Askep Jiwa Siap
Askep Jiwa Siap
DISUSUN OLEH :
NAMA : AHMAD ISLAMUDIN OKY W.
NIM : 182002002
LEMBAR PENGESAHAN
Lembar pengesahan ini saya buat sebagai bukti bahwa saya telah
mengikuti dan menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan Jiwa di Desa Bongkot
Kec.Peterongan Kab. Jombang.
Telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Oleh
Mahasiswa
Mengetahui
dr. Nanik
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
1) Respons adaptif adalah respons yang diterima oleh norma sosial dan
kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal. Adapun respons adaptif tersebut:
a. Menyendiri
Respons yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
b. Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide individu.
c. Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal di mana individu
tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
d. Saling Ketergantungan
Saling ketergantungan individu dengan orang lain dalam hubungan
interpersonal.
2) Respon maladatif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial
dan kebudayaan suatu tempat. Karakteristik dari perilaku maladatif
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kesepian
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbukakepada orang lain.
b. Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lainuntuk mencari ketenangan
sementara waktu.
c. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
yang dimiliki
d. Manipulasi
Orang lain diperlakukan seperti objek, hubungan terpusat pada
masalah pengendalian, berorientasi pada diri sendiri atau pada
tujuan, bukan berorientasi pada orang lain.
e. Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan.
f. Narkisisme
Harga diri yang rapuh secara terus-menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan, marah
jika orang lain tidak mendukung.
3. PENYEBAB
a. Faktor presipitasi
Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan
alam perasaan adalah :
1) Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang di bayangkan, termasuk
kehilangan cinta seseorang.
Fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain
merupakan hal yang sangat penting.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan, sering di laporkan sebagai pendahulu
episode depresi dan mempyunyai dampak terhadap masalah-masalah
yang di hadapi sekrang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3) Peran dan ketegangan peran telah di laporkan mempengaruhi depresi
terutama pada wanita
4) Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai penyakit
fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan keseimbangan
metabolikdapat mencetus gangguan alam perasaan.
b. Faktor predisposisi menurut Fitria (2009) sebagai berikut :
1) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Organisasi anggota
keluarga bekerja sama dengan tenaga kerja profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentanghubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat
mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
2) Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak , seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik di duga dapat
menyebabkan skizofrenia.
3) Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan
berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai
yang di miliki budaya mayoritas.harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
5. AKIBAT
Minimnya interaksi sosial akan menimbulkan tingkat stres yang lebih
tinggi, kurang tidur, dan gaya hidup tidak sehat.
Semakin lama periode isolasi, semakin besar kemungkinan bagi individu
untuk menunjukkan tanda-tanda kecemasan, kesepian, depresi, dan gangguan
mental lainnya
6. PENGOBATAN
Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit
skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah :
a. Psikofarmaka
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala – gejala gangguan jiwa.
Yang tergolong dalam pengobatan psikofarmaka antara lain :
1) Chlorpromazine (CPZ)
Atas indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat
untuk menilai realistis, waham halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku atau tidak terkendali tidak mampu bekerja.
Dengan efek samping hipotesis, epilepsy, kelainan jantung,
febris, ketergantungan obat.
2) Haloperidol (HLP)
Atas indikasi berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari –
hari dengan efek samping yaitu : penyakit hati, penyakit
darah (anemia, leucopenia, agranulositosis), epilepsy,
kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat.
3) Tryhexipenidil (THP)
Atas indikasi segala jenis perkinson, termasuk pasca
encephalitis dengan efek samping yaitu mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urin. Kontra
indikasinya yaitu hipersensitif terhadap tryhexipenidil, glukosa
sudut sempit, hipertropi prostate dan obstruksi saluran cerna.
b. Pemeriksaan Penunjang (ECT / Psikotherapy)
Merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial yang
menghasilkan efek samping tetapi dengan menggunakan arus
listrik. Tujuan untuk memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan 75 –
100 volt, ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi berat
dan terapi obat sebelumnya tidak berhasil, klien akan beresiko
bunuh diri dan skizofrenia akut.
c. Prinsip Keperawatan
Menerapkan teknik therapeutik, melibatkan keluarga, kontak sering
tetapi singkat, peduli, empati, jujur, menepati janji, memenuhi
kebutuhan sehari – hari, libatkan klien TAK.
A. TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah isolasi sosial teratasi
B. KRITERIA HASIL:
1) Minat interaksi meningkat (5)
2) Verbalisasi tujuan yang jelas meningkat (5)
3) Minat terhadap aktivitas meningkat (5)
4) Verbalisasi isolasi menurun (5)
5) Verbalisasi ketidakamanan ditempat umum menurun (5)
6) Perilaku menarik diri menurun (5)
7) Verbalisasi perasaan berbeda dengan orang lain menurun (5)
8) Verbalisasi preokupasi dengan pikiran sendiri menurun (5)
9) Afek murung/sedih menurun (5)
10) Perilaku bermusuhan menurun (5)
11) Perilaku sesuai dengan harapan orang lain membaik (5)
12) Perilaku bertujuan membaik (5)
13) Kontak mata membaik (5)
14) Tugas perkembangan sesuai usia membaik (5)
C. INTERVENSI:
Observasi:
a. Identifikasi melakukan interaksi dengan orang lain
b. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Terapeutik:
a. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
b. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
c. Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
d. Motivasi berinteraksi diluar lingkungan
e. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
orang lain
f. Diskusikan perencanaan kegitan dimasa depan
g. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
h. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
Edukasi:
a. Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
b. Anjurkan ikut serta kegiatan sosial kemasyarakatan
c. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
d. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang
lain
e. Anjurkan penggunaan alat bantu
f. Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan
khusus
g. Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
h. Latih mengekspresikan marah dengan tepat.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
ISOLASI SOSIAL
SP 2
- Evaluasi SP 1
- Latih berhubungan sosial
secara bertahap
- masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga Mampu : Setelah dilakukan pertemuan SP 1
Merawat pasien isolasi keluarga mampu - Identifikasi masalah yang
sosial di rumah menjelaskan tentang : dihadapi keluarga dalam
- Isolasi sosial dan merawat pasien
dampaknya pada pasien - Penjelasan Isolasi Sosial
- Penyebab isolasi sosial - Cara merawat pasien
- Sikap keluarga untuk Isolasi Sosial
membantu pasien - Latih (simulasi)
mengatasi isolasi - RTL Keluarga/jadwal
sosialnya keluarga untuk merawat
- pengobatan yang pasien
berkelanjutan dan
mencegah putus obat
- tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien
SP 2
- Evaluasi SP 1
- Latih (langsung ke pasien)
- RTL Keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.
SP 3
- Evaluasi SP 1 dan SP 2
- Latih (langsung ke pasien)
- RTL Keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan
keluarga
- Evaluasi kemampuan
pasien
- Rencana tindak lanjut
keluarga
- Follow up
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Purba, dkk, ( 2008 ). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan jiwa. Medan : USU Press.
Yusuf, Ah dkk 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :Salemba Medika
Ns. Nurhalimah 2016. ModulBahan Ajar CetakKeperawatanJiwa, Jakarta : KEMENKES
ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
Lampiran 1
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. Y (L/P)
Tanggal Pengkajian : 13 April 2021
Umur : 30 Tahun
RM No. :
Informan : Ibu pasien
II. ALASAN MASUK
Ibu px mengatakan dulu anaknya kuliah di jombang saat semester 3 px diputus pacarnya
selang beberapa waktu px diajak temannya untuk kos di jombang, dirasa ada yang aneh
dengan px, kakaknya langsung mengecek tempat kosnya dan di dalam kos px terdapat
banyak botol miras, sejak saat itu px mengurung diri di kamar, hanya diam dan tidak mau
diajak berbicara.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya √
Tidak
2. Pengobatan sebelumnya.
Berhasil kurang berhasil √ tidak berhasil
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan kriminal
Tidak ada keluarga Tidak ada gejala Tidak ada riwayat pengobatan/perawatan
yang mengalami gangguan jiwa jiwa pada keluarga
gangguan jiwa
Diagnosa Keperawatan :
Koping keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
Koping keluarga tidak efektif : kompromi
Resiko tinggi kekerasan Lain-lain,
jelaskan : Gangguan jiwa yang dialami px bukan dari keturunan
jelaskan……………………………………………………
IV. FISIK
1. Tanda vital
TD : 130/90 mmHg N : 88 x/menit S : 36,7 °C P : 20 x/menit
2. Ukur :
TB : 177 cm BB : 56 kg
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak
V.PSIKO SOSIAL
1. Genogram
jelaskan………………………………………………………………
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Px mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya
b. Identitas : Px masih bisa mengenali dirinya
c. Peran : Px merupakan anak ketiga dan masih tinggal dengan orang tua
d. Ideal diri : Px mengatakan ingin cepat sembuh
e. Harga diri :
Diagnosa Keperawatan :
Perubahan unilateral
Harga diri rendah kronik
Gangguan citra tubuh
Harga diri rendah situasi
Ganggua identitas pribadi
lain-lain,
jelaskan……………
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Px hanya mengikuti kegiatan
posyandu saja
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain : Px mengatakan lebih nyaman di dalam
rumah
Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan komunikasi
Isolasi sosial
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan interaksi social
Lain-lainnya,
jelaskan……
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Px menganut agama islam
b. Kegiatan ibadah : Px mengerjakan sholat di dalam rumah terkadang di masjid
Diagnosa Keperawatan :
Distress spiritual
Lain-lainnya, jelaskan……..
Masalah Keperawatan :
Sindrom deficit perawatan diri ( makan, mandi, toileting, instrumentasi)
Lain-lainnya,
jelaskan…………………………………………………
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu √ Tidak mampu memulai pembicaraan
√
Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan komunikasi…………
Kerusakan komunikasi verbal
Lain-lainnya,
Jelaskan……………………………………………………....
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang √ Gelisah √ Agitasi
Diagnosa Keperawatan :
Resiko tinggi cedera
Kerusakan mobilitas fisik
Devisit aktivitas deversional/hiburan
Intoleransi aktivitas
Lain-lainnya,
jelaskan………………………………………………………
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa
Jelaskan : ________________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan :
Resiko tinggi cedera
Perilaku Kekerasan
Ansietas
Ketakutan
√ Isolasi social
Ketidakberdayaan
5. Afek
Datar
Tumpul
√ Labil
Tidak sesuai
Diagnosa Keperawatan :
Resiko tinggi cedera
√ Defensif Curiga
Diagnosa Keperawatan :
Kerusakan komunikasi
Isolasi social
Perilaku Kekerasan
7. Persepsi
Pendengaran Perabaan
Penglihatan Pengecapan
Penghidu
Jelaskan :
_______________________________________________________________
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan proses pikir
jelaskan…………………
Diagnosa Keperawatan :
lain-lain,
jelaskan…………
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan : ________________________________________________________________
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses piker
Isolasi social
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
6. Penggunaan obat
Belanja √
Ya tidak
Transportasi Ya √ tidak
Lain-lain Ya tidak
Diagnosa Keperawatan :
Adaptif Maladaptif
Diagnosa Keperawatan :
Kegiatan penyesuaian
Koping individu tidak efektif
Koping individu tidak efektif ( koping defensif)
Koping individu tidak efektif ( menyangkal )
Diagnosa Keperawatan :
Perubahan pemeliharaan kesehatan
Perubahan eliminasi urin
Gangguan konsep diri
Ketidakberdayaan
Diagnosa Keperawatan :
Perilaku mencari bantuan kesehatan
Ketidakpuasan
Penatalaksanaan terapiutik tidak efektif
Kurang pengetahuan(spesifik)
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial berhubungan dengan 1. Membina hubungan saling percaya 1. Klien kooperatif
ketidakmampuan menjalin hubungan dengan klien 2. Klien dan keluarga kooperatif
yang memuaskan yang ditandai dengan : 2. Mengidentifikasi penyebab isolasi 3. Klien mau berinteraksi/berkenalan
Ds : Ibu px mengatakan px adalah sosial klien 4. Klien ikut dalam kegiatan kelompok
seorang yang pendiam 3. Mengajak klien
Do : berinteraksi/berkenalan dengan teman
- Menarik diri mahasiswa
- Tidak ada kontak mata 4. Memotivasi klien untuk berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok