Anda di halaman 1dari 2

Nama : VERA SUAHRINISYA

S1 KEPERAWATAN VA
DOSEN PENGAMPU : Ns. PUTRI EKA SUDIARTI M.Kep

Virus HIV (human immunodeficiency virus) dapat menginfeksi siapa saja, termasuk bayi dan
anak-anak. Jumlahnya pun tidak sedikit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat HIV telah
menginfeksi sekitar 4 juta anak di dunia dan menyebabkan kematian hingga 3 juta anak.
Lebih dari 90% bayi dan anak-anak yang terinfeksi HIV tersebut tertular dari ibunya pada
masa kehamilan, saat persalinan, atau melalui ASI.
Penularan juga bisa melalui jarum yang terkontaminasi, transfusi darah, atau kekerasan seksual dari
orang dewasa yang terinfeksi HIV. Namun, penularan HIV pada anak akibat hal ini jarang terjadi.
Infeksi HIV pada anak yang ditularkan oleh ibu sewaktu dalam kandungan atau masa persalinan
biasanya akan menunjukkan tanda dalam rentang waktu 12-18 bulan pertama kehidupan anak. Meski
begitu, ada juga anak yang tidak menunjukkan gejala apa pun hingga usianya lebih dari 5 tahun. HIV
pada anak juga cukup sulit terdeteksi karena gejalanya mirip dengan infeksi virus biasa,
misalnya flu. Kendati demikian, terdapat beberapa gejala yang dapat dicurigai sebagai tanda
HIV pada anak, di antaranya:

1. Berat badan anak tidak bertambah

Tanda HIV pada anak yang cukup jelas adalah berat badan yang sulit bertambah. Idealnya,
berat badan anak usia satu tahun akan mencapai tiga kali berat badan lahir. Namun, anak
yang terinfeksi HIV biasanya akan tampak kurus karena berat badannya tidak kunjung
bertambah.

2. Anak mengalami gangguan tumbuh kembang

Anak yang terinfeksi HIV biasanya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih
lambat. Ini dapat dilihat dari kondisi anak yang sulit atau terlambat duduk, berdiri, berjalan,
terlambat bicara, atau perilaku anak yang tidak seperti anak-anak lain seusianya.

3. Anak sering sakit

Anak-anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang. Namun seiring
bertambahnya usia anak, sistem kekebalan tubuhnya akan semakin kuat. Hal ini seharusnya
membuat anak dapat terhindar dari penyakit.

Waspadailah jika anak sering mengalami demam lebih dari 7 hari, batuk pilek,
pembengkakan kelenjar getah bening, sakit perut, dan infeksi telinga yang sangat sering
kambuh dan berlangsung lama. Bisa jadi hal tersebut menandakan adanya kelemahan sistem
kekebalan tubuh yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi HIV.

4. Anak sering terkena infeksi

Salah satu tanda HIV pada anak yang paling spesifik adalah anak sering mengalami infeksi
bakteri, virus, jamur, atau parasit akibat sistem kekebalan tubuhnya yang lemah. Infeksi pada
anak atau orang dewasa yang menderita HIV/AIDS ini disebut infeksi oportunistik.
Selain infeksi-infeksi tersebut, anak dengan HIV juga rentan mengalami penyakit infeksi lain
yang berat, seperti meningitis dan sepsis.Anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh
lemah karena infeksi HIV dapat mengalami kekambuhan infeksi hingga lebih dari 4 kali
dalam kurun waktu 6-12 bulan. Infeksi ini seharusnya lebih jarang terjadi jika anak memiliki
daya tahan tubuh yang normal.

5. Masalah pada kulit

Anak-anak yang menderita infeksi HIV juga bisa lebih sering mengalami masalah pada kulit.
Keluhan-keluhan ini bisa berupa adanya ruam, bentol-bentol, koreng, dan gatal-gatal di kulit
yang cepat meluas.

Gangguan pada kulit ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi kulit (misalnya
infeksi jamur, infeksi bakteri, dan herpes), dermatitis, hingga kelainan kulit yang
disebut sarkoma kaposi.

Setiap anak dengan infeksi HIV bisa saja mengalami gejala yang berbeda atau bahkan tidak
mengalami gejala sama sekali. Munculnya tanda-tanda di atas juga bukan berarti anak pasti
terinfeksi HIV. Tanda tersebut bisa saja muncul karena melemahnya daya tahan tubuh akibat
penyebab lain, seperti gizi buruk atau efek samping pengobatan tertentu.

Namun jika Anda ragu, sebaiknya bawa anak ke dokter untuk menjalani pemeriksaan
lengkap. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menyarankan tes HIV jika Si Kecil
menunjukkan gejala yang dicurigai HIV, memiliki orang tua yang positif HIV, atau
mempunyai orang tua dengan riwayat perilaku berisiko tertular infeksi HIV.

Jika hasil tes menunjukkan anak positif HIV, dokter akan segera memberikan obat
antiretroviral untuk mengurangi jumlah virus HIV dan membantu memperkuat daya tahan
tubuh anak.

Infeksi HIV memang belum dapat disembuhkan, tetapi dengan rutin mendapatkan
pengobatan dan menjalani evaluasi kesehatan secara berkala, anak dengan HIV bisa hidup
dengan sehat.

Oleh karena itu, anak yang dicurigai menderita HIV atau sudah terdiagnosis HIV perlu
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan dari dokter sedini mungkin. Untuk mencegah
infeksi, anak yang terjangkit virus HIV juga perlu mendapatkan imunisasi. Namun, tidak
semua jenis vaksin cocok diberikan pada anak dengan penyakit HIV. Salah satu vaksin yang
tidak disarankan untuk diberikan pada anak yang menderita HIV adalah vaksin cacar air.

Anda mungkin juga menyukai