LATAR BELAKANG
Badan layanan kesehatan pemerintah seperti rumah sakit (RS) merupakan suatu intansi yang
menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat. Pasien sebagai
pengguna pelayanan kesehatan berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di rumah sakit (Undang- Undang tentang Kesehatan dan Rumah Sakit (Pasal
32(N) UU No.44/2009). Dalam peningkatan kualitas pelayanan salah satunya yang dapat
dilakukan dengan meningkatkan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah suatu insiden dimana rumah sakit membuat asuhan pasien yang
lebih aman,guna mencegah terjadinya kecelakan kecil seperti cidera ataupun terbentur
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Pada prinsipnya keselematan pasenbukan
berarti harus tidak ada risiko samasekali agar semua tindakan medis ini dapatdilakukan
dengan baik dan benar. Keselamtan pasien menjadi sebuah prioritas utama dalam pelayanan
kesehatan dan merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan kualitas serta mutu pelayanan
rumah sakit (Depkes, 2008).
Keselamatan pasien meningkat terhadap bagaimana strategi serta cara dan kegiatan
untuk menciptakan keselamatan bagi pasien di rumah sakit. Seorang perawat harus patuh
dan paham,dimana kepatuhan adalah mengikutisuatu standar yang telah diatur dengan jelas
yang biasanya diterbitkan oleh lembaga atau organisasi yang berwewenang dalam suatu
bidang tertentu.
Kurangnya komunikasi akan menimbulkan ancaman terhadap keselamatan pasien dan kualitas
perawatan. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan professional antar perawat dan
tim kesehatan lainnya, dan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat. Metode komunikasi
efektif SBAR (situation, background, assessment, recomendan'on) dalam proses komunikasi
antar profesi dapat dijadikan sebagai pilihan.
Untuk mencapai keselamatan pasien, dibutuhkan komunikasi terbuka dan efektif, kerja tim,
dan dukungan lingkungan,s ebagaimana tersebut pada Permenkes No 11 tahun 20l7
bahwa sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai berikut: ketepatan
identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,tepat pasien operasi,
pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh.
METODE
Metode yang digunakan dalam membuat kajian ini adalah metode literature view. Saya membaca
beberapa referensi seperti jurnal maupun buku yang mendukung. Setelah membaca beberapa
referensi, lalu dikaji kemudian dibuat analisisnya. Analisis dibuat berkaitan dengan pentingnya
kerjasama keluarga dan perawat dalam menjaga keselamatan pasien, sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kesalahan dan kejadian yang merugikan.
HASIL
Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan klien, perawat
diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis. Kehadiran dan interaksi yang dilakukan
perawat hendaknya membawa kenyamanan dan kerinduan bagi klien. Untuk itu perawat
memerlukan keterampilan khusus yang mencakupketerampilan intelektual, teknikal yang
tercermin dalam perilaku berkomunikasi secara terapeutik dengan orang lain. Perawat yang
memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak akan hanya mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, tetapi juga mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra
profesi serta citra Rumah Sakit. Komunikasi sangat penting untuk proses keperawatan.
Perawat menggunakan komunikasi pada setiap langkah dari proses keperawatan (pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi).
Pasien dan keluarga pasien dapat berpartisipasi agar tidak terjadinya insiden yang merugikan
pada pasien. Perawat dapat memberikan orientasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarganya
tentang rutinitas dan prosedur perawatan kesehatan dan cara mendeteksi serta melaporkan
perubahan dalam kondisi klinis mereka selama menjalani perawatan.
Pengetahuan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya dapat mendorong mereka untuk
berpartisipasi aktif dalam perawatan yang sedang dijalankan pasien seperti pasien tidak harus
dipaksa menerima pengobatan yang bertentangan dengan keinginan mereka. Pengetahuan akan
melahirkan kepercayaan sehingga pasien dan keluarganya akan lebih percaya dengan
kemampuannya untuk membuat keputusan ketika diinformasikan dengan baik.
Kerja sama yang baik dari pasien dan keluarga pasien dalam perawatan pasien juga dapat
mengalami penghambatan. Beberapa faktornya seperti faktor kenyamanan pasien untuk bersifat
pasif, kurangnya pengetahuan atau edukasi yang diberikan perawat, serta banyaknya isu-isu
negatif yang tersebar dikalangan masyarakat juga turut menurunkan partisipasi aktif dari pasien
dan keluarga pasien. Seseorang perawat harus memperhatikan keselamatan pasien agar
pasien tidak dapat menyebabkan cidera atau benturan yang ada,sehingga pasien merasa
lebih aman.
PEMBAHASAN
Keselamatan pasien merupakan suatu prioritas utama dan harus segera dilaksanakan di rumah
sakit dikarenakan dapat menyebabkan cedera langsung kepada pasien, dan juga berkaitan
dengan kualitas dan citra rumah sakit serta standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh rumah
sakit. Keselamatan pasien di rumah sakit melibatkan partisipasi dari pasien, keluarga pasien dan
seluruh petugas kesehatan termasuk perawat.
Keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan adalah hak pasien. Pasien dan keluarga pasien
dapat memainkan peranan penting dalam upaya peningkatan keselamatan pasien dengan terlibat
aktif dalam proses perawatan mereka. Keselamatan pasien sangat perlu diwujudkan agar tidak
terjadinya insiden yang merugikan pada pasien. Insiden keselamatan pasien merupakan suatu
peristiwa yang tidak disengaja yang mengakibatkan atau berpotensi menyebabkan cedera dapat
dicegah pada pasien, yang meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kondisi Potensial Cedera (KPC).
Adapun tujuan dari keselamatan pasien dirumah sakit diantaranya adalah sebagai
berikut: :
a. Terciptanya budaya keselamatan pasiendirumah sakit
Selain pengetahuan, Persepsi dari pasien dan keluarga pasien juga menentukan tingkat
partisipasi aktif dalam perawatan yang dijalani pasien. bila menurut persepsi mereka hal ini
merupakan hal yang normal dan perilaku yang dapat diterima, maka dalam mendesain intervensi
keperawatan yang mendorong partisipasi pasien dan keluarganya dalam program keselamatan
dibutuhkan pengertian tentang keyakinan pasien dan keluarganya serta sikap pasien terhadap
kesehatan. Pengalaman pasien dengan kejadian-kejadian yang membahayakan dalam perawatan
yang pernah pasien alami sebelumnya juga akan meningkatkan kewaspadaan dan penilaian kritis
dari pasien dan keluarganya terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Bila pasien dan
keluarganya dapat mempersepsikan bahwa pasien sangat rentan terhadap insiden keselamatan
pasien, maka tentunya mereka mau untuk memainkan peranan dalam mengurangi kerentanan
bahaya dan kejadian yang tidak diinginkan.
Kesalahan dalam penanganan pasien yang justru merugikan pasien sejauh mungkin
harus dihindari, baik yang dilakukan oleh dokter, perawat serta petugas rumah sakit
lain, untuk itu pasien dan keluarganya membutuhkan suatu jaminan hukum bagi
penanganan petugas rumah sakit. Sehingga hal-hal penanganan pasien di luar standar
sejauh mungkin bisa dihindarkan. Ada tujuan Pelaporan Insiden Keselamatanpasien yaitu:
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
b. Diketahui penyebab terjadinya insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
di rumah sakit
2. KKPRS (Eksternal)
Beberapa faktor lainnya sebagai penghambat bagi pasien dan keluarga pasien untuk
berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan adalah sikap pasien dan keluarga, kurangnya
pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya untuk ikut berpartisipasi aktif demi keselamatan
pasien, kurang tersedianya waktu dan dukungan para perawat. Beberapa pasien maupun keluarga
pasien menolak untuk berpartisipasi aktif dalam keselamatan pasien karena mereka merasa
bukan perannya atau enggan untuk bersikap proaktif dan lebih memilih untuk menyerahkan
masalah kesehatannya serta perawatan yang diberikan kepada profesional kesehatan. Pasien dan
keluarga pasien merasa diri mereka tidak perlu untuk ikut aktif dalam proses perawatan yang
dijalaninya dan hanya terbatas pada peran pasif serta sudah merasa puas dengan hanya menerima
informasi tentang perawatan dan pengobatan yang dijalaninya.
Keuntungan berpartisipasi bagi pasien dan keluarga pasien dalam menciptakan keselamatan
bergantung kepada kesadaran pasien dan keluarganya akan kebutuhan mereka untuk terlibat.
Partisipasi aktif dari keluarga pasien terhadap keselamatan pasien dapat berupa dorongan atau
motivasi yang diberikan kepada pasien, pengambilan keputusan untuk tindakan yang akan
diberikan kepada pasien, pengawasan pada saat tindakan yang dapat menyebabkan kerentanan
dalam terjadinya insiden keselamatan pasien. Partisipasi aktif pasien dalam perawatan yang
mereka jalani dapat meningkatkan motivasi dan kepatuhan mereka terhadap konsumsi obat-
obatan, memberikan hasil pengobatan yang lebih baik, menciptakan kepuasan yang tinggi
dengan sikap menerima, serta mengurangi stres dan kecemasan.
Hal yang dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan patient safety atau keselamatan
pasien butuh upaya dan kerjasama berbagai pihak. Patient safety merupakan upaya kita
dari seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan, dan yang terpenting itu
keselamatan terhadap pasien dan masyarakat di sekitar kita. Persepsi pasien dan keluarga pasien
juga mempengaruhi tingkat partisipasi aktif dalam keselamatan pasien. Perawat dapat mengubah
persepsi bahwa bukan hanya tenaga kesehatan yang dapat berpartisipasi aktif akan tetapi
kerjasama dari pasien dan keluarga pasien juga dibutuhkan dalam meningkatkan mutu
keselamatan pasien. Semua rumah sakit dan tenaga kesehatanyang bekerja didalamnya
wajib menjaga keselamatan pasien (patient safety), agar tindakan yang dapat
membahayakan nyawa dan merugikan pasien tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Firawati. (2012). Pelaksanaan ProgramKeselamatan Pasien di RSUDSolok, Jurnal
KeselamatanPasien. 6 (2), 74-77
Herawati, Y.T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X
Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA. Vol. 11(1). 52-60.
Puji, L., et al. (2013). Konsep Manajemen Keselamatan Pasien Berbasis Program Di RSUD
Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah.1-20.
Salawati, Liza. (2020). Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jurnal Averrous. Vol. 6(1).
98-107.
Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi Indonesia.
Susanto, D.(2014). Peningkatan Program Pasien Safety berdasar 7 Prinsip Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Yulia, S., et al. (2012). Peningkatan Pemahaman Perawat Pelaksana Dalam Penerapan
Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan Keselamatan Pasien, Jurnal Keperawatan Indonesia, 15
(3.1).