Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG CUT NYA’


DIEN

DI RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

OLEH :

DESI ISVINA UNAI Z.

1910006

PROGRAM STUDI PROGRAM DIPLOMA III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG
2021

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada bayi dengan Berat


Bayi Lahir Rendah (BBLR) di ruang cut nya’ dien RSUD Kanjuruhan
Kepanjen Malang.

DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK 13

NAMA: DESI ISVINA UNAI Z.

NIM: 1910006

TGL PRAKTEK/ MINGGU KE : 19-23 April 2021

Pembimbing Akademik,

( )

Mahasiswa, Pembimbing Lahan,

(Desi Isvina Unai Z.) ( )


BAB 1
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006). BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah secara umum
bersifat multifaktorial. Penyebab terbanyak terjadinya bayi berat badan
lahir rendah adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan
semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Faktor Ibu
Menurut Maryunani & Puspita (2013) faktor dari ibu yang menjadi
penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah adalah riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, gizi saat hamil kurang, umur kurang
dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat, penyakt menahun ibu, perdarahan antepartum, kelainan
uterus, hidramnion, faktor pekerja terlalu berat dan primigravida. Hal
tersebut sejalan dengan faktor ibu yang mempengaruhi bayi berat
badan lahir rendah menurut Surasmi (2003) yaitu, toksemia
gravidarum, kelainan bentuk uterus, tumor, ibu yang menderita
penyakit, trauma pada masa kehamilan, usia ibu pada waktu hamil
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, plasenta previa dan
solusio plasenta.
2. Faktor janin
Faktor janin yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
menurut Marunani & Puspita (2013) yaitu, gemeli, kelainan
krmosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis,
rubella, sitomegalo virus, herpez, sifilis). Faktor janin yang
menyebabkan berat badan lahir rendah juga diungkapkan dalam
Poverawati & Ismawati (2010) yaitu, kelainan kromosom (trisomy
autosomal), infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan),
disautonomia familial, radiasi, kehamilan ganda/kembar (gemeli),
aplasia pancreas.
3. Faktor Plasenta
Dalam Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan bahwa faktor
plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
adalah, kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat
yang tidak normal, uterus bicornis, infark plasenta, transfusi dari
kembar yang satu kembar yang lain, sebagian plasenta lepas. Hal
tersebut sejalan dengan faktor plasenta yang menyebabkan bayi berat
badan lahir rendah menurut Proverawati & Ismawati (2010) yaitu,
berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion),
luas permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri, virus, parasite),
infark, tumor (korioangioma, mola hidatidosa), plasenta yang lepas,
sindrom plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik).
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
disebutkan dalam Proverawati & Ismawati (2010) yaitu, bertempat di
dataran tinggi, terkena radiasi da terpapar zar racun. Namun dalam
Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan ada faktor lain yang
menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor keadaan
sosial ekonomi dan faktor yang tidak diketahui lainnya

C. KLASIFIKASI
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 glongan yaitu :

1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)

2. Dismatur,berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi / kehamilan


akibat bayi mengalami retardasi intauteri dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam
preterm,term dan post term yang terbagi dalam

1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)

2) Neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)

3) Neonatus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)

Sedangkan menurut  WHO  membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :


1.    Preterm   : kurang dari 37 minggu lengkap.
2.    Aterm     : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3.    Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.
a) Berat Badan kurang dari 2500 gram
b) Panjang Badan kurang dari 45 cm
c) Lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm
d) Kepala lebih besar dari tubuh
e) Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau
sedikit
f) Tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas belum
sempurna
g) Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
h) Genetalia belum sempurna,pada bayi perempuan labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum
turun kedalam skrutom,pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang
i) Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur,
dan sering mendapatkan apne.
j) Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap
dan menelan belum sempurna
k) Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi.

E. PATOFISIOLOGI
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang
pada ibu. Ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan
berat badan lahir rendah. Apabila dilihat dari faktor kehamilan salah satu
etiologinya yaitu hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang
dan tumbuh lebih dari satu, maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh
dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal, yang mana pada hamil
ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang
salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami BBLR. Kemudian
jika dikaji dari faktor janin,salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam
rahim yang mana dapat menggangu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.(Manggiasih dan
Jaya.2016).

F. KOMPLIKASI
Menurut Mitayani (2013) Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada
bayi)
2. Hipoglikemi simptomatik,terutama pada laki-laki
3. Penyakit membrane hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/cukup,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi,tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk pernapasan berikutnya
4. Asfiksia neonatrum
5. Hiperbilirubinnemia: Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia hal ini mungkin disebabkan karena ganguan
pertumbuhan hati.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis)
2. Hematokrit (Ht) : 43%- 61 % (peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na,K,Cl): biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah (Sitohang 2004, h.5).

H. PENATALAKSANAAN
1.    Medis
a.    Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b.    Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c.    Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d.   Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
2.    Penanganan secara umum:
a.    Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
b.   Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.    Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
d.   Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
e.    Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f.     Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
I. PATHWAY
J. Pengkajian

1.    Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis


kelamin
2.    Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
3.    Riwayat kesehatan
a.    Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
1)   Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2)   Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
3)   Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4)   Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
5)   Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji
:
6)   Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
7)   Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b.    Riwayat post natal
1)   Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
2)   Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3)   Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4.    Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
5.    Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,
jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
6.    Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap
BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
7.    Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
8.    Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos
yang baik.
9.    Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n
(36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada
bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak
teratur.
10.     Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
11.     Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
12.     Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap
cahaya.
13.     Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lender.
14.     Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
15.     Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
16.     Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
17.     Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara
wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
18.     Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus
costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul
1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract
belum sempurna.
19.     Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
20.     Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia
mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
21.     Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta
warna dari feces.
22.     Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
23.     Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang.

K. Diagnosis Keperawatan
1. 1. Termoregulasi tidak efektif b.d Berat badan ekstrem d.d
Didapatkan px an.k kulit teraba dingin, Suhu didapatkan 35^7 C, Hasil
CRT > 3 detik, An.k nampak pucat, RR 52x/m, Nadi 160
2. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nurtrien
d.d Didapatkan berat badan bayi menurun lebih dari 10% dari berat
badan ideal usia bayi dengan berat 2250 gram, Bising usus didapatkan
40x/menit
3. Ketidakstabilan glukosa darah GDS anak 76mg/dl,
Kesadaran penuh dengan GCS 456 (Compos Mentis), Nadi 160x/m,
RR 52/m, Suhu 36,4 C, BB 2,25 kg.

L. Intervensi
Intervensi Keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.tindakan
keperawatan dipilih untuk membantu klien dalam mencapai hasil klien
diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges,2012).

M. Implementasi
Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun, dimana tindakan
keperawatan memenuhi klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai
dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya kerjasama yang baik dan
partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu tim medis lainnya.

N. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.(Hidayat,2011)
tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai
tujuan.hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan
a. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : By Ny K No Reg : 510xxx
Usia : 33 hari Tanggal MRS : 19 April
2021
Nama orang tua : Ny. K Tanggal Pengkajian : 19 April
2021 Jam : 10.00
Pekerjaan orang tua : Petani
Alamat : Gunung tumpuk
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMP
Diagnosa Medis : Dehidrasi sedang, BBLR, Dipsnea

2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Batuk, pilek, sesak nafas, dan henti nafas
b. Saat Pengkajian : Pasien datang dengan keluhan malas minum sejak
kemarin pagi, pasien juga mengalami batuk, sempat tidak bernafas selama
3x, bayi sempat dibawa ke puskesmas jam 19.00 oleh pihak puskesmas bayi
di suruh membawa ke RS Kanjuruhan, oleh pihak keluarga pasien sempat
dibawa pulang kembali dan rencana mau di bawa ke rumah sakit besok
paginya.

3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal : Hamil anak pertama, jumlah kunjungan 5x, lahir
spontan prematur usia kehamilan 8 bulan, tidak ada
riwayat sakit saat hamil, tidak ada riwayat penyakit
menular, sebelumnya tidak ada riwayat operasi, tidak ada
keturunan kembar, tidak pernah oyok atau minum jamu
b. Natal : Tidak Terkaji
c. Post Natal : Tidak Terkaji

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Penyakit masa lalu : Tidak ada
b. Riwayat dirawat di RS : tidak terkaji
c. Riwayat pengobatan : tidak terkaji
d. Riwayat tindakan Medis : tidak terkaji
e. Riwayat alergi : Tidak ada
f. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
g. Riwayat imunisasi : tidak terkaji
h. Pola Asuh : tidak terkaji
i. Riwayat tumbuh kembang yang lalu :
1) Motorik kasar : Tidak terkaji
2) Motorik halus : Tidak terkaji
3) Sosialisasi : Tidak terkaji
4) Bahasa : Tidak terkaji
j. Genogram : Tidak terkaji

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (jelaskan dan dibuat genogram)


Tidak terkaji

6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


Kebutuhan Dasar Sebelum MRS MRS
1. Pola Nutrisi Minum Asi dan
- Makanan susu formula
- Cairan
2. Pola Eliminasi BBL BAB dan BAK
Normal
3. Pola Istirahat & Tidur Tidur  16 jam/hari
4. Personal hygiene Mandi 1x sehari
5. Aktivitas Menangis, Gerak
Aktif

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : lemah 456 compos mentis
b. Tanda-tanda Vital : - N : 160 x/menit
- S : 35,7C
- RR : 52 x/menit
- BB : 2200 kg
- PB : 47 cm
- LK : 28 cm
- LD : 28 cm
- LLA : 10 cm
- GDA : 72 mg/dl
-SPO2 : 89%
c. Pemeriksaan Kepala : Bulat, lingkar kepala 28 cm, tumbuh
rambut lebat, rambut agak sedikit lepek
d. Muka : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
odem
e. Ubun-ubun : Cembung
f. Mata : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, dan
keriput
g. Pemeriksaan Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
h. Pemeriksaan Thorax :
1) Jantung : BJ 1 BJ 2 Tunggal
2) Paru : Vesikuler, terdengar ronchi dan wheezing
3) Mammae : Bentuk simetris
4) Ketiak : Normal, tidak ada benjolan
i. Pemeriksaan Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran
hepar, tidak kembung, bising usus didapatkan 40 x/menit
j. Pemeriksaan Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah normal, tidak
ada polidaktili
k. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang : Normal
l. Pemeriksaan Genetalia : Tidak ada kelainan, BAB dan BAK
normal
m. Pemeriksaan Integumen : Kulit berwarna kemerahan, tidak ada lesi,
CRT baik
n. Pemeriksaan Neurologi : GCS 456

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
b. Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin 10.2
Hematokrit 29.3
Eritrosit 3.09
Leukosit 26.800
c. Hitungan jenis leukosit
Eusinofil 0,1 (1-5)
Basofil 1,6 (0-1)
Neutrofil 72,7 (17-60)
Limfosit 18,2 (20-70)
Monosit 7,3 (1-11)
d. Status nutrisi
ASI 18x15 cc
Aminosteril
e. Status cairan
ASI 18x15 cc
Dextrose 5% 160x24 jam (infus pump)

f. Obat – obatan
Cefotaxim 2x110 mg
Ranitidine 2x2 mg
g. Aktivitas
Bayi Ny. K tertidur infant warner, bisa menggerakan seluruh
ekstremitasnya.
h. Tindakan keperawatan
Memandikan bayi dan infant warner
i. Radiologi : tidak ada

9. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST)


a. Motorik Kasar : Tidak terkaji
b. Motorik Halus : Tidak terkaji
c. Sosialisasi : Tidak terkaji
d. Bahasa : Tidak terkaji

10. KESIMPULAN
Bayi lahir spontan prematur usia kehamilan 8 bulan dengan berat badan 2200
kg
11. PERENCANAAN PULANG
a. Tujuan pulang :
b. Transportasi pulang :
c. Dukungan keluarga :
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang :
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang :
f. Pengobatan :
g. Rawat jalan ke :
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah :
i. Keterangan lain :

ANALISA DATA

Nama : By Ny K No Reg : 510xxx


Usia : 33 hari
No Data Penunjang Penyebab Masalah

1. DO: - Gangguan Ketidakstabilan


toleransi Kadar Glukosa
DS:
glukosa darah Darah (D.0027)
- GDA bayi Ny. K 76
mg/dl
- Kesadaran penuh
dengan GCS 456
(Compos Mentis)
- hasil TTV
N : 160 x/menit
S : 35,7C
RR : 52 x/menit
BB : 2200 kg
PB : 47 cm
LK : 28 cm
LD : 28 cm
LLA : 10 cm
GDA : 76 mg/dl
SPO2 : 89%

2. DO: Kurang Defisit


terparpar Pengetahuan
- Ibu px bingung dan
informasi tentang perawatan
membawa anaknya ke
bayi (D.0111)
UGD

DS:

- Anak dibawa ke RS besok


hari padahal anak sudah
disuruh rujuk oleh PKM
- Hasil TTV :
N : 160 x/menit
S : 35,7C
RR : 52 x/menit
BB : 2200 kg
PB : 47 cm
LK : 28 cm
LD : 28 cm
LLA : 10 cm
GDA : 72 mg/dl
SPO2 : 89%

3. DO:- Berat badan Termoregulasi


ekstrem tidak efektif
DS:
(D.0149)
- Didapatkan px By.K
kulit teraba dingin
- Hasil CRT > 3 detik
- By. K nampak pucat
- hasil TTV :
N : 160 x/menit
S : 35,7C
RR : 52 x/menit
BB : 2200 kg
PB : 47 cm
LK : 28 cm
LD : 28 cm
LLA : 10 cm
GDA : 72 mg/dl
SPO2 : 89%
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : By Ny. K No Reg : 510xxx


Usia : 33 hari
No SLKI SIKI
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
1x24 jam diharapkan masalah
Observasi
dapat teratasi dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi
kemungkinan penyebab
- Kadar Glukosa dalam
hiperglikemia
darah membaik
2. Identifikasi situasi
yang menyebabkan
kebutuhan insulin meningkat
3. Monitor kadar
glukosa darah
4. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
5. Monitor intake dan
output cairan
6. Monitor keton urin,
kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
Terapeutik

1. Berikan asupan cairan oral


2. Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi

1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara manidir
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis. Penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
1x24 jam diharapkan masalah
Observasi
dapat teratasi dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
- Berat badan meningkat
intoleransi makanan
- Panjang badan
3. Identifikasi makanan yang
meningkat disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik

1. Lakukan oral hygene


sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan
jika perlu
7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika


mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum kanan
(misal pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu.
3. Setelah dilakukan tindakan Regulasi Temperatur
1x24 jam diharapkan masalah
Observasi
dapat teratasi dengan kriteria
hasil : 1. Monitor suhu bayi sampai
stabil (36,5C-37,5C)
- Pucat menurun
2. Monitor suhu tubuh anak
- Suhu tubuh membaik
tiap dua jam jika perlu
- Suhu kulit membaik
3. Monitor tekanan darah,
- Kadar glukosa darah frekuensi pernapasan dan
membaik nadi
4. Monitor warna dan suhu kult
5. Monitor dan catat tanda dan
gejala hipovolemia atau
hipertermia
Terapeutik

1. Pasang alat pemantau suhu


kontinu, jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat
3. Bedong bayi segera setelah
lahir untuk mencegah
kehilangan panas
4. Masukkan bayi BBLR ke
dalam plastik segera setelah
lahir
5. Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
6. Tempatkan bayi baru lahir
dibawah radiant warmer
7. Pertahankan kelembapan
inkubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi
8. Atur suhu inkubator sesuai
kebutuhan
9. Hangatkan terlebih dahulu
bahan-bahan yang akan
kontak dengan bayi(mis.
Selimut, kain,bedongan,
stetoskop)
10. Hindari meletakkan bayi di
dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingan
ruangan atau kipas angina
11. Gunakan matras penghangat,
selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
12. Gunakan kasur pendingin,
water circulating blankets,
ice pack atau gel pad dan
intravascula cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
13. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien

Edukasi

1. Jelaskan cara pencegahan


keat exhaustion dan heat
stroke
2. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar
udara dingin
3. Demonstrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : By Ny K No Reg : 510xxx


Usia : 33 hari
Tgl Implementasi Evaluasi
19- Manajemen Hiperglikemia S: -
04-
Observasi
2021 O:
1. Monitor kadar glukosa darah
didapatkan 76mg/dl - GDS anak 76mg/dl

2. Monitor intake dan output - Kesadaran menurun

cairan dengan GCS 456

3. Monitor frekuensi nadi (Compos Mentis)

didapatkan 160x/m - Nadi 160x/m

Terapeutik - RR 52/m

1. Berikan asupan cairan oral - Suhu 36,4 C

ASI 8x45m - BB 2,25 kg

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
19- Manajemen Nutrisi S: -
04-
Observasi
2021 O:
1. Monitor asupan makanan
diberikan asi 8 x 15 cc - Bayi sering mengeluarkan

2. Monitor berat badan kembali ASI yang

didapatkan 2338 gram diminum

3. Monitor hasil pemeriksaan - BB = 2338 gram

laboratorium - Nadi 160x/m

Terapeutik - RR 52/m

1. Memberikan ASI dan Susu - Suhu 36,4 C

BBLR 8x15m - BB 2,25 kg

A: Masalah sudah teratasi


sebagian

P: Lanjutkan intervensi
19- Regulasi Temperatur S: -
04-
2021 Observasi O:

1. Monitor suhu bayi sampai - Bayi sering mengeluarkan


stabil didapatkan suhu 35,7 kembali ASI yang
2. Monitor tekanan darah, diminum
frekuensi pernapasan dan - Nadi 140x/m
nadi didapatkan RR = - RR 50/m
50x/m dan nadi = 140x/m - Suhu 36,4 C
3. Monitor warna dan suhu - BB 2,33 kg
kulit, didapatkan warna
A: Masalah sudah teratasi
kulit pucat sedikit
kemerahan dan suhu kulit P: Lanjutkan intervensi

35,7
Terapeutik

1. Tingkatkan asupan cairan


dan nutrisi yang adekuat
dengan memberikan ASI
dari orang tua dan susu
BBLR dengan intake
8x15cc
2. memakaikan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
3. menempatkan bayi di infant
warmer
4. Hangatkan terlebih dahulu
bahan-bahan yang akan
kontak dengan bayi (mis.
Selimut, kain,bedongan,
stetoskop)
5. menggunakan matras
penghangat, selimut hangat,
serta melapisi dengan
bedong ketika pada linen
tidur bayi basah untuk
menaikkan suhu tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.

Yogyakarta:Nuha Offset.

Anggraini, Dian Isti dan Salsabila Septira. 2016. Nutrisi Bagi Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) untuk mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Journal
Majority,Vol 5. Diakses melalui
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majoritypada 26 januari2018

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Bobak.
2004. Buku Ajar Keperawatan. Maternitas. Jakarta : EGC

Doenges, E.Marilynn. 2012.  Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3.  Jakarta :


EGC.

Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika


Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai