Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu kita panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah memberikan rahmat-Nya dan hidayahnya sehingga dapat
terselesaikan tugas ini yang merupakan sebagian kecil dari kewajiban kami
sebagai mahasiswa politeknik negeri Banjarmasin.

Adapun maksud penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi dan


melengkapi tugas – tugas dalam menyelesaikan mata kuliah praktek kerja bengkel
yaitu kerja plambing.

Walaupun dalam penulisan ini dapat terselesaikan, namun kita sadar


sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan, oleh karena
itu sangat diperlukan bimbingan dari Bapak dan kritikan yang sifatnya dan
tujuannya membangun.

Sekali lagi kita ucapkan terima kasih pada Bapak , yang telah
membimbing dan semoga dapat memakluminya serta bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, NOVEMBER 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2.Perumusan Masalah.................................................................................................2
1.3.Tujuan dan Manfaat.................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1. Pengertian las listrik................................................................................................3
2.2. Klasifikasi cara-cara pengelasan.............................................................................4
2.3. Alat pengelasan listrik beserta alat bantunya...........................................................5
2.4.Jenis Pelaksanaan.....................................................................................................9
2.5.Sifat Arus Listrik yang digunakan.........................................................................12
2.6.Teknis Pelaksanaan................................................................................................13
2.7.Mesin Las..............................................................................................................15
BAB III...............................................................................................................................17
BAHAN DAN ALAT............................................................................................................17
3.1.Elektroda................................................................................................................17
3.2.Macam-macam elektroda.......................................................................................17
BAB IV..............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
4.1.Kesimpulan............................................................................................................19
4.2.Saran –Saran..........................................................................................................19
4.3.Lampiran foto praktek............................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Baja merupakan bahan bangunan yang berupa campuran dari biji besi,
mangan dan karbon. Semakin tinggi nilai karbon pada baja maka baja akan
semakin keras, namun mudah patah. Akan tetapi semakin rendah nilai karbon
maka baja akan mudah bengkok. Sebagai bahan bangunan yang berhubungan
dengan kekuatan struktur ataupun tidak, sangat banyak diperlukan dalam
pekerjaan yang dilakukan dalam bidang teknik sipil misalnya; kuda-kuda, tulang
beton, kerangka jembatan dan masih banyak lagi.
Baja diperlukan dalam bentuk yang beraneka ragam dan ukuran yang
berbeda pula sehingga sangatlah mustahil baja itu dibuat dalam keadaan pasif,
tentulah kita harus membuat sambungan-sambungan untuk mendapatkan bentuk
yang kita inginkan.
Pada jaman dahulu orang menyambung suatu baja dengan menggunakan
cara yang sangat sederhana. Tetapi makin lama peradaban manusia makin
berkembang, begitu juga dalam bidang teknologi. Manusia berusaha menganalisa
dan menggali serta memproduksi bahan-bahan yang diperlukannya untuk suatu
tujuan tertentu. Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk dapat
melakukan penyambungan yang kuat dengan menggunakan tenaga listrik. Untuk
dapat menyambung baja tersebut menjadi satu dengan yang lainnya, maka baja
tersebut disambung dengan cara dilas.
Las adalah melelehkan dengan panas. Sedangkan mengelas adalah suatu
cara menyambung dua buah plat/logam atau lebih dengan melelehkan logam
dengan menggunakan panas, baik menggunakan bahan tambah atau tanpa bahan
tambah sehingga menyatu.
Pengelasan pada umumnya memerlukan panas yang sangat tinggi
temperaturnya untuk mencairkan bagian-bagian bahan yang akan disambung atau
dilapisi.
Panas untuk pengelasan dapat diperoleh antara lain dari :
a.  Api yang dapat dihasilkan dari arang/pembakaran arang batu, seperti
: pada proses las tempe.
b.   Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dengan permukaan
benda kerja, seperti las listrik.
c.  Tahan listrik yang terjadi antara dua bagian yang akan disambung
seperti pada proses las titik, las tekan dan las roll.
d. Nyala api gas adalah panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar dengan zat asam, seperti pada proses asitelin.

1.2. Perumusan Masalah


Pada praktek bengkel sipil semester III ini, pekerjaan yang dilakukan
meliputi :
1.      Kerja bangku.
2.      Menggunakan las listrik.
3.      Menggunakan las asetilen.

1.3. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :
1.  Agar kita mengetahui prinsip-prinsip pekerjaan baja dengan baik.
2.  Agar kita mengetahui langkah kerja yang benar dan baik dalam suatu
pekerjaan sambungan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian las listrik


Las busur listrik umumnya disebut las listrik adalah salah satu cara
menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena
busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian
membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.

Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan
tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan
menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan
logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan
dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.

Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi
dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi
sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja
sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar timbullah
busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu dapat
mencapai 5500 °C.

Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan
elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain
untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu
pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis pada
kawat las. Fluks membantu melarutkan dan mencegah terbentuknya oksida-oksida
yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis merupakan jenis yang paling
banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil

Ada dua cara proses pengelasan yang dapat dilakukan mencakup pengelasan
listrik dan pengelasan gas. Prinsip kedua proses ini pada dasarnya sama yaitu
dengan prinsip pencairan logam. Hanya saja pada las gas menggunakan panas
yang di hasilkan dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas dengan zat asam
atau oksigen sebagai energi nya. Sedangkan pada las listrik pencairan logam
dalam hal ini adalah elektroda dilakukan setelah pertemuan antara terminal
negative (-) dengan terminal positif (+).

2.2. Klasifikasi cara-cara pengelasan


Secara konvensional cara-cara pengklasifikasian pengelasan dapat di bagi
dalam dua golongan yaitu, klasifikasi berdasarkan cara kerja dan energi yang
digunakan. Namun, yang paling sering di gunakan adalah cara-cara pengelasan
klasifikasi berdasarkan cara kerja. Jika dilihat dari klasifikasi berdasarkan cara
kerja maka, di bagi menjadi tiga kelas utama yaitu :

1.Pengelasan cair yaitu, cara pengelasan dimana sambungan di panaskan


sampai mencair dengn sumber panas dari busur listrik atau semburan api
gas yang terbakar.

2.Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan di panaskan


dan kemudian ditekan sehingga menjadi satu.

3.Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan di satukan


dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Pada cara ini, logam induk tidak turut mencair.
2.3. Alat pengelasan listrik beserta alat bantunya
1. Topeng Las (Welding Mask)
Pelindung mata dan wajah pada las listrik berbeda dengan pelindung mata
dana wajah pada las gas, biasanya pelindung mata dan wajah pada las listrik
lebih tebal atau lebih gelap. Supaya juru las dapat melihat busur nyala dan
arah pengelasan tanpa merusak mata, maka pada tameng dipasang kaca
bewarna disebalah dalam kaca dan kaca jernih sebelah luar.

2. Sarung Tangan (Gloves)


Digunakan pada saat pengelasan,gunanya sama dengan afron dada dan afron
lengan yaitu untuk melindungi sipengelas dari panas,dari sinar-sinar las maupun
percikan-percikan logam. Bahan sarung tangan terbuat dari kulit, terpal yang dicat
dengan cairan alumunium dan sebagainya. Sebaiknya sarung tangan bersifat
fleksible(lemas), sukar terbakar, bukan pengantar arus (besifat isolasi), dan kuat.
3. Mesin las listrik
Mesin las listrik berbeda-beda bentuknya, besar kecilnya mesin tergantung
dari tegangan yang akan kita perlukan. Mesin las listrik ini ada yang langsung
menggunakan listrik tetapi ada juga yang menggunakan mesin diesel
contohnya adalah mesin las listrik untuk membangun jembatan biasanya
menggunakan mesin diesel dan dynamo untuk mendapatkan listrik. Tetapi di
bengkel kita menggunakan mesin las, yang listriknya langsung kita ambil dari
rumah listrik pada dinding bengkel.

4. Palu terak
Palu terak di gunakan untuk melepaskan terak dari benda kerja setelah
melakukan pengelasan, bentuk dan ukuran palu terak berbeda-beda tergantung
dari penggungaan di bengkel pada saat mengelas:
5. Alat penjepit (Tang)
Digunakan pada saat memindahkan atau untuk merubah posisi benda kerja
pada saat pengelasan agar terhindar dari panas atau memudahkan proses
pemindahan benda kerja.

6. Elektroda
Elektroda untuk pengelasan las listrik memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Elektroda harus di simpan pada suhu kamar yang pas agar tidak lembab, pada saat
pengelasan pililah elektroda yang sesuai dengan benda kerja yang akan kita las.
7. Tabung/wadah elektroda
Digunakan untuk meletakan elektroda pada saat melakukan pengelasa,
tabung elektroda tidak boleh di gunakan untuk menyimpan tetapi hanya untuk
meletakan elektroda pada saat pengelasan.

8. Sikat Kawat
Sikat kawat digunakan untuk membersihkan sisa terak dan bekas las yang
masih menempel pada benda kerja.
Adapun laporan ini telah disesuaikan dengan teori yang telah dipelajari pada
praktek kerja baja dan juga dari praktek yang telah dilakukan selama dua minggu.
Selain dari keterangan diatas dalam praktek pekerjaan bengkel baja ini kita harus
mengetahui point-point penting dalam praktek kerja baja, antara lain :
- Tegak               - Rapi  
- Lurus               - Tepat ukuran
- Datar               - Siku

Untuk mencapai point-point diatas bisa dilakukan dengan menggunakan


alat yang tersedia atau hanya menggunakan indera penglihatan ( secara visual ).
Sebelum memulai pekerjaan baja setiap individu haruslah mempunyai
keterampilan dasar dan pengelasan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1.      Las listrik
a.   Memperhatikan jarak antara elektroda dengan objek (benda).
b.   Memperhatikan sudut busur pada saat mengelas
c.    Posisi pada saat mengelas.
2.     Las Asetilen
a.  Mengatur api yang dihasilkan.
b.  Memperhatikan pembakaran pada saat mengelas.
3.    Kerja Bangku
a.  Penggunaan bahan baja.
b. Pengukuran, pemotongan, pengikiran dan pembentukan harus
diperhatikan.

2.4. Jenis Pelaksanaan


a)      Las listrik
Las listik adalah suatu cara penyambungan dua logam atau lebih
dengan menggunakan bahan perantara yaitu elektroda dan menggunakan arus
listrik. Penggunaan elektroda berfungsi sebagai penghubung antara arus listrik
dengan logam yang akan disambung. Elektroda dipanaskan hingga mencair dan
berpadu dengan logam.

1. Dampak Merugikan
Pada proses las listrik, akan terdapat asap, cahaya dan sinar yang timbul
dari proses pengelasan dan berdampak merugikan pada kesehatan.
1.      Sinar
Sinar dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.   Sinar Infra Merah
Sinar Infra Merah tidak langsung terasa oleh mata, karena itu
lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Pengaruh sinar ini sama dengan pengaruh panas yang dapat
menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata dan juga
menyebabkan terjangkitnya penyakit kornea serta prebiopia yang
merupakan gejala awal dari penyakit rabun mata.

b.  Sinar Ultra Violet    


Pancaran sinar ultra violet yang terserap mempunyai pengaruh
besar terhadap reaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Sinar yang
terserap oleh lensa dan kornea mata pada manusia dalam jumlah
besar (tertentu), maka mata akan terasa ada benda asing di dalamnya
dalam waktu sekitar 6-12 jam, kemudian mata akan menjadi sakit
selama 6-24 jam dan akan hilang rasa sakitnya setelah 48 jam.

2.      Cahaya
           Cahaya ada 1 macam, yaitu :
Cahaya Tampak
Cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa mata
dan kornea ke retina mata, bila terlalu kuat cahaya yang masuk  maka mata
akan menjadi lelah dan kalau terlalu lama mata menjadi sakit tetapi hanya
bersifat sementara.
3.      Asap
Pada proses pengelasan, selain cahaya dan sinar juga terdapat asap
yang berdampak pada gangguan pernapasan. Asap yang muncul dapat
menimbulkan keracunan dalam tubuh. Untuk itu, pengaturan tempat
pengelasan harus disesuaikan dengan arah angin yang bertiup dan
hendaknya sebelum atau sesudah pengelasan baiknya mengkonsumsi susu
sebagai penetralisir racun tersebut.

