Anda di halaman 1dari 5

Stephania Eryn L / 130318013 SPM Week 6 / KP C

1. Benarkah isyu control system tightness ini begitu krusial dan penting dalam
penerapan SPM bagi manajemen? Mengapa demikian? Dukung dengan
pembahasan yang sudah Anda persiapkan melalui kasus Leo’s Four-Plex
Theater/LFPT! Bagaimanakah komentar kritis Anda terhadap control system
tightness di LFPT ini, khususnya dari perspektif Leo Antonelli? Buatlah analisis
yang realistis dan praktis!

Isyu control system tightness sangat krusial dan penting dalam penerapan SPM bagi
manajemen, karena dengan adanya control system tightness, perusahaan ingin
memberikan kontrol yang ketat agar karyawan dapat berperilaku dengan baik sesuai
dengan tujuan organisasi. Namun setelah mempelajari chapter 4, saya menyadari
bahwa tidak semua kontrol yang ketat ini ternyata dapat menyelesaikan masalah yang
terjadi pada kinerja karyawan, maka setiap perusahaan harus menyesuaikan kontrol
tersebut dengan kondisi perusahaan, selain control yang tight, perusahaan juga bisa
menerapkan control yang loose. Hal ini bisa disesuaikan dengan situasi mana yang
paling cocok dengan kondisi perusahaan.

Berdasarkan kasus LFPT, terdapat beberapa masalah seperti jumlah uang yang tidak
sesuai dengan jumlah tiket terjual, refreshment stand attendant yang gagal
mengumpulkan uang dari pembelian pelanggan, serta adanya pemberian tiket gratis
kepada beberapa pelanggan. Komentar saya mengenai kasus ini dari sisi Leo
Antonelli adalah, ia belum menggunakan control yang tepat untuk beberapa masalah
yang terjadi. Seharusnya tidak semua control harus menggunakan kontrol yang ketat,
Leo Antonelli bisa menggunakan kontrol yang lebih loose seperti personnel/cultural
control khususnya karena daerah teaternya daerah kecil. Kontrol dengan
menggunakan cultural control, walaupun lebih loose daripada control yang lain,
namun justru akan memiliki efek jangka panjang pada decision making masing-
masing karyawan dan patuhnya terhadap kode etik yang ada.

2. Apakah memang terjadi dampak yang berbeda bila dipilih pengendalian yang
bersifat tight or loose? Buatlah ulasan dengan contoh kasus di LFPT! Menurut
Anda, apakah sifat pengendalian yang loose itu sama dengan no control?
Stephania Eryn L / 130318013 SPM Week 6 / KP C

Mengapa? Apakah masih terdapat hal-hal menarik yang Anda peroleh dari
kasus LFPT tersebut? Ungkapkan dan bahas secara kritis dan kreatif!
Jawaban :

Menurut saya akan terjadi dampak yang berbeda apabila dipilih pengendalian yang
bersifat tight atau loose. Suatu kontrol yang tight diharapkan dapat membuat
karyawan lebih bertanggung jawab akan tugas-tugasnya. Namun disisi lain
perusahaan tetap harus mengetahui apakah kontrol yang tight ini benar-benar efektif
diterapkan di perusahannya atau tidak. Kontrol yang tight itu membuat suatu
perusahaan seperti menerapkan peraturan yang formal kepada setiap karyawannya
karena adanya suatu hirarki. Misalnya untuk action tracking, perusahaan benar-benar
mengawasi kegiatan karyawannya hingga detail, dan karyawannya juga tahu bahwa ia
sedang diawasi, jadi karyawan tidak akan berani bertindak tidak benar. Namun tidak
semua perusahaan harus menggunakan tight control untuk membuat karyawan
bertanggung jawab akan tugasnya. Loose control seperti cultural control juga bisa
dilakukan perusahaan untuk mengendalikan kegiatan secara bersama-sama, dimana
jika ada karyawan yang menyimpang dari norma, maka kelompok tersebut akan
dengan sendirinya mengendalikan orang yang menyimpang. Hal ini akan menciptakan
karyawan yang lebih berbasis pada kekeluargaan dan saling mengingatkan satu sama
lain untuk memenuhi tanggung jawabnya. Dan efeknya kepada karyawan akan lebih
fokus ke efek jangka panjang dibandingkan dengan tight control yang lebih fokus
pada tujuan jangka pendek.

Berdasarkan kasus LFPT, refreshment stand attendant yang masih muda sering gagal
untuk mengumpulkan uang dari pembelian pelanggan yang seumuran atau bahkan
kenal dengan mereka. Disini Leo tidak harus menerapkan control system yang tight
seperti action control, atau result control, tetapi ia bisa menerapkan cultural control
yang lebih loose, apalagi daerah teaternya kecil. Dengan menerapkan cultural control
seperti kode etik pada refreshment stand attendant, mereka dapat dengan sendirinya
menyadari bahwa tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan etika yang ada.
Apalagi jika hanya salah satu dari mereka yang tidak melakukan tanggung jawabnya
dengan benar, refreshment stand attendant yang lain bisa mengingatkannya untuk
berperilaku sesuai kode etik yang ada.
Stephania Eryn L / 130318013 SPM Week 6 / KP C

Menurut saya pengendalian yang loose bukan berarti no control. No control berarti
perusahaan sama sekali tidak memberikan kontrol pada perusahannya (keadaan yang
ekstrim), sedangkan loose control berarti perusahaan tetap menerapkan kontrol,
namun dengan pengendalian yang tidak ketat dan bersifat lebih informal. Hal-hal
menarik yang saya dapatkan dari kasus LFPT adalah kita tidak bisa hanya melihat
dari sisi kontrol yang kurang ketat atau kurang banyak, kita juga harus
memperhatikan cost yang ada. Kontrol yang terlalu over dapat membuat cost semakin
besar.

3. Bila dicermati secara kritis, sebenarnya materi control system tightness (Ch.4)
amat relevan dengan control system costs (Ch.5). Benarkah demikian menurut
Anda? Mengapa demikian? Dukung dengan pembahasan yang sudah Anda
persiapkan melalui kasus LFPT!
Jawaban :

Saya setuju bahwa materi control system tightness sangat relevan dengan control
system cost. Hal ini bisa relevan karena, apabila perusahaan menerapkan control
system yang terlalu ketat dan terlalu banyak, justru dapat menimbulkan control system
cost yang semakin besar. Seperti yang kelompok saya bahas mengenai control system
di LFPT, kami merekomendasikan LFPT untuk merekrut karyawan dari daerah luar
dengan harapan mereka akan lebih patuh dengan control yang ada di teater. Namun
setelah kelas hari ini saya menyadari bahwa ternyata hal ini justru akan menimbulkan
biaya yang besar. Apabila LFPT mempekerjakan orang dari luar, maka untuk gaji
yang diberikan oleh LFPT juga akan mempertimbangkan gaji transportasi karyawan,
tempat tinggal karyawan dan lain-lain. Hal ini justru akan memperbesar tuntutan gaji
dari karyawan daerah luar. Selain itu kami juga merekomendasikan LFPT untuk
mempekerjakan orang yang berbeda untuk penerimaan kas dan pengiriman minuman
sebagai tight action control. Namun setelah kelas hari ini, saya menyadari bahwa
control ini justru akan memperbesar control system cost karena adanya pekerjaan
tambahan yang seharusnya cukup untuk dikerjakan oleh satu orang saja.

4. Bagaimanakah pula konsekuensi direct cost dan indirect costs termasuk


behavioral displacement; gamesmanship; operating delays maupun negative
attitudes dalam konteks SPM ini? Mengapa hal ini menjadi pertimbangan
Stephania Eryn L / 130318013 SPM Week 6 / KP C

penting dalam konteks control system costs? Sekali lagi, gunakan kasus LFPT ini
sebagai dasar analisis Anda!
Jawaban :

Konsekuensi direct cost pada SPM adalah, diperlukan direct cost dalam merancang
dan menerapkan SPM. Terdapat beberapa direct cost yang mudah diidentifikasi
seperti bonus atau insentif untuk pengendalian hasil, namun juga terdaat biaya yang
sulit diidentifikasi seperti biaya yang terkait dengan waktu yang dihabiskan karyawan
dalam mengerjakan tugas nya hanya bisa diestimasi, karena akan susah dinilai
seberapa nilai tambah dari pengerjaan tugas tersebut. Oleh karena itu, permasalahan
yang sering terjadi justru ada pada indirect cost yang disebabkan oleh beberapa
pengendalian tertentu yang ternyata memiliki efek samping yang negatif.

Beberapa efek samping negatif pengendalian dalam SPM yang mempengaruhi


indirect cost yaitu adalah gamesmanship, operating delays dan negative attitudes.
Gamesmanship ini dapat terjadi apabila karyawan ingin kinerjanya terlihat bagus
sehingga dengan adanya tight control, maka ia akan mencari cara untuk melindungi
dirinya agar kinerjanya sesuai dengan kontrol yang ada. Selain itu apabila ingin
kinerjanya terlihat bagus, karyawan dapat memanipulasi data sehingga laporan
kinerjanya terlihat memenuhi target. Hal ini dapat mempengaruhi indirect cost dari
suatu perusahaan semakin meningkat. Selain itu juga terdapat operating delays.
Operating delays ini merupakan efek samping action kontrol yang tidak dapat
dihindari. Operating delays dapat terjadi apabila terdapat kontrol akses terhadap suatu
sistem atau ruangan yang dapat diakses karyawan. Hal ini dapat memperlambat
kegiatan karena adanya otorisasi yang perlu dilakukan setiap keluar masuk sistem
atau ruangan. Adanya delay ini juga dapat menyebabkan bengkaknya indirect cost.
Kemudian juga ada negative attitudes. Negative attitudes ini dapat muncul akibat
adanya kontrol yang terlalu susah, sehingga karyawan tidak bisa komitmen untuk
menepati target tersebut dan menjadi tertekan.

Hal ini menjadi pertimbangan penting dalam control system cost karena, bisa jadi
control yang kita harapkan dapat membuat karyawan mengerjakan tugasnya dengan
baik, justru memiliki efek samping yang berbahaya. Efek samping yang terjadi seperti
gamesmanship, operating delays dan negative attitudes justru akan meningkatkan
Stephania Eryn L / 130318013 SPM Week 6 / KP C

indirect cost perusahaan. Seperti pada contoh kasus LFPT yang kelompok saya bahas,
kami menerapkan pembayaran karyawan melalui kinerja berdasarkan selisih kas. Hal
ini justru merupakan result control yang terlalu tight, sehingga karyawan dapat
membuat data manipulation dengan menyatakan bahwa penjualannya tinggi sehingga
profit terlihat besar.

Anda mungkin juga menyukai