Disusun Oleh :
Hikma m nur
Nayla
Nurul Fatika
Amelia Putri Mutmainah
Acci Siswanto
aprilla usmi putri
Maulidatun Nisa
Dwi Astuti
andi tenri dilasari
Munirah Ayu
Hubungan Pemerintahan Pusat Dengan Bank Sentral, Pmerintahan Daerah Serta Pemerintahan
Lembaga asing
Pemerintahan pusat dan bank sentral menkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan
kebijakan fiscal dan moneter
Pemerintah mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintahan daerah sesuai dengan
undang undang perimbangan keuangan pusat dan daerah
Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada pemerintah daerah dan
pemerintahan/lembaga asing dengan persetujuan DPR
Pemerintahan daerah dapat memberikan dan menerima pinjaman di daerah lain dengan
persetujuan DPRD
Dana pinjaman/ hibah dari lembaga/asing dapat diteruspinjamkan kepada pemerintahan
daerah / perusahaan negara/ perusahaan daerah
Hubungan antara pemerintah dan perusahaan dan Badan pengelola dana masyarakat
Pelaksanaan dan pertanggung jawaban di bahas dalam bab 7-8 ( pasal 26-33)
d. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.
Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahun
anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3)untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
berakhir.
Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan prognosis
untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat
lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara
DPRD dan Pemerintah Daerah.
Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat
lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara
DPRD dan Pemerintah Daerah.
DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atas APBD
tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :
c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan
untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.
Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD,
dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN dan
APBD ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara.
(3) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama
DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atas APBD tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :
c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.
(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran.
(5) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun
anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) untuk
mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN dan APBD
ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara.
Untuk pembahasan Ketentuan pidana, sanksi administratif dan ganti rugi, peralihan, dan penutup
dijelaskan di Undang undang Republik Indonesia NOMOR 17 TAHUN 2003 Bab 9-11 (pasal 34-39)
(2) Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang-undang kepada pegawai
negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang ini.
(3) Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau
melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara
diwajibkan mengganti kerugian
(4) Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang
atau surat berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
(5) Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian keuangan negara yang berada dalam pengurusannya.
(6) Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur di dalam undang-undang mengenai
perbendaharaan negara.
(7) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas.
(8) Batas waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah,
demikian pula penyelesaian pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat/ pemerintah daerah
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31, berlaku mulai
APBN/APBD tahun 2006.
(1) Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860);
(2) Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 Nomor 419 jo. Stbl. 1936 Nomor 445;
(3) Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 Nomor 381; Sepanjang telah diatur
dalam undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi
Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut undang-undang ini sudah selesai selambat
lambatnya 1 (satu) tahun sejak undang-undang ini diundangkan.
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Pengertian APBN
APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (UU APBN 2018) yang bertujuan untuk
pembagunan Indonesia. APBN ini mencatat seluruh pendapatan yang diterima negara serta belanja
atau pengeluaran pemerintah tiap tahunnya (1 Januari – 31 Desember). Penyusunan APBN Indonesia
sendiri dilakukan oleh Kementerian Keuangan RI yang kemudian disetujui oleh DPR.
Penyusunan APBN dilakukan untuk membiayai segala kepentingan negara demi mewujudkan
perekonomian nasional yang lebih baik. Dari rincian APBN tersebut, pemeritah dapat melihat
seberapa besar penerimaan negara yang diterima serta berapa besar biaya yang harus dibayarkan
negara di tahun anggaran berjalan.
Fungsi APBN
APBN kemudian digunakan sebagai sumber pendanaan bagi pelaksanaan trilogi pembangunan yang
mencakup: pertumbuhan, pemerataan, dan stabilisasi ekonomi. Tiga trilogi pembangunan ini sendiri
merupakan sebuah realisasi dari teori tentang tiga fungsi fiskal yaitu:
Merupakan fungsi yang bertugas untuk menyediakan barang publik (public goods provision) yang
diharapkan dapat memberikan eksternalitas positif bagi investasi guna memacu pertumbuhan
ekonomi. Contoh alokasi barang publik tersebut adalah jalan raya, sekolah, pelayanan kesehatan, dll.
Merupakan fungsi APBN dalam rangka memperbaiki distribusi pendapatan. Instrumen yang paling
utama digunakan dalam memacu distribusi pendapatan adalah pajak dan subsidi. Pajak dan
konsumsi ini memiliki dampak langsung yang dapat mempengaruhi ataupun mengarahkan keinginan
kerja dan konsumsi masyarakat.
Fungsi stabilisasi berkaitan erat dengan politik anggaran, tergantung keadaan ekonomi yang sedang
terjadi. Dalam kondisi resesi (melemahnya pertumbuhan ekonomi), sebaiknya pemerintah
menempuh politik anggaran deficit (budget deficit) untuk mendorong permintaan. Dalam kondisi
ekonomi membaik (recovery), pemerintah sebaiknya menempuh politik anggaran surplus untuk
menekan laju inflasi. Selain dua pilihan tersebut, ada pilihan lain yaitu anggaran berimbang (balance
budget) yang dapat digunakan pada masa resesi ataupun pemulihan.
Sebelum melakukan penyusunan, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan seperti
asumsi ekonomi makro. Asumsi-asumsi tersebut kemudian menjadi acuan analisis dalam
penyusunan APBN. Asumsi tersebut adalah:
1. Keadaan ekonomi global yang diperkirakan mengalami pertumbuhan lebih baik dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya
2. Proses pemulihan ekonomi diharapkan didukung oleh situasi politik, sosial, dan keamanan yang
kondusif, sehingga dapat mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari tahun sebelumnya
3. Harga minyak bumi di pasar internasional diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan harga
minyak bumi yang diasumsikan pada tahun sebelumnya
5. Tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dalam jumlah banyak dan merata
dengan harga yang stabil serta dapat diakses oleh rakyat banyak
6. Kepastian sistem pembiayaan daerah yang adil, proposional, rasional, transparan, parsitipatif, dan
bertanggung jawab
Pengertian APBD
APBD atau Anggarapn Pendapatan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan oleh
pemeritah daerah di Indonesia. Jika APBN sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah pusat
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), penyusunan APBD disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBN dilakukan oleh otoritas daerah sesuati dengan Peraturan
Daerah (Perda) masing-masing wilayah.
Tujuan APBD
Tujuan utama dari APDB adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengatur pendapatan
daerah serta pengeluaran daerah demi kesejahteraan daerah. APDB juga bertujuan sebagai
koordinator pembiayaan dalam pemerintahan daerah dan menciptakan transparasi dalam anggaran
pemeritah daerah.
Fungsi APBD
1. Fungsi Otoritas
APBD menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendapatan serta belanja negara pada TA tertentu.
2. Fungsi Perencanaan
APBD berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan anggaran keuangan daerah pada TA tertentu.
3. Fungsi Pengawasan
APBD berfungsi untuk mengawasi kinerja dari pemerintah daerah dalam meningkatkan
perekonomian daerah
4. Fungsi Alokasi
APBD berfungsi sebagai pedoman dalam alokasi dana yang tepat bagi peningkatan perekonomian
daerah. Alokasi penggunaan dana APBD haruslah sesuai dengan tujuan peningkatan perekonomian
tersebut.
5. Fungsi Distribusi
6. Fungsi Stabilitas
1. Pemerintah daerah menyusun RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
2. Pemerintah daerah akan mengajukan RAPBD tersebut kepada DRPD untuk dirapatkan apakan
RAPBD tersebut disetujui atau tidak.
3. DPRD memutuskan untuk menyetujui RAPBD, maka RAPBD akan disahkan menjadi APBD.
Susunan APBD
Retrebusi Daerah
Dana Perimbangan
Pendapatan Hibah
Belanja Daereah
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Pembiayaan
Tergantung kondisi APBD yang deficit atau surplus (Penerimaan – Belanja). Jika APBD mengalai
defisit, maka pemerintah harus membayar kekurangan biaya tersebut. Sedangkan jika terjadi
surplus, maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut.