Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ekologi, Masyarakat & Sains

E-ISSN: 2720-9717
Volume 1, Nomor 2, 2020
ECOTAS
http://journals.ecotas.org/index.php/ems

Sisi Masalah Kemiskinan dari Sustainable


Development Goals melalui Perspektif
Ekologi Manusia
Dwiki Faiz Sarvianto1*
1
Program Studi Sosiologi Pedesaan FEMA IPB University, Gedung FEMA W1-L2, Kampus IPB
Dramaga, Jl. Kamper, Kabupaten Bogor 16680.

Abstrak
Kata Kunci: Secara global, hingga kini upaya untuk mengatasi permasalahan sosial-
Ekologi manusia, ekonomi dengan lingkungan selalu dikaitkan melalui Sustainable
kemiskinan, Development Goals (SDGs). Namun, di dalamnya sendiri ada masalah
Sustainable kemiskinan sebagai hal utama yang harus dianalisis untuk perencanaan
Development Goals pembangunan ke depannya secara holistik. Kajian ini dengan menggunakan
(SDGs) alat analisis three divides, iceberg model, dan systems theory melalui
pendekatan kualitatif harus bisa mendeskripsikan fenomena kemiskinan
dalam SDGs ini. Hasilnya; ketiga alat analisis tersebut memiliki poin utama
masing-masing yang menjelaskan fenomena kemiskinan dalam SDGs
sesuai porsinya masing-masing.
Abstract
Keywords: Globally, efforts to address socio-economic and environmental problems
Human ecology, have always been linked through Sustainable Development Goals (SDGs).
poverty, Sustainable However, within itself there is the problem of poverty as the main thing that
Development Goals must be analyzed for future development planning holistically. This study
(SDGs) using three divides analysis tools, the Iceberg model, and systems theory
through a qualitative approach must be able to describe the phenomenon of
poverty in these SDGs. The result; the three analysis tools have their main
points that explain the phenomenon of poverty in the SDGs according to
their respective portions.

penduduk akan memengaruhi tekanan pada


1 PENDAHULUAN
keberlanjutan lingkungan nantinya. Hal ini
Adanya pertumbuhan penduduk dunia setara dengan pernyataan Hunter (2000:1)
semakin lama semakin banyak dapat bahwa ukuran penduduk secara inheren
menyebabkan permasalahan yang serius untuk (berhubungan erat) dengan lingkungan sebagai
keberlanjutan hidup manusia di dunia. Kini, kebutuhan sumber daya manusia.
jumlah populasi dunia sudah mencapai ± 7.7 Penggunaan lingkungan sebagai
miliar jiwa dan terus silih berganti (ke jumlah kebutuhan tak serta merta dilakukan secara adil
yang lebih banyak) seiring adanya kelahiran pada konteks tatanan aras global dengan
dan kematian. Jumlah tersebut menimbulkan adanya pertambahan penduduk. Dominansi
dasar pemikiran bahwa bertambahnya pihak-pihak penguasa ataupun perusahaan

*
Penulis koresponden: faizdwiki@apps.ipb.ac.id

12
Sisi Masalah Dwiki Faiz Sarvianto

membentuk sebuah ketimpangan pula dalam kerja yang dimulai tahun 2015 hingga
kesejahteraan dan penggunaan sumber daya diproyeksikan tujuh belas tujuannya tercapai
alam pada masyarakat miskin atau belum pada tahun 2030 di masa yang akan datang.
sejahtera. Setara dengan pernyataan tersebut, Ketujuhbelas tujuan tersebut dapat dikatakan
Wahyuni dan Rusli (2007:358) menjelaskan sebagai pengentasan masalah yang
bahwa ada keterkaitan adanya pertambahan menyelimuti penduduk di seluruh negara, baik
penduduk dengan dominansi pihak yang negara berkembang ataupun negara miskin,
menggunakan lingkungan secara berlebih intinya keseluruhan tersebut bersifat holistik
mampu menyebabkan kesenjangan pendapatan dan seperti terikat satu sama lain. Selain itu,
yang diperoleh masyarakat. Hal ini dapat konteks permasalahannya pun berbagai dan
diilustrasikan sebagai pertambahan penduduk lintas bidang ada sebagai tujuan pembangunan
yang semakin banyak namun ruang untuk dunia yang berkelanjutan. Singkatnya, menurut
penghidupan semakin kecil, atau bahkan bila United Nations (2019) pada websitenya, SDGs
ada pasti hanya berupah kecil. adalah:
Tak hanya variabel penggunaan
“…At its heart are the 17 Sustainable
lingkungan yang utama. Wahyuni dan Rusli
Development Goals (SDGs), which are an
(2007:356) berpendapat bahwa dengan
urgent call for action by all countries-
menggunakan pendekatan sistem, dapat
developed and developing-in a global
dikatakan sistem penduduk bersama dengan
partnership. They recognize that ending
sistem lain pasti saling berhubungan
poverty and other deprivations must go hand-
berpengaruh dan menentukan tingkat
in-hand with strategies that improve health
kesejahteraan penduduk yang dicapai.
and education, reduce inequality, and spur
Singkatnya konteks tersebut menjelaskan
economic growth-all while tackling climate
bahwa terdapat hubungan kausalitas yang
change and working to preserve our oceans
bersifat domino dari sistem kependudukan atau
and forests…”
lingkungan pada sistem lain.
Dewasa kini, ruang untuk mencari Bila ditinjau dari tujuan yang
pendapatan semakin kecil dengan adanya diharapkan adanya SDGs seperti yang sudah
permasalahan lingkungan-penduduk sehingga dibahas, pasti terdapat masalah yang memang
menimbulkan kemiskinan. Pendapatan yang menjadi fokus utama, seperti kemiskinan.
diperoleh pun mampu menyebabkan pula pola Kemiskinan diasumsikan menjadi tidak ada
kegiatan terkait konsumsi dan pembuangan lagi dengan adanya SDGs yang mampu
limbah sumber daya yang digunakan. Pada mengakhirinya melalui segala pembangunan,
masyarakat dengan pendapatan rendah akan hal tersebut terlihat dalam kalimat “that ending
menekan lingkungan sebagai tempat poverty”. Masalah kemiskinan dipandang
pembuangan limbah sehingga menyebabkan sebagai masalah yang cukup sulit dipecahkan
kekumuhan, sedangkan masyarakat pendapatan dalam masyarakat, terbukti juga bahwa hal
tinggi mampu mengatasi hal itu namun tersebut dicantumkan oleh United Nations pada
konsumsi energinya dilakukan secara nomor satu; terlepas dari indikator apapun
berlebihan karena kemampuannya (Hunter untuk mengurutkan tujuh belas program
2000:33). Konteks kesetaraan dalam tersebut.
pendapatan dan kesejahteraan sebenarnya harus Bertemakan keberlanjutan, SDGs
terbangun untuk menjadi fokus dalam mencoba menghubungkan pembangunan yang
mengatasi hal tersebut. Tujuan terciptanya adil dan tidak merugikan siapapun, baik
kesejahteraan, salah satunya dari segi lingkungan maupun penduduk. Hubungan
pendapatan adalah agar terwujudnya paradigma lingkungan dengan penduduk pun menurut
untuk menjaga lingkungan bersamaan dengan Marten (2001:1) dapat dipelajari sebagai
pemenuhan kebutuhan masyarakat yang sebuah ilmu yang disebut ekologi. Ekologi di
berkelanjutan. dalamnya mengandung semua organisme yang
Salah satu upaya masyarakat dunia terdapat pada sebuah lingkungan, baik
melalui lembaganya yakni Perserikatan manusia, tumbuhan, hewan, maupun organisme
Bangsa-Bangsa (United Nations) untuk abiotik yang menurutnya disebut sebagai
mengentaskan permasalahan yang ada melalui ekosistem. Ekosistem di dunia ini tak berdiri
program Sustainable Development Goals sendiri dan mengatur sistemnya secara mandiri,
(SDGs). SDGs dilakukan sebagai program di samping ekosistem, terdapat sistem sosial

13
EMS 1-2-2020

yang menjadi penyeimbang/sandingan dari tools analisis dari tiga jurang ketimpangan itu
ekosistem tersebut. Sistem sosial tergabung sendiri. Scharmer Otto dan Kaufer Katrin
dalam sebuah konsep yang di dalamnya (2013) membagi atas tiga ketimpangan yang
terdapat variabel hasil karya/kegiatan manusia terjadi: (1) Ketimpangan ekologi (self ≠
sebagai makhluk hidup, seperti teknologi, nature); (2) Ketimpangan sosial (self ≠ other);
populasi, nilai, organisasi sosial, dan dan (3) Ketimpangan spiritual (self ≠ self).
pengetahuan yang mampu memengaruhi Masing-masing ketimpangan memiliki kasus
ekosistem sebagai sebuah energi, material, dan dan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
informasi (Marten 2001:3). Hal tersebut yang Pertama, ketimpangan ekologi (self ≠ earth)
kemudian lebih lanjut disebut oleh dirinya menurutnya merupakan fenomena yang terjadi
sebagai ekologi manusia. Masalah bila manusia terus melakukan degradasi pada
pembangunan dari latar belakang munculnya lingkungan dengan skala yang masif. Selain
program SDGs bila ditelaah secara rinci itu, kegunaan dan daya lingkungan tidak dapat
mencakup keterkaitan antara sistem sosial lagi dijadikan sumber daya dukungan untuk
dengan ekosistem yang ada (ekologi manusia), generasi berikutnya (masa depan). Pangan juga
utamanya dari segi kemiskinan yang berakibat tak dapat dihasilkan untuk terus memenuhi
fatal pada kerusakan lingkungan. Oleh karena kebutuhan masyarakat manakala ketimpangan
itu, cukup penting untuk menganalisis lebih ini terjadi. Kepedulian akan lingkungan
jauh keterkaitan yang terjadi dalam masalah menjadi berkurang apalagi untuk
SDGs ini, terutama soal kemiskinan di dalam melestarikannya dan menyeimbangkan
program pembangunan keberlanjutan SDGs itu kegiatannya pada lingkungan yang terus-
sendiri. menerus ditekan. Kasus-kasus yang dijelaskan
oleh Scharmer, intinya lebih cenderung kepada
2 METODE PENELITIAN krisis yang bersifat rusaknya lingkungan,
seperti banjir, kebakaran hutan, dan
Kajian ini mengambil masalah-masalah pencemaran lingkungan (udara, air, dan tanah).
yang ada pada SDGs untuk dikembangkan dan Kedua, berbeda dengan ketimpangan
dianalisis. Adapun yang menjadi persoalan sosial, menurut Scharmer dan Kaufer (2013)
utama di dalamnya yakni mengenai terjadi ketika di antara manusia terjadi
kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan perbedaan akses dan hasil yang didapatkan
banyaknya penekanan yang terjadi pada untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
lingkungan beranjak dari kemiskinan tersebut. Akses dan hasil ini diasumsikan sebagai
Selain itu, diakui juga bahwa kemiskinan ini ekonomi yang harus didapatkan oleh manusia
juga menjadi persoalan nomor satu dalam sebagaimanapun. Dengan begitu, tak heran bila
SDGs yang dapat diasumsikan menjadi akar sosial-ekonomi tak dipisahkan oleh Scharmer.
permasalahan manusia-lingkungan. Lebih lanjut, dirinya menjelaskan, ketimpangan
Kajian ini menggunakan pendekatan ini terjadi saat antar individu mementingkan
kualitatif di dalamnya dengan metode studi keuntungannya sendiri, namun tidak berbagi
pustaka untuk disintesakan menjadi temuan kepada sesamanya. Contoh kasus yang
baru dalam konteks masalah SDGs ini. Scharmer berikan yakni adanya ketimpangan di
Permasalahan dari SDGs sendiri dalam kajian dunia bahwa satu persen individu yang
ini akan dianalisis menggunakan tiga alat memiliki kekayaan terbesar mampu menguasai
analisis: three divides, iceberg model, dan sembilan puluh persen akses dan sumber daya
systems theory. Adapun data-data maupun di dunia ini.
penelitian empiris lainnya bersumber sebagai Pada konteks ketimpangan spiritual,
data sekunder yang didapat dari jurnal dan manusia diasumsikan sebagai makhluk yang
buku. kehilangan sifat manusiawinya. Kesadaran
3 HASIL DAN PEMBAHASAN akan dirinya untuk bertindak positif tidak
timbul dalam ketimpangan spiritual. Menurut
3.1 Masalah pada SDGs melalui Analisis Scharmer, jurang ini membuat banyak manusia
Three Divides kehilangan arah dan mengalami depresi akibat
lingkungan luar maupun lemahnya dukungan
Sebelum dilakukan analisis pada dari dalam diri. Sebagai individu, dirinya
Sustainable Development Goals (SDGs), lebih kurang mengetahui jati diri dan hakikinya bila
baiknya dijelaskan terlebih dahulu mengenai manusia harus tidak individualis, ber-ego

14
Sisi Masalah Dwiki Faiz Sarvianto

rendah, dan tidak membuat kerusakan pada lingkungan yang berkelanjutan dengan manusia
apapun. sebagai penduduknya mesti diupayakan agar
Setelah dijabarkan, masalah dari SDGs sistemnya seimbang. Rata-rata kasus masalah
dapat diidentifikasikan masuk klasifikasi yang ada, pembangunan lingkungan tak
jurang ketimpangan berbentuk apa kasusnya. memedulikan manusianya, atau bahkan
Hal ini seperti yang tertera dalam gambar sebaliknya. Masalah tersebut dapat
berikut. dicontohkan oleh kasus yang terjadi di
Indonesia melalui riset Pratiwi (2008:106).
Pratiwi (2008) menyatakan bahwa secara
umum dalam beberapa dasawarsa terakhir
Indonesia terus melaksanakan pembangunan,
namun seiring banyaknya masalah juga,
menyebabkan pembangunan seperti sia-sia dan
tidak berlanjut. Dirinya menyebutkan bahwa
secara umum permasalahan lingkungan hidup
di Indonesia terdapat lima pokok hal:
pencemaran, pemanfaatan alam secara tidak
terkendali, kepadatan penduduk, menurunnya
populasi fauna, dan ketidakseimbangan
Gambar 1. Masalah dalam SDGs terbagi atas ekosistem-ekosistem. Atas pernyataan Pratiwi
ketimpangan (Scharmer dan Kaufer 2013) (2008) pula bila masalah lingkungan hidup di
Indonesia belum selesai untuk mengatasinya.
Jurang ketimpangan ekologi yang
Konsep keberlanjutan yang sebagaimana mesti
selama ini terjadi tidak bisa dipisahkan antara
dapat digunakan secara baik pada masa depan
manusia dengan lingkungan. Permasalahan
(untuk generasi mendatang) tidak akan pernah
mengenai lingkungan kini begitu besar karena
terwujud bila masyarakatnya melakukan
adanya pencemaran dimanapun. Meskipun
konsumsi terus-menerus tanpa memerhatikan
masih ada daerah yang belum terkena
lingkungan yang ada. Secara garis besar pun,
pencemaran, namun tak dipungkiri lagi bila
lingkungan tidak dapat mengimbangi
nantinya akan terkena pencemaran akibat
pertumbuhan masyarakat yang begitu pesat,
aktifitas manusia. Bila dikaitkan dan dianalisis
baik secara kuantitas maupun kualitas.
pada konteks masalah yang ada dalam
Masalah pembangunan yang terjadi
Sustainable Development Goals (SDGs),
pada tujuan dua belas (12) konteksnya tentang
jurang ketimpangan ekologi masuk pada
produk konsumsi yang digunakan oleh
masalah tujuan: 11, 12, 13, 14, 15. Hal tersebut
masyarakat. Hal tersebut secara terus-menerus
dikarenakan permasalahan yang menjadi latar
menimbulkan masalah pada lingkungan secara
belakang munculnya tujuan-tujuan itu sangat
luas, contoh kasusnya seperti di Indonesia.
berkaitan erat dengan lingkungan dan
Adanya tujuan tersebut, diharapkan konsumsi
ekosistem yang ada (ekologi). Sesuai dengan
yang dilakukan masyarakat mampu menurun
pernyataan Scharmer dan Kaufer (2013) bahwa
dengan penggunaan energi yang begitu efisien
ketimpangan ekologi (self ≠ earth) merupakan
dan efektif. Konsumsi yang begitu besar
fenomena yang terjadi bila manusia terus
mampu menyebabkan sampah atau buangan
melakukan degradasi pada lingkungan dengan
energi yang sia-sia. Menurut data Statistik
skala yang masif sehingga menimbulkan
Lingkungan Hidup Indonesia yang dikeluarkan
kerusakan. Kepedulian akan lingkungan
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018,
menjadi berkurang apalagi untuk
data tersebut menyebutkan bahwa saat tahun
melestarikannya dan menyeimbangkan
2016 jumlah timbunan sampah di Indonesia
kegiatannya pada lingkungan yang terus-
mencapai 65.200.000 ton per tahun dengan
menerus ditekan.
penduduk sebanyak 261.115.456 orang. Hal itu
Konteks yang terjadi pada masalah
mengindikasikan sangat banyak sampah yang
pembangunan tujuan sebelas (11) yakni
dibuang setiap orangnya per tahun. Jumlah
ketidakberlanjutannya pembangunan
tersebut belum lagi dikategorikan ke dalam
masyarakat dengan lingkungan sekitarnya
jenis/bahan sampah yang terbuang ke air
sebagai tempat tinggal masih terjadi.
(sungai)/laut, seperti bahan plastik. Jenis
Berdasarkan tujuan sebelas (11), pembangunan
sampah berbahan plastik yang sulit terurai bila

15
EMS 1-2-2020

dibuang ke sungai/laut akan menyebabkan masalah hubungan antar manusia sebagai


pencemaran air maupun merusak kehidupan subjek kehidupan di dunia ini yang bisa disebut
hewan laut, seperti masalah yang ada pada sebagai jurang ketimpangan sosial ekonomi.
tujuan empat belas (14) yakni rusaknya Jurang ketimpangan sosial bisa diambil
ekosistem bawah laut. Hal ini pun setara pengertiannya dari simbol (Self ≠ Other) yang
dengan pernyataan dari Uar et al. (2016:89) dimaksudkan merupakan cerminan putusnya
bila kerusakan terumbu karang pun dapat hubungan dengan sesama karena keuntungan
disebabkan oleh aktifitas konsumsi manusia di semata-mata yang harus diambil. Atas
bidang perikanan. Selain terumbu karang, keuntungan tersebut pula, jurang ketimpangan
makhluk hidup lainnya pun dapat punah akibat ini tak hanya ketimpangan sosial. Di sisi lain,
aktifitas sampah yang ada di laut. Atas kedua ketimpangan tersebut bersamaan dengan
kasus tersebut, dari permasalahan tujuan dua ketimpangan ekonomi juga karena pendapatan
belas (12) pun bisa mengaitkan permasalahan yang dihasilkan berbeda hingga menyebabkan
lain di tujuan empat belas (14) pada SDGs; hal adanya kemiskinan.
ini sudah mengindikasikan bila sistem yang Bila dikaitkan dengan Sustainable
positif harus dibangun. Development Goals (SDGs), maka
Sedikit berbeda bila membahas iklim permasalahan pembangunan di dalam SDGs
dan kehidupan pada lahan terbuka/tertutup, ada pada tujuan satu (1) hingga sepuluh (10).
seperti hutan yang ada di tujuan tiga belas (13) Masalah-masalah tersebut secara berurutan
dan lima belas (15) pada SDGs. Keterkaitan berupa: kemiskinan, kelaparan, masyarakat
iklim dengan kerusakan lahan hubungannya yang rentan sakit (kurang gizi), rendahnya
sangat erat. Namun, biasanya rata-rata pendidikan, ketimpangan gender, sanitasi/air
perubahan iklim disebabkan oleh adanya tercemar, banyak energi boros, pertumbuhan
aktifitas kerusakan pada ekosistem lingkungan, ekonomi tidak merata (termasuk pekerjaan),
seperti hutan. Iklim dalam hal ini bisa industri dan pembangunan infrastruktur tidak
dikatakan sebagai variabel yang dipengaruhi menganut keberlanjutan, dan ketimpangan
secara kuat oleh aktifitas/kondisi lingkungan akses (peluang) pertumbuhan yang terjadi di
seperti adanya deforestasi hutan yang banyak negara. Tak terbantahkan bila
diungkapkan oleh Mawalagedara R dan ketimpangan sosial ekonomi dalam masalah
Oglesby R (2012:3). Pernyataan tersebut pembangunan SDGs merupakan terbanyak dan
bahkan Mawalagedara R dan Oglesby (2012:6) saling berkaitan pula. Namun, bila
ambil dari kondisi lapang di negara Asia disandingkan dengan indikator Badan Pusat
Selatan dan Tenggara, hal ini mengindikasikan Statistik (BPS) yang dimiliki pemerintah,
bila Indonesia dan negara Asia Selatan serta nampaknya masalah ketimpangan sosial
Tenggara lainnya turut saling berkaitan untuk ekonomi yang ada hampir sama dengan
memengaruhi iklim regional. Dengan SDGs, permasalahan pada indikator kesejahteraan
diharapkan connected bersama negara lain menurut BPS. Tahun 2018, BPS mengeluarkan
dapat mengatasi permasalahan tersebut. indikator kesejahteraan rakyat yang di
Apalagi mengenai pembakaran hutan, yang dalamnya terjadi dalam delapan bidang:
efeknya pun bisa ke beberapa negara untuk kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan,
merasakan dampaknya. ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi,
Tak sampai di situ saja, permasalahan perumahan dan lingkungan, kemiskinan, dan
yang ada pada tujuan tiga belas (13) dan lima sosial. Dengan arti lain, hal tersebut
belas (15) pun saling berhubungan, apalagi mengartikan bahwa Indonesia sebagai suatu
dengan maraknya kasus penebangan pohon, contoh kasus, masih mengalami hal-hal jurang
serta ekspansi perusahaan untuk ketimpangan sosial ekonomi dengan indikator
mengeksploitasi sumber daya alam yang terus- pembangunan BPS dan SDGs yang
menerus. Konteks iklim dan kerusakan hutan menunjukkan perbedaan masing-masing
menjadi catatan tersendiri dengan adanya bidang memiliki permasalahan tersendiri.
SDGs, karena kedua permasalahan tersebut Apabila masalah yang ada pada SDGs
merupakan masalah yang besar dan lebih sulit dan BPS diasumsikan sebagai suatu hal yang
daripada merubah pola konsumsi atau terikat satu sama lain, maka tak bisa disalahkan
pembangunan masyarakat yang ada pada juga bila SDGs maupun BPS menempatkan
bahasan sebelumnya. Selain masalah-masalah kemiskinan menjadi faktor paling penting.
jurang ketimpangan ekologis, terdapat pula Jurang ketimpangan sosial ekonomi yang

16
Sisi Masalah Dwiki Faiz Sarvianto

menyebabkan kemiskinan pasti terjadi adanya keterkaitan ekonomi dengan negara


dikarenakan adanya ketimpangan akses pula maju yang menunjukkan kebergantungan.
dalam hal keuntungan. Benar kata Marx bahwa Ketergantungan tersebut pula yang tidak bisa
golongan kaya akan selalu mencari keuntungan dilepaskan bagi negara miskin/berkembang
terus-menerus tanpa memerhatikan sesamanya karena belum kesiapannya membangun
yang berada di golongan bawah, dan bila negaranya secara mandiri. Berdasar masalah
golongan bawah mendobrak untuk dan harapan sebelumnya, mau tidak mau,
“mengambil” kekayaannya, hal tersebut tidak jurang ketimpangan sosial ekonomi bila tidak
akan bisa (Magnis-Suseno 2016). Demikian diatasi melalui SDGs sekalipun, nantinya akan
pula terjadi gap ketimpangan yang semakin merembet pada hal-hal lain. Hal lain tersebut
membesar. Adanya SDGs diharapkan bisa berupa masalah lingkungan/ekologi
setidaknya memperkecil/menekan angka lainnya seperti yang sebelumnya dipaparkan
kemiskinan di level global yang kini makin maupun landasan spiritual yang juga terdapat
integrated dengan adanya modernisasi dan ketimpangan di dalamnya, hal tersebut
globalisasi. Atas hal itu, ketika masalah membuat kompleksitas jurang ketimpangan
kemiskinan sudah diperbaiki, kesejahteraan apapun.
yang lain pun dapat terpenuhi. Bila diulas dalam jurang ketimpangan
Namun, masalah kemiskinan yang ada ekologi dan sosial ekonomi, narasi keterlibatan
di nomor satu SDGs tentu tak serta merta manusia menjadi subjek pembangunan atau
berevolusi dengan cepat hingga tak permasalahan sangat lah penting untuk
menyebabkan masalah lain hingga tujuan dimunculkan. Manusia menjadi aktor dari
nomor sepuluh dalam hal ketimpangan sosial segala perubahan yang ada di dunia. Hal
ekonomi. Hal ini menjadi dilema tesendiri bila tersebut tak terlepas dari sifat internal dalam
disetarakan dengan teori Hunter. Masyarakat dirinya yang membentuk apakah dirinya
dengan pendapatan rendah akan menekan menjadi manusiawi atau tidak. Kemanusiaan
lingkungan sebagai tempat pembuangan limbah atau sifat manusiawi seseorang merupakan
sehingga menyebabkan kekumuhan, sedangkan bentuk spiritual yang dimiliki setiap individu
masyarakat pendapatan tinggi mampu untuk menjalani kehidupannya.
mengatasi hal itu namun konsumsi energinya Dewasa kini, jurang ketimpangan
dilakukan secara berlebihan karena spiritual turut menjadi masalah global menurut
kemampuannya (Hunter 2000:33). Secara Scharmer. Konteks ketimpangan spiritual
singkat, miskinnya masyarakat mampu menurutnya, manusia diasumsikan sebagai
membuat permasalahan tujuan lain ikut ada. makhluk yang kehilangan sifat manusiawinya.
Hal tersebut seperti kasus kemiskinan yang Kesadaran akan dirinya untuk bertindak positif
mampu menyebabkan lingkungan tidak timbul dalam ketimpangan spiritual.
masyarakatnya menjadi tidak sehat sehingga Menurut Scharmer dan Kaufer (2013), jurang
memunculkan penyakit (kelaparan dan kurang ini membuat banyak manusia kehilangan arah
gizi) dan masalah lingkungan lainnya dan mengalami depresi akibat lingkungan luar
(sanitasi); sedangkan masyarakat kaya atau maupun lemahnya dukungan dari dalam diri.
mampu mengonsumsikan energi yang banyak Sebagai individu, dirinya kurang mengetahui
namun tidak memerhatikan pemanasan global jati diri dan hakikinya bila manusia harus tidak
dan perubahan iklim. Belum lagi soal akses individualis, ber-ego rendah, dan tidak
pendidikan dan pekerjaan, di dalamnya ada membuat kerusakan pada apapun.
ketimpangan soal kemudahan dalam Bila dikaitkan pada Sustainable
mengakses informasi dan persoalan gender Development Goals (SDGs), jurang
yang seringkali menghalangi akses bagi ketimpangan spiritual terjadi dalam masalah
perempuan. Hal tersebut yang kemudian juga tujuan pembangunan ke-16 dan 17. Hal
makin memiskinkan kondisi masyarakat dan tersebut mengartikan bila masalah pada tujuan
memperjauh harapannya dari kesejahteraan enam belas (16), yakni ketidakadilan, konflik,
yang kemudian peran SDGs harus digaungkan. dan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
Sebagai agenda kerja hingga 2030, dalam kelembagaan masih terjadi di level
SDGs menjadi agent of change untuk global maupun mikro. Keadilan, minimnya
memperbaiki masalah-masalah yang terjadi di konflik, dan tidak adanya kasus KKN menjadi
level global. Narasi tersebut melihat konteks agenda besar SDGs karena masih ditemukan
masalah ekonomi bisa ditimbulkan dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan jurang

17
EMS 1-2-2020

ketimpangan spiritual, contohnya konflik sosial dunia semakin mengalami kekosongan


karena ketidakadilan. Avis WR (2019:2) dalam hal etika dan moral politik untuk
mengatakan bahwa ketidakadilan dapat menentukan kebijakan setiap negara. Kasus ini
menyebabkan konflik hingga kini dan menjadi penting juga lantaran nilai spiritual
menjadikan sebuah masalah yang kompleks termasuk pada menyikapi diri sebagai makhluk
karena banyaknya dampak yang ditimbulkan. ciptaan Tuhan. Bila ketidakadaan nilai
Dirinya menyebutkan bahwa terdapat sekitar 2 spiritual/moral, maka jauh juga manusia dari
miliar orang (sekitar sepertiga dari populasi Sang Pencipta.
dunia) tinggal di negara yang terkena dampak Tiga jurang ketimpangan yang
konflik dan membahayakan. Menambahkan dipaparkan memiliki karakteristik masing-
lagi dari pernyataannya bahwa 2 miliar orang masing pada masalah dalam pembangunan
tersebut rentan akan mengalami kematian dan SDGs. Padahal, SDGs tersebut ada untuk
kemiskinan terus-menerus; hal ini terciptanya hal yang adil bagi level dunia.
mengindikasikan bila jurang ketimpangan Namun, kontekstual yang terjadi memang sulit
sosial ekonomi bisa terjadi karena ketimpangan direalisasikan hingga kini. Masalah yang
spiritual. Bahkan studi dari Schafer (2018) terjadi nampaknya harus dilakukan secara
menyebutkan bahwa setiap tahunnya, konflik bersama melalui agenda yang besar pada
yang terdapat pada seluruh dunia merugikan SDGs. Agenda konkrit tersebut nantinya dapat
seluruh negara hingga 13,6 triliun dollar. Hal untuk meredam jurang ketimpangan agar tak
tersebut pula dirinya menyebutkan bahwa semakin meluas.
agenda 2030 alias SDGs dapat terganggu Adanya kompleksitas dalam masalah
dengan adanya konflik. Belum lagi persoalan jurang ketimpangan tersebut, meninjaunya pun
korupsi seperti yang terjadi di Indonesia, harus disertai dengan systems thinking dan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggunakan tools yang mampu melihat
memenjarakan berbagai pejabat negara hingga masalah tersebut secara terstruktur maupun
unit terkecil akibat korupsi. Hal tersebut sistematis sebelum bertindak. Oleh karena itu,
menambah daya usaha SDGs untuk dibutuhkan pula analisis lain untuk pendekatan
mengentasan kasus melalui tujuan enam belas masalah pembangunan yang ada pada SDGs di
(16), yakni keadilan dan kedamaian demi level manapun.
terciptanya kedaulatan masyarakat yang
bertatanan sejahtera dan bahagia. 3.2 Masalah pada SDGs melalui Analisis
Adanya tujuan tertentu, keuntungan, Iceberg Model
dan hilangnya sifat manusiawi dalam
Menurut Monat J (2015:13), iceberg
kehidupan, dapat mendorong juga
model salah satu alat analisis yang membantu
permasalahan ke-17 dalam SDGs terus terjadi,
mengenalkan hubungan antar komponen yang
yakni individualistik, egosentrik, dan
mendalam pada suatu sistem terkait
keserakahan manusia yang kemudian tidak
permasalahan seperti kemiskinan. WWF
akan menciptakan partnership dalam mencapai
(2019:18) sendiri menyebutkan bahwa iceberg
tujuan bersama. Padahal bila dilihat secara
model diadaptasi dari teori yang dikeluarkan
positif, kemitraan yang dimaksudkan SDGs
oleh Goodman. Konsep iceberg model dari
yakni adanya kolaborasi (jejaring)
Goodman tersebut berisikan urutan dari yang
kelembagaan antar sistem sosial di masyarakat
nampak hingga suatu latar belakang terjadinya
mampu menyejahterakan masyarakat itu
masalah seperti kemiskinan melalui event
sendiri. Kasus yang kini masih ada tentang
(peristiwa yang nampak), patterns (pola dan
spiritual dengan sifat negatifnya manusia
tren), structures (sistem terstruktur sebagai
dinyatakan oleh Sfeir Younis (2004), bahwa di
penyebab), and mental models (paradigma)
era millenial kini, instrumen politik dan kondisi
pada tabel 1 di bawah.
Tabel 1. Matriks analisis iceberg model
Aspek Komponen masalah Pilihan respon
Events Fenomena kemiskinan di seluruh Melawan adanya ketimpangan
dunia akses dan hasil seperti Marxian
untuk peningkatan pendapatan
masyarakat umum
Patterns Perkembangan pembangunan Pembangunan kemajuan ipteks

18
Sisi Masalah Dwiki Faiz Sarvianto

Aspek Komponen masalah Pilihan respon


melalui teknologi atau harus disertai antisipasi resiko yang
industrialisasi tanpa memerhatikan ada dengan memerhatikan sistem
sumber daya manusia dan alam sumber daya manusia dan alam
yang kompleks di seluruh sumber yang terbatas.
daya, sejak dahulu hingga kini
menyebabkan ketimpangan antara
golongan kaya dan miskin. Secara
singkat timbul narasi: “yang miskin
makin miskin, yang kaya makin
kaya”.
Structures Adanya sistem birokrasi (perizinan Menata ulang sistem birokrasi dan
apapun dikeluarkan untuk usaha kapitalis dengan data yang lebih
eksploitasi sumber daya alam) yang presisi dengan tujuan agar program
KKN maupun kapitalisme yang pembangunan dan ketepatan
terus-menerus: mencari keuntungan mengatasi masalah lingkungan
dengan mengupahkan buruh dengan semakin membaik.
murah, ekspansi produknya ke
berbagai wilayah, dan
ketidakpedulian terhadap people
dan planet
Mental models Sistem bertahan dengan adanya Paradigma “dengan uang bisa
asumsi dan paradigma: “dengan segalanya” seharusnya
uang bisa segalanya” dipertanyakan. Bagaimana keadaan
memiliki sedikit uang dimiliki oleh
sebagian banyak orang? Tentu hal
tersebut membuat ketimpangan
begitu jauh gap-nya. Selain itu
melanggengkan segala bentuk
penindasan bagi orang miskin
dengan birokrasi ataupun kapitalis.
Ketimpangan semakin terjadi terus
menerus pada akhirnya.
dimaksudkan untuk mengatasi masalah
Bila ditinjau pada tabel 1, adanya
kompleksitas yang terjadi. Kompleksitas dalam
permasalahan kemiskinan yang termasuk
hal ini menciptakan sebuah sistem yang saling
jurang ketimpangan sosial ekonomi harus
terikat satu sama lain antar masalah yang
segera ditekan untuk mewujudkan
terjadi. Adanya sistem pada kompleksitas
kesejahteraan bagi masyarakat. Hal yang harus
masalah menuntut solusinya pun harus bersifat
dibenahi dari tingkat tapak memang aspek
sistematis juga, alias melihat secara luas juga
mental models, paradigma yang dibangun harus
pandangan yang dimiliki setiap individu. Mulai
diuji kembali melalui asumsi: “siapa yang
dari pikiran, gagasan, dan solusinya semuanya
dirugikan bila semua harus dilakukan untuk
harus bersifat kompleks dan tersistem saling
uang?”. Dengan pengujian asumsi tersebut,
memengaruhi.
segalanya akan merubah hingga ke aspek
realitas yang ada. Kondisi kemiskinan ini
Menurut Meadows D dalam bukunya
sudah menjadi masalah yang tak tuntas sama
mengenai “Thinking in Systems: From the lead
sekali hingga sekarang, setidaknya menekan
autgor of the international”, sistem
seminimal mungkin kemiskinan itu terjadi.
merupakan:
3.3 Masalah pada SDGs melalui Analisis “…isn’t just any old collection of things. A
Systems Theory system is an interconnected set of elements that
is coherently organized in a way that achieves
Perkembangan program kerja
something. If you look at that definition closely
Sustainable Development Goals (SDGs) bila
for a minute, you can see that a system must
dilihat secara teliti tentu memiliki tujuan ideal.
consist of three kinds of things: elements,
Adanya pemekaran dari yang hanya berjumlah
interconnections, and a function or purpose…”
delapan tujuan pada MDGs menjadi tujuh belas
tujuan pembangunan dalam SDGs, tentu

19
EMS 1-2-2020

Pada pernyataan Meadows tersebut dari kemiskinan. Tetapi, cara itu bisa terjadi
(2008:11), terdapat tiga kata kunci yang bila upah yang dibayarkan pun mencukupi
menjadi poin untuk dikembangkan sebagai kebutuhan sehari-hari. Hal itu bisa
systems theory. Ketiga kata tersebut adalah dipermasalahkan lantaran ditemukan juga oleh
elemen, keterhubungan satu sama lain, dan BPS (2019) yang menyebutkan bila di
tujuan/ fungsi agar mencapai kebutuhan yang Indonesia ini terdapat 7 dari 17 kategori
diinginkan. Bila dikaitkan dengan realitas yang lapangan pekerjaan dengan rata-rata upah
ada terkait permasalahan kemiskinan di buruh lebih rendah daripada rata-rata upah
Indonesia dan masalah pembangunan pada buruh nasional. Padahal bila dikaitkan dengan
SDGs, kemiskinan dapat dikategorikan sebagai teori Marx, upah buruh dalam konteks tersebut
masalah yang urgent karena belum bisa bisa menyiptakan ketimpangan kelas terus-
diselesaikan hingga kini. menerus dan menyebabkan buruh masuk ke
Adanya systems theory dinilai jurang kategori miskin yang dalam.
Meadows mampu menembus/memperluas Terakhir sebagai elemen ketiga yang
sudut pandang yang ada pada suatu masalah dipilih, yakni tentang kesehatan, dimana hal ini
untuk membuat suatu solusi yang turut menjadi elemen penting sebagai dampak
memungkinkan dilakukan. Pada analisis adanya kemiskinan. Di Indonesia, masalah
menggunakan systems theory terkait kesehatan turut menyelimuti orang-orang
permasalahan kemiskinan, penulis mengambil miskin di berbagai daerah. Data BPS
elemen yang urgent di Indonesia, hal ini menyebutkan setiap tahunnya dari 2011 hingga
mengaitkan kemiskinan dengan pendidikan, 2018, keluhan kesehatan pada masyarakat
ketenagakerjaan, dan kesehatan. Ketiga elemen Indonesia mengalami peningkatan terus-
tersebut didasarkan atas keselarasan indikator menerus. Walaupun keluhan kesehatan tak
BPS dengan tujuan pembangunan yang ada semuanya dialami oleh masyarakat miskin,
pada program kerja SDGs terkait pengentasan namun, perbaikan kesehatan masyarakat dapat
masalah kemiskinan di Indonoesia. Selain itu, membuat kemiskinan masyarakat menjadi
yang diambil hanya ketiga indikator ini karena menurun, itu yang terpenting.
mengingat keterbatasan waktu yang digunakan Keterhubungan menjadi kata kunci
dalam menulis makalah ini. Oleh karena itu, dalam systems theory yang disebutkan
sangat ditekankan bila tidak menutup Meadows untuk menganalisis masalah
kemungkinan adanya elemen lain yang terikat/ kemiskinan dan meninjau tujuan yang
berhubungan dengan masalah kemiskinan di dihasilkannya. Berdasarkan gambaran data
mahzab tulisan lain. yang disajikan BPS, keterhubungan dapat
Elemen pertama, pendidikan begitu diringkas sebagai:
penting bila ingin mengentaskan masalah
“…Kemiskinan akan dapat ditekan bila
kemiskinan di Indonesia. Dengan adanya
pendidikan masyarakat terjamin dengan baik
pendidikan, informasi dan pengetahuan dapat
dan disesuaikan dengan kebutuhan
diperoleh masyarakat sebagaimana bermanfaat
pasar/perusahaan yang menjamur di Indonesia.
untuk menjalani kehidupan sehari-hari nya agar
Kemudian, kapital pun harus memberikan upah
terhindar dari kemiskinan. Akan tetapi, dari
yang lebih baik agar masyarakat yang bekerja
segi lama sekolah pun Badan Pusat Statistik
bisa berkontribusi dalam penghidupan
(2018) menyebutkan bila rata-rata masyarakat
keluarganya lewat pendidikan maupun
Indonesia hanya bersekolah selama 8 tahun,
kesehatan. Dengan adanya kesehatan yang
yang artinya kebanyakan masyarakat di
begitu baik, produktifitas untuk bekerja pun
Indonesia hanya mengeyam pendidikan sampai
dapat pula terwujud dengan baik…”
kelas dua (2) SMP. Padahal dengan adanya
pendidikan, setidaknya tata cara berperilaku Konsep keterhubungan sebagaimana
dapat diketahui/dilakukan setiap masyarakat. dijelaskan memang tepat untuk dilaksanakan
Selain pendidikan, ketenagakerjaan dalam tujuan yang kompleks sebagaimana
menjadi elemen kedua turut menjadi suatu hal tertera dalam SDGs. Akan tetapi, elemen dan
yang krusial bila dikaitkan dengan penciptaan keterhubungan tidaklah merupakan komponen
lapangan kerja. Adanya lapangan pekerjaan yang penting bila tanpa tujuan. Indikator ketiga
yang disebutkan dalam SDGs dapat dalam systems theory Meadows yakni adanya
meningkatkan pendapatan setiap individu demi fungsi atau tujuan merupakan suatu pencapaian
terwujudnya kehidupan yang cukup/terhindar yang ada pada sistem. Bila melihat

20
Sisi Masalah Dwiki Faiz Sarvianto

keterhubungan dalam masalah kemiskinan, Revisionisme. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka


fungsi atau tujuan yang harus tercapai adalah Utama.
kesejahteraan. Kesejahteraan dalam hal ini Marten G. 2001. Human Ecology:
memang luas pemaknaannya, akan tetapi Basic Concepts for Sustainable Development.
paling tidak dengan adanya tujuan London (UK): Earthscan.
pembangunan ialah dapat tercapainya Mawalagedara R dan Oglesby R. 2012.
pemenuhan kebutuhan untuk kehidupan sehari- The Climatic effects of deforestation in south
hari pada masyarakat agar tidak mengalami and southeast asia. Deforestastion Around the
pengrusakan lingkungan seperti kata Hunter, World. Di dalam: Paulo Moutinho, editor.
rentan sakit, maupun jurang ketimpangan sosial Rijeka (HR): InTech.
ekonomi dan spiritual menurut Scharmer. Meadows Donella. 2008. Thinking in
Systems: A Primer. Di dalam: Diana Wright,
4 PENUTUP
editor. London (UK): Earthscan.
Setiap alat analisis memiliki kelebihan Monat J. What is systems thinking? A
masing-masing dalam menganalisis masalah review of selected literature plus
dan keterkaitannya pada hal lain yang recommedations. American Journal os Systems
berhubungan. Hal tersebut seperti: (1) Jurang Science, Vol 4 (1). 11-26.
ketimpangan dapat melihat kerusakan di setiap Pratiwi P. 2008. Kebijakan nasional
bidang yang ada di bumi; (2) Iceberg model terhadap pembangunan berwawasan
dapat melihat hingga paradigma yang ada di lingkungan. DIMENSIA, Vol 2 (1). 101-112.
suatu masalah; dan (3) System theory lebih Schafer. 2018. The Drivers of
mampu melihat elemen, keterhubugannya, dan Conflict: Where Climate, Gender, And
tujuan yang harus dicapai bila ada Infrastructure Intersect. New York (US):
permasalahan terus-menerus. Akan tetapi World Bank.
secara keseluruhan alat analisis tersebut Scharmer O dan Kaufer K. 2013.
menggambarkan sebuah tujuan yang harus Leading from The Emerging Future: From
dicapai bila dihadapkan masalah kemiskinan, Ego-System to Eco-System Economies.
yakni terwujudnya suatu kesejahteraan dari California (US): Berrett-Koehler Publishers.
hal-hal yang ada melalui perbuatan/aktifitas Sfeir-Younis. 2004. Spirituality and
yang positif di sekitarnya, seperti lingkungan Public Policy for Decent Work: Self-
tempat tinggal diperhatikan, pendidikan Realization in the New Millennium. Geneva
terjamin, lapangan pekerjaan dibuka luas, (CH): World Bank Special Representative to
maupun hal lain. Dengan begitu, problematika the United Nations and the World Trade
SDGs sendiri diharapkan dapat berkembang Organization.
untuk dituntaskan permasalahannya. Uar N, Murti S, dan Hadisusanto S.
DAFTAR PUSTAKA 2016. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas
manusia pada ekosistem terumbu karang.
Avis W.R. 2019. Current Trends in Majalah Geografi Indonesia, Vol 30 (1). 88-95.
Violent Conflict. Birmingham (UK): University [UN] United Nations. 2019.
of Birmingham. Sustainable Development Goals Knowledge
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Platform [Internet]. [Dikutip tanggal 28
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta Oktober 2019]. New York (US): United
(ID): Badan Pusat Statistik. Nations. Dapat diunduh pada:
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. https://sustainabledevelopment.un.org/?menu=
Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta (ID): 1300
Badan Pusat Statistik. Wahyuni ES dan Rusli S. 2007.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Penduduk, organisasi, lingkungan, dan
Tingkat Pengangguran Terbuka. Jakarta (ID): teknologi. Di dalam: Soeryo Adiwibowo,
Badan Pusat Statistik. editor. Ekologi Manusia. 2007 Agustus. Bogor
Hunter LM. 2000. The Environmental (ID): Fakultas Ekologi Manusia Institut
Implications of Population Dynamics. Santa Pertanian Bogor.
Monica (CA): A RAND Program of Policy- [WWF] World Wildlife Fund. 2019.
Relevant Research Communication. The Art of Systems Change: Eight Guiding
Magniz S. 2016. Pemikiran Karl Principles for A Green and Fair Future.
Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Washington DC (US): World Wildlife Fund.

21

Anda mungkin juga menyukai