Untuk menjaga dan melindungi mata harus menggunakan alat bantu berupa
kacamata las (topeng las) yang mampu menurunkan kekuatan cahaya tampak dan
alat bantu lainnya yang mampu menghisap atau melindungi dari sinar ultra violet
dan sinar infra merah.
Selain asap, cahaya dan sinar yang membahayakan tersebut juga ada
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu penyebab kecelakaan. Penyebab-
penyebab kecelakaan tersebut antara lain :
1. Karena panas busur api waktu mengelas
Juru las harus melindungi diri dari timbulnya panas serta loncatan-
loncatan busur api yang tidak tentu arahnya, bila kena kulit bisa
mengakibatkan luka bakar dan timbulnya kebakaran pada pakaian, untuk
menjaga agar terhindar dari busur api, maka juru las harus memakai
pakaian las yang tahan terhadap panas, juru las harus menjaga supaya
pakaian kerja bebas dari minyak.
2.  Karena percikan terak
Setelah selesai dalam pengelasan perlu adanya pembersihan terak untuk
mengetahui baik buruknya hasil pengelasan, sewaktu membersihkan terak,
sering terjadi loncatan dari terak-terak, maka perlu memakai kacamata.
3.  Karena arus listrik
Banyak sekali juru las atau pekerja lainnya mengalami kecelakaan yang
diakibatkan oleh arus listrik bahkan sampai meninggal dunia. Kadang-
kadang dengan kejutan listrik yang kecil, misalnya: bila orang karena
terkejut lalu jatuh dari tempat yang tinggi, kemungkinan kejutan listrik
disebabkan sentuhan antara juru las atau pekerja dengan elektroda atau
pemegang elektroda dari mesin las yang sedang tak berbeban (tidak
dipergunakan) atau karena resenggol oleh kabel penghubung yang
mengalami kerusakan isolator.

2.5. Sifat Arus Listrik yang digunakan


Pada mesin las terdapat petunjuk beberapa arus yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan, sehingga juru las dapat berhati-hati memakainya karena tiap
arus listrik memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu :
a.  Arus I MA
Hanya menimbulkan kejutan yang kecil dan tidak membahayakan.
b.  Arus 5 MA
Akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
c.  Arus 10 MA
Akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
d.  Arus 20 MA
Akan terjadi suatu kejutan/lemas pada otot sehingga orang yang kena
tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.
e.  Arus 50 MA
Sudah sangat berbahaya.
f.  Arus 100 MA
Mengakibatkan kematian.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka yang harus dilakukan adalah :


1. Harus menggunakan sarung tangan dan sepatu yang berisolasi dan
memakai pakaian kerja (baju las/apron) serta bila badan kita berkeringat
kita harus berhenti dulu dan mengeringkan terlebih dahulu untuk
menghindari adanya hubungan langsung kebadan
2. Harus menggunakan kabel dan gagang yang sempurna elastis dan
mempunyai daya tahan tinggi terhadap panas
3. Elektroda harus diletakkan pada tempat yang berisolator dan digantung
apabila tidak dipakai
4. Penggantian elektroda harus dilakukan dengan hati-hati
5. Dalam keadaan istirahat mesin las harus dimatikan
6.Hindari mesin las dari udara/lokasi yang basah dan gunakanlah kabel
penghubung dengan ukuran yang sesuai
7.  Gunakanlah alat bantu yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.

2.6. Teknis Pelaksanaan


a.    Las Listrik
Langkah-langkah pekerjaan mengelas pada las listrik :
1. Mendekatkan ujung elektroda ke tempat yang akan dilas sampai
jarak ± 2,6 cm.
2. Memegang topeng pelindung dengan tangan kiri untuk menutup
muka dan melindungi mata dari sinar yang timbul dari proses
pengelasan.
3. Sikap yang paling baik jika elektroda membentuk sudut ± 70°
dengan bidang datar supaya :
a. Permukaan cairan logam dan terak dapat dengan  mudah
dilihat dengan mata sehingga mudah menentukan panjangnya
busur nyala
b. Dengan mudah dapat diawasi, agar terak tidak tertutup oleh
tetesan cairan logam elektroda yang dapat mengurangi mutu dari
hasil pengelasan
4. Menghasilkan rigi-rigi las yang berbentuk bagus, karena busur
nyala mendorong dan menyusun lelehan logam kearah bagian yang
telah membeku

Posisi pengelasan
 Pengaturan posisi dan gerakan arah daripada elektroda sewaktu
mengelas.
 Posisi mengelas terdiri dari empat macam yaitu :
 Posisi dibawah tangan
Posisi dubawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang
dilakukan pada permukaan rata/datar dan dlakukan dibawah
tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10-20 terhadap garis
vertikal dan 70°-80° terhadap benda kerja.
 Posisi tegak (vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk
pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir
atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan
kemiringan elektroda sekitar 10°-15° terhadap garis vertikal dan
70°-85° terhadap benda kerja.
 Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata
dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda
mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring
sekitar 5°-10° terhadap garis vertikal dan 70°-80° kearah benda
kerja.
 Posisi di atas kepala (over head)
Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan
cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu
diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain : baju las,
sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan
posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan
kedudukam elektroda sekitar 5°-20° terhadap garis vertikal dan
75°-85° terhadap benda kerja.
Menyalakan busur nyala
Menyalakan busur nyala adalah langkah pertama yang dilakukan sewaktu
mulai mengelas.
1.  Cara sentakan     
2.  Cara goresan

2.7. Mesin Las

Mesin-mesin las yang dipakai bermacam-macam, tapi bila ditinjau dari


jenis arus yang digunakan dapat digolongkan sebagai berikut:

 mesin las arus bolak-balik (AC)


 mesin las arus searah (DC)
 mesin las arus bolak-balik dan searah (AC-DC) yang merupakan gabungan
dari mesin AC dan DC.
1. Mesin Las Arus Bolak-Balik (AC)
Mesin ini memerlukan arus listrik bolak-balik atau arus AC yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik, listrik PLN atau generator AC yang
digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses pengelasan. Besarnya
tegangan listrik yang dihasilkan oleh sumber pembangkit listrik belum
sesuai dengan tegangan yang digunakan untuk pengelasan. Mesin las ini
sangat banyak dipergunakan karena rendahnya biaya operasi serta
hargayang relatif murah.  Mesin las ini membutuhkan voltase rata-rata
antara 38-70 volt.
2. Mesin Las Arus Searah (DC)
Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh nyala busur listrik
adalah arus searah. Arus searah ini berasal dari mesin berupa dynamo
motor listrik searah. Dinamo dapat digerakkan oleh motor listrik, motor
bensin, motor diesel, atau alat penggerak yang lain. Mesin arus yang
menggunakan motor listrik sebagai penggerak mulanya memerlukan
peralatan yang berfungsi sebagai penyearah arus. Penyearah arus atau
rectifier berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus
searah (DC).
3. Mesin Las AC-DC
Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai semua
kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin las DC atau mesin las
AC. Jenis mesin las ini sering digunakan untuk bengkel-bengkel yang
mempunyai jenis pekerjaan yang bervariasi, sehingga tidak perlu berganti
mesin las untuk pengelasan yang berbeda.

Mesin las ini merupakan gabungan dari mesin las arus bolak-balik dan arus
searah, mempunyai transformator satu fasa dan sebuah alat perata dalam satu unit
mesin.
Keluaran arus bolak-balik diambil dari terminal lilitan sekunder transformator
melalui regulator arus. Adapun arus searah diambil dari keluaran alat perata arus.
Pengaturan keluaran arus bolak-balik atau arus searah dapat dilakukan dengan
mudah, yaitu hanya dengan memutar alat pengatur arus dari mesin las.

c.         Bentuk-bentuk Sambungan


Pada prinsipnya bentuk sambungan dalam pengelasan terdiri dari 5 macam
sambungan.
Bentuk – bentuk Sambungan :
1.         Sambungan tumpu (Butt joint)
2.         Sambungan berimpit (Lap joint)
3.         Sambungan sudut (Corner joint)
4.         Sambungan T (T-joint)
5.         Sambungan tepi (Edge joint)
BAB III

BAHAN DAN ALAT

3. Bahan
Selain dari dasar-dasar teori diatas bahan-bahan dan alat-alat dalam
penguasaannya harus sesuai dengan kegunaan dan teknik pemakaian yang benar.
Untuk pekerjaan praktek kerja baja, bahan yang dipakai ialah elektroda
(dalam las listrik) yang bersifat mengandung logam.
Bahan yang dipakai : Elektroda atau kawat las.

3.1. Elektroda
Elektroda digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pengelasan
las listrik. Elektroda las tersebut dibuat dari macam-macam logam seperti
baja, besi tuang, stainles steel, aluminium, dan sebagainya tergantung dari
tujuan dan komposisinya dari logam yang akan dilas. Elektroda yang akan
dipakai seharusnya mampu memenuhi persyaratan :
a. Mampu untuk pengelasan semua posisi
b. Praktis membentuk kampuh las
c. Terak mudah dibuang / dibersihkan
d. Titik lebur yang tinggi
e. Sifat-sifat mekanik yang tinggi pada kampuh las

3.2. Macam-macam elektroda :


1.  Elektroda berbalut
2.  Elektroda tak berbalut

Elektroda berbalut dapat dipakai pada mesin AC dan DC untuk mengelas


pekerjaan berkualitas tinggi. Balutan elektroda dinamakan lapisan fluksi.
Pelapisan pada kawat ini dapat dengan cara destrusi, semprot atau celup. Ukura 
standar diameter kawat ini dari 1,5 mm - 8 mm dengan panjang antara 350 - 450
mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda, misalnya Selulosa, Kalsium
Karbonat ( Ca CO3), Natrium Dioksida (rutil), Kaolin, Kalium Oksida, Mangan,
Oksida besi, Serbuk besi, Besi Silikon, Besi Mangan dan sebagainya. Tebal
selaput elektroda berkisar antara 10%-50% dari diameter elektroda pada proses
pengelasan selaput elektroda (fluk) ini akan turut mencair dan menghasilkan gas
CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar, karena udara luar yang mengandung O 2 dan N akan mempengaruhi
sifat mekanik dari logam las, cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan
membeku melapisi permukaan las yang masih panas.

Tabel 1. Penggunaan Elektroda

Tebal bahan (mm) Diameter elektroda (mm) Kekuatan arus (A)


1 1,5 20 – 35
1 - 1,5 2 35 - 60
1,5 - 2,5 2,6 60 – 100
2,5 – 4 3,25 90 - 150
4–6 4 120 - 180
6 – 10 5 150 – 220
10 – 16 6 200 – 300
diatas 16 8 280 – 400

Kuat arus yang dapat menentukan jumlah panasnya tergantung dari :


1.  Tebal bahan
2.   Diameter (f) Elektroda
3.    Jenis elektroda (biasa, mild steel, Low Hydrogen)
4.    Bentuk dari kampuhnya
5.     Posisi pengelasannya

BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek yang kami lakukan, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu :
1. Pada saat pengelasan pililah plat yang sesuai dengan kebutuhan
2. Aturlah tegangan arus listrik agar benda kerja tidak rusak
3. Keselamatan serta keahlian operator pengelasan yang merupakan
bagian yang paling penting.

4.2. Saran –Saran


Setelah melaksanakan praktek kerja plambing ini saya ingin memberikan
sedikit saran – saran agar nantinya di kemudian hari tidak terulang lagi hal yang
demikian.
Adapun saran – saran saya adalah :
1. Prosedur pengelasan yang tepat.
2.   Cara pengelasan yang benar, efisien dan selamat.
3.   Ukuran dan bahan pokok atau tambahan yang memenuhi syarat dan
ekonomis.

4.3. Lampiran foto praktek


Helm las Mesin las busur listrik

Meja kerja elektroda


Palu Spidol

Tabung / wadah elektroda gergaji


Proses saat mengelas Hasil dari pengelasan

Anda mungkin juga menyukai