Disusun Oleh:
Arintina Herawati (2019.C.11a.1000)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunianya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “ Amniotomi,
episiotomi dan CTG” Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keamanan, Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi, namun penulis
menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat dorongan, bantuan, dan
bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.
KATA PENGANTAR................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan
sudah lengkap. Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah
depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus
(drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh
amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus,
tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya
anoksia/anoksia kronis pada bayi
Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya
pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah
atau postmaturitas janin
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung terlalu lambat.
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari
induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan
persalinan yang disfungsional.
2. Amniotomi untuk induksi.
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa amniotomi saja
atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin.
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya.
Perlu di perhatikan Indikasi amniotomi pada plasenta previa: Plasenta previa
lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan. Pada primigravida dengan plasenta
previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm. Plasenta previa lateralis/marginalis
dengan janin yang sudah meninggal.
– Polihidramnion
Suatu keadaan dimana juga jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, lebih
dari 2 liter atau 2000 mL
– Presentasi Muka
Dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada
canalis servikalis.
– Vasa Previa
Komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium
uteri internum. Pembuluh tersebut berada di dalam selaput ketuban atau tidak terlindung dengan
tali pusat atau jaringan plasenta sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
– Letak Lintang
Suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi
daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.
• Perlengkapan pakaian
d. Persiapan peralatan
• Ruangan
• Penerangan
• Tempat tidur
• Handscoon
• Bengkok
• Bak instrument
e. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang
menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil
lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput
ketuban dan rujuk segera).
f. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan ke dalam vagina
dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh
selaput ketuban dengan hati2. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari
diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.
g. Saat kekuatan his sedang berkurang Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus
kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang diluar
kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput
ketuban 1-2 cm hingga pecah. (dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam,
steril, diasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)
h. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan.
i. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala
janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan
tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
j. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya
mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium per vaginam pada presentasi kepala
merupakan gejala gawat janin (fetal distress). diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan
peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. faktor2 etiologisnya meliputi lilitan tali pusat,
partus lama, toxemia gravidarum. pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya insidensi
keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. kalau ini merupakan sat2nya gejala maka kejadian lahir
mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak
daripada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ
harus diamati dengan ketat. kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya
maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. meskipun demikian
pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara
operatif.
k. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan klorin 0,5% lalu
lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
n. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
a. Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium,
dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan
langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada
yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu.
b. kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin
secara langsung dan akurat
e. bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah
dan perdarahan akan berkurang/berhenti
g. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR
sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
a. Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan cacatnya tulang
kepala janin
c. Sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi keuntungan dalam bentuk persalian
yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada janin,
seperti misalnya penurunan angka pH darah. beberpa penolong telah mencatat adanya perubahan
dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.
2.8 Episiotomi
Episiotomi dalam artian sempit adalah insisi pudenda. Periniotomi adalah insisi pada
perineum. Akan tetapi , dalam bahasa biasa episiotomi sering sama digunakan dengan
episiotomi. Dengan kata lain episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut
vagina. Pengertian lain dari episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan
persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan
episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah ruptur yang secara berlebihan pada
perineum, membuat tepi luka rata agar memudahkan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan
pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.
Sebaliknya, hal ini tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada
indikasi tertentu untuk dilakukan episiotomi . para penolong persalinan harus cermat membaca
kata rutin pada episiotomi karena hal itulah yang dianjurkan, bukan episiotominya.
1. Pengertian Cardiotokografi
untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin, seberapa jauh
gangguan tersebut, dan menentukan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan tersebut melalui
penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini telah dibahas teknik dan teknologi terapan dalam pelayanan kebidanan
berupa ultrasonografi (USG), cardiotokografi (CTG), Non stress test (NST), dan oxytocin
Selain itu juga dibahas tentang mamografi, suatu alat teknologi untuk screening
B. Saran
Semoga makalah ini berguna menambah wawasan penyusun malakah dan audience.
Semoga dapat memberikan pemahaman tentang alat-alat teknologi terapan tersebut. Dan dapat
bermanfaat saat bidan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Harapannya untuk masa
dating bidan semakin terampil menggunakan alat-alat teknologi ini, dan juga cakap
menginterpretasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://renipuspita757.wordpress.com/2013/07/22/2/
https://www.academia.edu/37906094/TTG_pelayanan_kebidanan_USG_CTG_Mamogra
fi_docx