Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN MODEL BOS, LATAR BELAKANG


PENCANANGAN PROGRAM BOS, PENGERTIAN, TUJUAN,
LANDASAN HUKUM PELAKSANAAN, SEKOLAH PENERIMAAN
BOS, LARANGAN PENGGUNAAN DANA BOS DAN UNDANG-
UNDANG YANG BERKAITAN DENGAN PENYALAHGUNAAN DANA
BOS, MEKANISME PELAKSANAAN DANA BOS DAN REALITA
YANG DILAPANGAN SAAT INI

(Tugas Individu Mata Kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan)

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Makdalena, SE., M.Si

OLEH:

NORA FEBRIYANA (1910246946)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabat, dan pengikutnya, amin. Makalah ini dibuat sebagai penyelesaian
dari tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan. Kali ini membahas tentang
Pembiayaan Pendidikan Model Bos, Latar Belakang Pencanangan Program Bos, Pengertian,
Tujuan, Landasan Hukum Pelaksanaan, Sekolah Penerimaan Bos, Larangan Penggunaan
Dana Bos Dan Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Penyalahgunaan Dana Bos,
Mekanisme Pelaksanaan Dana Bos Dan Realita Yang Dilapangan Saat Ini. Selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan. Sehingga besar harapan saya
makalah yang disajikan ini dapat menjadi kontribusi positif bagi perkembangan wawasan
pembaca.
Sebelum saya akhiri kata pengantar ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Makdalena, SE., M.Si elaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan
karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk membuat makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan wawasan
serta pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat saya harapkan
demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih semoga
makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Aamiin yaa rabbal ‘alamin.

Pekanbaru, 25 November 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembiayaan pendidikan merupakan komponen yang esensial dan tidak dapat
terpisahkan dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Dalam rangka
pembentukan potensi sumber daya manusia (SDM), penggunaan anggaran pendidikan
yang efektif dan efisien diharapkan dapat menghasilkan SDM yang tepat guna dan
berhasil guna. Terkait dengan model pembiayaan pendidikan, Amhar (dalam
Wibisono, 2006) berpendapat bahwa terdapat 4 (empat) model pembiayaan
pendidikan, yaitu: 1) subsidi penuh dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan
tinggi; 2) pendidikan gratis pendidikan tinggi diberikan kepada peserta didik sampai
usia tertentu; 3) pendidikan gratis diberikan sampai SMA, dan pendidikan tinggi tetap
membayar SPP sekalipun masih menerima subsidi; dan 4) semua jenjang pendidikan
wajib membiayai diri sendiri. Penggalian sumber dana dapat diperoleh dari upaya
kerja sama dengan industri atau memanfaatkan bantuan CSR (corporate social
responsiblity), membentuk komunitas alumni, atau bersumer dari orangtua/wali
peserta didik.
Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah atau perguruan
tinggi negeri maupun swasta. Di tingkat pendidikan dasar misalnya, sekalipun
Pemerintah telah memberi dana bantuan operasional sekolah (BOS) SD dan SMP
negeri, namun dianggap oleh sebagian besar masyarakat menengah ke bawah masih
belum mencukupi untuk memenuhi biaya pendidikan, terutama biaya operasional
pokok yang harus ditanggung oleh orangtua/wali peserta didik . Upaya untuk
meningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional,
sehingga perlu mendorong pemerintah dan pemerintah daerah melakukan tindakan
nyata dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan bagi masyarakat terhadap
pendidikan yang lebih berkualitas. Untuk itu, pemerintah dan pemerintah daerah
mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dengan meringankan beban biaya
pendidikan bagi masyarakat, maka pemerintah mengalokasikan dana bantuan
operasional sekolah (BOS).
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli
2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9
tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan
tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju
peningkatan kualitas.Namun dengan adanya kebijakan dana BOS ini bukan berarti
turut berhentinya permasalahan pendidikan di Indonesia, dalam kenyataan yang
terjadi, masih dapat kita temukan berbagai kendala dalam penyaluran dan realisasi
dana BOS. Berbagai masalah muncul terkait dengan adanya berbagai kasus
penyelewengan dana BOS, dan mengenai ketidakefektifan pengelolan dana BOS oleh
pemerintah. Maka dari itu makalah ini membahas tentang Pembiayaan Pendidikan
Model Bos, Latar Belakang Pencanangan Program Bos, Pengertian, Tujuan, Landasan
Hukum Pelaksanaan, Sekolah Penerimaan Bos, Larangan Penggunaan Dana Bos Dan
Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Penyalahgunaan Dana Bos, Mekanisme
Pelaksanaan Dana Bos Dan Realita Yang Dilapangan Saat Ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana latar belakang pencanangan program BOS ?
b. Apa pengertian, tujuan, landasan hukum pelaksana BOS ?
c. Sekolah seperti apa yang menerima BOS ?
d. Apa larangan penggunaan dana BOS ?
e. Apa undang-undang yang berkaitan dengan penyalahgunaan dana BOS ?
f. Bagaimana mekanisme pelaksanaan dana BOS ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui latar belakang pencanangan program BOS
b. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, landasan hukum pelaksana BOS
c. Untuk mengetahui Sekolah seperti apa yang menerima BOS
d. Untuk mengetahui Apa larangan penggunaan dana BOS
e. Untuk mengetahui Apa undang-undang yang berkaitan dengan penyalahgunaan
dana BOS
f. Untuk mengetahui Bagaimana mekanisme pelaksanaan dana BOS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pencanangan Program BOS


Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dilatar belakangi oleh kenaikan
harga minyak dunia pada tahun 2005 yang pada saat itu mencapai tingkat tertinggi
selama kurun waktu 25 tahun terakhir. Kenaikan yang mencapai sekitar USD70 per
barel telah memaksa pemerintah melakukan pengurangan subsidi untuk Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada bulan Maret dan Oktober (Bank Indonesia,
2005). Program BOS muncul sesudah program hibah kecil untuk sekolah yang
diperkenalkan setelah krisis ekonomi di tahun 1997. Secara konseptual Program BOS
berbeda dengan program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak
bidang pendidikan setelah krisis tersebut. Tujuan program ini adalah untuk mengukur
beban keuangan pemerintah bagi pendidikan dalam rangka menyediakan program
wajib belajar 9 tahun yang bermutu serta untuk mendukung reformasi manajemen
berbasis sekolah. Program BOS mengadopsi pendekatan yang berbeda karena dana
tidak diberikan kepada siswa miskin tetapi diberikan dan dikelola oleh sekolah.
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan sumber daya manusia
dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelajutan, berlandaskan
kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Upaya yang paling
strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah dengan melalui
pendidikan.
Oleh karena itu, kualitas pendidikan merupakan kebijakan dan program yang
harus dilaksanakan secara optimal. Dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan
nasional, sampai saat ini pemerintah dihadapkan dengan berbagai permasalahan,
seperti tingkat kualitas pendidik yang belum memenuhi standar mutu, sarana
prasarana sekolah yang masih kurang memadai serta terbatasnya anggaran pendidikan
yang disediakan oleh pemerintah dan banyak sekali ditemukannya berbagai masalah
atau kendala pendanaan yang muncul. Salah satu bentuk bantuan biaya pendidikan
dari pemerintah bagi masyarakat ialah dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
Dana BOS ini ditujukan pada semua lembaga pendidikan dalam rangka wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun. Dana BOS yang diberikan pemerintah digunakan untuk
penyediaan pendanaan biaya operasional bagi satuan pendidikan dasar. Pemerintah
berharap dengan adanya dana BOS ini semua lapisan masyarakat dapat mengikuti
pendidikan tanpa perlu memikirkan biaya pendidikan. Pemerintah ingin Dana BOS
yang telah diberikan dapat memenuhi kebutuhan para siswa dan tidak ada lagi
pungutan untuk orang tua.
Sekolah sebagai suatu entitas sekolah harus mampu mengelola dana BOS
secara profesional dan akuntabel untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang
berkualitas. Dana BOS yang diberikan oleh pemerintah dikelola secara mandiri oleh
pihak sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

B. Pengertian, Tujuan, Landasan Hukum Pelaksana BOS


a) Pengertian
BOS merupakan suatu program pemerintah untuk membantu penyediaan
pendanaan biaya operasional nonpersonalia sekolah. Program Bantuan
Operasional Sekolah dikomandani oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
yang mana dalam pelaksanaannya, penyaluran dan pengelolaan dana BOS wajib
berpedoman pada Buku Petunjuk Teknis Penggunaan dana BOS yang diterbitkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama sebagai
kementerian teknis yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan dan pengelolaan
program BOS.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang
pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Setiap
pengelola pendidikan harus memikirkan masalah pembiayaan pendidikan yang
berhubungan dengan masalah gaji guru, proses pembelajaran, pembelian alat-alat
pelajaran, biaya transportasi, sarana dan prasarana, pemasaran dan kebutuhan
lainnya.
b) Tujuan
Tujuan dari dana BOS yaitu untuk membebaskan pungutan bagi seluruh
siswa dan meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 12 tahun yang bermutu. Selain itu tujuan dari dana BOS yaitu
membantu siswa yang kurang mampu dalam pembiayaan sekolah sehingga
diharapkan dapat menimbulkan prestasi belajar yang lebih aktif guna peningkatan
prestasi belajar siswa tersebut. Pengelola pembiayaan pendidikan akan
berpengaruh secara langsung terhadap kualitas sekolah, terutama berkaitan dengan
sarana dan prasarana serta sumber belajar.
Banyak sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar
secara optimal, hanya karena masalah keuangan, baik untuk menggaji guru
maupun untuk pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran BOS merupakan
program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Jumlah dana BOS
yang diberikan ke sekolah dihitung berdasarkan jumlah murid di masing-masing
sekolah (Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
c) Landasan Hukum
Pemberian bantuan kepada sekolah dalam bentuk pemberian bantuan dana
operasional sekolah atau disebut BOS. Dana BOS didasarkan kepada beberapa
dasar hukum, diantaranya:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4496)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864)
5. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2017 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah.
Bantuan operasional sekolah (BOS) dalam penyalurannya dibentuk tim
BOS, terdiri dari Tim BOS Pusat yang Penanggung Jawab Umum sebagai Ketua
adalah Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, kemudian di tingkat Provinsi dibentuk TIM BOS
Provinsi yang membentuk TIM BOS Provinsi adalah gubernur dan yang menjadi
penanggungjawab sebagai Ketua adalah Sekretaris Daerah Provinsi beserta para
anggotanya.

C. Sekolah Yang Menerima Bos


Anggaran BOS merupakan skema keuangan yang diberikan oleh pemerintah
pusat untuk menutupi pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan
dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. BOS diberikan kepada semua sekolah,
baik negeri maupun swasta, pada jenjang pendidikan SD dan SMP di seluruh provinsi
di Indonesia. Secara khusus program BOS bertujuan untuk membebaskan pungutan
bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri
terhadap biaya operasional sekolah, membebaskan pungutan seluruh siswa miskin
dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta,
Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta. Dana
BOS bila digunakan secara efektif akan membantu keluarga miskin dalam
memperoleh hak-hak pendidikannya sehingga keluarga siswa miskin tidak perlu
membiayai lagi berbagai keperluan pendidikan yang sudah didanai melalui skema
BOS. Setiap pengelola pendidikan harus memikirkan masalah pembiayaan pendidikan
yang berhubungan dengan masalah gaji guru, proses pembelajaran, pembelian alat-
alat pelajaran, biaya transportasi, sarana dan prasarana, pemasaran dan kebutuhan
lainnya.

D. Larangan Penggunaan Dana Bos


Larangan Penggunaan Dana BOS antara lain :
a) Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.
b) Dipinjamkan kepada pihak lain.
c) Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya
besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.
d) Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD
Kecamatan/Kabupaten/kota /Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya, walaupun pihak
sekolah tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Sekolah hanya diperbolehkan
menanggung biaya untuk siswa/guru yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.
e) Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru.
f) Membeli pakaian/seragam bagi guru/siswa untuk kepentingan pribadi (bukan
inventaris sekolah).
g) Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.
h) Membangun gedung/ruangan baru.
i) Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.
j) Menanamkan saham.
k) Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau
pemerintah daerah secara penuh/wajar, misalnya guru kontrak/guru bantu.
l) Kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah, misalnya
iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara keagamaan/acara
keagamaan.
m) Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/ pendampingan
terkait program BOS/perpajakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di
luar Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Kementerian Pendidikan
Nasional.

E. Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Penyalahgunaan Dana Bos


Pasal 93 UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyatakan bahwa pengawasan
dana dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Serta
pemeriksaan dana dekonsentrasi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Harmonisasi pengaturan ini terlihat ketika Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 106
Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dalam
Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan menyebutkan bahwa pemeriksaan
atas pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan dalam pelaksanaan
dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku (dalam konteks ini disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku bagi APBN karena dana dekonsentrasi berasal dari APBN).
Dana dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat nonfisik, yaitu
antara lain untuk kegiatan koordinasi perencanaan, fasilitas, pelatihan, pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian. Sebagai wujud pertanggungjawaban dana
dekonsentrasi, gubernur menyampaikan laporan pertanggungjawaban seluruh
pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi kepada menteri negara/pimpinan lembaga yang
memberikan pelimpahan wewenang. Selanjutnya menteri negara/pimpinan lembaga
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi
secara nasional kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO). KPK
mengawasi penyelenggaraan dana BOS dan melakukan tindakan hukum apabila ada
indikasi korupsi terhadap penyelenggaraan dana BOS tersebut dan LSM dapat
membantu untuk terus memonitor penyelenggaraan dana BOS dan melaporkannya
pada aparat hukum jika terjadi penyalahgunaan dana BOS. Baik Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi maupun Lembaga Swadaya Masyarakat
dapat melakukan pengawasan penyelenggaraan & pengelolaan dana BOS di tingkat
pusat sampai tingkat sekolah.

F. Mekanisme Pelaksanaan Dana Bos


a) Peraturan Menteri Keuangan tentang Mekanisme Penyaluran Dana BOS
dariRKUN ke RKUD
Penyaluran Dana dalam Permendikbud No. 1 Tahun 2018 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah. Penyaluran BOS dari RKUN ke
RKUD BOS disalurkan dari RKUN ke RKUD setiap triwulan pada waktu yang
ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan. Proporsi penyaluran dana tiap
triwulan/semester dari RKUN ke RKUD diatur dengan ketentuan persentase
sebagai berikut:
a. Penyaluran tiap triwulan
1) Triwulan I sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi satu tahun;
2) Triwulan II sebesar 40% (empat puluh persen) dari alokasi satu tahun;
3) Triwulan III sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi satu tahun; dan
4) Triwulan IV sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi satu tahun.
b. Penyaluran tiap semester
1) Semester I sebesar 60% (enam puluh persen) dari alokasi satu tahun;
2) Semester II sebesar 40% (empat puluh persen) dari alokasi satu tahun.

b) Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Mekanisme Penyaluran Dana BOS dari
RKUD ke RKS
Surat edaran nomor 910/160/SJ
Tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan
serta Pertanggungjawaban Dana Bantuan Operasional Sekolah Satuan Pendidikan
Negeri yang Diselenggarakan Oleh Kabupaten/kota Pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
a. Penganggaran
1) Penganggaran dana BOS bagi satuan pendidikan negeri dalam APBD,
ditetapkan sesuai dengan keputusan gubernur dengan berdasarkan undang-
undang.
2) Penganggaran dana BOS didasarkan pada alokasi penyaluran final triwulan
4 tahun sebelumnya.
3) Kepala satuan pendidikan negeri menyusun RKAS dana BOS yang memuat
rencana belanja dana BOS
4) Rencana belanja Dana BOS dianggarkan dengan mempedomani Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana BOS yang ditetapkan oleh Kementerian yang
menyelenggarakan urusan Pendidikan
5) Kepala Satuan Pendidikan Negeri menyampaikan RKAS Dana BOS kepada
Kepala SKPD Dinas Pendidikan pada Kabupaten/Kota.
6) Berdasarkan RKAS Dana BOS Kepala SKPD Dinas Pendidikan pada
Kabupaten/Kota menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang
selanjutnya disebut RKA-SKPD, yang memuat rencana pendapatan Dana
BOS dan belanja Dana BOS.
7) Rencana Pendapatan Dana BOS pada RKA-SKPD dianggarkan pada
Kelompok Pendapatan Asli Daerah, Jenis Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah, Obyek Dana BOS, Rincian Obyek Dana BOS pada
masing-masing Satuan Pendidikan Negert sesuai kode rekening berkenaan.
8) Rencana belanja Dana BOS pada RKA-SKPD dianggarkan pada Kelompok
Belanja Langsung, Program BOS, yang diuraikan ke dalam Kegiatan, Jenis,
Obyek, dan Rincian Obyek Belanja sesuai kode rekening berkenaan.
9) RKA-SKPD dipergunakan sebagai bahan penyusunan Peraturan Daerah
yang selanjutnya disebut Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala
Daerah yang selanjutnya disebut Perkada tentang Penjabaran APBD sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Pelaksanaan dan Penatausahaan
1) Berdasarkan Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD
Kepala SKPD Dinas Pendidikan pada Kabupaten/Kota menyusun Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya DPA-SKPD yang memuat
pendapatan dan belanja Dana BOS sesuai dengan RKA-SKPD
2) Untuk menyelenggarakan fungsi perbendaharaan dana BOS, Kepala Daerah
mengangkat Bendahara Dana BOS pada masing-masing Satuan Pendidikan
Negeri setiap tahun anggaran atas usul Kepala SKPD Dinas Pendidikan
melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut
PPKD. Pengangkatan bendahara tersebut ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah.
3) Bendahara Dana BOS, membuka rekening Dana BOS pada masing-masing
Satuan Pendidikan Negeri atas nama Satuan Pendidikan yang diusulkan
oleh Kepala Satuan Pendidikan melalui Kepala SKPD Dinas Pendidikan,
yang selanjutnya rekening tersebut ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
4) Kepala SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menyampaikan Rekening
Dana BOS pada masing-masing Satuan Pendidikan Negeri) kepada Kepala
SKPD Dinas Pendidikan Provinsi, sebelum dilaksanakan penandatanganan
Naskah Perjanjian Hibah yang selanjutnya disebut NPH BOS.
5) Penyaluran Dana BOS dari RKUD Provinsi ke Rekening Dana BOS
masingmasing Satuan Pendidikan Negeri sebagaimana dilakukan setelah
penandatanganan NPH BOS.
6) Penerimaan Dana BOS pada masing-masing Satuan Pendidikan
sebagaimana dimaksud pada angka diakui sebagai pendapatan SKPD Dinas
Pendidikan pada Kabupaten/Kota untuk digunakan langsung dalam rangka
pelayanan pendidikan pada masing-masing Satuan Pendidikan Negeri.
7) Dalam hal terdapat bunga dan/atau jasa giro dalam pengelolaan Dana BOS,
maka bunga dan/atau jasa giro lersebut menambah pendapatan Dana BOS
pada tahun anggaran berkenaan dan dapat langsung digunakan untuk
pelayanan pendidikan pada Satuan Pendidikan bersangkutan dengan
berpedoman pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS tahun
berkenaan.
8) Dalam hal sampai dengan berakhirnya tahun anggaran, terdapat sisa Dana
BOS pada Satuan Pendidikan Negeri, maka sisa Dana BOS dicatat sebagai
Sisa Lebih Pembrayaan yang selanjutnya disebut SILPA tahun berkenaan,
dan selanjutnya digunakan pada tahun anggaran berikutnya dengan
berpedoman pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS tahun
berikutnya.
c. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
1) Kepala Satuan Pendidikan Negeri bertanggungjawab secara formal dan
material atas pendapatan dan belanja Dana BOS yang diterima langsung
oleh Satuan Pendidikan.
2) Berdasarkan SP2B Satuan Pendidikan Kepala SKPD Dinas Pendidikan
menyusun Laporan Realisasi Pendapatan dan Belanja yang bersumber dari
Dana BOS serta menyajikan dalam Laporan Keuangan SKPD Dinas
Pendidikan pada Kabupaten/Kota yang akan dikonsolidasikan menjadi
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah.
3) Dalam hal alokasi Dana BOS dalam Perda tentang APBD yang dianggarkan
berdasarkan alokasi penyaluran final triwulan lV tahun sebelumnya ,tidak
sesuai dengan alokasi Dana BOS dalam Keputusan Gubernur tentang Daftar
Penerima dan Jumlah Dana BOS pada setiap Satuan Pendidikan
Kabupaten/Kota, maka pemerintah kabupaten/kota harus melakukan
penyesuaian alokasi Dana BOS dalam Perda tentang APBD dengan
memperhitungkan sisa Dana BOS tahun sebelumnya pada masing-masing
Satuan Pendidikan Negeri.
4) Penyesuaian alokasi Dana BOS dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD, dan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung
dalam Perda tentang perubahan APBD.
5) Dalam hal alokasi Dana BOS dalam Perda tentang Perubahan APBD tidak
sesuai dengan realisasi penyaluran final Dana BOS triwulan lV tahun
berjalan, maka pemerintah kabupaten/kota harus melakukan penyesuaian
alokasi Dana BOS dengan melakukan perubahan Perkada tentang
Penjabaran Perubahan APBD, dan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk selanjutnya dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
6) Dalam hal Dana BOS bagi Satuan Pendidikan Negeri belum dianggarkan
dalam APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016, maka untuk
memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Dana BOS
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, pendapatan dan belanja Dana
BOS sekurangkurangnya disajikan dalam Neraca, Laporan Operasional
(LO), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

c) Permendiknas tentang Petunjuk Teknis Dana Bos


Permendiknas No.3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah
Tujuan:

BOS bertujuan untuk membantu biaya operasional penyelenggaraan


pendidikan disekolah.

Pasal 4, berisi tentang besaran alokasi BOS yang diterima sekolah sebagai
berikut:
a. SD sebesar Rp. 800.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
b. SMP sebesar Rp.1000.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
c. SMA sebesar Rp.1400.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
d. SMK sebesar Rp.1600.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
e. SDLB/SMPLB/SMALB dan SLB sebesar Rp.2000.000 per satu peserta
didik setiap satu tahun.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dilatar belakangi oleh kenaikan


harga minyak dunia pada tahun 2005 yang pada saat itu mencapai tingkat tertinggi
selama kurun waktu 25 tahun terakhir. Sekolah sebagai suatu entitas sekolah harus
mampu mengelola dana BOS secara profesional dan akuntabel untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar yang berkualitas. Dana BOS yang diberikan oleh
pemerintah dikelola secara mandiri oleh pihak sekolah melalui Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Tujuan dari dana BOS yaitu untuk membebaskan pungutan bagi
seluruh siswa dan meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan
dalam rangka wajib belajar 12 tahun yang bermutu. Dana BOS didasarkan kepada
beberapa dasar hukum sesuai peraturan undang-undang yang berlaku. Larangan
Penggunaan Dana Bos tentunya harus diperhatikan.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO). KPK
mengawasi penyelenggaraan dana BOS dan melakukan tindakan hukum apabila ada
indikasi korupsi terhadap penyelenggaraan dana BOS tersebut dan LSM dapat
membantu untuk terus memonitor penyelenggaraan dana BOS dan melaporkannya
pada aparat hukum jika terjadi penyalahgunaan dana BOS. Baik Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi maupun Lembaga Swadaya Masyarakat
dapat melakukan pengawasan penyelenggaraan & pengelolaan dana BOS di tingkat
pusat sampai tingkat sekolah. Penyaluran Dana dalam Permendikbud No. 1 Tahun
2018 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah. Penyaluran BOS dari
RKUN ke RKUD BOS disalurkan dari RKUN ke RKUD setiap triwulan pada waktu
yang ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan. Peraturan Menteri Dalam
Negeri tentang Mekanisme Penyaluran Dana BOS dari RKUD ke RKS. Permendiknas
No.3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Ferdi. Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis Financing Of Education: A Theoritical


Study. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility. Gresik: Fascho Publishing.

Nahdi. 2015. Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemberian Bantuan Operasional Sekolah


(Bos) Terhadap Peningkatan Kinerja Guru dan Partisipasi Orang Tua Siswa
Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Sekolah Menengah Pertama
Negeri di Kabupaten Garut. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 09; No.
01

Kajian Perundangan-Undangan Tentang Dana Bos


https://ilmucerdaspendidikan.wordpress.com/2011/03/12/kajian-perundangan-
undangan-tentang-dana-bos/

Implementasi Dana Bantuan Operasional Sekolah (Bos)


https://media.neliti.com/media/publications/270748-implementasi-dana-
bantuan-operasional-se-4d846bcf.pdf

Anda mungkin juga menyukai