Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Pengertian
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronik Kidney Disease (CKD)
adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang
racun dan produk dari darah, ditamdai adanya protein dalam daram urin serta
laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3 bulan (Black & Hawks,
2009).
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer,
2009).
Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau
fungsi ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
penurunan glomerular filtration rate (GFR). Selain itu, CKD dapat pula
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2
selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal (National
Kidney Foundation, 2015).
Berdasarkan beberapa peneliti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Chronic
Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi kerusakan ginjal dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit.

B. Klasifikasi
Penyakit ini didefinisikan dari ada atau tidaknya kerusakan ginjal dan
kemampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya. Klasifikasi ini ditujukan
untuk memfasilitasi penerapan pedoman praktik klinis, pengukuran kinerja
klinis dan peningkatan kualitas pada evaluasi, dan juga manajemen CKD
(National Kidney Foundation, 2015). Berikut ini adalah klasifikasi stadium
CKD:
Stadium Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
Fungsi ginjal normal, tetapi temuan urin,
1 abnormalitas struktur atau ciri genetik ≥ 90
menunjukkan adanya penyakit ginjal
Penurunan ringan fungsi ginjal, dan temuan
2 lain (seperti pada stadium 1) menunjukkan 60-89
adanya penyakit ginjal
3a Penurunan sedang fungsi ginjal 45-59
3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44
4 Penurunan fungsi ginjal berat 15-29
5 Gagal ginjal 15
Sumber: (The Renal Association, 2013)

C. Penyebab
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney Foundation,
2015). Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya
adalah penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal
polikistik, malformasi saat perkembangan janin dalam rahim ibu, lupus,
obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau pembesaran kelenjar prostat, dan
infeksi saluran kemih yang berulang.

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
E. Patofisiologi

Infeksi Vaskuler (hipertensi, DM) Zat toksik Obstruksi saluran kemih

Reaksi antigen antibody Arterio sklerosis Tertimbun dalam ginjal Refluks

Suplai darah ginjal menurun hidronefrosis Vaskulerisasi Ginjal

Peningkatan tekanan

GFR turun Nefron rusak

CKD Iskemia ginjal

Penurunan fungsi eksresi ginjal Peningkatan Retensi Na Sekresi eritropoitin turun


& H2O
Sindrom uremia Produksi Hb turun

Pruritus Kelebihan Oksihemoglobin turun


Cairan Tidak mampu
mengeksresi asam (H)
Gg. Integritas
Kulit Pola nafas Asidosis Suplai O2 Gg. Perfusi Jaringan
tidak efektif Jaringan turun
Hiperventilasi
Intoleransi
Anoreksia Mual Gg. Nutrisi Kurang Kelelahan otot
Muntah Intake turun aktivitas
dari Kebutuhan
F. Data Fokus Pengkajian
1. Wawancara
Adapun pengkajian yang dilakukan dalam sesi wawancara pada
klien dengan penyakit chronic kidney disease atau gagal ginjal kronik
diantaranya:
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dan kebangsaan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah
Sakit , diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine
output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, dan gatal pada
kulit.
3) Riwayat Kesehatan
 Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran
kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD
 Riwayat penyakit sekarang
Untuk kasus CKD kaji apa yang pertama kali klien rasakan misalnya
penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau
ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kapan keluhan pertama
kali dirasakan, apa yang dilakukan klien/keluarga untuk mengatasi
masalah tersebut, bagaimana efek dari usaha yang dilakukan.
 Riwayat penyakit keluarga
Melihat apakah terdapat riwayat pada keluarga dengan penyakit
hipertensi, diabetes melitus atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh keluarga pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Lemah, aktivitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri, kesadaran
pasie dari compos mentis sampai koma.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, RR naik dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
3) Antropometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala
Rambut kotor, mata kuning/kotor, telinga kotor, dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat, lidah kotor dan terdapat edema di
muka terutama daerah orbita.
5) Leher dan tenggorok
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar, terdapat
otot bantu pernapasan, pergerakan dada tidak simetris, terdapat
pembesaran jantung, pernafasan cepat dan dalam dan nyeri dada.
7) Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
8) Ekstermitas
Kelemahan fisik, aktivitas pasien dibantu, terjadi edema, dan CRT
lebih dari 1 detik.
9) Kulit
Sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun, kulit bersisik dan terjadi
edema.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Urin
a) Volume : biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria), atau urin
tidak ada (anuria).
b) Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh
pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat, sedimen kotor,
warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan
porfirin.
c) Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
d) Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
b. Kliren kreatinin mungkin agak turun.
c. Natrium : Lebih besar dari 40 Emq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium.
d. Protein : Derajat tinggi proteinuria ( 3-4+ ), secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila sel darah merah (SDM) dan
fregmen juga ada.
e. Darah
a) Kreatinin : Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin
10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
b) Hitung darah lengkap : Hematokrit menurun pada adanya
anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dL.
c) SDM (Sel Darah Merah) : Waktu hidup menurun pada defisiensi
eritropoetin seperti pada azotemia.
d) GDA (Gas Darah Analisa) : pH, penurunan asidosis metabolic
(kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal
untuk mengeksekresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme protein. Bikarbonat menurun PCO2 menurun.
e) Natrium serum : Mungkin rendah, bila ginjal kehabisan natrium
atau normal (menunjukkan status dilusi hipernatremia).
f) Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan
perpindahan selular (asidosis), atau pengeluaran jaringan
(hemolisis SDM). Pada tahap akhir , perubahan EKG mungkin
tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar. Magnesium
terjadi peningkatan fosfat, kalsium menurun. Protein (khuusnya
albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan
protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan,
atau penurunan sintesis karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas serum lebih besar dari 285 mosm/kg, sering sama
dengan urine.
2) Pemeriksaan radiologi
a. Ultrasono grafi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya masa , kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa.
e. KUB foto digunakan untuk menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung
kemih dan adanya obtruksi (batu).
f. Arteriogram ginjal adalah mengkaji sirkulasi ginjal dan megidentifikasi
ekstravaskuler, massa.
g. Pielogram retrograd untuk menunjukkan abormalitas pelvis ginjal.
h. Sistouretrogram adalah berkemih untuk menunjukkan ukuran kandung
kemih, refluk kedalam ureter, dan retensi.
i. Pada pasien CKD pasien mendapat batasan diit yang sangat ketat
dengan diit tinggi kalori dan rendah karbohidrat. Serta dilakukan
pembatasan yang sangat ketat pula pada asupan cairan yaitu antara 500-
800 ml/hari.
j. pada terapi medis untuk tingkat awal dapat diberikan terapi obat anti
hipertensi, obat diuretik, dan atrapit yang berguna sebagai pengontol
pada penyakit DM, sampai selanjutnya nanti akan dilakukan dialisis dan
transplantasi.
G. Analisa Data
No
Data Etiologi Masalah
.
1. DS: - Chronic Kidney Disease Gangguan perfusi
DO: (CKD) jaringan
 Hb menurun
 Kesadaran Sekresi eritropoitin
biasanya somnolen turun
atau sopor
 Terdapat sianosis Produksi Hb turun
pada ujung-ujung
ekstermitas Oksihemoglobin turun

Gangguan perfusi
jaringan
2. DS: Chronic Kidney Disease Kelebihan volume
 Klien mengatakan (CKD) cairan
kaki, tangan, dan
perutnya bengkak Peningkatan retensi Na
DO: dan H2O
 Tedapat edema
pada kedua Kelebihan volume
ekstermitas atas cairan
dan bawah
 Albumin menurun
 Bentuk abdomen
cembung
3. DS: Chronic Kidney Disease Ketidakseimbangan
 Klien mengatakan (CKD) nutrisi kurang dari
mual dan muntah kebutuhan tubuh
 Klien mengatakan Penurunan fungsi
tidak nafsu makan eksresi ginjal
DO:
 Mukosa bibir Sindrom uremia
kering
 Penurunan berat Anoreksia (mual,
badan muntah)
 Klien tampak
lemah Intake makan turun

 Klien terlihat
hanya Ketidakseimbangan

menghabiskan ½ nutrisi kurang dari

porsi dari yang kebutuhan tubuh

disajikan
4. DS: Chronic Kidney Disease Intoleransi aktivitas
 Klien mengatakan (CKD)
cepat lelah saat
beraktifitas Sekresi eritropoitin
 Klien mengatakan turun
beberapa aktifitas
dibantu Produksi Hb turun
keluarganya
DO: Oksihemoglobin turun
 Aktivitas dibantu
oleh keluarga Suplai O2 jaringan turun

 Kemampuan
mobilitas kurang Kelemahan otot

baik
 Kekuatan otot Intoleransi aktivitas

mengalami
penurunan
DS: Chronic Kidney Disease Kerusakan
 Klien mengeluh (CKD) integritas kulit
gatal-gatal pada
kulit Penurunan fungsi
DO: eksresi ginjal
 Terjadi edema
 Kulit kering dan Sindrom uremia
bersisik
 Kulit jadi hitam Pruritus

Kerusakan integritas
kulit

H. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan produksi Hb menurun
ditandai dengan kesadaran somnolen atau sopor, Hb menurun, dan
sianosis pada ujung-ujung ekstermitas.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi
natrium dan H2O ditandai dengan kaki, tangan, dan perut bengkak, edema
pada kedua ekstermitas atas dan bawah, albumin menurun, dan bentuk
abdomen cembung.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan menurun ditandai dengan mual, muntah, nafsu
makan menurun, mukosa bibir kering, penurunan berat badan, dan lemah.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan pada otot ditandai
dengan cepat lelah saat beraktivitas, beberapa aktivitas dibantu
keluarganya, kemampuan mobilitas kurang baik, dan kekuatan otot
menurun.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sindrom uremia, pruritus
ditandai dengan gatal-gatal pada kulit, edema, kulit kering dan bersisik,
dan kulit jadi hitam.
I. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Gangguan perfusi Setelah dilakukan Mandiri:
jaringan berhubungan tidakan keperawatan 1. Kaji tanda-tanda vital dan 1. Untuk mengetahui keadaan umu
dengan produksi Hb selama 2x24 jam adanya sianosis pada ektermitas klien dan memberikan informasi
menurun ditandai diharapkan perfusi atas dan bawah tentang derajat atau keadekuatan
dengan kesadaran jaringan adekuat, perfusi jaringan dan membantu
somnolen atau sopor, dengan kriteria hasil : menentukan kebutuhan tubuh.
Hb menurun, dan 1. Membran mukosa 2. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
sianosis pada ujung- warna merah muda sesuai toleransi. memaksimalkan oksigenasi untuk
ujung ekstermitas. 2. Kesadaran pasien kebutuhan seluler, vasokonstrisi (ke
compos mentis organ vital) menurunkan sirkulasi
3. Tidak ada tanda perifer.
sianosis atau 3. Catat keluhan rasa dingin, 3. Kenyamanan klien atau kebutuhan
hipoksia pertahankan suhu lingkungan rasa hangat harus seimbang dengan
4. CRT kurang dari 3 dan tubuh hangat sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari panas
detik indikasi. berlebihan pencetus vasodilatasi
5. Hb normal (12-15) Kolaborasi: (penurunan perfusi organ).
4. Kolaborasi untuk pemberian O2 4. Memaksimalkan transport oksigen
sesuai dengan indikasi ke jaringan.
5. Kolaborasikan pemeriksaan 5. Mengetahui status transport O2.
laboratorium (hemoglobin).
2. Kelebihan volume Setelah dilakukan Mandiri:
cairan berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor status cairan, timbang 1. Pengkajian merupakan dasar
dengan peningkatan selama 2x24 jam berat badan, keseimbangan berkelanjutan untuk memantau
retensi natrium dan H2O diharapakan kelebihan input dan output, turgor kulit perubahan dan mengevaluasi
ditandai dengan kaki, cairan atau edema dan adanya edema, tekanan intervensi.
tangan, dan perut tidak terjadi, dengan darah, denyut dan irama nadi.
bengkak, edema pada kriteria hasil : 2. Batasi masukan cairan 2. Pembatasan cairan akan
kedua ekstermitas atas 1. Turgor kulit normal menentukan berat tubuh ideal,
dan bawah, albumin tanpa edema keluaran urine dan respons terhadap
menurun, dan bentuk 2. Tanda-tanda vital terapi.
abdomen cembung. normal 3. Identifikasi sumber potensial 3. Sumber kelebihan cairan yang tidak
3. Tercipta kepatuhan cairan, medikasi dan cairan yang diketahui dapat diidentifikasi.
pembatasan diet dan digunakan untuk pengobatan,
cairan oral dan intravena.
4. Jelaskan pada pasien dan 4. Pemahaman meningkatkan
keluarga tentang pembatasan kerjasama pasien dan keluarga
cairan. dalam pembatasan cairan.
Kolaborasi:
5. Kolaborasi dengan tim medis 5. Dengan pembatasan cairan
dalam pembatasan cairan intravena dapat membantu
intravena, dan pembatasan obat menurunkan resiko kelebihan
obatan cair. cairan.
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Mandiri:
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan 1. Untuk mengetahui tentang keadaan
kebutuhan tubuh selama 3x24 jam makan dan kebutuhan nutrisi pasien
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan sehingga dapat diberikan tindakan
intake makanan nutrisi dapat terpenuhi, dan pengaturan diet yang adekuat.
menurun ditandai dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk 2. Kepatuhan terhadap diet dapat
dengan mual, muntah, 1. Adanya peningkatan mematuhi diet yang telah mencegah komplikasi terjadinya
nafsu makan menurun, berat badan sesuai diprogramkan
mukosa bibir kering, dengan tujuan 3. Kaji adanya alergi makanan 3. Untuk mengetahui alergi makanan
penurunan berat badan, 2. Tidak ada tanda pada klien dan menghindari
dan lemah. tanda malnutrisi terjadinya komplikasi
3. Menunjukkan 4. Auskultasi suara bising usus 4. Bising usus yang menurun atau
peningkatan fungsi meningkat menunjukkan adanya
pengecapan dan gangguan pada fungsi pencernaan.
menelan 5. Timbang berat badan klien 5. Untuk mengetahui berkurangnya
4. Tidak terjadi atau bertambahnya berat badan
penurunan berat klien
badan yang berarti 6. Anjurkan klien oral hygiene 6. Bau mulut yang kurang sedap
setiap pagi dan malam sebelum dapat mengurangi nafsu makan
tidur.
7. Beri makanan dalam porsi kecil 7. Makanan dalam porsi kecil tidak
tapi sering. membutuhkan energi yang banyak
sehingga
memudahkan menelan.
Kolaborasi:
8. Kolaborasi dengan tim gizi 8. Diit TKTP sangat baik untuk
dalam pemberian diit tinggi kebutuhan metabolisme dan
kalori tinggi protein( TKTP ) pembentukan antibodi karena diit
TKTP menyediakan kalori dan
semua asam amino esensial
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Mandiri:
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Awasi klien saat melakukan 1. Memberi pendidikan pada klien dan
kelemahan pada otot selama 3x24 jam aktivitas. keluarga dalam perawatan
ditandai dengan cepat diharapkan klien dapat selanjutnya.
lelah saat beraktivitas, berpartisipasi dalam 2. Evaluasi respon klien saat 2. Mengetahui sejauh mana
beberapa aktivitas aktivitas yang dapat beraktivitas, catat keluhan yang kemampuan klien dalam melakukan
dibantu keluarganya, ditoleransi, dengan dirasakan pada saat klien aktivitas.
kemampuan mobilitas kriteria hasil : melakukan aktivitas
kurang baik, dan 1. Mampu melakukan 3. Libatkan keluarga dalam 3. Keluarga dapat membantu dan
kekuatan otot menurun. aktivitas sehari-hari perawatan diri dan dalam mempermudah klien dalam
secara mandiri membatu klien dalam beraktivitas
melakukan aktivitasnya .
4. Jelaskan pada klien tentang 4. Istirahat perlu untuk menurunkan
perlunya keseimbangan antara kebutuhan metabolisme.
aktivitas dan istirahat.
5. Resiko kerusakan Setelah dilakukan Mandiri:
intregitas kulit tindakan keperawatan 1. Inspeksi kulit terhadap 1. Menandakan adanya sirkulasi atau
berhubungan dengan selama 3x24 jam perubahan warna, turgor dan kerusakan yang dapat menimbulkan
akumulasi toksik dalam diharapkan tidak perhatikan adanya kemerahan pembentukan dekubitus atau
kulit dan gangguan terjadi kerusakan pada kulit infeksi.
turgor kulit atau uremia. integritas kulit, dengan 2. Pantau masukan cairan dan 2. Mendeteksi adanya dehidrasi atau
kriteria hasil : hidrasi kulit serta membran hidrasi berlebihan yang
1. Tidak terjadi edema mukosa. mempengaruhi sirkulasi dan
2. Kulit lembab integritas jaringan pada tingkat
seluler.
3. Inspeksi area tubuh terhadap 3. Jaringan edema lebih cenderung
edema. rusak atau robek.
4. Ubah posisi dengan sering 4. Menurunkan tekanan pada edema,
menggerakkan klien dengan meningkatkan peninggian aliran
perlahan, beri bantalan pada balik statis vena sebagai
tonjolan tulang. pembentukan edema.
5. Pertahankan linen kering, dan 5. Menurunkan iritasi dermal dan
selidiki keluhan gatal. resiko kerusakan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010.

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.


Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2009.

National Kidney Foundation. 2015. CKD-EPI Creatinine Equation. Diakses dari:


www.kidney.org/content/ckd-epi-creatinine-equation-2009.

The Renal Association. 2013. CKD Stage. Diakses dari : http://www.renal.org/


Information-resources/the-uk-eckd-guide/ckdstages#sthash.frm4MEB8.dpbs

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-bennyindra-6387-2-
babiis-i.pdf
https://id.scribd.com/doc/242167348/Laporan-Pendahuluan-Ckd

Anda mungkin juga menyukai