Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ATRESIA DUCTUS HEPATICUS ( ATRESIA BILIER)


TAHUN 2020

DISUSUN OLEH:
Kelompok 12
Lalu Amrullah
Lidya Adrian

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS MATARAM
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan

kerusakan progresif pada duktusbilierekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran

empedu. Jadi, atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagianatau

keseluruhan traktus bilierekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu.Akibatnya

di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatanbilirubindirek

.Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli mengatakanbahwa

faktor genetic yang berperan, yang dikaitkadenngan kelainan kromosom trisomo17,18,dan

21.serta terdapat anomali pada organ. Bayi dengan atresia bilier biasanyamuncul sehat ketika

lahir. Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggupertama setelah lahirdg gejala

gejala jaundice, adanya ikterus, dan urine berwarna gelap.Tinja berwarna pucat , dan penurunan

berat badan .Atresia bilier ditemukan pada 1 dalam 10.000 kelahiran hidup dan 1 dalam

25.000kelahiran hidup. Tampaknya tidak terdapat predileksi rasial atau genetik

kendatiditemukan predominasi wanita sebesar 1,4:1 (McEvoy dan Suchy, 1996;

Whitington,1996). Di Belanda, dilaporkan kasus atresiabilier sebanyak 5 dari 100.000

kelahiranhidup, di Perancis 5,1 dari 100.000 kelahiran hidup, di Inggris dilaporkan 6 dari

100.000kelahiran hidup. Di Texas tercatat 6.5 dari 100.000 kelahiran hidup, 7 dari

100.000kelahiran hidup di Australia, 7,4 dari 100.000 kelahiran hidup di USA dan

dilaporkanterdapat 10,6 dari 100.000 kelahiran hidup di Jepang menderita atresiabilier. Dari

904kasus atresiabilier yang terdaftar di lebih 100 institusi, atresiabilier di dapatkan pada
rasKaukasia (62%), berkulit hitam (20%), Hispanik (11%), Asia (4,2%) dan Indian

amerika(1,5%). Walau jarang namun jumlah penderita atresiabilier yang ditangani RS.

CiptoMangun Kusumo (RSCM) pada tahun 2002-2003 tercatat mencapai 37-38 bayi atau

23%dari 163 bayi berpenyakit kuning akibat kelainan fungsi hati. Sedangkan di RSUDr.Soetomo

Surabaya antara tahun 1999-2004 ditemukan dari 19.270 penderita rawatinapdi Instalansi Rawat

Inap Anak, tercatat 96 penderita dengan penyakit kuning gangguanfungsi hati didapatkan 9

(9,4%) menderita atresiabilier ( Widodo J, 2010)Hanya tindakan bedah yang dapat mengatasi

atresiabilier. Bila tindakan bedahdilakukan pada usia 8 minggu, angka keberhasilannya adalah

86%, tetapi bilapembedahan dilakukan pada usia > 8 minggu maka angka keberhasilannya hanya

36% oleh karena itu diagnosis atresiabilier harus ditegakkan sedini mungkin, sebelum usia

8minggu (Parlin,1991)

B. Tujuan Umum

Untuk menggambarkan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Atresiabilier

Atresia Bilier suatu defek kongenital, yang terjadi akibat tidak adanya atau obstruksi

satu atau lebih kandung empedu ekstrahepatik atau intrahepatik, yang menyebabkan

penyimpanan drainase kandung empedu (Morgan Speer, 2008) Atresia Bilier adalah suatu

keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan

aliran empedu atau karena adanya  proses inflamasi yang berkepanjangan yang menyebabkan

kerusakan progresif  pada duktus bilier ekstrahepartik sehingga terjadi hambatan aliran

empedu (kolestasis) yang mengakibatkan terjadinya penumpukan garam empedu dan

peningkatan bilirubin direk dalam hati dan darah (Julinar, dkk, 2009). Atresia Bilier adalah

suatu penghambatan didalam pipa/ saluran-saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari

liver menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi kongenital, yang

berarti terjadi saat kelahiran. Atresia bilier merupakan proses inflamasi progresif yang

menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada

akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna L. Wong, 2008).

B. Etiologi

Faktor penyebab dari Atresia Bilier ini belum jelas. Namun, sebagian besar  penulis

berpendapat bahwa Atresia Bilier disebabkan oleh suatu proses inflamasi yang merusak

duktus bilier dan juga akibat dari paparan lingkungan (disebabkan oleh virus) selama periode

kehamilan dan perinatal (Sodikin, 2011).

C. Anatomi fisiologi

D. Tanda dan Gejala


E. Patofisiologi

F. Penatalaksanaan

Salah satu faktor yang menentukan angka harapan hidup 10 tahun adalah usia saat

penderita dioperasi. Dibagi 4 kelompok yaitu kelompok usia yang dioperasi < 60 hari (68%),

kelompok usia 61-69 hari (39%), kelompok usia 71-90 hari (33%), dan kelompok usia > 91

hari (15%).

- PRE-OPERATIF

Beberapa hari sebelum operasi, penderita di injeksi vitamin K intramuscular 1- 2

mg/kgBB.

- OPERATIF

Hepatic portoenterostomy (prosedur Kasai) merupakan terapi standar pada atresia biliaris.

- PERAWATAN PASCA-OPERATIF  

Nasogastric Tube (NGT) tetap dipertahankan hingga fungsi gastrointestinal kembali

normal, biasanya 48 jam pasca operasi. Antibioik intravena diberikan hingga penderita dapat

menerima makanan secara normal. Steroid (prednisone) diberikan 2mg/kgBB/ hari sehari 2

kali selama 1 minggu.Komplikasi awal (3 bulan pasca operasi) yang ditemukan umumnya

adalah ascending cholangitis, yang dapat disebabkan karena infeksi vena porta, rusaknya

drainase limfe pada porta hepatis, ataupun karena infeksi langsung fistulasi bilier.

Cholangitis juga disebabkan oleh hal apapun yang membuat aliran empedu tehambat ,

sehingga asam ursodeoksikolat sering digunakan untuk mencegah terjadinya cholangitis.

Sedangkan pemakaian antibiotika dan kortikosteroid untuk pencegahan cholangitis masih

belum terdapat keseragaman

G. Komplikasi
Komplikasi lanjut yang dapat terjadi adalah hipertensi portal, perdarahan varises

esofagus, hipersplenisme asites dan gagal hati. Pada akhirnya pasien dengan komplikasi

lanjut ini memerlukan transplantasi hati.

H. Pencegahan

I. Pemeriksaan Fisik

J. Pemeriksaan Penunjang

K. Proses Asuhan Keperawatan


BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai