OLEH :
1910006
MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
KELOMPOK 13
NIM: 1910006
Pembimbing Akademik,
( )
A. DEFINISI
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006). BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah secara umum
bersifat multifaktorial. Penyebab terbanyak terjadinya bayi berat badan
lahir rendah adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan
semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Faktor Ibu
Menurut Maryunani & Puspita (2013) faktor dari ibu yang menjadi
penyebab terjadinya bayi berat badan lahir rendah adalah riwayat
kelahiran prematur sebelumnya, gizi saat hamil kurang, umur kurang
dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu
dekat, penyakt menahun ibu, perdarahan antepartum, kelainan
uterus, hidramnion, faktor pekerja terlalu berat dan primigravida. Hal
tersebut sejalan dengan faktor ibu yang mempengaruhi bayi berat
badan lahir rendah menurut Surasmi (2003) yaitu, toksemia
gravidarum, kelainan bentuk uterus, tumor, ibu yang menderita
penyakit, trauma pada masa kehamilan, usia ibu pada waktu hamil
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, plasenta previa dan
solusio plasenta.
2. Faktor janin
Faktor janin yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
menurut Marunani & Puspita (2013) yaitu, gemeli, kelainan
krmosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan, (toxoplasmosis,
rubella, sitomegalo virus, herpez, sifilis). Faktor janin yang
menyebabkan berat badan lahir rendah juga diungkapkan dalam
Poverawati & Ismawati (2010) yaitu, kelainan kromosom (trisomy
autosomal), infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan),
disautonomia familial, radiasi, kehamilan ganda/kembar (gemeli),
aplasia pancreas.
3. Faktor Plasenta
Dalam Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan bahwa faktor
plasenta yang dapat menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
adalah, kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat
yang tidak normal, uterus bicornis, infark plasenta, transfusi dari
kembar yang satu kembar yang lain, sebagian plasenta lepas. Hal
tersebut sejalan dengan faktor plasenta yang menyebabkan bayi berat
badan lahir rendah menurut Proverawati & Ismawati (2010) yaitu,
berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion),
luas permukaan berkurang, plasentitis vilus (bakteri, virus, parasite),
infark, tumor (korioangioma, mola hidatidosa), plasenta yang lepas,
sindrom plasenta yang lepas, sindrom transfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik).
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah
disebutkan dalam Proverawati & Ismawati (2010) yaitu, bertempat di
dataran tinggi, terkena radiasi da terpapar zar racun. Namun dalam
Maryunani & Puspita (2010) menyebutkan ada faktor lain yang
menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor keadaan
sosial ekonomi dan faktor yang tidak diketahui lainnya
C. KLASIFIKASI
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 glongan yaitu :
1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.
a) Berat Badan kurang dari 2500 gram
b) Panjang Badan kurang dari 45 cm
c) Lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm
d) Kepala lebih besar dari tubuh
e) Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau
sedikit
f) Tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas belum
sempurna
g) Tumit mengkilap dan telapak kaki halus
h) Genetalia belum sempurna,pada bayi perempuan labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum
turun kedalam skrutom,pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang
i) Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur,
dan sering mendapatkan apne.
j) Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap
dan menelan belum sempurna
k) Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi.
E. PATOFISIOLOGI
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang
pada ibu. Ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan
berat badan lahir rendah. Apabila dilihat dari faktor kehamilan salah satu
etiologinya yaitu hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang
dan tumbuh lebih dari satu, maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh
dalam rahim tidak sama dengan janin tunggal, yang mana pada hamil
ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang
salah satu dari janin pada hamil ganda juga mengalami BBLR. Kemudian
jika dikaji dari faktor janin,salah satu etiologinya yaitu infeksi dalam
rahim yang mana dapat menggangu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.(Manggiasih dan
Jaya.2016).
F. KOMPLIKASI
Menurut Mitayani (2013) Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada
bayi)
2. Hipoglikemi simptomatik,terutama pada laki-laki
3. Penyakit membrane hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/cukup,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi,tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk pernapasan berikutnya
4. Asfiksia neonatrum
5. Hiperbilirubinnemia: Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia hal ini mungkin disebabkan karena ganguan
pertumbuhan hati.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis)
2. Hematokrit (Ht) : 43%- 61 % (peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na,K,Cl): biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7. Pemeriksaan Analisa gas darah (Sitohang 2004, h.5).
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
2. Penanganan secara umum:
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
b. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
I. PATHWAY
J. Pengkajian
K. Diagnosis Keperawatan
1. 1. Termoregulasi tidak efektif b.d Berat badan ekstrem d.d
Didapatkan px an.k kulit teraba dingin, Suhu didapatkan 35^7 C, Hasil
CRT > 3 detik, An.k nampak pucat, RR 52x/m, Nadi 160
2. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nurtrien
d.d Didapatkan berat badan bayi menurun lebih dari 10% dari berat
badan ideal usia bayi dengan berat 2250 gram, Bising usus didapatkan
40x/menit
3. Ketidakstabilan glukosa darah GDS anak 76mg/dl,
Kesadaran penuh dengan GCS 456 (Compos Mentis), Nadi 160x/m,
RR 52/m, Suhu 36,4 C, BB 2,25 kg.
L. Intervensi
Intervensi Keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.tindakan
keperawatan dipilih untuk membantu klien dalam mencapai hasil klien
diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges,2012).
M. Implementasi
Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun, dimana tindakan
keperawatan memenuhi klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai
dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya kerjasama yang baik dan
partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu tim medis lainnya.
N. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.(Hidayat,2011)
tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai
tujuan.hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan
a. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : By Ny K No Reg : 510xxx
Usia : 33 hari Tanggal MRS : 19 April
2021
Nama orang tua : Ny. K Tanggal Pengkajian : 19 April
2021 Jam : 10.00
Pekerjaan orang tua : Petani
Alamat : Gunung tumpuk
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMP
Diagnosa Medis : Dehidrasi sedang, BBLR, Dipsnea
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Batuk, pilek, sesak nafas, dan henti nafas
b. Saat Pengkajian : Pasien datang dengan keluhan malas minum sejak
kemarin pagi, pasien juga mengalami batuk, sempat tidak bernafas selama
3x, bayi sempat dibawa ke puskesmas jam 19.00 oleh pihak puskesmas bayi
di suruh membawa ke RS Kanjuruhan, oleh pihak keluarga pasien sempat
dibawa pulang kembali dan rencana mau di bawa ke rumah sakit besok
paginya.
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : lemah 456 compos mentis
b. Tanda-tanda Vital : - N : 160 x/menit
- S : 35,7C
- RR : 52 x/menit
- BB : 2200 kg
- PB : 47 cm
- LK : 28 cm
- LD : 28 cm
- LLA : 10 cm
- GDA : 72 mg/dl
-SPO2 : 89%
c. Pemeriksaan Kepala : Bulat, lingkar kepala 28 cm, tumbuh
rambut lebat, rambut agak sedikit lepek
d. Muka : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
odem
e. Ubun-ubun : Cembung
f. Mata : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, dan
keriput
g. Pemeriksaan Leher : Tidak ada pembesaran tiroid
h. Pemeriksaan Thorax :
1) Jantung : BJ 1 BJ 2 Tunggal
2) Paru : Vesikuler, terdengar ronchi dan wheezing
3) Mammae : Bentuk simetris
4) Ketiak : Normal, tidak ada benjolan
i. Pemeriksaan Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran
hepar, tidak kembung, bising usus didapatkan 40 x/menit
j. Pemeriksaan Ekstremitas : Ekstremitas atas dan bawah normal, tidak
ada polidaktili
k. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang : Normal
l. Pemeriksaan Genetalia : Tidak ada kelainan, BAB dan BAK
normal
m. Pemeriksaan Integumen : Kulit berwarna kemerahan, tidak ada lesi,
CRT baik
n. Pemeriksaan Neurologi : GCS 456
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium :
b. Hematologi
Darah lengkap
Hemoglobin 10.2
Hematokrit 29.3
Eritrosit 3.09
Leukosit 26.800
c. Hitungan jenis leukosit
Eusinofil 0,1 (1-5)
Basofil 1,6 (0-1)
Neutrofil 72,7 (17-60)
Limfosit 18,2 (20-70)
Monosit 7,3 (1-11)
d. Status nutrisi
ASI 18x15 cc
Aminosteril
e. Status cairan
ASI 18x15 cc
Dextrose 5% 160x24 jam (infus pump)
f. Obat – obatan
Cefotaxim 2x110 mg
Ranitidine 2x2 mg
g. Aktivitas
Bayi Ny. K tertidur infant warner, bisa menggerakan seluruh
ekstremitasnya.
h. Tindakan keperawatan
Memandikan bayi dan infant warner
i. Radiologi : tidak ada
10. KESIMPULAN
Bayi lahir spontan prematur usia kehamilan 8 bulan dengan berat badan 2200
kg
11. PERENCANAAN PULANG
a. Tujuan pulang :
b. Transportasi pulang :
c. Dukungan keluarga :
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang :
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang :
f. Pengobatan :
g. Rawat jalan ke :
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah :
i. Keterangan lain :
ANALISA DATA
DS:
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara manidir
3. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
5. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis. Penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
1x24 jam diharapkan masalah
Observasi
dapat teratasi dengan kriteria
hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan
- Berat badan meningkat
intoleransi makanan
- Panjang badan
3. Identifikasi makanan yang
meningkat disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum kanan
(misal pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu.
3. Setelah dilakukan tindakan Regulasi Temperatur
1x24 jam diharapkan masalah
Observasi
dapat teratasi dengan kriteria
hasil : 1. Monitor suhu bayi sampai
stabil (36,5C-37,5C)
- Pucat menurun
2. Monitor suhu tubuh anak
- Suhu tubuh membaik
tiap dua jam jika perlu
- Suhu kulit membaik
3. Monitor tekanan darah,
- Kadar glukosa darah frekuensi pernapasan dan
membaik nadi
4. Monitor warna dan suhu kult
5. Monitor dan catat tanda dan
gejala hipovolemia atau
hipertermia
Terapeutik
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Terapeutik - RR 52/m
P: Lanjutkan intervensi
19- Manajemen Nutrisi S: -
04-
Observasi
2021 O:
1. Monitor asupan makanan
diberikan asi 8 x 15 cc - Bayi sering mengeluarkan
Terapeutik - RR 52/m
P: Lanjutkan intervensi
19- Regulasi Temperatur S: -
04-
2021 Observasi O:
35,7
Terapeutik
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta:Nuha Offset.
Anggraini, Dian Isti dan Salsabila Septira. 2016. Nutrisi Bagi Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) untuk mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Journal
Majority,Vol 5. Diakses melalui
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majoritypada 26 januari2018
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Bobak.
2004. Buku Ajar Keperawatan. Maternitas. Jakarta : EGC