Materi Pajak
Materi Pajak
Apabila Wajib Pajak melakukan pencabutan terhadap surat permohonan, Wajib Pajak
tidak berhak untuk mengajukan kembali permohonan yang sama dengan jenis
permohonan yang dicabut. Wajib Pajak dapat meminta secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak mengenai alasan yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan
sebagian permohonan Wajib Pajak. Untuk itu Direktur Jenderal Pajak harus
memberikan keterangan secara tertulis atas permintaan Wajib Pajak
Pembetulan Surat Ketetapan Pajak, Tagihan Pajak, Surat Keputusan dan Surat
Pemberitahuan Pajak Terhutang
Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya dapat
membetulkan:
a. Surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, dan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar
b. Surat Tagihan Pajak
c. Surat Keputusan Pembetulan
d. Surat Keputusan Keberatan
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi
f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi
g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak
h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak
i. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak
j. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga
k. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang
l. Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan
m. Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan
n. Surat Keputusan Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan atau
o. Surat Keputusan Pengurangan Denda Pajak Bumi dan Bangunan.
a. Kesalahan tulis
Kesalahan penulisan nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, nomor surat
ketetapan pajak, jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak, tanggal jatuh tempo,
atau kesalahan tulis lainnya yang tidak mempengaruhi jumlah pajak terutang.
b. Kesalahan hitung dan/atau
Kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan dan/atau
perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan; atau
Kesalahan hitung yang diakibatkan oleh adanya penerbitan surat ketetapan
pajak, Surat Tagihan Pajak, surat keputusan yang terkait dengan bidang
perpajakan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi,
kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruan penghitungan Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan, dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak.
Pembetulan atas kesalahan atau kekeliruan yang terkait dengan pengkreditan Pajak
Masukan dalam Pajak Pertambahan Nilai, hanya dapat dilakukan apabila:
Terdapat perbedaan besarnya Pajak Masukan yang menjadi kredit pajak
dan
Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan telah terlampaui tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan atau tidak mengembalikan
permohonan pembetulan permohonan pembetulan tersebut dianggap dikabulkan dan
Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan sesuai
dengan permohonan Wajib Pajak.
Dalam hal atas suatu surat ketetapan pajak diajukan permohonan pembetulan dan
keberatan, Surat Keputusan Pembetulan diterbitkan secara terpisah dengan Surat
Keputusan Keberatan.
Dalam hal Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan secara
jabatan yang mengakibatkan jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam surat
ketetapan pajak berubah, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas surat
ketetapan pajak yang dibetulkan secara jabatan tersebut. Pengajuan keberatan
disampaikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim
Surat Keputusan Pembetulan.
Kemudian, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan
secara jabatan dalam hal terdapat Surat Keputusan Keberatan yang nyata-nyata tidak
benar sebagai akibat adanya kesalahan dalam penghitungan pajak yang terutang atau
pajak yang masih harus dibayar untuk Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak 2007 dan sebelumnya dan atas Surat Keputusan Keberatan tersebut tidak dapat
diajukan Banding atau diajukan banding dengan putusan tidak dapat diterima.
SANKSI PERPAJAKAN
Sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada Wajib Pajak ataupun
pejabat yang berhubungan dengan pajak yang melakukan pelanggaran baik secara
sengaja maupun karena alpa. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi. Dengan kata lain, sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan
Berikut ini contoh-contoh kesalahan tersebut:
1. Lupa Tanggal Pembayaran dan Pelaporan Pajak
Salah satu penyebab utama keterlambatan pembayaran pajak adalah karena wajib
pajak lupa tanggal pelaporan. Hal ini biasanya terjadi pada wajib pajak yang
mengurus seluruh administrasi perpajakannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Menunda Pembayaran Pajak
Sering menunda pembayaran pajak dapat menyebabkan wajib pajak terkena sanksi
pajak. Tidak hanya sanksi karena telat membayar pajak, wajib pajak juga bisa terkena
sanksi karena telat menyampaikan SPT.
Sebab, jika Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dilaporkan tidak tepat waktu, wajib
pajak akan dikenakan sanksi pajak berupa denda dan bunga.
3. Menyembunyikan Data
Ini merupakan tindakan ilegal dari wajib pajak yang bertujuan mengurangi jumlah
nominal pajak yang akan dibayarkan. Caranya dengan menyembunyikan atau
memalsukan beberapa data seperti data pendapatan yang diperoleh dan lain
sebagainya. Hal ini sudah tentu dapat membuat wajib pajak terkena sanksi pajak.
Sanksi denda:
B. Sanksi bunga ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran terkait
kewajiban membayar pajak. Besarannya sudah ditentukan per bulan. Contohnya,
keterlambatan pembayaran pajak masa tahunan akan dikenakan sanksi pajak berupa
bunga senilai 2% per bulan dari jumlah pajak terutang.
Kekurangan pajak akibat penundaan SPT pun dikenakan sanksi berupa nilai bunga
senilai 2% per bulan atas kekurangan pembayaran pajak. Mengangsur atau menunda
pajak juga dikenakan bunga senilai 2% per bulan dengan ketentuan bagian dari bulan
tetap dihitung penuh 1 bulan.
Sanksi bunga:
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
Per bulan, dari
1. 8 (2 dan 2a) Pembetulan SPT Masa dan Tahunan 2% jumlah pajak yang
kurang dibayar
Per bulan, dari
Keterlambatan pembayaran pajak masa
2. 9 (2a dan 2b) 2% jumlah pajak
dan tahunan
terutang
Per bulan, dari
Kekurangan pembayaran pajak dalam jumlah kurang
3. 13 (2) 2%
SKPKB dibayar, max 24
bulan
SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu Dari jumlah paak
5 tahun karena adanya tindak pidana yang tidak mau
4. 13 (5) 48%
perpajakan maupun tindak pidana atau kurang
lainnya dibayar.
Per bulan, dari
jumlah pajak
5. 14 (3) a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% tidak/ kurang
dibayr, max 24
bulan
Per bulan, dari
jumlah pajak
b. SPT kurang bayar 2% tidak/ kurang
dibayr, max 24
bulan
Per bulan, dari
jumlah pajak
PKP yang gagal berproduksi dan telah
14 (5) 2% tidak/ kurang
diberikan pengembalian Pajak Masukan
dibayr, max 24
bulan
6. 15 (4) SKPKBT diterbitkan setelah lewat 48% Dari jumlah pajak
No Pasal Masalah Sanksi Keterangan
waktu 5 tahun karena adanya tindak
yang tidak atau
pidana perpajakan maupun tindak pidana
kurang dibayar
lainnya
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Per bulan, atas
Keberatan, Putusan Banding yang jumlah pajak yang
7. 19 (1) 2%
menyebabkan kurang bayar terlambat tidak atau kurang
dibayar dibayar
Per bulan, bagian
dari bulan
8. 19 (2) Mengangsur atau menunda 2%
dihitung penuh 1
bulan
Kekurangan pajak akibat penundaan Atas kekurangan
9. 19 (3) 2%
SPT pembayaran pajak
C. Sanksi kenaikan ditujukan kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran terkait
dengan kewajiban yang diatur dalam material. Sanksi pajak ini berupa kenaikan
jumlah pajak yang harus dibayar. Penyebabnya bisa karena adanya pemalsuan data
seperti meminimalkan jumlah pendapatan pada SPT setelah lewat 2 tahun sebelum
terbit SKP. Sanksi kenaikan besarannya adalah 50% dari pajak yang kurang dibayar.
Sanksi kenaikan:
Sanksi Pidana adalah sanksi pajak yang diberikan berupa hukuman pidana seperti
denda pidana, pidana kurungan dan pidana penjara. Wajib pajak dapat dikenakan
sanksi pidana bila diketahui dengan sengaja tidak menyampaikan SPT atau
menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar. Berikut ini adalah penjelasan dari sanksi
denda, penjara dan kurungan dalam pidana pajak:
1. Denda pidana. Sanksi ini dikenakan pada wajib pajak/pejabat pajak maupun pihak
ketiga yang melakukan pelanggaran norma. Contoh pelanggaran norma adalah pejabat
pajak yang tidak menjaga kerahasiaan data wajib pajaknya sendiri sehingga bisa
dikenakan sanksi pajak pidana berupa denda senilai Rp 4 juta.
3. Pidana penjara. Pidana penjara tidak sama dengan pidana kurungan. Perbedaannya
terlihat dari jangka waktu. Jika kurungan umumnya berlangsung singkat, pada pidana
penjara perampasan kebebasan bisa bertahun-tahun hingga seumur hidup. Pidana
pajak ditujukan bagi wajib pajak dan pejabat pajak yang melakukan tindak pidana
kejahatan.
Wajib pajak yang dengan kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau wajib
pajak menyampaikan SPT namun memalsukan dokumen atau mengisi data
yang tidak benar.
Wajib pajak dengan sengaja tidak melaporkan SPT.
Menolak untuk diperiksa oleh petugas pajak.
Tidak menyelenggarakan pembukuan yang benar.
Menyalahgunakan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Agar dapat terhindar dari sanksi pajak yang berat, berikut ini kiat yang bisa Anda
lakukan:
Mengisi SPT dengan jujur dan cermat agar tidak terjadi kesalahan data.
Pastikan nilai nominalnya benar, jelas rinciannya, dan lengkap lampirannya.
Mengisi faktur pajak dengan lengkap.
Hindari akitivitas yang menimbulkan tindak pidana perpajakan terutama
aktivitas yang dianggap grey area hanya karena tidak tercantum dengan jelas
dalam perundangan pajak.
Setorkan pajak dan laporkan SPT tepat waktu.
Hitung, setor, lapor secara cepat dan mudah dengan online.