Nora Febriyana 1910246946
Nora Febriyana 1910246946
Dosen Pengampu
OLEH:
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabat, dan pengikutnya, amin. Makalah ini dibuat sebagai penyelesaian
dari tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Pendidikan. Kali ini membahas tentang
Pembiayaan Pendidikan Model Bos, Latar Belakang Pencanangan Program Bos, Pengertian,
Tujuan, Landasan Hukum Pelaksanaan, Sekolah Penerimaan Bos, Larangan Penggunaan
Dana Bos Dan Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Penyalahgunaan Dana Bos,
Mekanisme Pelaksanaan Dana Bos Dan Realita Yang Dilapangan Saat Ini. Selain itu tujuan
dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan. Sehingga besar harapan saya
makalah yang disajikan ini dapat menjadi kontribusi positif bagi perkembangan wawasan
pembaca.
Sebelum saya akhiri kata pengantar ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Dr. Makdalena, SE., M.Si elaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Keuangan
karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk membuat makalah ini. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan wawasan
serta pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat saya harapkan
demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih semoga
makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Aamiin yaa rabbal ‘alamin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan pendidikan merupakan komponen yang esensial dan tidak dapat
terpisahkan dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Dalam rangka
pembentukan potensi sumber daya manusia (SDM), penggunaan anggaran pendidikan
yang efektif dan efisien diharapkan dapat menghasilkan SDM yang tepat guna dan
berhasil guna. Terkait dengan model pembiayaan pendidikan, Amhar (dalam
Wibisono, 2006) berpendapat bahwa terdapat 4 (empat) model pembiayaan
pendidikan, yaitu: 1) subsidi penuh dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan
tinggi; 2) pendidikan gratis pendidikan tinggi diberikan kepada peserta didik sampai
usia tertentu; 3) pendidikan gratis diberikan sampai SMA, dan pendidikan tinggi tetap
membayar SPP sekalipun masih menerima subsidi; dan 4) semua jenjang pendidikan
wajib membiayai diri sendiri. Penggalian sumber dana dapat diperoleh dari upaya
kerja sama dengan industri atau memanfaatkan bantuan CSR (corporate social
responsiblity), membentuk komunitas alumni, atau bersumer dari orangtua/wali
peserta didik.
Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah atau perguruan
tinggi negeri maupun swasta. Di tingkat pendidikan dasar misalnya, sekalipun
Pemerintah telah memberi dana bantuan operasional sekolah (BOS) SD dan SMP
negeri, namun dianggap oleh sebagian besar masyarakat menengah ke bawah masih
belum mencukupi untuk memenuhi biaya pendidikan, terutama biaya operasional
pokok yang harus ditanggung oleh orangtua/wali peserta didik . Upaya untuk
meningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional,
sehingga perlu mendorong pemerintah dan pemerintah daerah melakukan tindakan
nyata dalam mewujudkan peningkatan mutu pendidikan bagi masyarakat terhadap
pendidikan yang lebih berkualitas. Untuk itu, pemerintah dan pemerintah daerah
mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dengan meringankan beban biaya
pendidikan bagi masyarakat, maka pemerintah mengalokasikan dana bantuan
operasional sekolah (BOS).
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli
2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9
tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan
tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju
peningkatan kualitas.Namun dengan adanya kebijakan dana BOS ini bukan berarti
turut berhentinya permasalahan pendidikan di Indonesia, dalam kenyataan yang
terjadi, masih dapat kita temukan berbagai kendala dalam penyaluran dan realisasi
dana BOS. Berbagai masalah muncul terkait dengan adanya berbagai kasus
penyelewengan dana BOS, dan mengenai ketidakefektifan pengelolan dana BOS oleh
pemerintah. Maka dari itu makalah ini membahas tentang Pembiayaan Pendidikan
Model Bos, Latar Belakang Pencanangan Program Bos, Pengertian, Tujuan, Landasan
Hukum Pelaksanaan, Sekolah Penerimaan Bos, Larangan Penggunaan Dana Bos Dan
Undang-Undang Yang Berkaitan Dengan Penyalahgunaan Dana Bos, Mekanisme
Pelaksanaan Dana Bos Dan Realita Yang Dilapangan Saat Ini.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana latar belakang pencanangan program BOS ?
b. Apa pengertian, tujuan, landasan hukum pelaksana BOS ?
c. Sekolah seperti apa yang menerima BOS ?
d. Apa larangan penggunaan dana BOS ?
e. Apa undang-undang yang berkaitan dengan penyalahgunaan dana BOS ?
f. Bagaimana mekanisme pelaksanaan dana BOS ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui latar belakang pencanangan program BOS
b. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, landasan hukum pelaksana BOS
c. Untuk mengetahui Sekolah seperti apa yang menerima BOS
d. Untuk mengetahui Apa larangan penggunaan dana BOS
e. Untuk mengetahui Apa undang-undang yang berkaitan dengan penyalahgunaan
dana BOS
f. Untuk mengetahui Bagaimana mekanisme pelaksanaan dana BOS
BAB II
PEMBAHASAN
b) Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Mekanisme Penyaluran Dana BOS dari
RKUD ke RKS
Surat edaran nomor 910/160/SJ
Tentang Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan
serta Pertanggungjawaban Dana Bantuan Operasional Sekolah Satuan Pendidikan
Negeri yang Diselenggarakan Oleh Kabupaten/kota Pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
a. Penganggaran
1) Penganggaran dana BOS bagi satuan pendidikan negeri dalam APBD,
ditetapkan sesuai dengan keputusan gubernur dengan berdasarkan undang-
undang.
2) Penganggaran dana BOS didasarkan pada alokasi penyaluran final triwulan
4 tahun sebelumnya.
3) Kepala satuan pendidikan negeri menyusun RKAS dana BOS yang memuat
rencana belanja dana BOS
4) Rencana belanja Dana BOS dianggarkan dengan mempedomani Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana BOS yang ditetapkan oleh Kementerian yang
menyelenggarakan urusan Pendidikan
5) Kepala Satuan Pendidikan Negeri menyampaikan RKAS Dana BOS kepada
Kepala SKPD Dinas Pendidikan pada Kabupaten/Kota.
6) Berdasarkan RKAS Dana BOS Kepala SKPD Dinas Pendidikan pada
Kabupaten/Kota menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang
selanjutnya disebut RKA-SKPD, yang memuat rencana pendapatan Dana
BOS dan belanja Dana BOS.
7) Rencana Pendapatan Dana BOS pada RKA-SKPD dianggarkan pada
Kelompok Pendapatan Asli Daerah, Jenis Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah, Obyek Dana BOS, Rincian Obyek Dana BOS pada
masing-masing Satuan Pendidikan Negert sesuai kode rekening berkenaan.
8) Rencana belanja Dana BOS pada RKA-SKPD dianggarkan pada Kelompok
Belanja Langsung, Program BOS, yang diuraikan ke dalam Kegiatan, Jenis,
Obyek, dan Rincian Obyek Belanja sesuai kode rekening berkenaan.
9) RKA-SKPD dipergunakan sebagai bahan penyusunan Peraturan Daerah
yang selanjutnya disebut Perda tentang APBD dan Peraturan Kepala
Daerah yang selanjutnya disebut Perkada tentang Penjabaran APBD sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Pelaksanaan dan Penatausahaan
1) Berdasarkan Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD
Kepala SKPD Dinas Pendidikan pada Kabupaten/Kota menyusun Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya DPA-SKPD yang memuat
pendapatan dan belanja Dana BOS sesuai dengan RKA-SKPD
2) Untuk menyelenggarakan fungsi perbendaharaan dana BOS, Kepala Daerah
mengangkat Bendahara Dana BOS pada masing-masing Satuan Pendidikan
Negeri setiap tahun anggaran atas usul Kepala SKPD Dinas Pendidikan
melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut
PPKD. Pengangkatan bendahara tersebut ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah.
3) Bendahara Dana BOS, membuka rekening Dana BOS pada masing-masing
Satuan Pendidikan Negeri atas nama Satuan Pendidikan yang diusulkan
oleh Kepala Satuan Pendidikan melalui Kepala SKPD Dinas Pendidikan,
yang selanjutnya rekening tersebut ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
4) Kepala SKPD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menyampaikan Rekening
Dana BOS pada masing-masing Satuan Pendidikan Negeri) kepada Kepala
SKPD Dinas Pendidikan Provinsi, sebelum dilaksanakan penandatanganan
Naskah Perjanjian Hibah yang selanjutnya disebut NPH BOS.
5) Penyaluran Dana BOS dari RKUD Provinsi ke Rekening Dana BOS
masingmasing Satuan Pendidikan Negeri sebagaimana dilakukan setelah
penandatanganan NPH BOS.
6) Penerimaan Dana BOS pada masing-masing Satuan Pendidikan
sebagaimana dimaksud pada angka diakui sebagai pendapatan SKPD Dinas
Pendidikan pada Kabupaten/Kota untuk digunakan langsung dalam rangka
pelayanan pendidikan pada masing-masing Satuan Pendidikan Negeri.
7) Dalam hal terdapat bunga dan/atau jasa giro dalam pengelolaan Dana BOS,
maka bunga dan/atau jasa giro lersebut menambah pendapatan Dana BOS
pada tahun anggaran berkenaan dan dapat langsung digunakan untuk
pelayanan pendidikan pada Satuan Pendidikan bersangkutan dengan
berpedoman pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS tahun
berkenaan.
8) Dalam hal sampai dengan berakhirnya tahun anggaran, terdapat sisa Dana
BOS pada Satuan Pendidikan Negeri, maka sisa Dana BOS dicatat sebagai
Sisa Lebih Pembrayaan yang selanjutnya disebut SILPA tahun berkenaan,
dan selanjutnya digunakan pada tahun anggaran berikutnya dengan
berpedoman pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS tahun
berikutnya.
c. Pelaporan dan Pertanggungjawaban
1) Kepala Satuan Pendidikan Negeri bertanggungjawab secara formal dan
material atas pendapatan dan belanja Dana BOS yang diterima langsung
oleh Satuan Pendidikan.
2) Berdasarkan SP2B Satuan Pendidikan Kepala SKPD Dinas Pendidikan
menyusun Laporan Realisasi Pendapatan dan Belanja yang bersumber dari
Dana BOS serta menyajikan dalam Laporan Keuangan SKPD Dinas
Pendidikan pada Kabupaten/Kota yang akan dikonsolidasikan menjadi
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah.
3) Dalam hal alokasi Dana BOS dalam Perda tentang APBD yang dianggarkan
berdasarkan alokasi penyaluran final triwulan lV tahun sebelumnya ,tidak
sesuai dengan alokasi Dana BOS dalam Keputusan Gubernur tentang Daftar
Penerima dan Jumlah Dana BOS pada setiap Satuan Pendidikan
Kabupaten/Kota, maka pemerintah kabupaten/kota harus melakukan
penyesuaian alokasi Dana BOS dalam Perda tentang APBD dengan
memperhitungkan sisa Dana BOS tahun sebelumnya pada masing-masing
Satuan Pendidikan Negeri.
4) Penyesuaian alokasi Dana BOS dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan perubahan Perkada tentang Penjabaran APBD, dan
pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung
dalam Perda tentang perubahan APBD.
5) Dalam hal alokasi Dana BOS dalam Perda tentang Perubahan APBD tidak
sesuai dengan realisasi penyaluran final Dana BOS triwulan lV tahun
berjalan, maka pemerintah kabupaten/kota harus melakukan penyesuaian
alokasi Dana BOS dengan melakukan perubahan Perkada tentang
Penjabaran Perubahan APBD, dan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,
untuk selanjutnya dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
6) Dalam hal Dana BOS bagi Satuan Pendidikan Negeri belum dianggarkan
dalam APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016, maka untuk
memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Dana BOS
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, pendapatan dan belanja Dana
BOS sekurangkurangnya disajikan dalam Neraca, Laporan Operasional
(LO), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pasal 4, berisi tentang besaran alokasi BOS yang diterima sekolah sebagai
berikut:
a. SD sebesar Rp. 800.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
b. SMP sebesar Rp.1000.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
c. SMA sebesar Rp.1400.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
d. SMK sebesar Rp.1600.000 per satu peserta didik setiap satu tahun
e. SDLB/SMPLB/SMALB dan SLB sebesar Rp.2000.000 per satu peserta
didik setiap satu tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social
Responsibility. Gresik: Fascho Publishing.