Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK 3

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


“ PASAL 21-SELESAI”

Disusun Oleh :
Hikma m nur
Nayla
Nurul Fatika
Amelia Putri Mutmainah
Acci Siswanto
aprilla usmi putri
Maulidatun Nisa
Dwi Astuti
andi tenri dilasari
Munirah Ayu

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FALKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
Dari Undang undang Republik Indonesia NOMOR 17 TAHUN 2003 Bab 5 (Hubungan pemerintahan
pusat dan bank sentral pemerintahan daerah serta pemerintahan/lembaga asing) Pasal 21 – 23 dan
Bab 6 (Hubungan pemerintahan dan perusahaan negara perusahaan daerah perusahaan swasta dan
badan pengelolah dana masyarakat ) pasal 24-25 menjelaskan :

Hubungan Pemerintahan Pusat Dengan Bank Sentral, Pmerintahan Daerah Serta Pemerintahan
Lembaga asing

 Pemerintahan pusat dan bank sentral menkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan
kebijakan fiscal dan moneter
 Pemerintah mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintahan daerah sesuai dengan
undang undang perimbangan keuangan pusat dan daerah
 Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada pemerintah daerah dan
pemerintahan/lembaga asing dengan persetujuan DPR
 Pemerintahan daerah dapat memberikan dan menerima pinjaman di daerah lain dengan
persetujuan DPRD
 Dana pinjaman/ hibah dari lembaga/asing dapat diteruspinjamkan kepada pemerintahan
daerah / perusahaan negara/ perusahaan daerah

Hubungan antara pemerintah dan perusahaan dan Badan pengelola dana masyarakat

 Pemerintah dapat menerima atau memberikan pinjaman/hibah/penyertaan modal dari


perusahaan negara/daerah yang telah di tetapkan dalam
 APBN/APBD
 Menteri keuangan membina dan mengawasi Perusahaan Negara dan Gubernur / Bupati/
Walikota membina dan mengawasi Perusahaan Daerah
 Pemerintahan pusat dapat menjual dan privatisasi perushaan negara setelah persetujuan
DPR dan dalam keadaan penyelamatan ekonomi nasional pemerintahan pusat dapat
memberikan pinjaman dana tau melakukan penyertaan modal kepada perusahaan swasta
dengan persetujuan DPR

Pelaksanaan dan pertanggung jawaban di bahas dalam bab 7-8 ( pasal 26-33)

 Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut


dengan Keputusan Presiden.
 Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut
dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota.
 Pemerintah Pusat menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBN dan prognosis untuk
6 (enam) bulan berikutnya lalu disampaikan kepada DPR selambatlambatnya pada akhir Juli
tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan Pemerintah
Pusat.
 Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama
DPR dengan Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN
tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :
a. Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam
APBN;

b. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;

c. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,


antarkegiatan, dan antarjenis belanja;

d. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.

 Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
 Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahun
anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3)untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
berakhir.
 Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan prognosis
untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
 Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat
lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara
DPRD dan Pemerintah Daerah.

 Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat
lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara
DPRD dan Pemerintah Daerah.

 Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama

 DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atas APBD
tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :

a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;

b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,


antarkegiatan, dan antarjenis belanja.

c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan
untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.

 Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD,
dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

 Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD


tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
berakhir.

 Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN dan
APBD ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara.

Pertanggungjawaban APBN dan APBD


(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada DPRD selambat lambatnya
pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan
Pemerintah Daerah.

(3) Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama

DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan prakiraan Perubahan atas APBD tahun
anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi :

a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;

b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,


antarkegiatan, dan antarjenis belanja.

c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.

(4) Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran.

(5) Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun
anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) untuk
mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN dan APBD
ditetapkan dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara.

Untuk pembahasan Ketentuan pidana, sanksi administratif dan ganti rugi, peralihan, dan penutup
dijelaskan di Undang undang Republik Indonesia NOMOR 17 TAHUN 2003 Bab 9-11 (pasal 34-39)

(1) Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan


kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang
APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang. Dan
Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam undang-undang
tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai
dengan ketentuan undang-undang.

(2) Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undang-undang kepada pegawai
negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang ini.

(3) Setiap pejabat negara dan pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau
melalaikan kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara
diwajibkan mengganti kerugian

(4) Setiap orang yang diberi tugas menerima, menyimpan, membayar, dan/atau menyerahkan uang
atau surat berharga atau barang-barang negara adalah bendahara yang wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
(5) Setiap bendahara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian keuangan negara yang berada dalam pengurusannya.

(6) Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur di dalam undang-undang mengenai
perbendaharaan negara.

(7) Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas.

(8) Batas waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah,
demikian pula penyelesaian pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat/ pemerintah daerah
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31, berlaku mulai
APBN/APBD tahun 2006.

Pada saat berlakunya undang-undang ini :

(1) Indische Comptabiliteitswet (ICW), Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860);

(2) Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 Nomor 419 jo. Stbl. 1936 Nomor 445;

(3) Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 Nomor 381; Sepanjang telah diatur
dalam undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi

Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut undang-undang ini sudah selesai selambat
lambatnya 1 (satu) tahun sejak undang-undang ini diundangkan.

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

3. PENJELASAN SECARA TERSIRAT MENGENAI APBN DAN APBD

Pengertian APBN

APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (UU APBN 2018) yang bertujuan untuk
pembagunan Indonesia. APBN ini mencatat seluruh pendapatan yang diterima negara serta belanja
atau pengeluaran pemerintah tiap tahunnya (1 Januari – 31 Desember). Penyusunan APBN Indonesia
sendiri dilakukan oleh Kementerian Keuangan RI yang kemudian disetujui oleh DPR.

Tujuan Penyusunan APBN

Penyusunan APBN dilakukan untuk membiayai segala kepentingan negara demi mewujudkan
perekonomian nasional yang lebih baik. Dari rincian APBN tersebut, pemeritah dapat melihat
seberapa besar penerimaan negara yang diterima serta berapa besar biaya yang harus dibayarkan
negara di tahun anggaran berjalan.

Fungsi APBN

APBN kemudian digunakan sebagai sumber pendanaan bagi pelaksanaan trilogi pembangunan yang
mencakup: pertumbuhan, pemerataan, dan stabilisasi ekonomi. Tiga trilogi pembangunan ini sendiri
merupakan sebuah realisasi dari teori tentang tiga fungsi fiskal yaitu:

1. Alokasi barang publik (allocation)

Merupakan fungsi yang bertugas untuk menyediakan barang publik (public goods provision) yang
diharapkan dapat memberikan eksternalitas positif bagi investasi guna memacu pertumbuhan
ekonomi. Contoh alokasi barang publik tersebut adalah jalan raya, sekolah, pelayanan kesehatan, dll.

2. Distribusi pendapatan (distribution)

Merupakan fungsi APBN dalam rangka memperbaiki distribusi pendapatan. Instrumen yang paling
utama digunakan dalam memacu distribusi pendapatan adalah pajak dan subsidi. Pajak dan
konsumsi ini memiliki dampak langsung yang dapat mempengaruhi ataupun mengarahkan keinginan
kerja dan konsumsi masyarakat.

3. Stabilisasi perekonomian (stabilization)

Fungsi stabilisasi berkaitan erat dengan politik anggaran, tergantung keadaan ekonomi yang sedang
terjadi. Dalam kondisi resesi (melemahnya pertumbuhan ekonomi), sebaiknya pemerintah
menempuh politik anggaran deficit (budget deficit) untuk mendorong permintaan. Dalam kondisi
ekonomi membaik (recovery), pemerintah sebaiknya menempuh politik anggaran surplus untuk
menekan laju inflasi. Selain dua pilihan tersebut, ada pilihan lain yaitu anggaran berimbang (balance
budget) yang dapat digunakan pada masa resesi ataupun pemulihan.

Mekanisme Penyusunan APBN

Sebelum melakukan penyusunan, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan seperti
asumsi ekonomi makro. Asumsi-asumsi tersebut kemudian menjadi acuan analisis dalam
penyusunan APBN. Asumsi tersebut adalah:

1. Keadaan ekonomi global yang diperkirakan mengalami pertumbuhan lebih baik dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya

2. Proses pemulihan ekonomi diharapkan didukung oleh situasi politik, sosial, dan keamanan yang
kondusif, sehingga dapat mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari tahun sebelumnya

3. Harga minyak bumi di pasar internasional diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan harga
minyak bumi yang diasumsikan pada tahun sebelumnya

4. Pengerahan serta penggalian sumber-sumber penerimaan perpajakan perlu ditingkatkan

5. Tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari dalam jumlah banyak dan merata
dengan harga yang stabil serta dapat diakses oleh rakyat banyak
6. Kepastian sistem pembiayaan daerah yang adil, proposional, rasional, transparan, parsitipatif, dan
bertanggung jawab

Pengertian APBD

APBD atau Anggarapn Pendapatan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan oleh
pemeritah daerah di Indonesia. Jika APBN sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah pusat
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), penyusunan APBD disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBN dilakukan oleh otoritas daerah sesuati dengan Peraturan
Daerah (Perda) masing-masing wilayah.

Tujuan APBD

Tujuan utama dari APDB adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengatur pendapatan
daerah serta pengeluaran daerah demi kesejahteraan daerah. APDB juga bertujuan sebagai
koordinator pembiayaan dalam pemerintahan daerah dan menciptakan transparasi dalam anggaran
pemeritah daerah.

Fungsi APBD

APBD juga memiliki fungsi seperti APBN yaitu:

1. Fungsi Otoritas

APBD menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendapatan serta belanja negara pada TA tertentu.

2. Fungsi Perencanaan

APBD berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan anggaran keuangan daerah pada TA tertentu.

3. Fungsi Pengawasan

APBD berfungsi untuk mengawasi kinerja dari pemerintah daerah dalam meningkatkan
perekonomian daerah

4. Fungsi Alokasi

APBD berfungsi sebagai pedoman dalam alokasi dana yang tepat bagi peningkatan perekonomian
daerah. Alokasi penggunaan dana APBD haruslah sesuai dengan tujuan peningkatan perekonomian
tersebut.

5. Fungsi Distribusi

APBD haruslah didistribusikan secara merata dan adil.

6. Fungsi Stabilitas

APBD harus dapat menjadi instrumen dalam kestabilan ekonomi daerah.


Mekanisme Penyusunan APBD

Mirip dengan APBN, alur penyusunan APBD adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah menyusun RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

2. Pemerintah daerah akan mengajukan RAPBD tersebut kepada DRPD untuk dirapatkan apakan
RAPBD tersebut disetujui atau tidak.

3. DPRD memutuskan untuk menyetujui RAPBD, maka RAPBD akan disahkan menjadi APBD.

Susunan APBD

Pendapatan Daerah didapatkan dari:

 Pendapatan Asli Daerah

 Pajak Daerah (PBB, Pajak Cukai, Pajak Penghasilan, dll)

 Retrebusi Daerah

 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

 Pendapatan Asli Daerah Lain-Lain

 Dana Perimbangan

 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

 Dana Alokasi Khusus

 Pendapatan Daerah Lain-Lain yang Sah

 Pendapatan Hibah

Belanja Daereah

Rincian belanja daerah yaitu:

 Belanja Tidak Langsung

 Belanja Pegawai

 Belanja Bunga

 Belanja Subsidi

 Belanja Hibah

 Belanja Bantuan Sosial

 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan


Partai Politik

 Belanja Langsung

 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan Jasa

 Belanja Modal

Pembiayaan

Tergantung kondisi APBD yang deficit atau surplus (Penerimaan – Belanja). Jika APBD mengalai
defisit, maka pemerintah harus membayar kekurangan biaya tersebut. Sedangkan jika terjadi
surplus, maka pemerintah akan menerima kembali dana lebih tersebut.

Anda mungkin juga menyukai