Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

SKENARIO KOMUNIKASI

Dosen Pengampu : Ennimay S.Kp. M.Kes

KELOMPOK 1 :

Dewita Sania 20031061


Nadia Arneliscia 20031053
Inas Putri Gusmayanti 20031082
Fauzan 20031068
Indah Lestari 20031051
Rastiana Efinda 20031066
Elsa Sanusi 20031067
Agnes Amalia Septiani 20031087

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIkes HANG TUAH PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penyusun masih diberi
kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Skenario komunikasi dalam Promosi Kesehatan” untuk memenuhi pengetahuan pembaca .
Penulis berharap ,dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam
hal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ennimay S.Kp. M.Kes yang telah
memberikan bimbingan,petunujuk,arahan,dan motivasi sampai selesainya makalah ini. Juga
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan
kegiatan ini.

Dalam penulisan makalah ini tentu ada ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, dengan senang
hati atas saran dan kritikan yang diberikan untuk penyusunan selanjutnya. Demikianlah makalah
ini kami susun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru,Mei 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

1.1 Latar Belakang .........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................

BAB II SKENARIO .....................................................................................

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................

3.1 Apa itu diare dan gejala yang timbul saat mengalami diare? ..................
3.2 Apa yang harus di tanggulangin ketika diare terhadap pasien? ...............
3.3 Apa penyebab dari diare yang di timbulkan? ..........................................
3.4 Apa penanganan rumah sakit yang di berikan kepada pasien diare? ......
3.5 Ketika sudah 7 hari diare tak henti apa yang harus di lakukan? ..............
3.6 Ketika divisit cairan menurun ketika diare hal apa yang bisa
meningkatkan cairan di dalam tubuh pasien diare? .......................................
3.7 Apakah diare yang berkepanjangan berbahaya? ......................................

BAB IV PENUTUP .....................................................................................

4.1 Kesimpulan ..............................................................................................


4.2 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia (WHO, 2013). Salah satu target
MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, ermasuk menurunkan angka kematian yang
diakibatkan diare. Jika upaya dalam menangani masalah diare tidak dilakukan dengan cepat dan
berkelanjutan, maka dimungkinkan sebanyak 760.000 anak akan meninggal oleh karena diare
setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah
kematian anak karena diare akan menurun stiap tahunnya (WHO, UNICEF, 2013).

Penularan diare dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh enteropatogen, kontak tangan langsung dengan penderita, barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara penularan ini dikenal dengan
istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field (Subagyo & Santoso, 2012). Adapun faktor risiko yang
dapat meningkatkan penularan enteropatogen diantaranya adalah tidak memberikan ASI secara
penuh pada bayi usia 4-6 bulan, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh
tinja, kurangnya sarana kebersihan, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis, serta cara penyapihan yang tidak baik (Subagyo &
Santoso, 2012). Kejadian diare dapat dicegah dengan memperhatikan air minum yang aman dan
sanitasi yang higienis (WHO, 2013b). Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara alami untuk
menjaga nutrisi yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan, serta faktor
anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi terhadap infeksi. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa ASI dapat mengurangi kejadian infeksi selama masa bayi dan balita. Suatu
penelitian menyatakan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk rumah
sakit dibandingkan bayi yang mendapat ASI (Aldy, Lubis, Sianturi, Azlin, & Tjipta, 2009).

Upaya untuk menurunkan angka kematian anak karena diare dengan melakukan tata
laksana secara tepat dan akurat. WHO mengembangkan kerangka kerja pelayanan kesehatan yang
salah satunya dalam buku pelayanan kesehatan anak dirumah sakit, didalamnya berisi panduan
tata laksana anak sakit dirumah sakit oleh tenaga kesehatan termasuk perawat, dengan lima
langkah tuntaskan diare (lintas) diare (WHO, 2008). Dalam tata laksana diare, perawat dapat
melaksanakan peran nya dalam beberapa hal, salah satunya adalah memberikan pendidikan kepada
orang tua mengenai dehidrasi oral mengatasi diare. Seperti penelitian di India yang dilakukan oleh
Mazumder et al (2010), dikemukakan bahwa pendidikan yang di berikan kepada orang tua atau
pengasuh mengenai pemberian zink dan oralit untuk anak diare, efektif dapat mengurangi diare
pada anak. Penelitian di Indonesia tentang tata laksana diare yang sudah dilakukan di 18 rumah
sakit, untuk mengetahui gambaran perawatan pada anak dirumah sakit, diperoleh hasil bahwa
kelemahan yang didapatkan dari skor diare adalah adanya rencana rehidrasi yang tidak jelas,
diberikannya cairan intrafena pada semua kasus diare sedangkan oralit tidak diberikan, dan masih
diberikannya antibiotik dan antidiare untuk diare cair (Sidik et al, 2013).

Dari survey pendahuluan terdapat beberapa permasalahan terkait tata laksana diare,
diantaranya adalah belom ada bukti Standar Pelayanan Medis (SPM) untuk diare, antibiotik masih
diberikan pada anak diare akut dan perawat belum menjalankan peran sebagai pelindung, untuk
melindungi pasien dari pemberian terapi. Kemudian pemberian tablet zink belum sesuai dosis
sesuai umur, perawat belum memberikan nasehat untuk orang tua mengenai kapan harus
membawa anak kembali ke petugas, dan orang tua belum mengetahui dosis pemberian zink serta
cara pemberian jika anak muntah, hal itu menunjkkan bahwa perawat belum melaksanakan peran
pendidik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu diare dan bagaimana gejala yg di timbul kan saat mengalami diare?
2. Apa yang harus di tanggulangin ketika diare terhadap pasien?
3. Apa penyebab dari diare yang di timbulkan?
4. Apa penanganan rumah sakit yang di berikan kepada pasien diare? (Ini faktor nya yaaa
ntah itu kek bakteri atau makanan kotor)
5. Ketika sudah 7 hari diare tak henti apa yang harus di lakukan?
6. Ketika divisit cairan menurun ketika diare hal apa yang bisa meningkatkan cairan di dalam
tubuh pasien diare?
7. Apakah diare yang berkepanjangan berbahaya?
1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian diare dan gejala yg di timbul kan saat mengalami diare
2. Mengetahui cara menanggulangi ketika pasien terkena diare
3. Mengetahui penyebab yang ditimbulkan dari diare
4. Mengetahui penanganan yang diberikan rumah sakit kepada pasien diare
5. Mengetahui penindaklanjutan jika diare tidak berhenti ketika sudah 7 hari
6. Mengetahui apa saja yang bisa meningkatkan cairan didalam tubuh pasien diare
7. Mengetahui apa diare yang berkepanjangan berbahaya bagi pasien
BAB II

SKENARIO

Pada suatu pagi di hari jumat, 25 Mei 2019 pada pukul 09.00 datangseorang ibu yang
membawa anaknya ke UGD RS.Cahya Kawaluyaan, dengankeluhan BAB cair lebih dari 7 kali
sejak tadi pagi dan di sertai muntah, pasienmengatakan merasakan keram di bagian perut.

Dari hasil pemriksaan fisik pasien tanpak lemas dan mata cekung.

Resepsionis :“salmat pagi bu ada yang bisa saya bantu” ( memberikan senyuman

hangat pada klien)

Ibu :“slamat pagi juga, begini mba anak saya kena diar........”

Anak :“aduh mamah cepett, aku mau BAB lagiiiii” ( sang anak memegang perutnya dan
meringis kesakitan)

Ibu :“sebentar nak tahan duluuuuuu mamah lagi daftar”

Resepsionis :“atas nama siapa bu,? Umur dan keluhannya apa?”

Ibu :“atas nama Erika, 19 Thn, anak saya diare sejak tadi pagi sudah 7kali bolak balik
kamar mandi sus”

Resepsionis :“baik bu silakan tunggu di ruang tunggu nanti di panggil yaa”

Sang ibu pun bersama anaknya berjalan menuju ruang tunggu

Perawat :“Nn.Erika silakan masuk”

Ibu :“baik sus”

Perawat :“sini berbaring de.. keluhanya kenapa ?”( memeriksa kedaanumum pasien , turgor
kulit , mukosa mulut dan mendengarkan bising usus )

Ibu :“anak saya sejak tadi pagi sudah 7 kali BAB sus , dan teksturnya cair”

Perawat :“ ada nanah atau darah yang ikut keluar bu?”

Ibu :“Tidak ada sus”


Perawat :“ sejak tadi apakah ada obat yang ibu berikan ?”

Ibu :“ ada sus obat diapet yang saya beli di warung tetangga saya”(sang ibu sambil
mengeluarkan obat diapet yang ada di dalam tasnya)

Perawat :“baik bu, itu adalah penanganan pertama yang ibu berikan, sebaiknya jika BAB
sudah lebih dari 3 kali dalam kurung waktuyang singkat ibu dapat membawanya
untuk mendapatkan perawatanyang baik. Ibu saya tinggal dulu sebentar saya akan
melaporkan hasil pengkajian saya kepada Dokter.”

Perawat berjalan sambil membawa laporan pengkajiannya pada Dokter

Perawat :“dok ini hasil pemeriksaan fisik Nn.Erika, mata cekung , turgor kulit buruk ,
mukosa mulut kering , bising usus 25 kali per menit” (menunjukan catatan di dalam
buku status pasien)

Dokter :“slamat pagi bu”(bersalaman)

Ibu :“pagi dok, anak saya sakit apa dokter”(sang ibu tampak panik )

Dokter :“ibu tenang dulu yaaa , anak ibu terkena Diare dan

anak ibu harusmendapatkan perawatan inap agar anak ibu tidak kekurangan cairan

dan mendapatkan perawatan yang intensiv.”

Ibu :“baik dok lakukan yang terbaik bagi anak saya”

Dokter :“sus , tolong berikan terapi cairan RL 500ml dalam waktu 8 jam”

Perawat :“baik dok”

Perawat berjalan ke arah pasien dan mebawa terapi penganticairan.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Diare dan Gejala yang Ditimbulkan Saat Mengalami Diare

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang
terpapar virus, bakteri, atau parasit.

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data informasi
profil kesehatan Indonesia tahun 2017 dari Kemenkes RI, jumlah kasus diare seluruh Indonesia
adalah sekitar 7 juta, dan paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 1,2 juta kasus. Diare
juga merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi pada bayi dan anak-anak.

Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat
memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak
terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan penderitanya
perlu segera mendapat pertolongan medis.

Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih gejala. Namun, gejala yang
paling sering dirasakan penderita diare antara lain:

 Perut terasa mulas.


 Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan berdarah.
 Mengalami dehidrasi.
 Pusing, lemas, dan kulit kering.

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang berlangsung
lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.
3.2 Cara Mengatasi Masalah Diare

1. Minum banyak cairan

Sering-sering minum tidak hanya membantu mengatasi dehidrasi, tetapi juga mencegah tubuh
makin kehilangan banyak cairan. Banyak minum air juga sekaligus menjadi cara yang baik untuk
mengatasi gejala diare itu sendiri. Sumber cairan terbaik selama sedang diare adalah air putih.
Namun, juga bisa minum minuman olahraga atau cairan oralit yang bisa dibeli di apotek tanpa
resep dokter. Cara mengobati diare dengan minum larutan oralit bahkan dikatakan lebih efektif
daripada minum air saja. Pasalnya, oralit mengandung elektrolit dan mineral yang lebih lengkap.
Larutan tersebut dapat membantu usus lebih efisien menyerap kelebihan cairan sehingga tekstur
feses akan lebih padat. Cairan elektrolit juga membantu meningkatkan aktivitas otak saraf,
kontraksi otot, dan pembuatan jaringan baru di dalam tubuh.
2. Makan makanan sehat rendah serat
Makanan yang tidak tepat justru semakin memberatkan kerja usus sehingga memperparah
gejala diare. Pilihlah makanan untuk diare dengan ciri-ciri memiliki tinggi karbohidrat tapi rendah
serat. Makanan dengan kandungan nutrisi tersebut mudah dicerna dan diserap oleh perut. Dengan
begitu, usus tidak bekerja terlalu keras untuk mengolah makanan. Pilih juga makanan dengan rasa
tawar (hambar dan tidak terlalu berbumbu) untuk menekan gejala mual dan muntah yang mungkin
sesekali dirasakan.
3. Mengonsumsi minuman, makanan, atau suplemen probiotik
Probiotik merupakan bakteri baik yang bermanfaat bagi kesehatan sistem pencernaan.
Tambahan bakteri baik probiotik dapat membantu sistem imun bekerja lebih efektif melawan
infeksi penyebab diare. Makanan tinggi probiotik, misalnya yogurt atau tempe, sebagai cara untuk
mengatasi diare.
4. Minum teh chamomile
Cara alami untuk mengatasi diare yang bisa dicoba ketika sedang di rumah, sebuah penelitian
dari India. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Medicine Reports ini menunjukkan
chamomile dapat membantu mengatasi kembung, sakit perut, dan mual akibat diare. Teh
chamomile juga diyakini cukup ampuh sebagai cara mengatasi gejala diare ringan.
5. Makan dalam porsi sedikit
Cara mengatasi diare tidak hanya berfokus pada pilihan makanan saja, tapi juga porsinya. Saat
terserang diare, jangan makan dengan porsi yang terlalu banyak. Makan dengan porsi cukup atau
yang lebih sedikit tapi sering menjadi cara mengatasi diare yang aman. Pasalnya, usus terus
dipaksa bekerja ekstra keras selama diare. Apabila menambah beban kerja usus dengan langsung
makan banyak, diare malah jadi lama sembuhnya.

3.3 Penyebab Diare

Beberapa kondisi dapat menyebabkan seseorang mengalami diare, umumnya adalah


infeksi virus pada usus besar. Jenis-jenis virus tersebut meliputi rotavirus, norwalk,
cytomegalovirus, dan virus hepatitis. Rotavirus merupakan virus yang paling sering menyebabkan
diare pada anak-anak.

Selain infeksi virus, penyebab diare lainnya adalah:

 Infeksi bakteri, seperti Campylobacter, Clostridum difficile, Escherichia coli,


Salmonella, dan Shigella.
 Infeksi parasit, contohnya Giardiasis atau strongyloidiasis.
 Alergi makanan.
 Makanan yang mengandung pemanis buatan.
 Intoleransi fruktosa (pemanis alami pada madu dan buah-buahan) dan intoleransi
laktosa (zat gula yang terdapat pada susu dan produk sejenisnya).
 Pasca operasi batu empedu.
 Efek samping obat-obatan, misalnya antibiotik yang dapat mengganggu keseimbangan
alami bakteri dalam usus sehingga menimbulkan diare.

Pada kasus diare yang berlangsung lama (kronis), faktor-faktor penyebabnya meliputi:

 Radang usus, seperti pada penyakit Crohn, kolitis ulseratif, atau kolitis mikroskopik.
 Irritable bowel syndrome.
 Penyakit celiac atau penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluten
3.4 Penanganan Rumah Sakit Kepada Pasien Diare

Perawat memberikan cairan intravena pada semua derajad dehidrasi karena adanya
kebijakan dan instruksi dari dokter untuk memberikan cairan intravena. Pemberian cairan
intravena pada semua pasien diare harus sesuai KARS pada standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI 6) dan JCI (2013), pada standar Prevention and Control of Infections (PCI 6), tentang
“mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan”. Pada peran perawat sebagai
pendidik, perawat memberikan edukasi mengenai lama pemberian zink, yaitu 10 hari didukung
oleh data dari observasi, dokumentasi dan triangulasi dengan orang tua. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perawat sudah menerapkan perawatan berpusat pada keluarga dan berprinsip pada
atraumatic care dengan memberikan edukasi.

3.5 Penindaklanjutan Jika Diare Tidak Berhenti Ketika Sudah 7 Hari

Diare akut adalah buang air besar (BAB) yang lembek, cair, bisa berupa air saja, dengan
frekuensi lebih sering, biasanya sehari 3 kali atau lebih, dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab diare akut adalah multifaktor, misalnya: bakteri, virus, parasit (cacing), gangguan
penyerapan zat/nutrisi makanan (malabsorbsi), alergi, keracunan, imunisasi, atau penyebab
lainnya.

Dokter akan melakukan upaya sebagai berikut:


1. Menilai derajat dehidarasi
2. Menentukan rencana pengobatan/terapi
3. Memberikan oralit dan makanan cair (sup, air tajin)

Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita (dalam kg) dengan 75
ml. Atau dapat juga memakai pedoman berikut ini.

Jumlah oralit yang diberikan untuk usia:


- Kurang dari 1 tahun: 300 ml
- 1-4 tahun: 600 ml
- Lebih dari 5 tahun: 1200 ml
- Dewasa: 2400 ml.

Obat
Pemberian obat direkomendasikan oleh dokter pada kasus diare yang bukan disebabkan oleh
virus (nonviral diarrheas), misalnya:
1. Diare yang disebabkan oleh spesies Aeromonas: dapat diberi cefixime dan sebagian besar obat
golongan cephalosporins generasi ketiga dan keempat.
2. Diare yang disebabkan oleh spesies Campylobacter: dapat diberi Erythromycin.
3. Diare yang disebabkan oleh C difficile: dapat diberi metronidazole oral atau vancomycin.
4. Diare yang disebabkan oleh C perfringens: jangan diberikan antibiotik.
5. Diare yang disebabkan oleh Cryptosporidium parvum: diberi paromomycin atau nitazoxanide.
6. Diare yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica: diberi metronidazole diikuti pemberian
iodoquinol atau paromomycin.
7. Diare yang disebabkan oleh E coli: dapat diresepkan trimethoprim-sulfamethoxazole bila
terjadi diare sedang hingga berat. Bila terjadi komplikasi sistemik, maka boleh diberikan obat
golongan sefalosporin generasi kedua atau ketiga secara parenteral. Pemberian antibiotik dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya hemolytic-uremic syndrome.
8. Diare yang disebabkan oleh G lamblia: diberi metronidazole atau nitazoxanide.
9. Diare yang disebabkan oleh spesies Plesiomonas: diberi trimethoprim-sulfamethoxazole atau
obat golongan cephalosporin.
10. Diare yang disebabkan oleh spesies Salmonella: diberi trimethoprim-sulfamethoxazole
sebagai lini pertama. Untuk kasus invasif, dapat diberikan ceftriaxone dan cefotaxime.
11. Diare yang disebabkan oleh spesies Shigella: diberi trimethoprim-sulfamethoxazole sebagai
lini pertama. Cefixime, ceftriaxone, dan cefotaxime direkomendasikan untuk kasus invasif.
12. Diare yang disebabkan oleh V cholerae: diberikan doxycycline sebagai antibiotik lini
pertama. Sedangkan erythromycin adalah antibiotik lini kedua.
13. Diare yang disebabkan oleh spesies Yersinia: dokter akan memberikan beberapa alternatif
pilihan, seperti: trimethoprim-sulfamethoxazole, cefixime, ceftriaxone, dan cefotaxime. Terapi
tidak memperpendek durasi penyakit, persiapkan bila terjadi komplikasi.
3.6 Meningkatkan Cairan didalam Tubuh Pasien Diare

1. Air putih

Air putih merupakan cairan terbaik untuk mencegah terjadinya dehidrasi dari diare. Selain
dapat dengan mudah didapatkan, mengonsumsi air putih juga sangat baik untuk ginjal. Ketika
mengalami diare, harus meningkatkan konsumsi air putih lebih banyak dari biasanya. Sebagai
contoh, jika biasanya minum air putih sebanyak 1,5 liter setiap hari, pada saat diare tingkatkan
konsumsi air putih menjadi 2-2,5 liter. Lakukan langkah tersebut untuk menjaga cairan di dalam
tubuh meski diare masih terjadi.

2. Air Kelapa

Air kelapa merupakan cairan alami yang kaya akan elektrolit, terutama potasium dan
magnesium. Pada keadaan diare yang lebih berat, elektrolit tubuh akan mulai mengalami
gangguan. Biasanya air putih saja tidak cukup untuk menggantikannya. Maka dari itu, penambahan
konsumsi air kelapa murni dapat sangat membantu untuk mengembalikan cairan elektrolit yang
hilang. Jika elektrolit tubuh terganggu dan tidak segera digantikan, dapat mengalami gejala-gejala
seperti badan lemas, tangan gemetar, termasuk sulit berkonsentrasi. Apabila gangguan elektrolit
yang dialami tergolong sangat berat, bisa menyebabkan gangguan jantung.

3. Kaldu

Kaldu terbuat dari tulang (ayam, sapi, dan lain-lain) yang direbus dengan air minum sangat
baik untuk dikonsumsi, terutama saat mengalami dehidrasi. Kaldu mengandung protein dan asam
amino yang sangat mudah untuk dicerna, sehingga tidak membebani kerja usus. Tidak hanya
protein, kaldu juga kaya akan mineral lain seperti kalsium, fosfor, dan magnesium.

3.7 Diare yang Berkepanjangan Berbahaya Bagi Pasien

Diare yang berkepanjangan sangat berbahaya dapat terjadi penyakit lain bersamaan dengan
diare. Beberapa penyakit yang dimaksud, di antaranya:

1. Sindrom usus besar


Sindrom usus besar alias irritable bowel syndrome (IBS) merupakan gangguan sistem
saluran cerna yang terjadi dalam jangka panjang. Penyakit ini memiliki gejala diare
berkepanjangan, yang disertai dengan sembelit, perut kembung, nyeri punggung, nafsu makan
menurun, dan dada terasa panas. Hingga saat ini, penyebab pasti sindrom usus besar masih belum
diketahui. Para ahli menduga bahwa keadaan ini dipicu oleh stres atau depresi yang terjadi secara
berkelanjutan.

2. Penyakit celiac

Penyakit celiac terjadi di saluran cerna, dan disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh
yang tidak normal terhadap gluten–protein yang ditemukan pada gandum. Beberapa golongan
orang yang lebih sering terkena penyakit ini, misalnya penderita lupus, penderita diabetes mellitus
tipe 1, penderita kanker usus, dan mereka yang punya riwayat keluarga dengan penyakit serupa.
Selain diare berkepanjangan, penyakit celiac juga menyebabkan bentuk tinja pucat, berlemak atau
berbau busuk, mudah lelah, mudah marah, perut begah dan nyeri perut.

3. Penyakit Crohn

Penyakit ini adalah kondisi gangguan kronis yang disebabkan oleh peradangan pada
lapisan sistem pencernaan. Peradangan pada kasus penyakit Crohn dapat menyerang semua bagian
sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke anus. Penyakit Crohn memiliki gejala berupa diare
berkepanjangan dan berulang. Selain itu tinja berdarah atau berlendir, nyeri perut yang makin
parah saat malam, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta mudah lelah.

4. Kolitis ulseratif

Ini adalah jenis peradangan usus yang terjadi dalam jangka panjang. Kondisi ini
menyebabkan timbulnya ulkus atau luka pada saluran cerna. Pada penyakit kolitis ulseratif, diare
berkepanjangan timbul bersama tinja berdarah atau bernanah. Selain itu terjadi pula kesulitan
buang air besar meski mulas, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta nyeri atau kram
pada perut. Kolitis ulseratif dapat sangat menganggu aktivitas hingga menurunkan kualitas hidup.
Penderita dianjurkan untuk segera berobat ke dokter, karena penyakit ini dapat mengancam
keselamatan jiwa.
5. Kanker usus besar

Kanker usus besar alias kolorektal adalah kondisi yang paling sering terjadi pada orang
berusia 50 tahun ke atas. Pada kasus ini, gejala yang paling sering timbul adalah perubahan pola
buang air besar, baik berupa diare berkepanjangan atau sembelit (konstipasi). Keluhan tersebut
turut disertai dengan gejala lain, berupa perut begah atau kembung, muntah berulang, mudah lelah,
penurunan berat badan secara drastis, dan nyeri perut yang hilang timbul.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia (WHO, 2013). Salah satu target
MDGs adalah menurunkan angka kematian pada anak, ermasuk menurunkan angka kematian yang
diakibatkan diare. Jika upaya dalam menangani masalah diare tidak dilakukan dengan cepat dan
berkelanjutan, maka dimungkinkan sebanyak 760.000 anak akan meninggal oleh karena diare
setiap tahunnya. Tetapi jika penanganan diare dilakukan dengan cepat dan tepat, maka jumlah
kematian anak karena diare akan menurun stiap tahunnya (WHO, UNICEF, 2013).

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar,
dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang
terpapar virus, bakteri, atau parasite. Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih
gejala. Namun, gejala yang paling sering dirasakan penderita diare antara lain:

 Perut terasa mulas.


 Tinja encer (buang air besar cair) atau bahkan berdarah.
 Mengalami dehidrasi.
 Pusing, lemas, dan kulit kering.

Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang berlangsung
lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.

Cara mengatasi masalah diare dengan banyak minum air putih, dan makan makanan yang rendah
serat.

4.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, berharap semoga pembaca atau pasien dapat lebih berhati-hati
lagi dalam memilih makan dan selalu menjaga kebersihan makanan serta lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

WHO (2014). Intregated Management of Childhood Illness (IMCI). Distance Learning Course,
Modul 4 Diarrhoea. WHO. Switzerland.

WHO. 2005. The Treatment of Diarrhoea, A manual for physicians and other senior health
workers, 4th rev. WHO. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai