Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN BANK SENTRAL

DI INDONESIA

MAKALAH

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok pertemuan ke-4 Mata Kuliah
Kebanksentralan yang

Dibimbing Oleh Dr. Khairunnisa Musari, ST.M.MT

Disusun oleh :

Yoga Pangestu (E20151036)

Fajar Sahroni (E20151037)

Nur Kamila (E20151040)

Arisandi Ferdiansyah (E20151041)

Anisatun Jamila (E20151042)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
FEBRUARI 2018

i
A. PENGERTIAN BANK SENTRAL
Bank Sentral (Central Bank) merupakan lembaga negara yang mempunyai
wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah di suatu negara,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter juga mengatur kelancaran sistem
pembayaran. mengawasi perbankan dan menjalankan fungsi sebagai lender of the
last resort . Bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) termuat pasal 4
ayat 2 Undang undang RI Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank indonesia, pada
dasarnya, Bank Sentral tidak seperti bank umum , bank sentral sebagai bank milik
pemerintah yang bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan tujuan tujuan
tertentu.

B. SEJARAH BANK SENTRAL


Berdasarkan sejarah, Bank Sentral bukanlah suatu lembaga yang sejak di
dirikan dengan tujuan menjalankan fungsi sebagai bank sentral, sampai abat ke 20
tidak ada konsepsi yang jelas tentang bank sentral, proses panjang tersebut bukan
merupakan proses yang sengaja diarahkan pada terbentuknya konsep Central
Banking sehingga tidak terdapat teknik sistematis dan konsisten kearah terbentuknya
bank sentral, Bank Sentral terbentuk ketika secara bertahap melaksanakan berbagai
macam posisi, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang kemudian
dikenal dengan nama bank sentral, yang memiliki wewenang antara lain: hak untuk
mengeluarkan uang (partial monopoly) dapat bertindak bankir dan agen pemerintah,
Bank memiliki posisi tersebut dikenal sebagai Bank of Issue atau National Bank,
Dalam perkembangan selanjutnya Bank tersebut memperoleh kekuasaan yang lebih
luas sehingga muncul istilah Central Bank,
Dari bank sentral yang ada, The Risk bank of Seweden adalah yang pertama
kali didirikan, tetapi bank of england adalah Bank of Issue yang pertama
memperoleh posisi bank sentral dan mengembangkan dasar dasar the art of banking.
dengan demikian sejarah bank of england secara umum di terima sebagai gambaran
evolusi dasar dasar dan teknik sentral banking pada tahun 1920 di selenggarakan
International financial Conference di Brussel, hasil tersebut menyetujui revolusi
yang menghendaki agar negara negara yang belum mendirikan bank sentral di harap
secepatnya mendrikan bank sentral, untuk membantu pemulihan dan pemeliharaan
setabil sistem moneter juga untuk kepentngan kerjasama dunia, dimulai berdirinya
South African Reserver bank di tahun 1921.

C. PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN BANK SENTRAL DI INDONESIA


Di Indonesia fungsi bank Sentral pada masa penjajahan, dilakukan oleh De
Javasche Bank bertindak sebagai bank sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi
bank sentral lainnya, dan di dirikan pada tanggal 11 Oktober 1927 selain
menjalankan sebagai bank sentral juga melakukan kegiatan bank umum, Bank
Negara Indonesia di dirikan berdasarkan undang undang Nomor 2 tanggal 5 juli
1946 sebagai bank sentral pemerintahan RI dengan tugas:
1) Memberikan pinjaman kepada pemerintah

ii
2) Menarik uang tentara penduduk jepang untuk di ganti dengan ORI ( Oeang
Republik Indonesia)
3) Menyediakan fasilitas kredit untuk perusahan perusahaan industri dan
perdagangan yang beroprasi di bawah kekuasaan pemerintah RI
4) Membantu pembiayaan misi misi pemerintah luar negeri

De javasche bank yang kepemilikikannya adalah milik swasta, namun


pemerintah hindia belanda memberikan wewenang kepadanya untuk mengedarkan
uang kertas dan uang logam di wilayah indonesia, yang dulu masih disebut Hindia
Belanda. Dengan demikian, manajemen banknya harus disetujui oleh pemerintah
Belanda.
Sampai perang dunia ke dua, Bank-bank yang beroperasi di Indonesia
termasuk bank-bank belanda, inggris, jepang, tionghaoa dan indonesia asli, hampir
setiap bank tersebut tutup selama pendudukan jepang, kecuali yahohama specia
bank dan de algemene volkscrediet bank, yang namanya diganti di ganti menjadi
shomin ginko walaupun fungsi-fungsinya tetap sama. Uang kertas yang beredar
pada waktu itu dikeluarkan oleh pemerintah militer jepang.
Pada saat tentara belanda menduduki Yogyakarta Desember 1948, Bank
Indonesia terpaksa ditutup dan dibuka kembali tahun 1949 dengan lapangan usaha
yang berbeda, berkaitan dengan konfrensi meja bundar (KMB), memutuskan De
Javasche Bank yang melaksanakan fungsi bank sentral dan pada tahun 1953 De
Javasche Bank di bubarkan bersamaan di keluarkannya undang undang pokok Bank
Indonesia (UU Nomor 11 Tahun 1953) berdasarkan penetapan presiden Nomor 17.
Undang-Undang pokok bank Indonesia ini menetapkan pendirian BankIndonesia
untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga
tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam
hubungannya dengan pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang
dilakukan oleh DJB sebelumnya. Tahun 1965, Bank Indonesia bersama-sama
dengan Bank Koprasi Tani dan Nelayan, Bank umum dan Bank Tabungan di lebur
menjadi sebuah Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI),
berdasarkan keputusan menteri urusan bank sentral nomor KEP.65/USB/65, setelah
masa orde baru di lakukan penataan kembali perbankan di Indonesia untuk
membentuk kesatuan sistem yang menjamin kesatuan pimpinan dalam mengatur
seluruh perbankan di Indonesia serta mengawasi pelaksanaan kebijakan pemerintah
di bidang moneter, untuk keperluan tersebut dikeluarkan undang undang nomor 14
tahun 1967 tentang pokok pokok perbankan.
Pada tahun 1968 diterbitkan undang-undang Bank Sentral yang mengatur
kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank
lain yang melakukan fungsi komersial. selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank
Indonesia juga bertugas membantu pemerintah sebagai agen pembangunan
mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan
kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

iii
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai
dengan UU No.23/1999 Yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus
pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank
Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, pemerintah
mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008
tentang perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam
menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap fasilitas
pembiayaan jangka Pendek dari Bank Indonesia.
EVOLUSI STATUS BANK INDONESIA SELAKU BANK SENTRAL DI
INDONESIA
Peran dan tugas Bank Indonesia selaku bank sentral hingga saat ini telah
mengalami evolusi. Semula Bank Indonesia hanya sebagai bank sirkulasi dan agen
pembangunan, sejak tahun 1999 menjadi bank sentral yang independen dan
mempunyai tugas sasaran tunggal, yaitu stabilitas nilai rupiah.
Sebelum merdeka indonesia tidak memiliki bank sentral. Pada periode
tersebut fungsi bank sentral hanya terbatas pada bank sirkulasi. Tugas sebagai bank
sirkulasi dilakukan oleh de javasche bank NV yang diberi hak oktroo (1827), yaitu
hak mencetak dan mengedarkan uang gulden belanda oleh pemerintah belanda.
Setelah proklamasi kemerdekaan indonesia, dalam penjelasan Bab VIII pasal
23 UUD 1945 di sebutkan bahwa akan segera di bentuk sebuah bank yang di sebut
bank indonesia dengan tugas mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas.
Selanjutnya pada tanggal 19 september 1945 dalam sidang dewan menteri,
pemerintahan indonesia memutuskan untuk mendirikan satu bank sirkulasi berbentuk
bank milik negara dan langkah pertama di bentuk yayasan dengan nama “pusat bank
indonesia”. Yayasan ini sebagai cikal bakal berdirinya bank negara indonesia (BNI).
Ketika konferensi meja bundar (KMB) tahun 1949 di Den Haag , salah satu
keputusan pentingnya adalah penyerahan kedaulatan indonesia kepada pemerintah
republik indonesia serikat. Berkaitan dengan masalah perbankan pada saat tersebut
utusan pemerintah mengalami kesulitan untuk mengusahakan agar bank negara
indonesia yang telah didirikan sejak tahun 1946 di tetapkan sebagai bank sentral
republik indonesia serikat sehingga pemerintah indonesia terpaksa menerima De
Javanesche Bank sebagai bank sentral.
Selanjutnya pada tanggal 6 desember 1951 dikeluarkan UUD rasionalisasi De
Javasche Bank, dan selanjutnya tanggal 1juli 1953 dikeluarkan UU No. 11 tahun
1953 tentang pokok bank indonesia sebagai pengganti javasche bank wet tahun 1922.
Mulai saat itu lahirlah satu bank sentral di indonesia yang di beri nama bank
indonesia.sejak keberadaan bank indonesia sebagai bank sentral hinggga tahun 1968,
tugas pokok bank indonesia selain menjaga stabilitas moneter, mengedarkan uang
dan mengembangkan sistem perbankan juga melaksanakan beberapa fungsi
sebagaimana dilakukan oleh bank komersial. Namun demikian tanggung jawab
kebijakan moneter berada di tangan pemerintah melalui pembentukan dewan

