisi nyala bergantung ppada selisih energi kulit
104

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

12 Elektron dapat berpindah dari suatu lintasan ke lintasan yang lain sambal menyerap atau B
meancarkan energi. Teori ini merupakan penyempurnaan teori atom Rutherford yang
diikemukakan oleh …

a. Becquerel
b. Bohr
c. Dalton
d. Rotgen
e. Thomson
5 Menjelaskan 13 Perhatikan pernyataan berikut: A
perkembangan model
atom Mekanika 1. Gerakan electron memiliki sifat gelombang sehingga lintasannya tidak stasioner
2. Bentuk dan ukuran orbitalnya bergantung pada harga dari ketiga bilangan
Gelombang
kuantumnya
3. Atom terdiri dari inti atom yang mengandung pproton dan neutron, dan electron
yang mengitari inti atom pada orbital-orbitalnya
4. Elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti pada lintasan tertentu dengan
tidak memancarkan energi
Yang merupakan teori atom modern adalah …

a. 1,2, dan 3 b. 1 dan 3 c. 2 dan 4 d. 4 e. 1,2,3 dan 4


14 Teori atom Bohr yang masih dipertahankan dalam teori mekanika kuantum adalah … D
105

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

a. Electron mengelilingi inti pada orbit


b. Orbit electron dapat diketahui dengan pasti
c. Ruang kosong pada atom sebagai orbit electron
d. Electron memiliki level energi tertentu yang membentuk spektrum
e. Inti memiliki partikel yang tidak bermuatan berdampingan dengan proton
15 Perbedaan fundamental teori atom kuantum Schrodinger dibandingkan dengan Bohr B
adalah ….

a. Penjelasan detail pergerakan electron


b. Mengoreksi “kulit atom” menjadi “awan electron”
c. Penjelasan interaksi proton dan neutron
d. Pengaruh neutron pada pergerakan electron
6 Menentukan jumlah 16 Diagram orbital untuk unsur X yang merupakan unsur logam dan unsur Y yang B
proton, elektron, dan merupakan unsur non logam sebagai berikut:
neutron suatu atom
unsur berdasarkan
nomor atom dan X: [Ne] ↑
nomor massanya

↑↓ ↑ ↑ ↑
Y: [Ne]
106

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

Berapakah jumlah proton unsur Y dan jumlah elektron dari unsur X?

a. 16 dan 16
b. 15 dan 11
c. 10 dan 15
d. 11 dan 12
e. 12 dan 11
17 Jika diketahui nuklida 23
11𝑁𝑎 maka jumlah proton, electron dan neutron secara berturut- C
turut adalah

a. 23,12, dan 11
b. 11,12 dan 23
c. 11, 11 dan 12
d. 11, 11 dan 11
e. 11, 12 dan 11
18 Elektron terakhir dari atom B memiliki bilangan kuantum D
1
n=3; l=2; m=-2; s=+2 jika diketahui jumlah neutron dalam inti atom B adalah 24.
Berapakaha masa atom B?

a. 21
107

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

b. 17
c. 18
d. 45
e. 48
7 Menentukan isotop, 19 Perhatikan unsur-unsur berikut! E
isobar, dan isoton
beberapa unsur. 1. 23 24
11𝑁𝑎 dengan 12𝑀𝑔
2. 31 35
15𝑆 dengan 16𝑆
3. 238 235
92𝑈 dengan 92𝑈
4. 31 24
15𝑃 dengan 12𝑀𝑔
5. 123 123
51𝑆𝑏 dengan 52𝑇𝑒
Pasangan unsur yang merupakan isoton adalah

a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
20 Diketahui unsur 31 32 32
15𝑃 , 𝑄, 15𝑅 , 16𝑆 . Unsur-unsur yang merupakan isobar adalah …. E

a. P dan Q
b. Q dan R
c. P dan R
108

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

d. Q dan S
e. R dan S
21 Atom 23 24
11𝑁𝑎 dengan 12𝑀𝑔 mempunyai jumlah proton yang berbeda tetapi memiliki C
jumlah neutron yang sama. Apabila terdapat peristiwa dua atom yang memiliki proton
jumlahnya sama, Hal ini sering disebut juga dengan ….

a. Isoton
b. Isobar
c. Isotop
d. Isomer
e. Isosaintifik
8 Menentukan empat 22 Sebuah electron mempunyai harga pada sebuah bilangan kuantum utama = 5. Maka E
jenis bilangan tentukanlah bilangan kuantum yang tidak mungkin ada pada electron tersebut?
kuantum pada suatu 1
unsur atom a. n=5; l=0; m=-1; s=+
2
1
b. n=5; l=2; m=1; s=+2
1
c. n=5; l=3; m=-1; s=-2
1
d. n=5; l=1; m=2; s=-2
1
e. n=5; l=4; m=0; s=-2
23 Harga bilangan kuantum electron terakhir dari atom 35
17𝑃 …. B
109

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal
1
a. n=3; l=0; m=-1; s=+2
1
b. n=3; l=1; m=0; s= -2
1
c. n=3; l=3; m=-1; s=-2
1
d. n=3; l=1; m=2; s=-2
1
e. n=3; l=4; m=0; s=-2
24 Suatu atom memilki konfigurasi terakhir 3d3. Manakah nilai keempat bilangan kuantum C
yang tepat?
1
a. n=3; l=0; m=-1; s=+2
1
b. n=4; l=1; m=0; s= -2
1
c. n=3; l=2; m=0; s=+-2
1
d. n=3; l=0; m=0; s=-2
1
e. n=4; l=4; m=0; s=-2
23
9 Membedakan orbital- 25 Bentuk orbital paling tinggi yang ditempati electron pada 11𝑁𝑎 adalah? A
orbital s, p, d dan f

a.
110

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

b.

c.

d.

e.
26 Bentuk orbital p terletak pada gambar? C

a.

b.

c.

d.

e.
27 Bentuk orbital d terletak pada gambar? E
111

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

a.

b.

c.

d.

e.
39
10 Menentukan 28 Unsur 19𝐾 mempunyai konfigurasi electron … C
konfigurasi elektron
a. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s4
b. 1s2 2s2 2p6 3p6 3d2 4s1
c. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1
d. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9
e. 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 4f3
32
29 Manakah konfigurasi yang tepat untuk unsur 22𝑍 ? A

a. 2, 8, 8, 4
b. 2, 8, 7, 5
c. 2, 8, 12
d. 2, 8, 10, 2
112

No Indikator Pencapaian No Soal Jawaban


Soal

e. 2, 8, 18, 4
30 Atom X memilki nomor massa dan neutron berturut-turut adalah 39 dan 20. Konfigurasi d
electron yang tepat dibawah ini adalah …

a. [Kr] 4p6
b. [He] 2s2 2p6 3s2 3p6 4s4
c. [He] 2s2 2p6 3s2
d. [Ne] 3s2 3p6 4s1
e. [Ne] 3s2 3p3
113

Lampiran 9. Gaya Belajar Dominan Siswa Kelas X MIPA

Gaya Belajar
Nama
No Gaya belajar dominan
Siswa Visual Auditori Kinestetik

1 X1 34 29 34 Visual dan Kinestetik


2 X2 35 26 37 Kinestetik
3 X3 34 31 34 Visual dan Kinestetik
4 X4 28 26 25 Visual dan Kinestetik
5 X5 32 26 32 Visual dan Kinestetik
6 X6 33 34 28 Auditori
7 X7 33 28 38 Kinestetik
8 X8 43 28 31 Visual
9 X9 32 21 28 Visual
10 X10 33 28 26 Visual
11 X11 39 32 36 Visual
12 X12 33 22 26 Visual
13 X13 37 23 27 Visual
14 X14 39 32 36 Visual
15 X15 31 26 32 Visual
16 X16 31 26 30 Visual
17 X17 29 25 29 Visual dan Kinestetik
18 X18 33 27 29 Visual
19 X19 31 29 30 Visual
20 X20 35 27 35 Visual dan Kinestetik
21 X21 40 22 41 Kinestetik
22 X22 32 31 32 Visual dan Kinestetik
23 X23 37 31 33 Visual
Jumlah siswa dengan gaya belajar visual 12, auditori 1, kinestetik 3, visual dan
kinestetik 7
114

Lampiran 10. Gaya Belajar Dominan Siswa Kelas X IPS 1

Nama Gaya Belajar


No Gaya belajar dominan
Siswa Visual Auditori Kinestetik
1 1X1 32 31 29 Visual
2 1X2 30 22 28 Visual
3 1X3 33 28 34 Kinestetik
4 1X4 30 31 28 Auditori
5 1X5 39 25 35 Visual
6 1X6 28 18 34 Kinestetik
7 1X7 27 19 24 Visual
8 1X8 30 27 33 Kinestetik
9 1X9 33 25 34 Kinestetik
10 1X10 31 26 33 Kinestetik
11 1X11 32 26 28 Visual
12 1X12 31 21 35 Kinestetik
13 1X13 30 23 29 Visual
14 1X14 29 31 29 Auditori
15 1X15 35 33 33 Visual
16 1X16 33 27 35 Kinestetik
17 1X17 35 35 37 Kinestetik
18 1X18 29 32 24 Auditori
19 1X19 38 26 39 Kinestetik
20 1X20 32 28 31 Visual
21 1X21 23 30 39 Kinestetik
22 1X22 29 26 30 Kinestetik
23 1X23 28 27 33 Kinestetik
24 1X24 34 29 30 Visual
25 1X25 30 25 29 Visual
26 1X26 35 29 38 Kinestetik
Jumlah siswa dengan gaya belajar visual 10, auditori 3, dan kinestetik 13.
115

Lampiran 11. Gaya Belajar Dominan Siswa Kelas X IPS 2

Nama Gaya Belajar


No Gaya belajar dominan
Siswa Visual Auditori Kinestetik
1 2X1 26 30 25 Auditori
2 2X2 35 29 35 Visual dan Kinestetik
3 2X3 30 26 31 Kinestetik
4 2X4 31 28 25 Visual
5 2X5 36 27 34 Visual
6 2X6 32 32 39 Kinestetik
7 2X7 35 30 33 Visual
8 2X8 37 31 28 Visual
9 2X9 35 29 35 Visual dan Kinestetik
10 2X10 39 37 33 Visual
11 2X11 35 29 35 Visual dan Kinestetik
12 2X12 36 31 31 Visual
13 2X13 35 29 35 Visual dan Kinestetik
14 2X14 32 29 33 Kinestetik
15 2X15 35 29 35 Visual dan Kinestetik
16 2X16 39 37 36 Visual
17 2X17 37 33 32 Visual
18 2X18 41 35 38 Visual
19 2X19 34 35 28 Auditori
20 2X20 44 30 35 Visual
21 2X21 38 28 31 Visual
22 2X22 31 28 31 Visual dan Kinestetik
23 2X23 35 29 35 Visual dan Kinestetik
24 2X24 41 37 38 Visual
25 2X25 34 29 31 Visual
Jumlah siswa dengan gaya belajar visual 13, auditori 1, kinestetik 2, visual dan
kinestetik 7
116

Lampiran 12. Hasil Belajar Gaya Belajar Visual


Gaya Nilai Nilai
Nama Ulangan
No belajar Post Post HB Kategori
siswa Harian
dominan test 1 test 2
1 X8 Visual 70.0 80.0 80.0 77.5 Baik
2 X9 Visual 80.0 90.0 73.0 79.0 Baik
3 X10 Visual 90.0 100.0 100.0 97.5 Sangat Baik
4 X11 Visual 80.0 80.0 76.7 78.4 Baik
5 X12 Visual 70.0 70.0 73.0 71.5 Cukup
6 X13 Visual 60.0 60.0 70.0 65.0 Cukup
7 X14 Visual 70.0 80.0 80.0 77.5 Baik
8 X15 Visual 60.0 60.0 70.0 65.0 Cukup
9 X16 Visual 80.0 80.0 86.6 83.3 Baik
10 X18 Visual 60.0 60.0 70.0 65.0 Cukup
11 X19 Visual 60.0 70.0 70.0 67.5 Cukup
12 X23 Visual 60.0 80.0 76.7 73.4 Cukup
13 Y1 Visual 100.0 90.0 100.0 97.5 Sangat Baik
14 Y2 Visual 100.0 90.0 100.0 97.5 Sangat Baik
15 Y5 Visual 70.0 70.0 66.0 68.0 Cukup
16 Y7 Visual 60.0 70.0 66.0 65.5 Cukup
17 Y11 Visual 60.0 60.0 66.0 63.0 Cukup
18 Y13 Visual 100.0 90.0 80.0 87.5 Sangat Baik
19 Y15 Visual 60.0 70.0 60.0 62.5 Cukup
20 Y20 Visual 70.0 60.0 70.0 67.5 Cukup
21 Y24 Visual 100.0 80.0 70.0 80.0 Baik
22 Y25 Visual 70.0 70.0 60.0 65.0 Cukup
23 Z4 Visual 70.0 70.0 63.7 66.9 Cukup
24 Z5 Visual 60.0 70.0 73.0 69.0 Cukup
25 Z7 Visual 50.0 80.0 70.0 67.5 Cukup
26 Z8 Visual 60.0 70.0 86.6 75.8 Baik
27 Z10 Visual 70.0 80.0 83.3 79.2 Baik
28 Z12 Visual 70.0 60.0 80.0 72.5 Cukup
29 Z16 Visual 80.0 80.0 86.6 83.3 Baik
30 Z17 Visual 60.0 60.0 73.0 66.5 Cukup
31 Z18 Visual 80.0 70.0 70.0 72.5 Cukup
32 Z20 Visual 80.0 80.0 86.6 83.3 Baik
33 Z21 Visual 70.0 60.0 70.0 67.5 Cukup
34 Z24 Visual 80.0 70.0 60.0 67.5 Cukup
35 Z25 Visual 50.0 70.0 60.0 60.0 Cukup
Rata-rata 71.7 73.7 75.1 73.9 Cukup
117

Lampiran 13. Hasil Belajar Gaya Belajar Auditori

Nilai Nilai
Nama Gaya belajar Ulangan
No Post Post HB Kategori
siswa dominan Harian
test 1 test 2
1 X6 Auditori 80.0 80.0 80.0 80.0 Baik
2 Y4 Auditori 70.0 70.0 73.0 71.5 Cukup
3 Y14 Auditori 60.0 60.0 70.0 65.0 Cukup
4 Y18 Auditori 60.0 70.0 60.0 62.5 Cukup
5 Z1 Auditori 70.0 80.0 80.0 77.5 Baik
6 Z19 Auditori 70.0 60.0 70.0 67.5 Cukup
Rata-rata 68.3 70.0 72.2 70.7 Cukup

Lampiran 14. Hasil Belajar Gaya Belajar Kinestetik

Gaya Nilai Nilai


Nama Ulangan
No belajar Post Post HB Kategori
siswa Harian
dominan test 1 test 2
1 X2 Kinestetik 70 70 73 71.5 Cukup
2 X7 Kinestetik 70 80 86.6 80.8 Baik
3 X21 Kinestetik 80 90 76.7 80.9 Baik
4 Y3 Kinestetik 80 90 90 87.5 Sangat Baik
5 Y6 Kinestetik 70 70 70 70 Cukup
6 Y8 Kinestetik 60 60 66 63 Cukup
7 Y9 Kinestetik 90 100 100 97.5 Sangat Baik
8 Y10 Kinestetik 60 70 72 68.5 Cukup
9 Y12 Kinestetik 80 90 83.3 84.15 Baik
10 Y16 Kinestetik 60 60 60 60 Cukup
11 Y17 Kinestetik 80 90 76.7 80.85 Baik
12 Y19 Kinestetik 70 60 60 62.5 Cukup
13 Y21 Kinestetik 90 70 73 76.5 Baik
14 Y22 Kinestetik 60 70 60 62.5 Cukup
15 Y23 Kinestetik 60 70 60 62.5 Cukup
16 Y26 Kinestetik 70 70 60 65 Cukup
17 Z3 Kinestetik 80 90 60 72.5 Cukup
18 Z6 Kinestetik 60 80 90 80 Baik
Rata-rata 71.7 76.7 73.2 73.7 Cukup
118

Lampiran 15. Hasil Belajar Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

Nilai
Nilai
Nama Gaya belajar Post Ulangan
No Post HB Kategori
siswa dominan test Harian
test 1
2
Visual dan
1 X1 70.0 70.0 73.0 71.5 Cukup
Kinestetik
Visual dan
2 X3 80.0 90.0 86.6 85.8 Sangat Baik
Kinestetik
Visual dan
3 X4 100.0 90.0 96.7 95.9 Sangat Baik
Kinestetik
Visual dan
4 X5 80.0 80.0 73.0 76.5 Baik
Kinestetik
Visual dan
5 X17 80.0 80.0 96.7 88.4 Sangat Baik
Kinestetik
Visual dan
6 X20 100.0 90.0 80.0 87.5 Sangat Baik
Kinestetik
Visual dan
7 X22 80.0 80.0 70.0 75.0 Baik
Kinestetik
Visual dan
8
Z2 Kinestetik 60.0 60.0 70.0 65.0 Cukup
Visual dan
9
Z9 Kinestetik 70.0 80.0 76.7 75.9 Baik
Visual dan
10
Z15 Kinestetik 60.0 70.0 73.3 69.2 Cukup
Visual dan
11
Z22 Kinestetik 80.0 80.0 90.0 85.0 Sangat Baik
Visual dan
12
Z23 Kinestetik 80.0 80.0 76.7 78.4 Baik
Rata-rata 78.3 79.2 80.2 79.5 Baik
119

Lampiran 16. Perhitungan Persentase Gaya Belajar

1. Gaya Belajar Visual


Jumlah Siswa (N) = 71
Jumlah Siswa yang memiliki gaya belajar Visual (n) = 35
n
% (V atau A atau K) = X 100
N (V,A dan K)
35
% (V) = X 100
71

% (V) = 49,3%
Siswa yang memiliki gaya belajar visual di kelas X SMAN 1 Tanjung Palas
Utara sebesar 49,3%.

2. Gaya Belajar Auditori

Jumlah Siswa (N) = 71

Jumlah Siswa yang memiliki gaya belajar Visual (n) = 6

n
% (V atau A atau K) = X 100
N (V,A dan K)
6
% (V) = 71
X 100

% (V) = 8,5%
Siswa yang memiliki gaya belajar auditori di kelas X SMAN 1 Tanjung
Palas Utara sebesar 8,5%.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Jumlah Siswa (N) = 71

Jumlah Siswa yang memiliki gaya belajar Visual (n) = 18

n
% (V atau A atau K) = X 100
N (V,A dan K)
18
% (V) = X 100
71

% (V) = 25,3%
120

Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik di kelas X IPS 2 SMAN 1


Tanjung Palas Utara sebesar 25,3%.

4. Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

Jumlah Siswa (N) = 71

Jumlah Siswa yang memiliki gaya belajar Visual (n) = 12

n
% (V atau A atau K) = X 100
N (V,A dan K)
12
% (V) = X 100
71

% (V) = 16,9%
Siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik di kelas X IPS 2
SMAN 1 Tanjung Palas Utara sebesar 16,9%.
121

Lampiran 17. Perhitungan Persentase Sebaran Kemampuan Siswa

1. Persentase Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Visual


a. Pertemuan 1
1) Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar sangat baik (∑X) =5
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑5
=∑ x 100%
35
= 14,3% (Sebagian Kecil)
2) Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =7
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑7
= ∑ 35 x 100%
= 20,0% (Sebagian Kecil)
3) Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =21
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 21
= ∑ 35 x 100%
= 60,0% (Sebagian Besar)
4) Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =2
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑2
= ∑ 35 x 100%
= 5,7% (Sebagian Kecil)
5) Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 35 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
b. Pertemuan 2
122

1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik


Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar sangat baik (∑X) =5
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑5
= ∑ 35 x 100%
= 14,3% (Sebagian Kecil)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =10
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 10
= ∑ 35 x 100%
= 28,6% (Hampir Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =20
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 20
= ∑ 35 x 100%
= 57,1% (Sebagian Besar)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 35 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 35 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
c. Ulangan Harian
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar sangat baik (∑X) =4
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
123

∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑4
= ∑ 35 x 100%
= 11,4% (Sebagian Kecil)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =10
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 10
= ∑ 35 x 100%
= 28,6% (Hampir Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =21
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 21
= ∑ 35 x 100%
= 60,0% (Sebagian Besar)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ x 100%
𝑌
∑0
= ∑ 35
x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual (∑Y) = 35
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 35 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
2. Persentase Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Auditori
a. Pertemuan 1
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar sangat baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
124

∑0
= ∑ 6 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =1
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑1
= ∑ 6 x 100%
= 16,7% (Sebagian Kecil)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =5
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑5
= ∑ 6 x 100%
= 83,3% (Hampir Seluruhnya)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
=∑ x 100%
6
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 6 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
b. Pertemuan 2
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar sangat baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ x 100%
𝑌
∑0
= ∑6
x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
125

2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik


Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =2
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑2
= ∑ 6 x 100%
= 33,3% (Hampir Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =4
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑4
= ∑ 6 x 100%
= 66,7% (Sebagian Besar)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 6 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 6 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
c. Ulangan Harian
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar sangat baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 6 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =2
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
126

∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑2
= ∑ 6 x 100%
= 33,3% (Hampir Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =4
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑4
= ∑ 6 x 100%
= 66,7% (Sebagian Besar)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 6 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar Auditori kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar Auditori (∑Y) = 6
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ x 100%
𝑌
∑0
= ∑6
x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)

3. Persentase Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Kinestetik


a. Pertemuan 1
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar sangat baik
(∑X) =2
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑2
= ∑ 18 x 100%
= 11,1% (Sebagian Kecil)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =5
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
127

∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑5
= ∑ 18 x 100%
= 27,8% (Hampir Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =11
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 11
= ∑ 18 x 100%
= 61,1% (Sebagian Besar)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 18 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ x 100%
𝑌
∑0
= ∑ 18
x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
b. Pertemuan 2
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar sangat baik
(∑X) =6
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑6
= ∑ 18 x 100%
=33,3% (Hampir Separuhnya)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =2
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑2
= ∑ 18 x 100%
128

= 11,1% (Sebagian Kecil)


3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =10
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 10
= ∑ 18 x 100%
= 55,5% (Sebagian Besar)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 18 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 18 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
c. Ulangan Harian
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar sangat baik
(∑X) =4
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ x 100%
𝑌
∑4
= ∑ 18
x 100%
= 22,2% (Sebagian Kecil)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) = 3
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ x 100%
𝑌
∑3
= ∑ 18
x 100%
= 16,7% (Hampir Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =11
129

Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18


∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑ 11
= ∑ 18 x 100%
= 61,1% (Sebagian Besar)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 18 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar kinestetik kategori hasil belajar baik (∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar kinestetik (∑Y) = 18
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 18 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
4. Persentase Sebaran Kemampuan Siswa Gaya Belajar Visual dan Kinestetik
a. Pertemuan 1
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar sangat
baik (∑X) =2
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑2
= ∑ 12 x 100%
= 16,7% (Sebagian Kecil)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =6
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑6
= ∑ 12 x 100%
= 50,0% (Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =4
130

Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12


∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑4
= ∑ 12 x 100%
= 33,3% (Hampir Separuhnya)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 12 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 12 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
b. Pertemuan 2
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar sangat
baik (∑X) =3
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑3
=∑ x 100%
12
= 25,0% (Sebagian Kecil)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =6
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ x 100%
𝑌
∑6
= ∑ 12
x 100%
= 50,0% (Separuhnya)
3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup
131

Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =3
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑3
= ∑ 12 x 100%
= 25,0% (Sebagian Kecil)
4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 12 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 12 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
c. Ulangan Harian
1. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar sangat
baik (∑X) =4
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑4
= ∑ 12 x 100%
= 33,3% (Hampir Separuhnya)
2. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Baik
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =3
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑3
=∑ x 100%
12
= 25,0% (Sebagian Kecil)
132

3. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Cukup


Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =5
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑5
= ∑ 12 x 100%
= 41,7% (Hampir Separuhnya)

4. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Kurang


Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 12 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
5. Persentase Sebaran Siswa Hasil Belajar Sangat Kurang
Jumlah siswa gaya belajar visual dan kinestetik kategori hasil belajar baik
(∑X) =0
Jumlah total siswa gaya belajar visual dan kinestetik (∑Y) = 12
∑𝑋
Sebaran Siswa (%) = ∑ 𝑌 x 100%
∑0
= ∑ 12 x 100%
= 0,0% (Tidak Ada)
133

Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian di Sekolah

Gambar 1. Pembelajaran Zoom Meeting


Gambar 2. Pembelajaran Zoom Meeting

Gambar 4. Kelas di Google Classroom


Gambar 3. Kelas di Google Classroom
134

Gambar 5. Group WhatsApp Kelas X IPS 2 Gambar 6. Group WhatsApp Kelas X IPS 1

Gambar 7. Group WhatsApp Kelas X MIPA


135

Lampiran 19. Surat Keterangan Penelitian di Sekolah

Anda mungkin juga menyukai