Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN

DIIT MAKANAN DAN MANAJEMEN CAIRAN PADA PASIEN


DENGAN CKD
DI RUANG HEMODIALISA RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:
Era Windiana
( 202002040023)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hemodialisa merupakan terapi yang paling tepat untuk mengatasi kerusakan
ginjal pada pasien CKD, namun tidak bisa di pungkiri bahwa terapi ini juga sangat
berpotensi untuk menghasilkan komplikasi intradialisis. Selama tindakan HD sering
ditemukan komplikasi yang terjadi seperti kram otot, hipotenai, sakit kepala, mual dan
muntah. Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ginjal yang menyumbang angka
kematian cukup tinggi diseluruh dunia. Penyakit ini didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal yaitu abnormalitas fungsi dan struktur ginjal dengan atau tanpa penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (Kidney, Guideline, Clinical, &Oversight, 2019).Penyakit ginjal
kronik adalah penyakit yang bersifat irreversible yang berarti kerusakan terjadi secara
permanen sehingga tidak dapat kembali seperti sedia kala. Sehingga solusi yang dapat
dilakukan oleh penderita adalah mempertahankan agar fungsi ginjal tetap stabil dan
tidak memburuk. Berdasarkan data yang dihimpun dari Centers for Disease
Controland Prevention tahun 2019, 9 dari 10 orang tidak menyadari bahwa mereka
memiliki penyakit ginjal kronik. Data di United States menunjukkan bahwa 15%
orang dewasa sudah memiliki penyakit ini. Di Indonesia terjadi peningkatan jumlah
penderita gagal ginjal kronis yang terdiagnosis jikadibandingkan dari tahun 2013 dan
2018 yaitu 0.18% (Riskesdas 2018).Parameter penyakit ginjal kronik dapat diukur
melalui fungsi ginjal yaitu ureum dan kreatinin. Semakin tinggi ureum dan kreatinin
makasemakin mengindikasikan bahwa ginjalmengalami penurunan fungsi sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya yakni dalamhal metabolisme, ekskresi, dan regulasi,
dan hormon.
Penyakit ginjal kronik adalah jenis penyakit yang memiliki tingkatan
keparahan dengan pembagian stadium 1 sampai 5 atau sering disebut dengan gagal
ginjal kronik sehingga harus menjalani terapi pengganti ginjal. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh pola hidup pasien sendiri. Pola hidup yang baik dapat
mempertahankan status kesehatan atau kestabilan penyakit sedangkan pola hidup
yang buruk dapat memperburuk kondisi. Perburukan ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah status nutrisi. Berdasarkan data dari negara
industri menyatakan bahwa pola diet dan nutrisi mempengaruhi progresifitas
penyakit ginjal >24% (Kramer, 2019).Pengaturan nutrisi memegang peranan penting
untuk menunda perburukan fungsi ginjal, mencegah inisiasi dialisis, dan memperbaiki
kondisi klinis pasien (Alessandro et al., 2016).
Pola diet pada penyakit ginjal kronis sampai saat ini masih sering menjadi
perdebatan terutama untuk asupan protein. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
orang dengan penurunan fungsi ginjal harus membatasi asupan protein karena dapat
menyebabkan cedera hingga kehilangan nefron kehilangan nefron terus-menerus
pada akhirnya akan menurunkan laju filtrasi golmerulus sampai tahap akhir ginjal
tidak dapat berfungsi sama sekali. Sementara, penelitian lain mengungkapkan
pembatasan asupan protein dapat berhubungan dengan malnu- trisi energi atau yang
lebih dikenal dengan Protein Energy Wasting (PEW) (Lee, Kim, Kim, Chung, &
Park, 2019)
Penderita ginjal kronik sering mengalami malnutrisi karena pembatasan
asupan protein. Salah satu tanda yang menunjukkan adalah komposisi lemak dan otot
yang tidak seimbang dan penurunan albumin. Kondisi yang serba salah ini sering
mengakibatkan kebingungan pada pasien untuk memanajemen pola nutrisi hariannya.
Pola diet pada penyakit ginjal kronik juga disebut sebagai pola yang rumit dan
kompleks karena penderita penyakit ini memiliki angka komorbiditas yang cukup
tinggi seperti hipertensi, diabetes, CVD, hiperlipidemia, dan obesitas. Oleh karena
itu, perlu berhati-hati dan modifikasi yang terstruktur (Editors, Jaar,Choi, Anderson,
& Nguyen, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang diit makanan dan
manajemen cairan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat mengerti dan
memahami tentang diet dan mangemen cairan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan mengenai diit makanan dan
manajemen cairan kepada pasien selama 30 menit diharapkan pasien dan keluarga
mampu :
a. Mengetahui apa itu diit
b. Mengetahuai tujuan diet
c. Mengetahui syarat diet
d. Mengetahui pengaturan bahan makanan
e. Mengetahui cara mengurangi kalium dari bahan makanan
f. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan untuk diet CKD

C. Sasaran
Pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik sasaran
Pasien dengan cronic kidney disease di ruang hemodialisa RSUD Tugurejo menjalani
terapi hemodialisa setiap 2 kali dalam 1 minggu. Pasien mengeluhkan tekanan
darahnya tinggi pada saat proses hemodialisa berlangsung dan pada saat proses
hemodialisa berakhir.

B. Analisis kasus
Pasien mengalami Chronic Kidney Disease (CKD) harus menjalani terapi
hemodialisa 2 kali dalam 1 minggu. Pasien mengatakan saat hemodialisa tekanan
darahnya tinggi pada saat proses hemodialisa berakhir.

C. Prinsip belajar
Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai diit makanan dan manajemen
cairan sehingga dapat mengontrol tekanan darah dan cairan yang masuk.

D. Karakteristik media belajar


Karakteristik media pembelajaran pada pendidikan kesehatan ini adalah
menggunakan lembar balik dan leaflet.
BAB III
METODOLOGI PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Deskripsi media belajar


Metode pembelajaran yang akan dilakukan adalah dengan metode praktik dan
tanya jawab, penyaji akan menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan
media leaflet dan lembar balik.

B. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran adalah untuk memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga mengenai diit makanan dan manajemen cairan sehingga diharapkan pasien
tidak mengalami tekanan darah tinggi saat menjalani hemodialisa.

C. Ketrampilan yang diperlukan


Ketrampilan yang diperlukan dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien adalah dengan penguasaan dan pemahaman teori mengenai materi
pembelajaran dan ketrampilan dalam menyampaikan menjelaskan kepada pasien dan
keluarga.

D. Jenis media
1. Leaflet
2. Lembar balik

E. Alat yang digunakan


1. Lembar balik
F. Proses pendidikan kesehatan

No TAHAP WAKTU KEGIATAN PENKES KEGIATAN AUDIEN


1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam - Menjawab salam
 Memperkenalkan diri - Mendengarkan
 Menjelaskan maksud dan tujuan - Tahu dan mengerti
 Kontrak waktu - Menyepakati kontrak
waktu
2. Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan materi tentang : - Audien
1. Pengertian pijat kaki Mendengarkan dan
2. Tujuan pijat kaki Memperhatikan.
3. Langkah –langkahpijat kaki - Audien bertanya dan
4. Dampak kualitas hidup mampu menjawab
 Memberikan audien kesempatan pertanyaan.
untuk bertanya
3. Penutup 5 menit  Memberikan pertanyaan - Menjawab
 Membuat kesimpulan - Mendengarkan
 Menutup dengan salam - Menjawab salam

G. Waktu pelaksanaan
1. Tanggal: : jumat, 26 Februari 2021
2. Waktu : 10:00 – 10.30 WIB
3. Tempat : Ruang Hemodialisa RSUD Tugurejo Semarang

H. Hal yang perlu diwaspadai


1. Kesalahan dalam menyampaikan materi
2. Sasaran tidak kooperatif dan tidak komunikatif
3. Kesulitan sasaran dalam memahami materi yang disampaikan
I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Menyiapkan media yang menarik
2. Menyiapkan dan memahami serta menguasai materi yang akan disampaikan
3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran dalam menyampaikan
materi
4. Memberikan kesempatan pada sasaran untuk bertanya

J. Pengorganisasian
Penyaji : Mahasiswa
Sasaran : Pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD Tugurejo Semarang

K. Sistem evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan adalah dengan memberikan pertanyaan kepada
pasien dan keluarga pasien serta meminta pasien dan keluarga untuk menerapkan diit
dan manajemen cairan.
BAB IV
PENUTUP

Hemodialisa merupakan terapi yang paling tepat untuk mengatasi kerusakan ginjal
pada pasien CKD, namun tidak bisa di pungkiri bahwa terapi ini juga sangat berpotensi untuk
menghasilkan komplikasi intradialisis. Selama tindakan HD sering ditemukan komplikasi
yang terjadi seperti kram otot, hipotenai, sakit kepala, mual dan muntah.
Diet pada penyakit ginjal kronik merupakan sesuatu yang kompleks karena tingginya
angka komorbiditas sehingga dapat menjadikan pola diet yang telah diatur demi menjaga
ginjal bertentangan dengan penyakit penyerta. Berdasarkan hal tersebut, diet pada penyakit
ginjal kronik tidak dapat disamaratakan satu sama lain tergantung pada keparahan penyakit
dengan memperimbangkan komorbiditas karena salah satu kesalahan yang terjadi dalam
pengaturan pola diet ginjal adalah generalisasi padahal orang dengan stadium berbeda
memiliki perbedaan kemampuan ginjal juga.
Pembatasan protein, garam, peningkatan konsumsi sayur dan buah merupakan hal
yang penting dalam pola diet penyakit. Pengaturan pola nutrisi harian adalah hal yang
esensial bagi penderita penyakit ginjal kronik. Selain itu pola ini dapat menjadi sebuah
strategi diet yang dianjurkan untuk kestabilan penyakit. Kestabilan penyakit
dimaksudkan adalah fungsi ginjal tidak semakin memburuk, komposisi tubuh seim-bang, dan
penundaan inisiasi terapi dialisis. Agar manajemen diet dapat terkontrol dengan optimal,
sebaiknya penderita memiliki catatan pengaturan nutrisi harian dengan memanfaatkan
layanan kesehatan. Disamping itu tenaga kesehatan juga diharapkan dapat memberikan
anjuran diet yang komprehensif, aman, tidak berlebihan atau tumpang tindih serta tidak
berlawanan satu sama lain sehingga pasien dapat dengan mudah memahami
pengaplikasiannya.
Hal yang sangat penting dalam mengatur pola diet adalah memulai sedini mungkin
sehingga kesehatan ginjal dapat menjadi lebih baik. Keberhasilan pola diet juga memerlukan
strategi lain yakni modifikasi pilihan makanan yang tetap sesuai dengan aturan. Kepatuhan
diet terutama pada penyakit ginjal kronik memang membutuhkan usaha yang cukup keras
agar dapat terwujud secara optimal dan bertahan. Maksudnya adalah pasien diharapkan dapat
mempertahankan pola diet dalam jangka waktu yang lama (selamanya).

Anda mungkin juga menyukai