Anda di halaman 1dari 5

RESUME PERTEMUAN 2

Nama : Jose Petra Sebastien


NIM : 201850480
Bentuk-bentuk perusahaan dibagi dalam 4 baagian
1. Perseroan (Coorporation)
2. Persekutuan (Partnership)
3. Orang Pribadi (Sole Proprietorship)
4. Subsidiary Versus permanent establishment
Dalam kasus konsultan pajak, bentuk yang dianjurkan persekutuan perdata/perseorangan
(Berdasarkan Kode etik yang berlaku)
Perseroan (UU no 40 tahun 2007)
Syarat-syarat yang diperlukan: Didirikan berdasarkan perjanjian, modal dalam melakukan
kegiatan usaha seluruhnya terbagi dalam bentuk saham, modal dasar perseroan minimal
50.000.000, dengan minimal 2 orang
Keuntungan dari Perseroan adalah: tanggungjawab terbatas terhadap utang perusahaan, mudah
mendapatkan tambahan modal,
Disanvantage : Double Taxation, kurang terjamin rahasia perusahaan, kegiatan yang berpengaruh
secara luas kepada perusahaan perlu melakukan RUPS
UU cipta kerja = Deviden yang di investasikan di Indonesia dan diterima oleh WP dalam negri,
tidak kena pajak (PMK 18 tahun 2021) ; Sebelum UU cipta kerja, OP dan Badan dengan modal
dibawah 25% akan terkena pph atas dividen ;
Persekutuan (partnership)
 Firma (2 orang atau lebih)
 CV ( 2 orang atau lebih ; perseroan aktif = orang yang bertanggung jawab menjalankan
dan mengelola perusahaan dan bertanggung jawab secara penuh atas kekayaan
pribadinya, ; perseroan pasif = orang yang bertanggung jawab hanya sebatas uang dan
tidak melibatkan harta pribadinya), di level persekutuan pemajakan hanya dilakukan 1
kali (keuntungan kepada pemegang saham tidak dipotong pph 23)
Orang pribadi
Dimiliki, dikelola, dan dipimpin oleh 1 orang yang bertanggung jawab penuh ; tidak ada
pemisahan modal antara harta pribadi dan perusahaan ; perhitungan pajak dapat melakukan
pembukuan atau norm ajika dibawah 4,8m

RINGKASAN PMK NO 18 TAHUN 2021


Orang Pribadi sebagai subjek pajak dalam negri dengan syarat:
 Bertempat tinggal di Indonesia
o Bermukim di salah satu tempat di Indonesia, memiliki tempat kegiatan yang
diggunakan, menjalankan aktivitas sehari-hari di Indonesia
 Berada di Indonesia >183 hari dalam jangka waktu 1 tahun
 Dalam 1 tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk tinggal di Indonesia
o Dapat dibuktikan dengan menunjukan dokumen seperti : Kartu izin tinggal tetap,
visa tinggal terbatas, izin tinggal terbatas, kontrak pekerjaan, dokumen lain seperti
kontrak sewa tempat tinggal, dll.
Orang pribadi sebagai subjek pajak luar negri dengan syarat:
 Tidak bertempat tinggal di Indonesia
 WNA yang berada di Indonesia <183 hari da;am jangka waktu 1 tahun
 WNI yang berada diluar Indonesia >183 hari dalam jangka waktu 1 tahun
o Bertempat tinggal secara permanen, memiliki pusat kegiatan dan dapat dibuktikan

Untuk mendapatkan surat keterangan WNI memenuhi persyaratan menajdi subjek pajak luar
negri yang diterbitkan oleh DJP, wajib pajak harus menyampaikan permohonan penetapan status
subjek pajak yang menyatakan bahwa telah memenuhi persyaratan yang berlaku, lalu perlu
melampirkan dokumen yang dapat membuktikan pemenuhan persyaratan yang ada. Lalu surat
tersebut akan mendapat respon paling lambat 30 hari setelah surat permohonan diterima secara
lengkap. Jika WNI telah meninggalkan Indonesia untuk selamanya, maka WNI tersebut akan
dinyatakan sebagai subjek pajak luar negri
WNA yang sudah menjadi subjek pajak dalam negri hanya akan dikenai pph atas penghasilan
yang diterima jika WNA tersebut memiliki keahlian tertentu dan hanya berlaku untuk 4 tahun
setelah menjadi subjek pajak dalam negri. Keahlian tertentu yang dimaksud adalah WNA yang
menduduki pos jabatan tertentu dan peneliti asing. Syarat bagi WNA untuk ditetapkan sebagai
memiliki keahlian tertentu adalah dengan membuktikan keahliannya dalam bidang teknologi
dan/atau matematika yang dapat dibuktikan dengan: sertifikat keahlian yang diterbitkan oleh
Lembaga tertentu, ijazah Pendidikan, pengalaman kerja minimal 5 tahun.

Deviden yang diterima oleh WP dalam negri dikecualikan oleh objek PPh dan merupakan
deviden yang berasal dari :
1. Dalam negri
 Merupakan deviden yang diinvestasikan didalam negri, deviden yang
diinvestasikan dikecualikan dari pengenaan PPh, sedankan sisa dari pengurangan
deviden yang diinvestasikan, terkena pengenaan PPh sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Deviden yang berasal dari dalam negri dapat diperleh dari
RUPS/Deviden Interim
2. Luar negri
 Deviden yang dibagikan dan berasal dari badan usaha luan negri yang dimana
sahamnya dijual/tidak di bursa efek. Deviden ini dapat dikecualikan dari objek
PPh jika diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung kegiatan usaha di
Indonesia. Selisih dari deviden yang di investasikan akan dikenai PPh sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Jika deviden didapatkan dari badan usaha luar
negri yang sahamnya tidak dijual di bursa efek, deviden tersebut harus
diinvestasikan minimal 30% dari laba setelah pajak, 30%/ lebih dari jumlah yang
diinvestasikan akan dikecualikan dari pengenaan PPh, sedangkan sisanya tidak
dikenai PPh. Jika jumlah yang diinvestasikan kurang dari 30%, maka jumlah yang
diinvestasikan akan dikecualikan dari pengenaan PPh dan sisanya akan dikenaik
PPh sesuai peraturan yang berlaku
Penghasilan setelah pajak dari suatu BUT yang diterima oleh WP dalam negri dikecualikan dari
objek PPh, tapi dengan syarat harus di investasikan minimal 30% dari laba setelah pajak untuk
kegunaan perkembangan kegiatan usaha.Jika jumlah yang diinvestasikan kurang dari 30%,
jumlah yang diinvestasikan akan dikecualikan dari objek PPh dan sisanya akan dikenai PPh
berdasarkan undang-undang yang berlaku. Jika jumlah yang diinvestasikan lebih dari 30%, maka
jumlah yang diinvestasikan akan dikecualikan dari pajak, dan sisal aba setalah pajak dikurangi
tidak dikenai PPh.
Penghasilan yang didapatkan tidak melalui BUT di luar negri akan dikecualikan dari pajak jika,
diinvestasikan di Indonesia dalam jangka waktu tertantu, dan harus memenuhi syarat yang
berlaku yaitu : penghasilan berasal dari usaha aktif di luar negeri dan bukan penghasilan dari
perusahaan yang dimiliki di luar negeri. Jika jumlah yang diinvestasikan kurang dari jumlah
penghasilan lain yang diterima WP, maka penghasilan yang diinvestasikan tersebut dikecualikan
dari pajak, dan selisih penghasilan tersebut akan dikenai PPh berdasarkan peraturan yang
berlaku. Pengecualian objek PPh dilakukan dengan melaporkan penghasilan lain yang berasal
dari luar negeri dalam SPT sebagai penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

Investasi dapat berbentuk:


 Surat berharga
 Obligasi (BUMN,Lembaga pembiayaan, perusahaan swasta)
 Investasi apda bank persepsi termasuk bank Syariah
 Investasi infrastruktur melalui kerja sama pemerintah
 Investasi sector riil
 Penyertaan modal pada perusahaan (beru berdiri/sudah berdiri)
 Kerjasama dengan Lembaga pengelola investasi
 Dan bentuk lainnya yang di sah kan oleh pemerintah
Investasi yang dilakukan dengan penyertaan modal, dilakukan dengan melakukan investasi
dalam bentuk saham. Sektor riil yang dimaksud di atas adalah sector yang berkontribusi dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Investasi dapat dilakukan paling lambat akhir bulan ketiga(WP Orang Pribadi) dan akhir bulan
keempat (WP badan) setelah Tahun Pajak berakhir, untuk Tahun Pajak diterima atau
diperolehnya Dividen atau penghasilan lain. Untuk jangka waktu melakukan investasi tersebut,
dilakukan paling sebentar 3 tahun pajak, dan jenis investasi tidak dapat dialihkan kecuali
kedalam bentuk yang telah diatur
Pengecualian dari objek PPh atas deviden yang diterima/diperoleh oleh WP OP dalam negri dan
WP Badan dalam negri dilaksanakan dengan melaporkan deviden dalam surat pemberitahuan
tahunan (SPT) sebagai penghasilan yang tidak termasuk objek pajak. Deviden yang berasal dari
dalam negri yang dikecualikan dari objek PPh tidak dilakukan pemotongan PPh oleh Pemotong
tanpa surat keterangan bebas, sedangkan untuk Deviden yang diterima dari luar negri dilakukan
dengan melaporkan deviden dengan mencantumkannya didalam SPT sebagai penghasilan yang
tidak termasuk objek pajak.
Untuk PPh terutang atas deviden yang berasal dari dalam negri wajib disetor sendiri oleh WP
sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan untuk jangka waktu penyetoran dilakukan paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya setalah masa pajak deviden diterima. Lalu agar
pembayaran/penyetoran tersebut dianggap telah dilakukan, jika sudah mendapatkan validasi
dengan NTPN
Laporan Realisasi Investasi harus disertakan oleh WP, proses penyampaian dapat dilakukan
dengan menyampaikan laporan secara elektronik melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh
DJP, jika dari saluran tersebut tidak bisa dilakukan, dapat melalui secara langsung dan melalui
pos/perusahaan ekspedisi lainnya ke KPP tempat WP telah terdaftar. Dalam menyampaikan
laporan , WP harus menyampaikannya secara berkala paling lambat akhir bulan ketiga untuk WP
OP dan akhir bulan ke 4 untuk WP Badan dan disampaikan sampai dengan tahun ketiga sejak
tahun pajak diterima/diperoleh

Menurut saya kelebihan dan kekurangan dari fasilitas yang ada adalah
Kelebihan :
1. Sudah dapat dilakukan dengan saluran-saluran elektronik sehingga memudahkan dalam
melakukan pelaporan dan pemberian laporan
2. Sudah lebih ketat dari segi peraturan, karena perlu menggunakan beberapa surat/formular
dalam pelaksanaannya
Kekurangannya :
1. Waktu yang diperlukan untuk validasi dan konfirmasi masih cukup lama

Anda mungkin juga menyukai