iv
moneter yang tugasnya menentukan kebijakan moneter yang harus di laksanakan
oleh bank indonesia. Selain itu dewan moneter juga bertugas memberikan petunjuk
kepada direksi bank indonesia untuk menjaga kestabilan nilai mata uang dan
memajukan perkembangan perkreditan dan perbankan. Semua ini mencerminkan
bahwa kedudukan bank indonesia pada periode tersebut masih merupakan bagian
dari pemerintahan.
Menyadari peran ganda bank indonesia yang mengakibatkan kurang sehatnya
perkembangan moneter bagi perekonomian, maka pada tahun 1968 dengan di
keluarkannya UU No. 13 tahun 1968. Bank indonesia tidak lagi berfungsi ganda
karena beberapa fungsi sebagai bank komersial dihapuskan. Namun demikian, misi
bank indonesia sebagai agen pembangunan masih melekat, demikian juga sebagai
kasir pemerintah dan banker’s bank. Selain itu dewan moneter sebagai lembaga
pembuat kebijakan yang berperan sebagai perumus kebijakan moneter masih tetap di
pertahankan. Tugas bank indonesia sebagai agen pembangunan tercermin pada tugas
pokoknya, yaitu memelihara stabilitas nilai rupiah dan kedua mendorong kelancaran
produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan
taraf hidup rakyat.
Tugas-tugas pokok yang diemban bank indonesia sebagai otoritas moneter
pada periode tersebut, khususnya untuk memelihara kestabilan nilai rupiah,
berkontradiksi dengan tugas lain bank indonesia, yaitu tugas untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, misalnya sering pula diikuti oleh peningkatan harga-harga (inflasi) yang
tinggi. Hal ini disebabkan oleh menguatnya permintaan di dalam negeri sehubungan
dengan meningkatnya pendapatan masyarakat sebagai dampak pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Inflasi yang tinggi berkelanjutan dan tidak terkendali pada
gilirannya akan mengganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Penetapan status dan kedudukan bank indonesia seperti di atas telah
memungkinkan terjadinya campur tangan pihak luar yang akhirnya menyebabkan
kebijakan yang di ambil bank sentral tersebut menjadi tidak efektif.
Selanjutnya dengan di berlakukannya UU No. 23 tahun 1999 sebagai
pengganti UU No. 13 tahun 1968 kedudukan bank indonesia selaku bank sentral
republik indonesia telah di pertegas kembali. Bank indonesia telah mempunyai
kedudukan independen seperti bank-bank sentral di beberapa negara, seperti amerika
serikat, filipina, inggris, jepang, jerman, korea selatan, dan swiss. Sebagai otoritas
moneter yang independen, bank indonesia memiliki kewenangan untuk merumuskan
kebijakan moneter dan melaksanakaan kebijakan yang telah diterapkan dan dalam
melaksanakan tugasnya tanpa campur tangan pihak diluar bank indonesia. Dalam
kaitan ini bank indonesia wajib menolak dan mengabaikan setiap bentuk campur
tangan atau interfensi dari pihak di luar bank indonesia. Dengan independensi
tersebut, bank indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya. Pada saat yang sama, bangsa
indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan interfensi dalam
bentuk apapun dan dari pihak manapun.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1999, bank indonesia dinyatakan sebagai
badan hukum. Dengan status tersebut, bank indonesia mempunyai kewenangan untuk
melakukan perbuatan hukum termasuk mengelola kekayaannya sendiri terlepas dri

v
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Selain itu, bank indonesia juga
berwenang membuat peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas
dan kewenangannya dan dapat bertindak atas namanya sendiri di dalam dan diluar
pengadilan.
Untuk lebih menjamin independensi, undang-undang tersebut telah
memberikan kedudukan khusus kepada bank indonesia dalam sistem ketatanegaraan
republik indonesia. Kedudukan bank indonesia selaku lembaga negara yang
independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti DPR, BPK, MA.
Kedudukan bank indonesia juga tidak sama dengan departemen karena kedudukan
bank indonesia berada di luar perintah status dan kedudukan yang khusus tersebut
diperlukan agar bank indonesia dapat melaksanakan fungsi dan perannya sebagai
otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Selanjutnta, sesuai dengan ketentuan
dalm UU,meskipun bank indonesia berkedudukan sebagai lembaga negara yang
dependen, tetapi dalam melaksanakan tugasnya bank indonesia mempunyai
hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR,BPK, pemerintah, dan pihak
lainnya.
Dalam hubungannya dengan presiden dan DPR, bank indonesia setiap awal
tahun anggaran menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan
kebijakan moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan datang, khusus kepada
DPR, bnk indonesia wajib menyampaikan laporan perkembangan pelasanaaan tugas
dan wewenang setiap triwulan dan sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR.
Selain itu, Bank Indonesia menyampaikan rencana dan realisasi anggaran
tahunan kepada pemerintah dan DPR, dalam hubungannya dengan BPK, Bank
Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK.

D. Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara 


Dilihat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan Bank
Indonesia sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga
tinggi negara seperti DPR, BPK, dan MA. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak
sama dengan Kementrian karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar
pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara
lebih efektif dan efisien. Meskipun Bank Indonesia berkedudukan sebagai lembaga
negara independen, dalam melaksanakan tugasnya Bank Indonesia mempunyai
hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, pemerintah, dan pihak
lainnya. Dalam hal hubungan keuangan dengan pemerintah, Bank Indonesia
membantu menerbitkan dan menempatkan surat-surat utang negara guna membiayai
APBN tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat utang negara tersebut.
Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir pemerintah yang menata
usahakan rekening Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas permintaan pemerintah,
dapat menerima pinjaman luar negeri atas nama pemerintah Indonesia. Namun, agar
pelaksanaan tugas Bank Indonesia benar-benar terfokus dan agar efektivitas
pengendalian moneter tidak terganggu, pemberian kredit kepada Pemerintah guna
mengatasi deficit spending yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia
berdasarkan UU yang lama kini tidak dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia.

vi
Meskipun Bank Indonesia merupakan lembaga negara yang independen,
tetapi tetap diperlukan koordinasi yang bersifat konsultatif dengan pemerintah,
sebab tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kebijakan-kebijakan ekonomi nasional secara keseluruhan. Koordinasi antara Bank
Indonesia dengan pemerintah diperlukan pada sidang kabinet yang membahas
masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang berkaitan dengan tugas-tugas
Bank Indonesia. Dalam sidang kabinet tersebut pemerintah dapat meminta  pendapat
Bank Indonesia.
Selain itu, Bank Indonesia juga dapat memberi masukan, pendapat, serta
pertimbangan kepada pemerintah mengenai rancangan APBN serta kebijakan-
kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya. Dan pemerintah juga
dapat menghadiri rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan hak Bank
Indonesia tetapi tanpa hak suara. Oleh karena itu, implementasi independensi justru
sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja yang proporsional antara Bank
Indonesia dan pemerintah serta lembaga-lembaga terkait lainnya, dengan tetap
berlandaskan pembagian tugas dan wewenang masing-masing. Pada pasal 4 ayat (3)
disebutkan bahwa Bank Indonesia merupakan badan hukum, maksudnya badan
hukum disini meliputi badan hukum publik dan badan hukum perdata. Sebagai
badan hukum publik, Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan
yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sedangkan
sebagai badan hukum  perdata, Bank Indonesia dapat bertindak atas nama sendiri di
dalam dan diluar pengadilan. Penegasan Bank Indonesia sebagai badan hukum ini
diperlukan agar terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam mengelola
kekayaan sendiri terlepas dari APBN

vii
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Pengantar Perbankan. Jakarta : Gaung Persada Press Group
http://www.academia.edu/5083143/Bank_Indonesia
https://www.researchgate.net/publication/304783009_KELEMBAGAAN_BANK_IND
ONESIA
https://www.slideshare.net/ridhomancinian/kelembagaan-bank-indonesia
Kasmir. 2001. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Latumaerissa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat
Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta : Ekonisia
Warjiyo, Perry. 2004. Bank Indonesia : Sebuah Pengantar. Jakarta : PPSK

viii

Anda mungkin juga menyukai