Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

EKONOMI MAKRO ISLAM

Ekonomi Syariah sebagai Strategi


Menangkal Gejolak Ekonomi Global di 2020

Dosen : Dedi Saputra, ME.

Nama : Thony Gunawan


Nim : 1907574234

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAMBAUL ULUM JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Ekonomi Syariah sebagai Strategi Menangkal Gejolak Ekonomi Global di 2020

Tahun 2019 kemarin Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang tidak ringan di tengah
gejolak ekonomi global, dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan China sebagai
faktor utama.

Pada tahun 2020 ini, Indonesia sepertinya akan menghadapi tantangan yang tidak lebih ringan
dengan kondisi perang dagang Amerika Serikat dan China yang masih belum bisa dipastikan
akhirnya. Belum lagi, belakangan ini media sedang diramaikan dengan konflik Amerika Serikat
dengan Iran yang kian memanas.

Pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi 2020 akan berada di angka 5,3%
sebagaimana tertuang dalam asumsi makro APBN 2020. Untuk mencapai angka yang cukup
optimis tersebut, pemerintah harus melakukan upaya terbaik untuk mengoptimalkan
penggerak perekonomian dengan mendorong investasi, konsumsi, dan peningkatan ekspor.

Salah satu potensi perekonomian yang sedang dikembangkan pemerintah untuk menjadi arus
baru perekonomian Indonesia adalah ekonomi dan keuangan syariah, ujar Wakil Presiden
Ma’ruf Amin.

Sejalan dengan hal itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga berpandangan
ekonomi syariah bisa menjadi bantalan bagi perekonomian Indonesia di tengah perlambatan
ekonomi global.

Melihat Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, menjadi masuk
akal bila menjadikan pengembangan ekonomi syariah sebagai salah satu strategi untuk
mencapai target pertumbuhan Indonesia.

Yang menjadi pertanyaan, sudah sejauh manakah perkembangan ekonomi syariah saat ini?
Apakah ada peluang untuk menjadikannya sebagai strategi untuk menopang pertumbuhan
Indonesia?

Tahun 2019 bisa dikatakan sebagai titik terang bagi perkembangan ekonomi syariah di
Indonesia. Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024 yang telah diluncurkan
pemerintah pada bulan Mei 2019 ternyata membuahkan hasil.

Pada pembukaan INHALIFE Conference 2019 dalam rangkaian acara ISEF (Indonesia Syariah
Ekonomi Festival) 2019, Dinar Standard dan Dubai Islamic Economy Development Center
(DIEDC), merilis State of The Global Economy Report 2019/2020 dan dalam laporan tersebut
Indonesia meraih posisi ke-5 setelah Malaysia, UEA, Bahrain, dan Arab Saudi.

Ini merupakan peningkatan yang cukup baik setelah tahun 2018 dan 2019 Indonesia hanya
berhasil menempati posisi ke-11 dan ke-10. Bisa dikatakan ini sebagai lompatan yang sangat
berarti dalam pengembangan ekonomi Islam di Indonesia.
Yang perlu diperhatikan, berdasarkan laporan tersebut diketahui bahwa sektor keuangan
syariah berada di peringkat-5, sektor muslim friendly travel di peringkat ke-4, dan sektor
modest fashion berada di peringkat ke-3.

Untuk sektor lainnya seperti makanan, media recreation, farmasi, dan kosmetik, Indonesia
belum masuk sepuluh besar. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada potensi yang sangat besar
dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia sebagai negara dengan penduduk
muslim terbanyak di dunia.

Lantas bagaimana strategi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia?

1. Penguatan Global Halal Value Chain

Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa saat ini Bank Indonesia tidak hanya mendorong
keterhubungan antara local value chain dari pengembangan usaha syariah di domestik,
namun juga ke tingkat yang lebih tinggi dalam lingkup global halal value chain.

Menargetkan pasar global menjadi langkah penting dalam mengembangkan perekonomian


syariah, melihat fakta pangsa pasar secara global yang cukup besar. Berdasarkan Global
Islamic Economy Report, sektor ekonomi islam secara agregat menghabiskan USD 2,2 triliun
pada tahun 2018 dan diproyeksikan akan tumbuh menjadi 3,2 triliun pada tahun 2024.

Yang perlu diperhatikan, target tersebut merupakan tantangan besar bagi bangsa Indonesia,
melihat fakta pada tahun belakangan ini Indonesia menjadi konsumen besar tetapi belum
dibarengi dengan kemampuan produksi yang memadai.

Berdasarkan laporan Global Islamic Economy Report, secara agregat Indonesia menghabiskan
USD 218,8 miliar atau sekitar 10% produk halal, sayangnya bila mengintip neraca
perdagangan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk produk halal itu sendiri Indonesia masih
defisit (lebih banyak impor daripada ekspor).

Untuk mencapai target yang tidak mudah tersebut, Indonesia harus bisa memproduksi
produk halal yang bisa bersaing secara global. Indonesia bisa fokus pada sektor yang potensial
dan berdaya saing tinggi, misalnya halal food, fashion, dan pariwisata.

Di masterplan sudah tertuang potensi pengembangan ekonomi syariah yang bisa menjadi
fokus di tiap-tiap provinsi, tinggal dimaksimalkan melalui koordinasi yang baik antara seluruh
pemangku kepentingan.

Selanjutnya, untuk pemasaran di luar negeri sendiri perlu dilakukan promosi dengan
menonjolkan nilai lebih produk Indonesia. Kerja sama antar negara terutama yang memiliki
pasar besar dalam permintaan produk halal juga harus dibangun dengan baik.

Dengan memperkuat produksi dalam negeri, Indonesia mampu menyediakan kebutuhan


konsumen dalam negeri dan meningkatkan ekspor yang pada akhirnya akan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, jika Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen, konsumen akan
terdorong melakukan impor yang pada akhirnya akan memberi efek negatif pada
pertumbuhan ekonomi indonesia. Dengan demikian, Penguatan produksi ini juga menjadi hal
yang urgent mengingat tren produk halal di indonesia sendiri semakin meningkat.

2. Penguatan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)

Saat ini UMKM merupakan sektor ekonomi terbesar di Indonesia dalam kuantitas. UMKM
juga menyerap lebih dari 80% tenaga kerja nasional sehingga daya ungkit yang besar dalam
memperkuat rantai nilai halal. Penguatan sektor UMKM akan secara langsung memperkuat
industri halal dan mendorong pencapaian pemerataan, kesejahteraan (welfare effect), dan
juga kemandirian ekonomi bangsa.

Agar bisa berperan secara maksimal dalam pasar global, UMKM harus mampu mengenali
perilaku konsumen dan membaca kebutuhannya. UMKM juga harus mampu memanfaatkan
teknologi dan digitalisasi di era revolusi industri 4.0 di mana perkembangan teknologi terjadi
secara masif. Festival Ekonomi Syariah (FESyar) yang diselenggarakan pemerintah menjadi
salah satu kegiatan yang diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh UMKM.

3. Penguatan Sektor Keuangan Syariah

Penguatan sektor keuangan syariah ditujukan untuk memastikan sektor keuangan syariah
bisa menjadi pendorong utama bagi rantai nilai halal atau industri halal Tanah Air. Sektor
keuangan syariah harus bisa mendukung peran UMKM dalam penyediaan produk halal.
Dalam waktu bersamaan, strategi ini juga ingin meningkatkan volume usaha perbankan dan
keuangan syariah dengan exposure yang lebih luas ke sektor produksi halal.

Selanjutnya, bank syariah sebagai salah satu sektor unggulan dalam industri keuangan syariah
juga harus dimaksimalkan. Bank syariah harus bisa menawarkan produk yang dibutuhkan oleh
masyarakat sebagai calon nasabah.

Dengan memanfaatkan big data sebagai bagian dari revolusi industri 4.0, perbankan syariah
bisa mengumpulkan informasi terkait kebutuhan masyarakat di wilayah kerja masing-masing
bank syariah, dengan tidak mengabaikan kearifan lokal. Kearifan lokal di masing-masing
wilayah akan berbeda sehingga bank syariah seharusnya melakukan penyesuaian.

Dengan strategi tersebut perekonomian syariah baik dari sektor ril maupun sektor keuangan
diharapkan bisa semakin berkembang. Berkembangnya perekonomian syariah pada akhirnya
membantu pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional di tengah gejolak ekonomi
global.

Referensi

https://www.viva.co.id/amp/vstory/opini-vstory/1195661-ekonomi-syariah-sebagai-
strategi-menangkal-gejolak-ekonomi-global-di-2020?

Anda mungkin juga menyukai