Anda di halaman 1dari 13

cara mengatasi masalah dalam hidup

Jumat, 12 Jul

MAKALAH

BENIGNA PROSTAT HIPERTROPI (BPH)

DI SUSUN OLEH:

Intan khasanah

DOSEN PEMBIMBING : Fauziah,s.kep.m.kes

D-III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah KMB III yang berjudul Benigna Prostat Hipertropi (BPH).

Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada Ibu Ns. Lora Marlita S.kepselaku
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

                                                                                                    Pekanbaru,        Juni 2013

                                                                                                            Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

BAB I  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang................................................................................................................

B.     Tujuan Penulisan.............................................................................................................

C.    Ruang Lingkup................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A.    DEFENISI........................................................................................................................

B.     ETIOLOGI.......................................................................................................................

C.    ANATOMI FISIOLOGI.................................................................................................

D.   PATOFISIOLOGI............................................................................................................

E.     TANDA DAN GEJALA.................................................................................................

F.    KOMPLIKASI................................................................................................................

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................................

H.   PENATALAKSANAAN.................................................................................................

BAB III ASUHAN KEP.......................................................................................................

BAB IV PENUTUP

A.    Kesinpulan........................................................................................................................

B.     Saran.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.                 Latar Belakang

Hipertropi Prostat  adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak


jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
            Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD
dr. Sutomo, 1994 : 193).

Secara anatomi Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular
yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot
polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran
panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat
akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus
posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa
terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.

B.                 Tujuan Penulisan

1.                  Tujuan Umum :

Agar mahasiswa/I dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah tentang

Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH )dan mampu melaksanakan asuhan Keperwatan.

2.                  Tujuan Khusus :

1.     Mampu memahami konsep dasar dariBenigna Prostat Hiperplasi ( BPH )

2.     Mampu mnjelaskan bagaimana etiologi, patofisiologi dan terapinya

3.     Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakitBenigna Prostat Hiperplasi ( BPH )

4.      Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan  pada  pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH )

5.     Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH )

6.      Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH )
7.     Mampu mengevaluasi asuhan Keperawatan

C.                Ruang Lingkup

Batasan pembahasan dalam makalah ini hanya sebatas menjelaskan hal - hal yang
disebutkan dalam tujuan penulisan, dan segala sesuatu diluar hal - hal yang disebutkan dalam tujuan
penulisan diatas hanya sebagai pelengkap dan sekedar informasi singkat saja.

BAB II

PEMBAHASAN
A.                Defenisi

Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak


jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).
            Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD
dr. Sutomo, 1994 : 193).
B.                 Etiologi

Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2
faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut. Ada
beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalamihyperplasia,yaitu:
1.Teori Sel Stem (Isaacs1984).
          Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara
pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel
stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.

2.Teori MC Neal (1978)


            Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah
proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.

C.             Anatomi Fisiologi

Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari
urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak
di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm
dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan
membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus
posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa
terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.
D.        Patofisiologi

Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada
traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis
yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi
dengan kontraksi lebih kuat.
            Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke
dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari
dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor
sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut
diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan
menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi,
sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
atas.

E.  Tanda dan Gejala

 Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)


 Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.
 Rasa nyeri saat memulai miksi/
 Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).

F. Komplikasi

 Aterosclerosis
 Infark jantung
 Impoten
 Haemoragik post operasi
 Fistula
 Striktur pasca operasi & inconentia urine

G. Pemeriksaan Diagnosis

1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos
abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat
dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain
untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli,
mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat
dan Wim De Jong, 1997).

3. Prostatektomi Retro Pubis


Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik
dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.

4. Prostatektomi Parineal

Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

H.  Penatalaksanaan

1. Non Operatif
 Pembesaran hormon estrogen & progesteron
 Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
 Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
 Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
 Pemasangan kateter.
2. Operatif
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
 TUR (Trans Uretral Resection)
 STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
 Retropubic Extravesical Prostatectomy)
 Prostatectomy Perineal

BAB III
 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data subyektif :
 Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
 Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
 Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan.
 Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
2. Data Obyektif :
 Terdapat luka insisi
 Takikardi
 Gelisah
 Tekanan darah meningkat
 Ekspresi w ajah ketakutan
 Terpasang kateter
B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter


2. Kurang pengetahuan : tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
C. Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1:Nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter


Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan
secara adekuat.

Kriteria hasil :

 Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.


 Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi :
 Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)
 Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta
penghilang nyeri.
 Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi)
 Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.
 Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
 Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi
 Lakukan perawatan aseptik terapeutik
 Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan 2 :
Kurang pengetahuan: tentang TUR-P berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
Klien dapat menguraikan pantangan kegiatan serta kebutuhan berobat lanjutan.
Kriteria hasil :
 Klien akan melakukan perubahan perilaku.
 Klien berpartisipasi dalam program pengobatan.
 Klien akan mengatakan pemahaman pada pantangan kegiatan dan kebutuhan
berobatlanjutan.
Intervensi :
 Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu.
 Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan
memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.
 Pemasukan cairan sekurang–kurangnya 2500-3000 ml/hari.
 Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.
 Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh.
3. Diagnosa Keperawatan 3 :
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
Tujuan :
Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi
Kriteria hasil :
 Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
 Klien mengungkapan sudah bisa tidur.
 Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur.
Intervensi :
 Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara
untuk menghindari.
 Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan mengurangi kebisingan.
 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab gangguan tidur.
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat mengurangi nyeri
(analgesik).
BAB IV

PENUTUP

A.                Kesimpulan
        Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh
karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan
fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD
dr. Sutomo, 1994 : 193).Pada pasien ini, keluhan yang pertama kali muncul adalah Pasien mengeluh
sakit pada luka insisi.Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual selalu menanyakan
tindakan yang dilakukan.Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.Secara umum
penatalaksanaan Non Operatif :Pembesaran hormon estrogen & progesteronMassase prostat,
anjurkan sering masturbasi,Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek,Cegah minum
obat antikolinergik, antihistamin & dengostan,Pemasangan kateter. OperatifIndikasi : terjadi
pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml.

o   TUR (Trans Uretral Resection)

o   STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)

o   Retropubic Extravesical Prostatectomy)

B.        Saran

1. Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang dipaparkan
diatas, sehingga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan tambahan.

2. Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses penyusunan
maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan pembuatan
makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
PedomanUntuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

            Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

            Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran
Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

            Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya.


            Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai