Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dicky Wahyu Ramadhan

NIM : 180030705

Kelas : CB183

Jawaban

1. -Pengangkutan
-Pembayaran secara tunai dan kredit
-Supplier
-Distributor yang membantu transaksi seperti BANK
-Hutang maupun piutang
-Pergudangan
-Pemenuhan pesanan
-Informasi mengenai ramalan permintaan

2. Bulwift effect adalah gangguan yang terjadi pada supply chain yang bisa membuat permintaan
tidak akurat, sehingga terjadi permintaan yang tidak stabil atau mengalami perubahan

Selain bulwift effect berikut dampak yang lainnya :

Manufacturing cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya manufacture dalam rantai


pasok. Sebagai akibat dari bullwhip effect, P&G dan suppliernya harus memenuhi aliran
permintaan lebih banyak dari permintaan konsumen.

Inventory cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya persediaan dalam rantai pasok.
Untuk mengatasi variabilitas permintaan, pada perusahaan P&G harus menyimpan persediaan
yang lebih besar dari yang diperlukan dalam rantai pasok. Hal ini berakibat pada meningkatnya
inventory cost.

Replenishment lead time : kurangnya koordinasi meningkatkan lead time. Peningkatan


variabilitas sebagai sebuah hasil dari bull whip effect yang membuat penjadwalan pada P&G
dan pemasok pabrik jauh lebih untuk dibandingkan tingkat permintaannya.

Transportation cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya transportasi dalam rantai


pasok. Kebutuhan transportasi dari waktu ke waktu pada P&G dan pemasoknya yang
berkorelasi untuk memenuhi pesanan. Sehingga, bull whip menyebabkan kebutuhan
transportasi berfluktuasi secara signifikan dari waktu ke waktu. Hal ini menimbulkan biaya
transportasi yang meningkat karena kelebihan kapasitas transportasi perlu diperhatikan untuk
menutupi periode permintaan tinggi.
Labor cost for shipping and receiving (biaya tenaga kerja untuk pengiriman dan penerimaan) :
kurangnya koordinasi meningkatkan biaya tenaga kerja hubungannya dengan pengiriman dan
penerimaan dalam rantai pasok. Persyaratan tenaga kerja untuk pengiriman pada P&G dan
pemasoknya berfluktuasi dengan pesanan fluktuasi serupa terjadi untuk kebutuhan tenaga
kerja dalam menerima dari distributor maupun pengecer. Berbagai tahap memiliki pilihan yaitu
antara kelebihan kapasitas pekerja atau berbagai macam kapasitas pekerja dalam menanggapi
fluktuasi pesanan.

Level of product availability (tingkat ketersediaan produk) : kurangnya koordinasi


menyebabkan kerugian pada ketersediaan produk dan hasil dalam stockouts lebih dalam rantai
pasok. Fluktuasi besar dalam pesanan membuat lebih sulit bagi P&G untuk menyediakan semua
pesanan distributor dan pengecer tepat waktu. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa
pengecer akan kehabisan stok, sehingga kehilangan penjualan pada rantai pasok.

Relationship across the supply chain (hubungan dalam seluruh rantai pasok) : kurangnya
koordinasi memiliki dampak negatif terhadap kinerja pada setiap tahap dan dengan demikian
menyebabkan kerugian hubungan dalam rantai pasok. Terdapat kecenderungan untuk
menyalahkan tahap lain dari rantai pasok karena setiap tahap dirasa sebisa mungkin telah
melakukan yang terbaik.

3. ( SUPPLLY CHAIN STAGE PERUSAHAAN YAKULT)


4. - Memahami pelanggan dan ketidakpastian rantai pasokan ( Understanding the Customer and
Supply Chain Uncertainty)

- Memahami kemampuan rantai pasokan (Understanding the Supply Chain Capabilities)


Terdapat beberapa jenis supply chain, masing-masing dirancang untuk pelaksanaan tugas yang
berbeda. Perusahaan seharusnya mengetahui bagaimana supply chain didesign dengan baik.

- Pencapaian strategic fit (Achieving Strategic Fit)


Jika terdapat persaingan yang tidak sebanding antara supply chain dengan kebutuhan
pelanggan, perusahaan juga akan mengatur kembali rantai pasokan untuk mendukung strategi
kompetitif atau mengubah strategi kompetitif.

5. -Arus material mencakup arus barang fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai,
sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.

-Arus informasi mencakup kapasitas, status pengiriman, dan quaotation dengan arus balik
ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan.

-Arus keuangan mencakup informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal


pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman. dengan arus balik pembayaran
kepada pemasok.
6. Berdasarkan studi literature pada penelitian ini, didapat beberapa kendala pada pelaksanaan E-
procurement. Menurut kutipan dari Eadie et al (2007) didapat bebrapa kendala E-procurement
yaitu: keamanan transaksi, tidak ada keyakinan atas kelegalan hukum pada E-procurement,
kurangnya hubungan bisnis dengan pemasok yang menyediakan E-procurement. infrastruktur teknis
yang tidak memadai dan berkurangnya integrasi dengan rekanan, kurangnya pengetahuan E-
procurement / personil terampil, keprihatinan interoperabilitas, kurangnya keahlian teknis, tidak
ada manfaat bisnis secara nyata, budaya perusahaan, dukungan manajemen, sistem IT yang terlalu
mahal, dan tidak memiliki infrastruktur IT. Menurut Sulaiman dan Chen (2006) pelaksanaan e-
procurement di Indonesia masih ada beberapa kendala dan kendala tersebut terbagi menjadi 4
yaitu: dalam bidang hukum, infrastruktur, standarisasi prosedur, serta kontol proses pengadaan E-
procurement. Menurut Jasin (2007) menyebutkan bahwa beberapa kendala atau kelemahan dan
permasalahan teknis dalam penerapan E- procurement yang dihadapi diantaranya: Penyedia
barang/jasa (vendor) banyak yang belum memahami aplikasi E-procurement, Panitia Pengadaan
sebagian besar masih mengalami kesulitan untuk menggunakan dan memahami aplikasi E-
procurement, Tingkat kelalaian yang sangat tinggi dalam penggunaan password dan kunci
kerahasiaan lainnya oleh user, baik Penyedia Barang/Jasa, Pejabat Pelaksanaan Kegiatan maupun
Panitia Pengadaan, Range jadwal state lelang masih belum sepenuhnya bisa diikuti oleh Panitia
Pengadaan tepat sesuai yang telah ditetapkan, Ketersediaan fasilitas koneksi internet dan fasilitas
pendukung lainnya (seperti scanner, installer adobe, dll) masih sangat terbatas untuk Panitia
Pengadaan di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, Terbatasnya bandwidth menyebabkan masih
seringnya terjadi kegagalan proses pada aplikasi E-procurement, Kekuatiran beberapa kalangan di
internal Pemerintah Kota Surabaya bahwa penghasilan tambahan mereka saat menjalankan
aktifitas pengelolaan pengadaan (mulai dari pengadaan, pelaksanaan dan pengawasan) akan
terpotong habis. Menurut jurnal dari kementrian PU mengenai “Kendala, Keberhasilan dan
Tantangan dalam Sembilan Tahun Pelaksanaan E-Procurement di Kementerian PU dalam Mencapai
Good Governance” yaitu: Penerbitan regulasi dari internal Kementerian PU untuk mengatur dan
mendukung pelaksanaan E-Procurement, Perubahan personel pengadaan akibat mutasi pegawai
juga merupakan masalah yang dihadapi pada saat implementasi. Perpindahan pegawai sering tidak
disertai dengan transfer knowledge dari personel lama ke personel baru. Resistensi berasal dari
pihak yang merasa dirugikan dalam pelaksanaan E-Procurement.

Anda mungkin juga menyukai