Anda di halaman 1dari 7

A.

Hshs

Secara garis besarnya etika dikelompokkan menjadi dua yakni etika umum dan etika khusus. Etika
umum merupakan aturan bertindak secara umum dalam kelompok masyarakat tertentu. Meskipun
setiap kelompok masyarakat, bangsat atau etnis mempunyai aturan bertindak masing-masing,
namun pada prinsipnya etika umum ini bersifat universal. Sfa universalisme etika, termasuk etika
umum, karena didasarkan pada hati nurani manusia . Hati nurani manusia pada prinsipnya sama
pada setiap bangsa, atau etnis apa pun. Bahwa mencuri, berbohong, membunuh, dan sebagainya itu
tidak bermoral atau tidak etnis, karena memang hal-hal tersebut bertentangan dengan hati nurani
setiap manusia dimuka bumi ini.

Sedangkan etika khusus, yang selanjutnya berkembang menjadi etika profesi adalah aturan
bertindak pada kelompok- kelompok masyarakat yang bersifat khusus yakni kelompok profesi.
Tujuan dikembangkannya etika profesi ini adalah untuk mengatur hubungan timbal balik antara
kedua belah pihak, yakni antara anggota kelompok atau anggota masyarakat yang melayani dan
yang dilayani. Dalam bidang kesehatan, dengan sendirinya etika profesi ini berkembang dari
hubungan antara para petugas kesehatan dengan masyarakat yang dilayani. Mengingat luasnya
masalah kesehatan ini maka didalam profesi kesehatan pun berkembang berbagai kelompok profesi
yang terkait dengan jenis dan sifat masalah nya. Secara garis besar, masalah kesehatan
dikelompokkan menjadi dua, yakni :

1. Penyakit (meular dan tidak menular) dan masalah lain terkait dengan gangguan atau
ketidaknormalan akibat kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga, lalu lintas, dan
kecelakaan kerja. Masalah kesehatan atau penuakit ini harus ditangani oleh tenaga
kesehatan yang khusus, dan mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif). Terkait dengan pelayanan penyembuhan dan pemulihan juga
berkembang kelompok penunjang dari pelayanan ini, yakni obat dan farmasi. Hal ini terjadi
karena dalam proses penyembuhan dan pemulihan diperlukan sarana penunjang medis yang
lain seperti obat, alat-alat penunjang medis lain, misalnya, laboratorium, rekam medis, dsni
sebagainya. Dari pelayanan penunjang, medis ini akhirnya juga berkembang profesi
apoteker, rekam medis, pinta rontgen, dan seterusnya.
2. faktor-faktor risiko yang mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan yang lain.
Faktor-faktor risiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan yang lain ini, antara lain:
a. Makanan dan minuman.
b. Lingkungan, baik lingkungan fisik maupun nonfisik.
c. Perilaku.

Apabila masalah- masalah penyakit tersebut memunculkan hubungan antara pemberi pelayanan
(dokter, dokter gigi, perawat, dan sebagai nya) dengan pasien atau orang sakit. Sedangkan untuk
risiko terjadinya penyakit dan masalah kesehatan yang lain, memunculkan hubungan antara pemberi
pelayanan pencegahan denga masyarakat yang sehat. Dengan jelas dikatakan bahwa pelayanan
kuratif dan rehabilitatif diberikan oleh petugas kesehatan medis dan para medis, untuk orang sakit
supaya sembuh dan pulih.

Sedangkan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada faktor risiko, pemberi pelayanan nya adalah
petugas kesehatan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) kepada masyarakat yang
sehat. Tujuannya agar masyarakat yang sehat ini tetap sehat, tercegah dari penyakit dan bahkan
meningkat kesehatannya (promotif). Petugas pelayanan preventif dan promotif ini utamanya adalah
petugas kesehatan masyarakat yang terdiri dari berbagai pelayanan misalnya, epidemiologi,
kesehatan lingkungan, gizi masyarakat, promosi kesehatan, dan seterusnya. Selanjutnya,
berkembang lah profesi kesehatan masyarakat dengan kekhususan profesi: epidemiologi,
entomolong, ahli kesehatan lingkungan, penyuluh atau promotor kesehatan, dan seterusnya.

B. Etika Profesi Kesehatan

Profesi berasal dari kata profesional (Latin), yang berarti pengakuan. Selanjutnya, profesi adalah
suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang “diakui” atau “direkognisi”
dalam melayani masyarakat. Dapat dikatakan juga bahwa etika profesi adalah merupakan norma-
norma l, nilai-nilai, atau pola tingkah laku kelompok profesi tertentu dalam memberikan pelayanan
atau “jasa” kepada masyarakat. Terima profesi kesehatan adalah norma-norma atau perilaku
bertindak bagi petugas tau profesi kesehatan dalam melayani kesehatan masyarakat.

1. Ciri-ciri Profesi
Tidak semua petugas atau orang menjalankan tugas atau pekerjaan didalam suatu institusi
atau lembaga bak d pemerintah maupun swasta itu memperoleh pengakuan sebagai profesi.
Suatu profesi sekurang-kurangnya mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Mengikuti pendidikan sesuai standar nasional, artinya orang yang termasuk dalam
profesi yang bersangkutan harus telah menyelesaikan pendidikan profesi.
b. Pekerjaannya berdasarkan etika profesi, artinya, dalam menjalankan tugas atau
profesinya seseorang harus berlandaskan atau mengacu kepada etika profesi yang
telah dirumuskan oleh organisasi profesinya.
c. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan materi. Daka.
Tugasnya seseorang profesi dalam menjalankan tugasnya tidak didasarkan pada
keuntungan materi semata-mata. Tetapi harus mengutamakan terlebih dahulu
panggilan kemanusiaan.
d. Pekerjaannya legal (melalui perizinan). Untuk menjalankan tugas atau praktik,
profesi ini dituntut perizinan secara hukum, atau izin praktik. Dokter praktif, bidan
praktik, notaris praktik, akuntan praktik, harus terlebih dahulu memperoleh izin
praktik dari yang berwenang.
e. Anggota-anggotanya bergabung dalam suatu organisasi profesi. Seseorang yang
sudah memperoleh pengakuan profesi, atau lulus dari pendidikan profesi diwajibkan
untuk menjadi anggota organisasi profesi hav bersangkutan. Seseorang yang sudah
lulus pendidikan dokter harus menjadi anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia),
seseorang yang sudah lulus pendidikan Notariat, harus menjadi anggota organisasi
profesi notaris.

Perlu ditegaskan kembali disini, bahwa profesi kesehatan adalah semua kelompok atau jenis tugas
fungsional di dalam mmelakukan pelayanan kesehatan terhadap “clients” atau masyarakat, baik
yang sakit maupun yang sehat. Secara lebih rinci dari yang telah disinggung pada uraian sebelum
nya, bahwa profesi kesehatan sampai saat ini dapat dikelompokkan menjadi:

1) Kuratif-Rehabilitatif
a. Dokter,
b. Dokter gigi,
c. Perawat dan bidang
d. Apoteker,
e. Rekam medis,
f. Penata rontgen,
g. Laboran,
h. Fisioterapitis, dan sebagainya.
2) Promotif-Preventif
a. Ahli Kesehatan Masyarakat,
b. Ahli Kesehatan Lingkungan,
c. Administrator Kesehatan,
d. Bidan dan Perawat Kesehatan Masyarakat,
e. Epidemiolog,
f. Entomolog,
g. Penyuluh/Pendidikan/Promotor Kesehatan,
h. Dan sebagainya.
2. Kode Etik Profesi
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa etika kesehatan terkait dengan perilaku petugas
kesehatan dalam menjalankan tugasnya. Mengingat petugas kesehatan demikian luasnya,
maka masing-masing petugas kesehatan tersebut mengelompokkan dirinya dalam profesi
yang berbeda. Untuk mengatur perilaku masing-masing profesi atau petugas kesehatan ini,
maka masing-masing profesi ini membuat panduan sendiri-sendiri yang disebut “Kode Etik”.
Dapat dirumuskan bahwa “Kode Etik Profesi” adalah suatu aturan tertulis tentang kewajiban
yang harus dilakukan oleh semua anggota profesi dalam menjalankan pelayanan nya
terhadap “clients” atau masyarakat. Kode etik pada umum disusun oleh organisasi profesi
yang bersangkutan. Kode etik tidak mengatur “hak-hak” anggota, tetapi hanya “kewajiban-
kewajiban” anggota.
Ruang lingkup kewajiban bagi anggota profesi atau “isi” Kode Etik Profesi pada umumnya
mencakup:
a. Kewajiban umum,
b. Kewajiban terhadap “client”,
c. Kewajiban terhadap teman sekawannya,
d. Kewajiban terhadap diri sendiri.
Agar setiap profesi kesehatan senantiasa berpegang teguh dan berperilaku sesuai dengan
kehormatan profesinya, maka sebelum menjalankan tugas profesinya diwajibkan
mengangkat sumpah, sebagai janji profesi baik untuk umum (kemanusiaan), untuk “client”
atau pasien, temanx dan untuk diri sendiri. Sumpah dan atau janji ini oleh masing-masing
profesi telah dirumuskan secara cermat. Di bawah ini disajikan contoh lafal sumpah atau
janji enam profesi kesehatan di Indonesia, yaitu:

I. Lafal Sumpah atau Janji Dokter

Demi Allah saya bersumpah/berjanji:

a) Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.


b) Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
c) Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
d) Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat.
e) Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan
saya dan keilmuan saya sebagai dokter.
f) Saya akan tidak mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan perikemanusiaan sekalipun diancam.
g) Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.
h) Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh
oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan
sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita.
i) Saya akan menghormati setiap hidup insan mulai dari
j) Saya akan memberikan kepada guru-guru dan rekan guru-guru saya
penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
k) Saya akan memperlakukan teman saya sebagaimana saya sendiri ingin
diperlakukan.
l) Saya akan menaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
m) Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.

II. Lafal Sumpah atau Janji Dokter Gigi


Demi Allah saya bersumpah/berjanji:
a) Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan Perikemanusiaan,
terutama dalam bidang kesehatan.
b) Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai martabat
dan tradisi luhur jabatan kedokteran gigi.
c) Saha akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan
saya dan keilmuan saya sebagai dokter gigi.
d) Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kedokteran gigi saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan
perikemanusiaan.
e) Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial.

III. Lafal Sumpah atau Janji Apoteker


Demi Allah saya bersumpah/berjanji bahwa:
a. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,
terutama dalam bidang kefarmasian.
b. Saya akan merahasiakan sesuatu yang aaya ketahui karena pekerjaan saya
dan keilmuan saya sebagai apoteker.
c. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kefarmasian untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
perikemanusiaan.
d. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
e. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial.
f. Saha ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh
keinsafan.
IV. Lafal Sumpah atau Jani Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Demi Allah saya bersumpah/berjanji bahwa:
a) Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,
terutama dalam bidang kesehatan masyarakat.
b) Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai martabat
dan tradisi luhur jabatan kesehatan masyarakat.
c) Saya akan merahasiakan sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan keilmuan saya sebagai sarjana kesehatan masyarakat.
d) Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kesehatan masyarakat untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
perikemanusiaan.
e) Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan,
kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial.
f) Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh
keinsafan.

V. Lafal Sumpah atau Jani Sarjana Keperawatan

Demi Allah saya bersumpah/berjanji bahwa:

a) Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan


terutama dalam bidang keperawatan.
b) Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai martabat dan
tradisi luhur jabatan keperawatan.
c) Saya akan merahasiakan sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
keilmuan saya sebagai sarjana keperawatan.
d) Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan keperawatan
untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.
e) Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-
sungguh supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial.
f) Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh
keinsafan.

VI. Lafal Sumpah atau Janji Bidan

Demi Allah saya bersumpah/berjanji :

a) Bahwa saya sebagai bidan akan melaksanakan tugas saya sebaik-baiknya


menurut Undang-Undang yang berlaku dengan penuh tanggung jawab dan
kesungguhan .
b) Bahwa saya sebagai budak dalam melaksanakan tugas atas dasar kemanusiaan,
tidak akan membedakan pangkat, kedudukan, keturunan, tolong, bangsa, dan
agama.
c) Bahwa saya sebagai bidan, dalam melaksanakan tugas akan membina kerja
sama, keutuhan dan kesetiakawanan dengan teman sejawat.
d) Bahwa saya sebagai bidan tidak akan menceritakan kepada siapa pun segala
rahasia yang berhubungan dengan tugas saja kecuali jika diminta pengadilan
untuk keperluan kesaksian.

Semoga Tuhan yang Maa Esa memberikan kekuatan kepada saya.

Apabila diperhatikan usia hafal sumpah atau janji profesi atau petugas kesehatan tersebut,
maka dapat di simpulkan bahwa sumpah atau janji tersebut mengandung beberapa prinsip
bahwa para profesi atau petugas kesehatan tersebut:

1. Membaktikan hidup untuk kepentingan perikemanusiaan.


2. Menjalankan tugas sesuai tradisi luhur jabatan atau pekerjaan.
3. Berpegang teguh kepada prinsip-prinsip ilmiah dan moral; dan walaupun diancam
tidak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral atau etik, hukum dan
agama.
4. Tidak deskriminatif dalam melayani kesehatan masyarakat.
5. Menyimpan rahasia jabatan atau pekerjaan, kecuali ada peraturan-peraturan.

C. HUKUM KESEHATAN
Hukum Kesehatan adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup bermasyarakat. Pergaulan hidup atau hidup
bermasyarakat yang sudah maju seperti sekarang ini tidak cukup hanya dengan adat
kebiasaan yang turun-temurun seperti sebelum lahirnya peradaban yang modern. Untuk
itu, maka oleh kelompok masyarakat yang hidup dalam suatu masyarakat atau negara
diperlukan aturan-aturan yang secara tertulis, yang disebut hukum. Meskipun demikian,
tidak semua perilaku masyarakat atau hubungan antara satu dengan yang lainnya juga masih
perlu diatur oleh hukum yang tidak tertulis yang disebut: etika, adat setiadat, tradisi,
kepercayaan dan sebagainya.
Hukum tertulis, dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek, anggota masyarakat yang satu
dengan yang lain dalam hubungan interrelasi. Hubungan interrelasi ini Antara kedua
belah pihak sama atau sederajat atau mempunyai kedudukan sederajat. Misalnya,
hubungan antara penjual dan pembeli, hubungan Antara penyewa dan
menyewakan. Disamping itu hubungan dalam keluarga, kesepakatan-kesepakatan
dalam keluarga, termasuk perkawinan dan warisan juga dapat digolongkan dalam
hukum perdata.
2. Hukum Pidana adalah mengatur hubungan antara subjek dan subjek dalam konteks
hidup bermasyarakat dalam suatu negara. Dalam hukum pidana selalu terkait Antara
seseorang yang melanggar hukum dengan penguasa (dalam hal ini pemerintahan
yang mempunyai kewenangan menjatuhkan hukuman. Dalam hukum pidana aturan
mengenai hukuman, kedudukan penguasa/pemerintah lebih tinggi dibandingkan
dengan masyarakat sebagai subjek hukum.

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan atau pelayanan hubungan langsung dnegan pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan dan penerapannya. Hal ini berarti hukum kesehatan adalah aturan tertulis
mengenai hubungan antara pihak pemberi pelayanan kesehatan dengan masyarakat atau
anggota masyarakat. dengan sendirinya hukum kesehatan ini mengatur hak dan kewajiban
masing-masing penyelenggara pelayanan dan penerima pelayanan atau masyarakat, baik
sebagai perorangan (Pasien) atau kelompok masyarakat. Hukum Kesehatan relatif masih
muda bila dibandingkan dengan hukum-hukum yang lain. Perkembangan hukum kesehatan
baru dimulai pada tahun 1967, yakni dengan diselenggarakannya “Word Congress on
Medical Law” di Belgia tahun 1967.
D. sad
E. sdad

Anda mungkin juga menyukai