Anda di halaman 1dari 2

LIPI: Fenomena Post-truth Erat Kaitannya dengan Komunikasi Politik dan Teknologi

Minggu, 3 November 2019 | 10:07 WIB

Penulis: Ellyvon Pranita | Editor: Sri Anindiati Nursastri

KOMPAS.com - Fenomena post-truth belakangan ini menjadi marak diperbincangkan oleh kalangan
peneliti sosial. Hal ini menjadi daya tarik bagi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk
mempelajarinya.

Menurut kamus Oxford, post-truth adalah kata sifat yang berkaitan dengan keadaan individu merespons
lebih banyak menggunakan perasaan dan keyakinan daripada fakta.

Bahkan frasa tersebut menjadi word of the year dari kamus Oxford pada 2016. Fenomena post-truth
muncul dalam peta politik dunia semenjak satu dekade terakhir, termasuk Indonesia.

Fenomena ini menjadi salah satu pembahasan dalam kegiatan General Assembly and The Third
International Symposium of JSPS Alumni Association of Indonesia pada Kamis 31 Oktober di Bogor, Jawa
Barat.

Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, mengatakan bahwa fenomena post-truth tidak akan mungkin terjadi
tanpa adanya teknologi yang mendukung proses komunikasi politik.

"Pola ini terjadi sepanjang sejarah bangsa kita," kata Handoko di Bogor, Kamis (31/10/2019).

Menurut Handoko, dalam satu dekade terakhir ketika penetrasi internet dan peralatan komunikasi
sudah menjadi bagian kehidupan dari bangsa kita, peta politik dan gaya komunikasi yang digunakan
berubah dari proses satu arah menjadi cara komunikasi yang interaktif.

“Pada masa perjuangan kemerdekaan teknologi percetakan, sistem pengiriman jasa pos, telegraf, audio
dan radio elektronika mendukung proses komunikasi politik sehingga melahirkan identitas kebangsaan,”
ujarnya.

Handoko menjelaskan, imbas dari teknologi itulah yang memungkinkan proses interaktif
adalahmunculnya post-truth sebagai cara komunikasi politik yang fenomenanya mendunia.

“Fenomena tersebut pun muncul di Indonesia dengan berbagai media komunikasi sehingga
memunculkan istilah Hoax, Bot, dan Cyber Army yang kita kenal saat ini," ucap dia.

Sejarah kronologis munculnya post-truth berawal dari teknologi yang digunakan serta pembahasan
ilmiah atas fenomena yang muncul.
Tidak hanya itu, juga ada pemanfaatan teknologi terkini seperti Big Data, Artificial Intelligence, dan cara
komunikasi micro-targeting seperti dibicarakan pada General Assembly and The Third International
Symposium of JSPS Alumni Association of Indonesia.

Oleh sebab itu, LIPI menganggap persoalan fenomena post-truth juga harus menjadi kajian yang penting
dilakukan oleh negara Indonesia, mengingat komunitas politik di Indonesia yang semakin beragam dan
sangat hangat.

“Diharapkan kegiatan ini membuka peta politik dan cara pandang baru serta pentingnya studi lintas
disiplin untuk menyikapi fenomena tersebut untuk meningkatkan kualitas komunikasi politik demi
terciptanya ekosistem demokrasi yang sehat,” ujar Handoko.

Selain post-truth, kegiatan juga membahas bidang keilmuan yang beragam di bidang sains dan teknologi
seperti material maju, kesehatan, keamanan pangan, lingkungan dan perekonomian global.

Anda mungkin juga menyukai