Anda di halaman 1dari 44

SEGI HUKUM PERENCANAAN

ANGGARAN PENDAPATAN
KULIAH 3
DAN BELANJA NEGARA

1
DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
• Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
• Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004
tentang Rencana Kerja Pemerintah;
• Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

2
Pengertian APBN/APBD
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
selanjutnya disebut APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
selanjutnya disebut APBD, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.

Pasal 1 angka 7 dan 8 UU 17 Th 2003 3


Tujuan dan Fungsi Anggaran
• Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, kebijakan ekonomi. Sebagai
instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara.
• Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut
perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah
dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang Dasar 1945.
• Suhubungan dengan itu dalam undang-undang ini disebutkan bahwa belanja
negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran
anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja harus
mendapat persetujuan DPR/DPRD.
Penjelasan UU 17 Th 2003

4
FUNGSI APBN/APBD
{Pasal 3 ayat (4) UU 17 Th 2003}

APBN mempunyai fungsi :


• otorisasi,
• perencanaan,
• pengawasan,
• alokasi,
• distribusi, dan
• stabilisasi.

5
PENJELASAN FUNGSI APBN/APBD
 Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran
negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
 Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa
anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
 Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa
anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
PENJELASAN FUNGSI APBN/APBD

 Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran


negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian.
 Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan
anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
 Fungsi stabilitasasi mengandung arti bahwa anggaran
pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Landasan Proses Penyusunan
dan Penetapan APBN
(1) APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang
ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.
(2) APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan.
(3) Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan
bukan pajak dan hibah.
(4) Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan
tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
(5) Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis
belanja.

Pasal 11 UU 17 Th 2003

8
Rincian Belanja Negara
• Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan
susunan kementerian negara/lembaga pemerintah pusat.
• Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri
dari pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan
perlindungan sosial.
• Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi)
antara lain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan
belanja lain-lain.

Penjelasan Ps 11 (5)

9
Pedoman Penyusunan dan Penetapan
APBN
(1) APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara
(2) Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud di atas
berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah dalam rangka
tercapainya tujuan negara
(3) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-
sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam UU
APBN
(4) Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat
dapat rencana penggunaan surplus anggaran kepada DPR

Pasal 12 UU 17 Th 2003

10
Catatan :
• Dalam menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja
operasional tidak melampaui pendapatan dalam tahun
anggaran yang bersangkutan.
• Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari
Produk Domestik Bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal
60% dari Produk Domestik Bruto.
• Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan
prinsip pertanggung- jawaban antar generasi sehingga
penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang,
pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

Penjelasan Pasal 12 UU 17 Th 2003

11
pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro
• Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal
dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada
DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan
• Pemerintah Pusat dan DPR melakukan pembahasan dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBN tahun anggaran berikutnya.
• Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama DPR membahas
kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan
bagi setiap kementrian negara/lembaga dalam penyusunan usulan
anggaran.

Pasal 13 UU No. 17 Th. 2003

12
Kebijakan Penyusunan APBN

• Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka


penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai
tujuan bernegara.
• APBN sebagaimana dimaksud harus dikelola secara tertib
dan bertanggung jawab sesuai kaidah umum praktik
penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik.

Pasal 2 PP 90 th 2010

13
Penyusunan Rancangan APBN
1. Menteri Keuangan selaku pengelola fiscal menyusun
Rancangan APBN.
2. Rancangan APBN terdiri atas:
a. anggaran pendapatan negara;
b. anggaran belanja negara; dan
c. pembiayaan.
3. Besaran anggaran belanja negara sebagaimana dimaksud
pada angka 2 huruf b didasarkan atas kapasitas fiskal
yang dapat dihimpun oleh Pemerintah.
4. Dalam hal rencana belanja negara melebihi dari rencana
pendapatan negara, Pemerintah dapat melampaui kapasitas
fiskal dengan menjalankan anggaran defisit yang ditutup
dengan pembiayaan.

Pasal 3 PP 90 th 2010

14
Catatan Penjelasan
 Anggaran pendapatan negara merupakan hak Pemerintah Pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
 Anggaran belanja negara merupakan kewajiban Pemerintah Pusat yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
 Pembiayaan merupakan penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun anggaran berikutnya.
 Kapasitas fiskal adalah kemampuan keuangan negara untuk membiayai
anggaran belanja negara. Kapasitas fiskal dihimpun dari pendapatan negara.
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara lazimnya disusun secara
berimbang antara rencana pendapatan dengan rencana belanja sehingga
belanja negara tidak melampaui kapasitas fiskal yang dapat dihimpun oleh
Pemerintah.

15
Penyusunan ... (cont.)

5. Besaran anggaran belanja negara dapat disesuaikan


dengan perubahan kapasitas fiskal dan/atau perubahan
pembiayaan anggaran sebagai akibat dari:
a. perubahan asumsi makro;
b. perubahan target pendapatan negara;
c. perubahan prioritas belanja negara; dan/atau
d. penggunaan saldo anggaran lebih tahun-tahun sebelumnya.
6. Anggaran belanja negara dimaksud disusun
berdasarkan RKA-K/L.
7. Menteri Keuangan menetapkan pola pendanaan
pembiayaan tersebut di atas.
Pasal 3 PP 90 th 2010

16
Catatan Penjelasan

 Perubahan asumsi makro dapat berupa perubahan atas asumsi-asumsi:


Produk Domestik Bruto, tingkat pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, harga
minyak, tingkat bunga SBI, dan lifting produksi minyak.
 Perubahan target pendapatan dapat berupa kenaikan atau penurunan
pendapatan.
 Perubahan prioritas anggaran dapat berupa percepatan atau penundaan
pelaksanaan kegiatan prioritas.
 Penggunaan saldo anggaran lebih termasuk sisa lebih dari pembiayaan.
 Dalam hal terdapat perubahan kebijakan Pemerintah yang mengakibatkan
terjadinya realokasi anggaran tanpa mengubah total belanja negara, maka
perubahan rincian penggunaan anggaran sebagai akibat perubahan
kebijakan dimaksud didokumentasikan pada dokumen pelaksanaan
anggaran.

17
Pendekatan Penganggaran
• Unified Budgeting (Anggaran Terpadu): semua kegiatan instansi
pemerintah dalam APBN yang disusun secara terpadu (dana,
pelaksana);

• Anggaran Berbasis Kinerja: menghubungkan anggaran negara


(pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan (output dan
outcome)

• Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah: kerangka kerja yang


secara eksplisit menunjukkan keterkaitan antara kedisiplinan
pengeluaran pemerintah dalam kondisi keterbatasan anggaran
(budget constraint).
Penganggaran Terpadu

► Keterpaduan pengelola kegiatan


► Keterpaduan jenis belanja dalam satu kegiatan
► Keterpaduan antar program/kegiatan sesuai fungsi dari
suatu kementerian
► Keterpaduan program/kegiatan antar kementerian
negara/lembaga
► Keterpaduan program/kegiatan baik antar pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat
PENDEKATAN PENGANGGARAN… 1)
Unified Budget/Terpadu

Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi


Organisasi Fungsi Belanja

• Bagian Anggaran • Fungsi • Belanja Pegawai


• Program • Belanja Barang
• Satuan Kerja • Belanja Modal
• Kegiatan • Belanja Pembayaran
Kewajiban Utang
• Belanja Subsidi
• Belanja Hibah
• Belanja Bantuan
Sosial
21
• Belanja Lain - Lain
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
Performance 1. Output
Oriented 2. Outcome
3. IKK/IKU
4. Target Kinerja
Let the
Konsep manager Fleksibilitas  kwn revisi

manage
Money Follow Tusi:
Function 1. Renstra
2. Renja
PBB
Indikator Kinerja Rumusan Kinerja

1. Cost Structure
Instrumen Standar Biaya 2. Benchmark
3. SPM

1. R&P
2. Rekomendasi
Evaluasi Kinerja alokasi
3. Rekomendasi
22
Bimtek
PEN-
CAPAIAN
VISI DAN
MISI

Jalan Raya Waktu Tempuh Keamanan dan


(km) Dalam Atau Jumlah kenyamanan bagi
Kondisi Baik Pengguna pengguna Jalan
Jalan

Darimana Titik Awal Pemikiran


Dimulai ?
Manfaat Penerapan PBK

a. Menunjukan keterkaitan pendanaan dan prestasi


kinerja (directly linkages between performance and
budget)
b. Meningkatkan efisiensi dan transparansi
penganggaran (operational efficiency)
c. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit
dalam melaksanakan tugas dan Mengelola anggaran
(more flexibility and accountability)
Syarat Penerapan PBK
• indikator yang mencerminkan tolok ukur untuk menca-pai
sasaran program (outcome)
Indikat • Pendekatan yang digunakan dapat fokus pada efektivitas,
efisiensi, outcome atau kepuasan pelanggan
or
• sebagai instrumen evaluasi kinerja
Kinerja
• mencerminkan kebutuhan dana untuk menghasilkan
sebuah output atas pelaksanaan sebuah kegiatan
• Menunjukan seluruh komponen/item yang harus dibiayai
Standar • Penetapan unit cost untuk setiap komponen/item,
Biaya menggunakan harga yang paling ekonomis namun tetap
memperhatikan kualitas produk

• Membandingkan rencana kinerja dan realisasi


berdasarkan indikator yang telah ditetapkan
Evaluasi • Menganalisis perbedaan (gap) yang terjadi dan
merumuskan alternatif solusi
Kinerja • Menyempurnakan indikator kinerja untuk tahap
selanjutnya
• Rekomendasi kelangsungan kebijakan
Pengukuran Kinerja

►Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai seberapa


besar perbedaan (gap) antara kinerja aktual dengan
kinerja yang diharapkan
►Dengan diketahuinya perbedaan (gap) tersebut, maka
upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kinerja dapat
dilakukan
INDIKATOR KINERJA
► Ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan
► Indikator kinerja dikategorikan ke dalam kelompok :
- masukan (input)
- keluaran (output)
- hasil (outcomes)
- manfaat (benefit)
► Indikator Kinerja pada sisi penggunaan sumber
daya adalah penetapan standar biaya dengan
tingkat efisiensi yang maksimal
► Kinerja yang relatif lebih baik dapat diindikasikan
dengan pencapaian target output/outcomes yang
sama dengan tingkat penggunaan sumber daya
yang lebih minimal dalam suatu kurun waktu
tertentu
Indikator Kinerja

► Agar pengukuran dapat dilakukan, maka kinerja harus


dapat dinyatakan dalam angka (kuantifikasi).

► Oleh karena itu diperlukan indikator-indikator yang


dapat menunjukkan secara tepat tingkat prestasi
kerja/kinerja.

► Macam Indikator Kinerja:


 Indikator Kinerja Program
 Indikator Kinerja Kegiatan
 Indikator Efisiensi
 Indikator Kualitas
KRITERIA PENETAPAN TARGET KINERJA

► Spesifik (Specific)
 Jelas, Singkat dan Tepat Sasaran
► Terukur (Measureable)
 Sebaiknya dapat dikuantifikasi
► Realistis (Achievable)
 Praktis dan Masuk Akal
► Relevan (Relevant)
 Merupakan kebutuhan aktual
► Jangka Waktu Pencapaian (Time Frame)
 Memiliki rentang waktu kebijakan yang spesifik untuk
pencapaian target
PENETAPAN PENETAPAN IKU
OUTCOME, PROGRAM DAN IK
PROGRAM, KEGIATAN
OUTPUT DAN
KEGIATAN

PENETAPAN PENETAPAN
SASARAN STANDAR BIAYA
STRATEGIS SIKLUS
PENERAPAN
PBK MENGHITUNG
KEBUTUHAN
PENGUKURAN
DAN EVALUASI ANGGARAN
KINERJA

PELAKSANAAN
PERTANGGUN KEGIATAN &
3, 4 dan8 adalah G JAWABAN PEMBELANJAAN
instrumen PBK
30
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)

1. Budget Discipline
Tujuan 2. Improve Quality of
Planning
3. Best Policy Option
4. Budget Sustainability
5. Allocative Efficiency

MTEF/KPJM

1. Rolling Budget
Konsep 2. Baseline
3. Parameter
4. Baseline adjustment
5. New Initiative

31
Dokumen dalam Penyusunan APBN

Dalam penyusunan APBN akan dijumpai


dokumen-dokumen sbb :
1. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
2. Rencana Kerja (Renja);
3. Term of Reference (TOR)
4. Rincian Anggaran Biaya (RAB)
5. Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKAKL);

32
Dokumen Penyusunan APBN
• Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) adalah dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan
suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran
Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis Kementerian
Negara/Lembaga dalam 1 (satu) tahun anggaran serta anggaran
yang diperlukan untuk melaksanakannya;
• Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang memuat sasaran yang hendak dicapai,
program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana setiap
satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan;

33
Dokumen ...

• Term of Reference (TOR) adalah dokumen yang berisi


penjelasan atau keterangan mengenai kegiatan yang diusulkan
untuk dianggarkan;
• Rincian Anggaran Biaya (RAB) adalah dokumen yang berisi
rincian dari komponen masukan/input dari kegiatan/subkegiatan
serta besaran dana masing-masing komponen;

34
Dasar Penyusunan RKA-K/L
• Dalam rangka penyusunan RAPBN menteri/pimpinan lembaga
selaku PA/PB menyusun RKA-KL dan disampaikan kepada DPR
untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN
• Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud disusun
berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
• Rencana kerja dan anggaran tersebut disertai dengan prakiraan
belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang
sedang disusun.
• Rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN.
• Hasil pembahasan disampaikan kepada Menkeu sebagai bahan
penyusunan RUU APBN
• Ketentuan lebih lanjut penyusunan RKA-K/L diatur dengan PP

Pasal 14 UU 17 Th 2003
Pasal 15, UU 17/2003

Pembahasan RUU APBN & Nota


Keuangan
• Pemerintah Pusat mengajukan RUU APBN dan Nota Keuangan
dan dokumen-dokumen pendukungnya pada bulan Agustus
tahun sebelumnya.
• Pembahasan RUU APBN sesuai UU Susduk DPR.
• DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU APBN.
• Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU APBN
dilakukan paling lambat 2 bulan sebelum tahun anggaran ybs.
• APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
• Apabila DPR Tidak menyetujui RUU tsb., Pemerintah Pusat dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN
tahun anggaran sebelumnya.

36
Prinsip penyusunan APBN
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN
adalah :
• Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran.
• Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
• Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan
penuntutan denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan
APBN adalah:
• Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
• Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
• Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

37
Azas penyusunan APBN
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:
• Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber
penerimaan dalam negeri.
• Penghematan atau peningkatan efesiensi
dan produktivitas.
• Penajaman prioritas pembangunan
• Menitikberatkan pada azas-azas dan undang-
undang negara

38
Pagu Indikatif
• Pagu Indikatif adalah prakiraan pagu anggaran yang diberikan kepada
Kementerian/Lembaga untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
Renja.
• Bulan Januari s.d April merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk
menyusun dan menetapkan Pagu Indikatif.
• Untuk APBN T.A yad, Pagu Indikatif Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
dikeluarkan oleh Pemerintah pada bulan April tahun sebelumnya melalui Surat
Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan perihal
Pagu Indikatif dan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
yad tersebut.
• Kementerian/Lembaga setelah menerima informasi Pagu Indikatif tersebut
kemudian dituangkan ke dalam aplikasi RKA-KL.

39
Kebijakan Penyusunan Pagu Indikatif
Dalam menyusun pagu indikatif perlu diperhatikan hal-hal tentang Anggaran
Berbasis Kinerja ( ABK ) yakni dilakukan dengan kebijakan :
• menyempurnakan pola pengalokasian anggaran yang mengacu pada prinsip
money follow function,
• memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dalam pelaksanaan anggaran melalui
penyederhanaan struktur anggaran dan jenis belanja.
• meningkatkan keterkaitan antara alokasi anggaran dengan target kinerja yang
akan dihasilkan
• Meningkatkan efisiensi belanja melalui penajaman atas kelayakan anggaran
terhadap sasaran kinerja dan konsistensi sasaran kinerja dengan
Renstra/Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

40
Kebijakan Penyusunan Pagu Indikatif
Selain itu, dilakukan penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM), melalui
 penerapan anggaran bergulir melalui penyusunan prakiraan maju untuk 3 tahun
anggaran kedepan
 Penggunaan angka prakiraan maju sebagai dasar penghitungan alokasi anggaran dan
proyeksi kebutuhan anggaran terhadap sebuah kebijakan yang dilaksanakan lebih
dari satu tahun
 penyesuaian angka dasar berdasarkan perubahan parameter ekonomi (inflasi, nilai
tukar rupiah) dan parameter non ekonomi (penyesuaian Standar Biaya Umum,
Standar Biaya Khusus, penambahan/pengurangan volume di luar prioritas
nasional/bidang) serta hasil evaluasi kinerja anggaran.
 mekanisme Inisiatif Baru dan metode kompetisi dalam penilaian untuk tambahan
alokasi anggaran bagi K/L diluar angka dasar (baseline)
 Penyempurnaan metode costing untuk proposal penilaian Inisiatif Baru

41
Penyusunan Pagu Sementara
o Pagu Sementara adalah pagu anggaran yang didasarkan atas Kebijakan Umum
(KU) dan prioritas anggaran hasil pembahasan pemerintah pusat dengan Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai acuan dalam penyusunan RKA.
o Bulan Mei s.d Agustus merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk
menyusun dan menelaah RKA-KL Pagu Sementara K/L serta menyiapkan RUU
APBN.
o Untuk APBN T.A yad Pagu Sementara K/L dikeluarkan oleh Pemerintah pada
bulan Juli tahun sebelumnya melalui Surat Edaran Menteri Keuangan tentang
Pagu Sementara Kementerian Negara/Lembaga
o Kementerian/Lembaga setelah menerima informasi Pagu Sementara tersebut
segera menyesuaikan RKA-KL berdasarkan Pagu Semnetara tersebut, dan segera
menyusun data pendukung yang dibutuhkan.
o Penelaahan terhadap RKA-KL Pagu sementara dilakukan pada bulan Juli antara
Satker K/L (Eselon I) dengan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan RI.

42
Pagu Definitif
• Pagu Definitif adalah pagu anggaran yang didasarkan atas Undang Undang APBN
sebagai acuan penyusunan RKA;
• Bulan September s.d Desember merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk
membahas RUU APBN menjadi UU APBN (Pagu Definitif) dan menyusun
PERPRES tentang Rincian APBN serta menerbitkan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran.
• Untuk APBN suatu T.A; Pagu Definitif K/L dikeluarkan oleh Pemerintah pada
tanggal di bulan September melalui Peraturan Menteri Keuangan tentang Pagu
Definitif Kementerian Negara/Lembaga.
• Penelaahan terhadap RKA-KL Pagu Definitif Satker K/L (Eselon I) dilakukan pada
bulan Oktober antara Satker K/L (Eselon I) tersebut dengan Ditjen Anggaran
Kementerian Keuangan RI.

43
Penyusunan DIPA
• Penyusunan Konsep DIPA sebagai dokumen pelaksanaan
anggaran Satker K/L (Eselon I) dilakukan setelah SAPSK (Hasil
Akhir Penelaahan Pagu Definitif) diterbitkan oleh Kementerian
Keuangan.
• Untuk APBN suatu T.A. dilakukan penyusunan konsep DIPA
pada bulan November dan penelaahannya dilakukan dengan
Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan pada bulan
Desember.

Hal-hal yang ditelaah antara lain :


• a. Kesesuaian konsep DIPA dengan Rincian Anggaran;
• b. Rencana Penarikan Anggaran selama T.A. berkenaan.

44

Anda mungkin juga menyukai